Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan reproduksi merupakan aspek yang menjadi perhatian setelah upaya
kesehatan pada umumnya tercapai. Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi
serta prosesnya (Yanti, 2011).
Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus menstruasi normal
yang terjadi secara periodik. wanita akan merasa terganggu bila hidupnya mengalami
perubahan, terutama bila menstruasi menjadi lebih lama dan atau banyak, tidak
teratur, lebih sering atau tidak menstruasi sama sekali, bahkan bisa disertai nyeri.
Diharapkan semua wanita mengalami siklus menstruasi yang teratur, namun hampir
semua wanita pernah mengalami gangguan menstruasi selama masa hidupnya.
Gangguan ini dapat berupa kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh
wanita remaja, reproduksi dan klimakterium (Sari, 2014)
Banyak faktor yang mempengaruhi menstruasi, baik faktor internal maupun
faktor eksternal. Beberapa studi menunjukan bahwa prevalensi pada populasi wanita
usia 18 – 50 tahun mengalami gangguan pada siklus menstruasinya. Menurut hasil
penelitian, pelajar lebih sering mengalami gangguan siklus menstruasi (Oktavia,
2010).
Gangguan Menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat
digolongkan menjadi 4, antara lain: kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya
perdarahan pada Menstruasi (hipermenorea atau menoragia dan hipomenorea),
kelainan siklus (polimenorea, oligomenorea, dan amenorea), perdarahan diluar haid
(metroragia), dan gangguan lain yang ada hubungan dengan haid (premenstrual
tension, mittelschmerz, Dismenorea) (Sari, 2014).
Menstruasi normal terjadi setiap 22 – 35 hari selama 2 – 7 hari. Terdapat
gangguan menstruasi yang sering muncul, yaitu dismenore (nyeri menstruasi),
amenore (tidak menstruasi) dan sindrom pra menstruasi (Syafrudin, dkk, 2011).
Angka kejadian amenore sekunder berkisar antara 1 – 5% (Proverawati dan Misaroh,
2009).
Amenore primer umumnya mempunyai sebab yang lebih berat dan lebih sulit
untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik.
Amenore sekunder lebih menunjuk kepada sebab yang timbul kemudian dalam
kehidupan wanita, seperti gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, stres (di
rumah, sekolah, atau tempat kerja), latihan fisik yang melelahkan, dan gangguan gizi
dimana berat badan rendah untuk tinggi badan (IMT kurang) (Sari, 2014).
Peran Bidan dalam upaya meningkatkan kesehatan reproduksi yaitu melakukan
penyuluhan mengenai cara untuk mengurangi keluhan tersebut pada remaja, dengan
berperilaku hidup sehat, memperbaiki keadaan kesehatan seperti perbaikan gizi,
kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang, mengurangi berat badan pada
wanita dengan obesitas, olah raga, dan konsumsi nutrisi yang seimbang. Selain itu
khususnya sebagai remaja juga harus dapat menerapkan perilaku hidup sehat untuk
menjaga kesehatan reproduksi, karena wanita sebagai tonggak kehidupan yang akan
melahirkan generasi kehidupan (Syafrudin, dkk, 2011).
Beberapa penyebab menstruasi mengalami penyimpangan yang akibatnya
perempuan bisa menderita anemia hingga kurang subur. Gangguan menstruasi dapat
berdampak serius, menstruasi yang tidak teratur menjadi pertanda bahwa seseorang
kurang subur (infertil) (Arwini, 2013).
Berdasarkan latar belakang di atas oleh sebab itu penting untuk dilakukan studi
kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Nn. A Umur 23
Tahun dengan Amenore Sekunder di Poli Kandungan RSU Haji Surabaya”.

