PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
1. Sakit kepala
2. Galaktore (pembekuan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang
menyusui.
3. Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)
4. Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
5. Vagina yang kering
6. Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan yang mengikuti pola pria),
perubahan suara dan perubahan ukuran payuara.
2.1.4 Diagnosa
Menurut Nugroho dan Utama (2014), diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil
pemeriksaan fisik dan usia penderita. Pemeriksaan yang biasa dilakukan yaitu:
1. Biopsi endometrium
2. Progestin withdrawal
3. Kadar prolaktin
4. Kadar hormon
5. Tes fungsi tiroid
6. Tes kehamilan
7. Kadar FSH (Folicle Stimulatin Hormon), LH (Luteinzing Hormone) dan TSH
(Thyroid Stimulating Hormone).
8. Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom.
9. CT Scan kepala (jika diduga ada tumor hipofisa)
2.1.5 Pengobatan
Menurut Nugroho dan Utama (2014), pengobatan tergantung kepada penyebabnya.
1. Jika penyebabnya adalah penurunan berat badan yang drastis atau obesitas,
penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat.
2. Jika penyebannya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk
menguranginya.
3. Jika seorang anak perempuan belum pernah mengalami menstruasi dan semua
hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan untuk
memantau perkembangan pubertasnya. Untuk merangsang menstruasi bisa
diberikan progesteron. Untuk merangsan perubahan pubertas pada anak
perempuan yang payudaranya belum membesar atau rambut kemaluan dan
ketiaknya belum tumbuh bisa diberikan estrogen.
4. Jika penyebabnya adalah tumor, maka dilakukan pembedahan untuk
mengangkat tumor tersebut. Tumor hipofisa yang terletak di dalam otak
biasanya diobati dengan bromokriptin untuk mencegah pelepasan prolaktin yang
berlebihan oleh tumor. Bila perlu bisa dilakukan pengangkatan tumor. Terapi
penyinaran biasanya baru dilakukan jika pemberian obat ataupun pembedahan
tidak berhasil.
(2) Kesadaran
a. Composmentis adalah sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
b. Apatis adalah kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
c. Somnolen adalah keadaan kesadaran yang mau tidur saja, dapat
dibangunkan dengan rangsan nyeri tetapi jatuh tidur lagi),
d. Delirium, semi koma adalah kesadaran yang menyerupai koma.
e. Koma adalah keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak
dapat dibangunkan dengan rangsang apapun) (Prihardjo, 2007).
(3) Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah
Tekanan darah normal 110/60 – 140/90 mmHg (Prihardjo, 2007).
b. Suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak jika
ada dan lebih dari 38oC kemungkinan terjadi infeksi. Batas normal
37,5-38oC (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
c. Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit (Saifuddin,
2007). Batas normal 60 – 80 x / menit (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
d. Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung dalam 1
menit (Saifuddin, 2007). Batas normal 20-30 x/menit (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
(4) Berat Badan
Untuk mengetahui faktor resiko obesitas (Saifuddin, 2007). Pada kasus
amenore sekunder bisa terjadi penurunan atau kenaikan berat badan
(Nugroho dan Utama, 2014).
(5) Tinggi Badan
Untuk mengetahui faktor risiko kesempitan panggul (Saifuddin, 2007).
Tinggi badan wanita normal 150 cm (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2) Pemeriksaan fisik
(1) Kepala :
a. Rambut
Meliputi warna mudah rontok atau tidak dan kebersihannya
(Nursalam, 2009).
b. Muka
Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah oedema
(Nursalam, 2009).
c. Mata
Ada oedema atau tidak, conjungtiva anemis atau tidak, untuk
mengetahui adakah kuning pada sklera (Nursalam, 2009).
d. Hidung
Bagaimana kebersihannya, ada pengeluaran sekret atau tidak
e. Telinga
Bagaimana kebersihannya, ada serumen atau tidak
f. Mulut
Ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi berdarah atau tidak.
g. Leher
Adalah pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan atau tidak, adakah
pembesaran kelenjar limfe (Nursalam, 2009)
(2) Dada dan Axilla
Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada benjolan
atau tidak, ada nyeri atau tidak (Nursalam, 2009).
(3) Abdomen
Apakah ada luka bekas operasi, ada ben jolan atau tidak, ada nyeri atau
tidak (Varney, 2007). Pada kasus amenore sekunder adanya nyeri tekan
pada sympisis (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(4) Genetalia
Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi, varices,
pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan (Prihardjo, 2007). Pada
kasus amenore sekunderdidapatkan vagina kering (Nugroho dan Utama,
2014).