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. A umur 23
tahun dengan Amenore Sekunder di Poli Kandungan RSU Haji Surabaya secara
komprehensif.
1.2.2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
1. Melaksanakan pengkajian data yang terdiri dari data subjektif dan objektif secara
lengkap yang terkaitan dengan gangguan reproduksi dengan amenore sekunder.
2. Menginterpretasikan data dasar yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan
kebutuhan pada kasus gangguan reproduksi dengan amenore sekunder.
3. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial untuk konsultasi, kolaborasi dan
merujuk pada kasus gangguan reproduksi dengan amenore sekunder.
4. Menetapkan kebutuhan tindakan segera pada kasus gangguan reproduksi dengan
amenore sekunder.
5. Menyusun asuhan kebidanan secara menyeluruh pada kasus gangguan reproduksi
dengan amenore sekunder.
6. Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada kasus gangguan
reproduksi dengan amenore sekunder.
7. Mengevaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan gangguan reproduksi dengan
amenore sekunder.

1.3. Manfaat Penulisan


1. Bagi Diri Sendiri
Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menerapkan asuhan
kebidanan pada gangguan reproduksi dengan amenore sekunder.
2. Bagi Instansi Rumah Sakit
Digunakan sebagai masukan fasilitas pelayanan dan meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan pada gangguan reproduksi dengan amenore sekunder.
3. Bagi Instansi Pendidikan
Hasil studi kasus ini dapat menjadi referensi dan sumber bacaan yang bermanfaat
bagi institusi pendidikan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Amenore Sekunder


2.1.1 Pengertian Amenore Sekunder
Amenorea sekunder yaitu pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti
lebih dari tiga bulan (Manuaba, 2007). Amenore sekunder atau Jing-Bi adalah
keadaan tidak haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Fansia, 2011). Amenore
sekunder ( SA ) secara klinis didefinisikan sebagai tidak adanya menstruasi selama
lebih dari 3 interval siklus atau 6 bulan berturut-turut pada wanita yang sebelumnya
mengalami menstruasi (Merin dkk, 2012).
2.1.2 Etiologi
Menurut Fansia (2011), penyebab amenore dapat fisiologik, endokrinologik, atau
organik, atau akibat gangguan perkembangan. Amenore dalam ilmu TCM
(Traditional Chinese Medicine) disebut sebagai Jing-Bi disebabkan karena
malnutrisi, keadaan emosional (stress), perubahan lingkungan, dan beberapa
penyakit organ reproduksi lainnya Sedangkan menurut Manuaba (2007),
penyebabnya kemungkinan gangguan gizi dan metabolisme, gangguan hormonal,
terdapat tumor alat kelamin atau terdapat penyakit menahun. Menurut Syafrudin dkk
(2011), penyebab amenore diakibatkan oleh beberapa keadaan seperti hipotensi,
anemia, infeksi, atau kelemahan kondisi tubuh secara umum. Selain itu bisa juga
disebabkan oleh stres psikologis.
2.1.3 Gejala
Menurut Nugroho dan Utama (2014), gejala amenore bervariasi tergantung kepada
penyebabnya. Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak
akan ditemukan tanda-tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan
rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh. Jika penyebabnya adalah kehamilan
akan ditemukan morning sickness dan pembesaran perut. Jika penyebabnya adalah
kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat,
kecemasan, kulit yang hangat dan lembab. Sindroma cushing menyebabkan wajah
bulat (moon face), perut buncit dan lengan serta tungkai yang kurus. Gejala lain
yang mungkin ditemukan, yaitu:

1. Sakit kepala
2. Galaktore (pembekuan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang
menyusui.
3. Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)
4. Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
5. Vagina yang kering
6. Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan yang mengikuti pola pria),
perubahan suara dan perubahan ukuran payuara.
2.1.4 Diagnosa
Menurut Nugroho dan Utama (2014), diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil
pemeriksaan fisik dan usia penderita. Pemeriksaan yang biasa dilakukan yaitu:
1. Biopsi endometrium
2. Progestin withdrawal
3. Kadar prolaktin
4. Kadar hormon
5. Tes fungsi tiroid
6. Tes kehamilan
7. Kadar FSH (Folicle Stimulatin Hormon), LH (Luteinzing Hormone) dan TSH
(Thyroid Stimulating Hormone).
8. Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom.
9. CT Scan kepala (jika diduga ada tumor hipofisa)
2.1.5 Pengobatan
Menurut Nugroho dan Utama (2014), pengobatan tergantung kepada penyebabnya.
1. Jika penyebabnya adalah penurunan berat badan yang drastis atau obesitas,
penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat.
2. Jika penyebannya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk
menguranginya.
3. Jika seorang anak perempuan belum pernah mengalami menstruasi dan semua
hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan untuk
memantau perkembangan pubertasnya. Untuk merangsang menstruasi bisa
diberikan progesteron. Untuk merangsan perubahan pubertas pada anak
perempuan yang payudaranya belum membesar atau rambut kemaluan dan
ketiaknya belum tumbuh bisa diberikan estrogen.
4. Jika penyebabnya adalah tumor, maka dilakukan pembedahan untuk
mengangkat tumor tersebut. Tumor hipofisa yang terletak di dalam otak
biasanya diobati dengan bromokriptin untuk mencegah pelepasan prolaktin yang
berlebihan oleh tumor. Bila perlu bisa dilakukan pengangkatan tumor. Terapi
penyinaran biasanya baru dilakukan jika pemberian obat ataupun pembedahan
tidak berhasil.

Menurut Fansia (2011), amenore sekunder tersebut dapat ditangani dengan:


1. Kombinasi terapi akupunktur dengan prinsip meningkatkan sirkulasi Qi,
menghilangkan stasis darah, dan memulihkan siklus menstruasi. Terapi
akupunktur dilakukan dalam 5 kali perawatan dengan merangsang titik-titik
akupunktur yaitu Zhongji (CV 3), Diji (SP 8), Hegu (LI 4), Sanyinjiao (SP 6),
Taichong (LV 3), Fenglong (ST 40), dan Guanyuan (CV 4).
2. Selain itu, pasien juga mendapat terapi herbal yaitu kunyit yang memiliki efek
estrogenik. Dalam pemberian herbal kunyit ditambahkan asam kawak yang
kemungkinan dapat memperkuat efek peluruh haid, dan madu yang memiliki
kandungan vitamin dan mineral. Pemberian herbal kunyit diberikan dalam
bentuk dekokta (rebusan) kunyit asam dengan dosis kunyit sebanyak 21 gr,
asam kawak 5 gr, madu 3 sdm, dan garam secukupnya, kemudian direbus dalam
750 mL air, lalu dijadikan 600 mL. Rebusan tersebut diminum 3 kali sehari @
200 mL.
3. Pada pasien juga dilakukan upaya perbaikan gizi dengan pemberian susu kedelai
sebanyak 30 gr yang dicampur dengan air hangat sebanyak 240 mL dan
pemberian rebusan air kacang hijau dengan dosis kacang hijau sebanyak 30 gr
dalam 300 mL air, lalu dijadikan 240 mL. Kedelai dan kacang hijau memiliki
efek estrogenik.

Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), meliputi :


1. Observasi keadaan umum
2. Perbaikan asupan gizi
3. Pengurangan berat badan pada wanita obesitas
4. Pemberian tiroid pada wanita dengan hipotiroid
5. Pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais
6. Pemberian estrogen dan progesteron