(5) Inspekulo
Dilakukan untuk memastikan bahwa darimana asal perdarahan tersebut,
apakah ada infeksi/ kelainan pada servik/portio (Prihardjo, 2007).
(6) Pemeriksaan dalam
Untuk mengetahui apakah ada nyeri sentuh, adakah benjolan atau tidak
(Prihardjo, 2007). Pada kasus amenore sekunderadannya masa dalam
ovarium dan uterus serta adanya nyeri (Varney, 2007).
(7) Anus
Apakah ada haemorhoid atau tidak (Prihardjo, 2007).
(8) Ekstremitas
Ektremitas atas dan bawah ada cacat atau tidak, oedema atau tidak
terdapat varices atau tidak (Priharjo, 2007).
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada yaitu Biopsi endometrium, Progestin
withdrawal, Kadar prolaktin, Kadar hormon, Tes fungsi tiroid, Tes kehamilan,
Kadar FSH (Folicle Stimulatin Hormon), LH (Luteinzing Hormone) dan TSH
(Thyroid Stimulating Hormone), Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan
kromosom, CT Scan kepala (jika diduga ada tumor hipofisa).
2.2.2 Langkah II : Interpretasi Data
Mengindentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan.
Ketiganya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan
terhadap pasien (Soepardan, 2008).
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkungan
praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang
dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Varney, 2007).
Diagnosa kebidanan yang ditegakkan adalah : Nn. X umur ... tahundengan amenore
sekunder. Data Dasar:
Data subjektif
a. Nn. X mengatakan pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti
lebih dari tiga bulan (Manuaba, 2007).
b. Nn. X mengatakan mengalami penurunan atau penambahan berat badan
(Nugroho dan Utama, 2014).
c. Nn. Xmengatakan sakit kepala (Nugroho dan Utama, 2014).
Data objektif
Menurut Nugroho dan Utama (2014), data objektif pada kasus amenore sekunder
yaitu:
a. Denyut jantung yang cepat
b. Kulit yang hangat dan lembab
c. Pada kasus amenore bisa terjadi penurunan atau kenaikan berat badan
(Nugroho dan Utama, 2014).
d. Abdomenpada kasus amenore sekunder adanya nyeri tekan pada sympisis
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
e. Genetalia pada kasus amenore sekunderdidapatkan vagina kering (Nugroho
dan Utama, 2014).
f. Pemeriksaan dalam pada kasus amenore sekunderadannya masa dalam
ovarium dan uterus serta adanya nyeri (Varney, 2007)
2) Masalah
Masalah adalah masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan
kesadaan pasien (Varney, 2007). Pada kasus amenore sekunder masalah yang
dihadapi pasien yaitu cemas (Nugroho dan Utama, 2014)
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien sebelum tendentifikasi
dalam diagnosa atau masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data
(Varney, 2007). Pada kasus amenore kebutuhan yang diberikan yaitu dorongan moril
dan kebutuhan konseling informasi education (KIE) (Manuaba, 2007).
2.2.3 Langkah III : Diagnosa / Masalah Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada
langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila
memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-
benar terjadi (Soepardan, 2008). Diagnosa potensial yang muncul pada kasus amenore
sekunderyaitu dapat menyebabkan gangguan kesuburan atau infertil (Arwini, 2013).
2.2.4 Langkah IV : Tindakan Segera
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan
menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai
dengan kondisi pasien (Soepardan, 2008). Pada kasus amenore sekunderantisipasi
yang diberikan yaitu pemberian terapi yang mengandung progesteron (Nugroho dan
Utama, 2014).
2.2.5 Langkah V : Perencanaan
Langkah ini ditentukan oleh langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari
masalah atau diagnosa yang telah diidenfikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari
setiap masalah yang berkaitan (Soepardan, 2008). Perencanaan yang akan diberikan
menurut Proverawati dan Misaroh (2009), meliputi :
1) Observasi keadaan umum
2) Perbaikan asupan gizi
3) Pengurangan berat badan pada wanita obesitas
4) Pemberian tiroid pada wanita dengan hipotiroid
5) Pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais
6) Pemberian estrogen dan progesterone
2.2.6 Langkah VI : Pelaksanaan
Pada langkah ini merencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan dengan langkah-
langkah sebelumnya. Semua keputusan yang dikembalikan dalam asuhan menyeluruh
ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan, serta sesuai dengan
asumsi tentang apa yang dilakukan pasien. Sehingga setiap rencana asuhan haruslah
disetujui oleh ke dua belah pihak yaitu bidan dan pasien, agar dapat dilaksanakan
dengan efektif karena pasien juga akan melaksanakan rencana tersebut (Soepardan,
2008). Pada kasus amenore sekunder pelaksanaan dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat menurut Proverawati dan Misaroh (2009).