2.2 Teori Manajemen Kebidanan Amenorea Sekunder


2.2.1 Langkah I : Pengkajian
1. Data Subjektif
1) Identitas Pasien
(1) Nama Pasien
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak
keliru dalam memberikan penanganan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya risiko seperti kurang dari 20
tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(3) Suku / Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
(4) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam doa (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(5) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(6) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya,
karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
(7) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2) Keluhan Utama
Dikaji untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan gejala-
gejala amenore sekunder, yaitu pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya
berhenti lebih dari tiga bulan (Manuaba, 2007). Keluhan lain yaitu sakit kepala,
galaktore, gangguan penglihatan, penurunan atau penambahan berat badan,
tidak ada pengeluaran pervaginam, hirsutisme, perubahan suara dan perubahan
ukuran payudara (Nugroho dan Utama, 2014)
3) Riwayat Haid
Untuk mengetahui usia berapa pertama kali mengalami menstruasi, jarak antara
menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari,
seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan dan keluhan yang dirasakan
ketika mengalami mestruasi (Sulistyawati, 2009). Pada kasus amenore
sekundertidak haid sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Fansia, 2011).
4) Status Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, lama perkawinan syah atau tidak, sudah
berapa kali menikah, pada umur berapa menikah, berapa jumlah anak
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
5) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah
anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu
(Anggraini, 2010).
6) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pernah ikut KB, dengan kontrasepsi jenis apa, berapa
lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
7) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang diderita pada saat ini yang
ada hubungannya dengan amenore sekunder (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
(2) Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut,
kronis seperti : jantung, diabetes mellitus, hipertensi, asma yang dapat
mempengaruhi amenore sekunder (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).

8) Pola Kebiasaan Sehari-hari


(1) Pola Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya,
jenis makanan, dan makanan pantangan pada (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
(2) Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang air
kecil meliputi frekuensi, warna dan jumlah (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
(3) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur,
kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik,
kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan
waktu luang (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(4) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada daerah genetalia (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(5) Kehidupan Seksual
Berapa kali dalam seminggu ibu melakukan hubungan seksual
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2. Data Objektif
1) Status generalis
(1) Keadaan Umum
Keadaan umum pasien diamati mulai saat pertama kali bertemu dengan
pasien, dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital (Prihardjo, 2007).
a. Keadaan baik jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, serta secara fisik tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan(Sulistyawati, 2009).
b. Lemah jika pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ibu kurang atau
memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain dan
pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri (Sulistyawati,
2009).

(2) Kesadaran
a. Composmentis adalah sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
b. Apatis adalah kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
c. Somnolen adalah keadaan kesadaran yang mau tidur saja, dapat
dibangunkan dengan rangsan nyeri tetapi jatuh tidur lagi),
d. Delirium, semi koma adalah kesadaran yang menyerupai koma.
e. Koma adalah keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak
dapat dibangunkan dengan rangsang apapun) (Prihardjo, 2007).
(3) Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah
Tekanan darah normal 110/60 – 140/90 mmHg (Prihardjo, 2007).
b. Suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak jika
ada dan lebih dari 38oC kemungkinan terjadi infeksi. Batas normal
37,5-38oC (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
c. Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit (Saifuddin,
2007). Batas normal 60 – 80 x / menit (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
d. Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung dalam 1
menit (Saifuddin, 2007). Batas normal 20-30 x/menit (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
(4) Berat Badan
Untuk mengetahui faktor resiko obesitas (Saifuddin, 2007). Pada kasus
amenore sekunder bisa terjadi penurunan atau kenaikan berat badan
(Nugroho dan Utama, 2014).
(5) Tinggi Badan
Untuk mengetahui faktor risiko kesempitan panggul (Saifuddin, 2007).
Tinggi badan wanita normal 150 cm (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

2) Pemeriksaan fisik
(1) Kepala :
a. Rambut
Meliputi warna mudah rontok atau tidak dan kebersihannya
(Nursalam, 2009).
b. Muka
Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah oedema
(Nursalam, 2009).
c. Mata
Ada oedema atau tidak, conjungtiva anemis atau tidak, untuk
mengetahui adakah kuning pada sklera (Nursalam, 2009).
d. Hidung
Bagaimana kebersihannya, ada pengeluaran sekret atau tidak
e. Telinga
Bagaimana kebersihannya, ada serumen atau tidak
f. Mulut
Ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi berdarah atau tidak.
g. Leher
Adalah pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan atau tidak, adakah
pembesaran kelenjar limfe (Nursalam, 2009)
(2) Dada dan Axilla
Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada benjolan
atau tidak, ada nyeri atau tidak (Nursalam, 2009).
(3) Abdomen
Apakah ada luka bekas operasi, ada ben jolan atau tidak, ada nyeri atau
tidak (Varney, 2007). Pada kasus amenore sekunder adanya nyeri tekan
pada sympisis (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(4) Genetalia
Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi, varices,
pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan (Prihardjo, 2007). Pada
kasus amenore sekunderdidapatkan vagina kering (Nugroho dan Utama,
2014).
(5) Inspekulo
Dilakukan untuk memastikan bahwa darimana asal perdarahan tersebut,
apakah ada infeksi/ kelainan pada servik/portio (Prihardjo, 2007).
(6) Pemeriksaan dalam
Untuk mengetahui apakah ada nyeri sentuh, adakah benjolan atau tidak
(Prihardjo, 2007). Pada kasus amenore sekunderadannya masa dalam
ovarium dan uterus serta adanya nyeri (Varney, 2007).
(7) Anus
Apakah ada haemorhoid atau tidak (Prihardjo, 2007).
(8) Ekstremitas
Ektremitas atas dan bawah ada cacat atau tidak, oedema atau tidak
terdapat varices atau tidak (Priharjo, 2007).
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada yaitu Biopsi endometrium, Progestin
withdrawal, Kadar prolaktin, Kadar hormon, Tes fungsi tiroid, Tes kehamilan,
Kadar FSH (Folicle Stimulatin Hormon), LH (Luteinzing Hormone) dan TSH
(Thyroid Stimulating Hormone), Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan
kromosom, CT Scan kepala (jika diduga ada tumor hipofisa).
2.2.2 Langkah II : Interpretasi Data
Mengindentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan.
Ketiganya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan
terhadap pasien (Soepardan, 2008).
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkungan
praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang
dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Varney, 2007).
Diagnosa kebidanan yang ditegakkan adalah : Nn. X umur ... tahundengan amenore
sekunder. Data Dasar:
Data subjektif
a. Nn. X mengatakan pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti
lebih dari tiga bulan (Manuaba, 2007).
b. Nn. X mengatakan mengalami penurunan atau penambahan berat badan
(Nugroho dan Utama, 2014).
c. Nn. Xmengatakan sakit kepala (Nugroho dan Utama, 2014).

Data objektif
Menurut Nugroho dan Utama (2014), data objektif pada kasus amenore sekunder
yaitu:
a. Denyut jantung yang cepat
b. Kulit yang hangat dan lembab
c. Pada kasus amenore bisa terjadi penurunan atau kenaikan berat badan
(Nugroho dan Utama, 2014).
d. Abdomenpada kasus amenore sekunder adanya nyeri tekan pada sympisis
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
e. Genetalia pada kasus amenore sekunderdidapatkan vagina kering (Nugroho
dan Utama, 2014).
f. Pemeriksaan dalam pada kasus amenore sekunderadannya masa dalam
ovarium dan uterus serta adanya nyeri (Varney, 2007)