1) Mengobservasi keadaan umum
2) Memperbaikan asupan gizi
3) Mengurangan berat badan pada wanita obesitas
4) Memberikan tiroid pada wanita dengan hipotiroid
5) Memberikan kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais
6) Memberikan estrogen dan progesterone
Ambarwati, E.R & Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta : Mitra
Cendikia.
Fansia, 2011. Penanganan Amenore Sekunder Sindrom Stagnasi Qi Dan Stasis Darah
Dengan Terapi Akupunktur Dan Herbal Kunyit (Curcuma Domestica
Val.)adln.lib.unair.ac.id/.../gdlhub-gdl-s1-2012-maslihahla-24203-fk-pt16 diakese
tanggal 3 November 2015
Nursalam, 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Konsep dan Praktik. Jakarta:
Salemba MEdika
Porverawati, A dan Misaroh, S, 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta: Medical Book
Prita Y. I, 2013. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi pada Ny.T umur 32
Tahun dengan Amenore Sekunder di RSUD Surakarta. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret
Rukiyah, Y. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Tran Info Media
Sari, E.J, 2014. Gambaran IMT dengan Gangguan Menstruasi (Dysmenorhoe, Amenore,
Oligomenore) Pada Mahasiswa Tingkat 1. jurnal-
griyahusada.com/awal/images/files/Penelitian%202.pdf. diakses tanggal 24 November
2015
Sulistyawati, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika
Syafrudin dkk, 2011. Penyuluhan Kesehatan pada Remaja, Keluarga, Lansia dan
Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Vol.1. Jakarta : EGC
TINJAUAN KASUS
Nama : Nn. A
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Belum bekerja
Alamat : Sunan Giri Surabaya
2. Keluhan Utama
Sudah 3 bulan belum mendapatkan menstruasi dan merasa cemas dengan
keadaannya.
3. Riwayat Haid
Menarche : 14 Tahun
Nyeri menstruasi : tidak
Siklus : +- 30 hari teraktur
Haid terakhir : 17 November 2019
Keputihan : bening encer tidak bau lama 3 hari
4. Status Perkawinan
Belum kawin
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas
Belum pernah hamil
6. Riwayat KB
Belum pernah KB
7. Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengatakan sedang tidak menderita sakit apapun seperti panas, pilek dan batuk.
(2) Riwayat Kesehatan Lalu
Tidak memiliki riwayat penyakit menurun (Diabetes Mellitus, Asma), menular
(HIV/AIDS, TBC), dan menahun (jantung, ginjal, lambung)
(3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada yang sedang atau pernah memiliki riwayat penyakit menurun
(Diabetes Mellitus, Asma), menular (HIV/AIDS, TBC), dan menahun (jantung,
ginjal, lambung)
8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
(1) Pola Nutrisi :
- Makan : 2x/hari, porsi sedikit dan kurang bervariasi, Lauk seperti tempe,
tahu, ikan, dan ayam, jarang makan sayur dan buah (seminggu sekali),
sering menyemil (kue, wafer, coklat, dll)
- Minum : 6 gelas/hari, air putih, teh, kopi
(2) Pola Eliminasi
- BAB sehari sekali, warna coklat, konsistensi lembek
- BAK sehari 5x/hari, kuning,
(3) Istirahat
- Tidur siang : jarang
- Tidur malam : Lama 5,5 jam, mulai dari jam 23.00 WIB hingga jam 04.30
WIB
(4) Personal Hygiene
- Mandi 2x/hari
- Keramas 2 hari sekali
- Ganti pakaian dalam 2x/hari
3.4. Penatalaksanaan
Tempat : Poli Kandungan Jam : 09.05 WIB
1. Menjelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan. Pasien mengerti.
2. Memberikan KIE pada pasien tentang gangguan menstruasi amenorea sekunder
seperti pengertian amenore sekunder dan penyebab amenorea sekunder. Pasien
sudah cukup jelas.
3. Memberikan KIE pada pasien tentang pola hidup yang baik yakni tentang gizi yang
cukup dan pola istirahat yang benar. Pasien mengerti.
4. Memberikan support mental untuk mengurangi kecemasan. Pasien cukup terbantu.
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi. Mendapatkan
terapi Regumen 2x1.
6. Menjadwalkan kontrol ulang sesuai advice dokter yakni setelah mendapatkan haid.
Pasien bersedia.