2) Masalah
Masalah adalah masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan
kesadaan pasien (Varney, 2007). Pada kasus amenore sekunder masalah yang
dihadapi pasien yaitu cemas (Nugroho dan Utama, 2014)
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien sebelum tendentifikasi
dalam diagnosa atau masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data
(Varney, 2007). Pada kasus amenore kebutuhan yang diberikan yaitu dorongan moril
dan kebutuhan konseling informasi education (KIE) (Manuaba, 2007).
2.2.3 Langkah III : Diagnosa / Masalah Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada
langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila
memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-
benar terjadi (Soepardan, 2008). Diagnosa potensial yang muncul pada kasus amenore
sekunderyaitu dapat menyebabkan gangguan kesuburan atau infertil (Arwini, 2013).
2.2.4 Langkah IV : Tindakan Segera
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan
menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai
dengan kondisi pasien (Soepardan, 2008). Pada kasus amenore sekunderantisipasi
yang diberikan yaitu pemberian terapi yang mengandung progesteron (Nugroho dan
Utama, 2014).
2.2.5 Langkah V : Perencanaan
Langkah ini ditentukan oleh langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari
masalah atau diagnosa yang telah diidenfikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari
setiap masalah yang berkaitan (Soepardan, 2008). Perencanaan yang akan diberikan
menurut Proverawati dan Misaroh (2009), meliputi :
1) Observasi keadaan umum
2) Perbaikan asupan gizi
3) Pengurangan berat badan pada wanita obesitas
4) Pemberian tiroid pada wanita dengan hipotiroid
5) Pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais
6) Pemberian estrogen dan progesterone
2.2.6 Langkah VI : Pelaksanaan
Pada langkah ini merencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan dengan langkah-
langkah sebelumnya. Semua keputusan yang dikembalikan dalam asuhan menyeluruh
ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan, serta sesuai dengan
asumsi tentang apa yang dilakukan pasien. Sehingga setiap rencana asuhan haruslah
disetujui oleh ke dua belah pihak yaitu bidan dan pasien, agar dapat dilaksanakan
dengan efektif karena pasien juga akan melaksanakan rencana tersebut (Soepardan,
2008). Pada kasus amenore sekunder pelaksanaan dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat menurut Proverawati dan Misaroh (2009).
1) Mengobservasi keadaan umum
2) Memperbaikan asupan gizi
3) Mengurangan berat badan pada wanita obesitas
4) Memberikan tiroid pada wanita dengan hipotiroid
5) Memberikan kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais
6) Memberikan estrogen dan progesterone

2.2.7 Langkah VII : Evaluasi


Langkah ini merupakan evaluasi rencana tindakan yang meliputi kebutuhan pada
pasien telah terpenuhi secara efektif dengan melakukan kolaborasi dengan petugas
kesehatan lainnya (Varney, 2007). Pada kasus pasien dengan amenore sekunder yang
diharapkan adalah :
1) Keadaan umum ibu baik
2) Kecemasan berkurang
3) Asupan nutrisi terpenuhi
4) Terjadi perdarahan menstruasi
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R & Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta : Mitra
Cendikia.

Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Fansia, 2011. Penanganan Amenore Sekunder Sindrom Stagnasi Qi Dan Stasis Darah
Dengan Terapi Akupunktur Dan Herbal Kunyit (Curcuma Domestica
Val.)adln.lib.unair.ac.id/.../gdlhub-gdl-s1-2012-maslihahla-24203-fk-pt16 diakese
tanggal 3 November 2015

Kumalasari dan Andhyantoro, 2012. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan


dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Manuaba, I.B.G. 2008. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC

Merin, 2012. Amenorrhea: Cytogenetic Studies and Beyond.


core.ac.uk/download/pdf/12348799.pdf. diakses 24 November 2015

Nursalam, 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Konsep dan Praktik. Jakarta:
Salemba MEdika
Porverawati, A dan Misaroh, S, 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta: Medical Book

Prihardjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC

Prita Y. I, 2013. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi pada Ny.T umur 32
Tahun dengan Amenore Sekunder di RSUD Surakarta. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret
Rukiyah, Y. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Tran Info Media

Sari, E.J, 2014. Gambaran IMT dengan Gangguan Menstruasi (Dysmenorhoe, Amenore,
Oligomenore) Pada Mahasiswa Tingkat 1. jurnal-
griyahusada.com/awal/images/files/Penelitian%202.pdf. diakses tanggal 24 November
2015

Soepardan, S. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

Sulistyawati, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika

Syafrudin dkk, 2011. Penyuluhan Kesehatan pada Remaja, Keluarga, Lansia dan
Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Vol.1. Jakarta : EGC

Yanti, 2011. Buku Ajar Ksesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama


BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal : 27 Februari 2020


Jam : 09.00 WIB
Tempat : Poli Kandungan RSU Haji Surabaya
Pengkaji : Yurischa Nuzulul Khoirunnisa

3.1. Data Subyektif


1. Identitas Pasien

Nama : Nn. A
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Belum bekerja
Alamat : Sunan Giri Surabaya

2. Keluhan Utama
Sudah 3 bulan belum mendapatkan menstruasi dan merasa cemas dengan
keadaannya.
3. Riwayat Haid
Menarche : 14 Tahun
Nyeri menstruasi : tidak
Siklus : +- 30 hari teraktur
Haid terakhir : 17 November 2019
Keputihan : bening encer tidak bau lama 3 hari
4. Status Perkawinan
Belum kawin
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas
Belum pernah hamil
6. Riwayat KB
Belum pernah KB
7. Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengatakan sedang tidak menderita sakit apapun seperti panas, pilek dan batuk.
(2) Riwayat Kesehatan Lalu
Tidak memiliki riwayat penyakit menurun (Diabetes Mellitus, Asma), menular
(HIV/AIDS, TBC), dan menahun (jantung, ginjal, lambung)
(3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada yang sedang atau pernah memiliki riwayat penyakit menurun
(Diabetes Mellitus, Asma), menular (HIV/AIDS, TBC), dan menahun (jantung,
ginjal, lambung)
8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
(1) Pola Nutrisi :
- Makan : 2x/hari, porsi sedikit dan kurang bervariasi, Lauk seperti tempe,
tahu, ikan, dan ayam, jarang makan sayur dan buah (seminggu sekali),
sering menyemil (kue, wafer, coklat, dll)
- Minum : 6 gelas/hari, air putih, teh, kopi
(2) Pola Eliminasi
- BAB sehari sekali, warna coklat, konsistensi lembek
- BAK sehari 5x/hari, kuning,
(3) Istirahat
- Tidur siang : jarang
- Tidur malam : Lama 5,5 jam, mulai dari jam 23.00 WIB hingga jam 04.30
WIB
(4) Personal Hygiene
- Mandi 2x/hari
- Keramas 2 hari sekali
- Ganti pakaian dalam 2x/hari

3.2. Data Obyektif


1. Status Generalis
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran :Composmentis
c. TTV :
TD : 120/80 mmHg
R: 20x/menit
N : 78 x/menit
S : 37,0 C
d. TB : 162 kg
BB : 60 kg
BB bulan November 2018 : 50 kg
2. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
1) Rambut : Bersih tidak berketombe dan tidak rontok
2) Muka :Tidak pucat, tidak oedem
3) Mata : Conjungtiva merah muda, Sklera putih
4) Hidung : Simetris, tidak ada benjolan
5) Telinga :Simetris, tidak ada serumen
6) Mulut : tidak stomatitis, tidak berdarah, tidak ada caries.
b. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar gondok, kelenjar limfe, dan
vena
jugularis
c. Dada dan Axilla : Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
e. Anogenital : Tidak dilakukan pemeriksaan
f. Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
g. Ekstremitas : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium : tidak dilakukan

3.3. Analisa Data


Nn. A usia 23 tahun dengan amenore sekunder

3.4. Penatalaksanaan
Tempat : Poli Kandungan Jam : 09.05 WIB
1. Menjelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan. Pasien mengerti.
2. Memberikan KIE pada pasien tentang gangguan menstruasi amenorea sekunder
seperti pengertian amenore sekunder dan penyebab amenorea sekunder. Pasien
sudah cukup jelas.
3. Memberikan KIE pada pasien tentang pola hidup yang baik yakni tentang gizi yang
cukup dan pola istirahat yang benar. Pasien mengerti.
4. Memberikan support mental untuk mengurangi kecemasan. Pasien cukup terbantu.
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi. Mendapatkan
terapi Regumen 2x1.
6. Menjadwalkan kontrol ulang sesuai advice dokter yakni setelah mendapatkan haid.
Pasien bersedia.

Anda mungkin juga menyukai