Anda di halaman 1dari 15

MATERNITAS

DOSEN PEMBIMBING
Ns. Nurmukhoromatis,S.Kep.,M.Kep

DISUSUN OLEH
NAMA : ENTA FITRIYA
NPM : F0H019054
KELAS : 2B D3 Keperawatan

UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
D3 KEPERAWATAN
2020/2021
Hubungan Status Gizi dengan Gangguan Menstruasi pada Remaja Putri di SMA
Al-Azhar Surabaya Correlation between Nutritional Status and Menstrual
Disorders of Female Adolescent in SMA Al-Azhar Surabaya

Remaja merupakan suatu transisi periode kehidupan dari masa anak ke dewasa. Perubahan
akan diikuti dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi. Menurut WHO, batasan
usia remaja terjadi pada umur 12-24 tahun. 1 Jumlah penduduk remaja dunia mencapai 1,2 milyar
atau 18% dari jumlah penduduk dunia. Di Indonesia, menurut Sensus Penduduk tahun 2010 jumlah
penduduk kelompok usia 10-19 tahun mencapai 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk.

Pada masa pubertas akan terjadi kematangan kerangka dan seksual secara pesat3 . Menurut
Mons dan Knoer (2002) pada remaja putri tanda-tanda kelamin primer muncul dengan adanya
perkembangan rahim dan saluran telur, vagina, bibir kemaluan dan Klitoris. 1 Kematangan sel telur
dan produksi hormon esterogen akan menyebabkan munculnya menstruasi pada periode pertama yang
disebut menarche.

Menurut Hurlock (2007), hal tersebut menandakan bahwa mekanisme reproduksi pada anak
perempuan telah berfungsi matang. 1 Masa ini merupakan masa yang sangat penting sebagai proses
persiapan untuk menjadi calon ibu. 3 Menstruasi merupakan perdarahan dari rahim yang berlangsung
secara periodik dan siklik. Hal tersebut akibat dari pelepasan (deskuamasi) endometrium akibat
hormon ovarium (estrogen dan progesteron) yang mengalami perubahan kadar pada akhir siklus
ovarium, biasanya dimulai pada hari ke-14 setelah ovulasi. Menstruasi merupakan suatu hal ini akan
menjadi masalah jika terjadi gangguan menstruasi

Gangguan menstruasi dapat berupa gangguan lama dan jumlah darah haid, gangguan siklus
haid, gangguan perdarahan di luar siklus haid dan gangguan lain yang berhubungan dengan haid.
Lama menstruasi normalnya terjadi antara 4-8 hari. Apabila menstruasi terjadi kurang dari 4 hari
maka dikatakan hipomenorea dan jika lebih dari 8 hari dikatakan hipermenorea. Perempuan biasanya
mempunyai siklus haid antara 21-35 hari. Disebut polimenorea jika siklus haid kurang dari 21 hari
dan oligomenorea jika siklus haid lebih dari 35 hari. Perdarahan bukan haid adalah perdarahan yang
terjadi dalam masa antara 2 haid. Pada perempuan yang mengalami siklus menstruasi lebih dari 90
hari maka dikatakan mengalami amenorea.

Pada gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi dapat berupa dismenorea dan
premenstrual syndrome (PMS). Dismenorea adalah rasa sakit atau tidak enak pada perut bagian
bawah yang terjadi pada saat menstruasi sampai dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Premenstrual
syndrome (PMS) muncul pada sebelum menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dengan gejala
dapat berupa fisik, psikologis dan emosional.
Adanya gangguan menstruasi akan dapat menjadi hal yang serius. Menstruasi yang tidak
teratur dapat menjadi pertanda tidak adanya ovulasi (anoluvatoir) pada siklus menstruasi. Hal tersebut
berarti seorang wanita dalam keadaan infertile (cenderung sulit memiliki anak). Pada menstruasi
dengan jumlah perdarahan yang banyak dan terjadi dalam kurun waktu yang lama akan dapat
menyebabkan anemia pada remaja. Gangguan lain seperti PMS dan dismenorea dapat mengganggu
produktivitas. Keluhan yang berhubungan dengan kondisi fisik seperti rasa sakit di sekitar kepala dan
nyeri pada perut bagian bawah sehingga dapat mengganggu rutinitas. Dampak emosional dapat
berupa emosi yang tidak terkontrol, gelisah, lekas marah, mudah panik dan pada akhirnya akan mudah
menangis.

Hasil dari penelitian didapatkan adanya hubungan antara status gizi dengan gangguany
menstruasi yang terjadi pada remaja putri SMA Al-Azhar. Sebagian besar dari remaja putri masih
mengalami gangguan menstruasi. Gangguan yang paling banyak dialami adalah dismenorea dan
Premenstrual Syndrom (PMS) yang dialami oleh sepertiga seluruh siswi. Pada status gizi, hampir
setengah dari remaja putri masih mempunyai status gizi yang tidak normal baik kurang maupun lebih.

Status gizi sebagai salah satu penyebab terjadinya gangguan menstruasi. Jadi, perlu adanya
pendidikan perlunya gizi seimbang dan makanan sehat. Perlu untuk memberikan penjelasan tentang
jenis makanan yang memang mengandung zat gizi yang dibutuhkan tubuh dan makanan yang dapat
mengganggu metabolisme tubuh. Diharapkan remaja putri dapat mengatur dan menjaga pola makan
baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Selain itu, perlu adanya penelitian lanjut mengenai penyebab
gangguan menstruasi dikarenakan faktor lain seperti kurangnya aktifitas fisik yang dilakukan, stres
psikologi dan hal lain yang dapat berpengaruh.

Riris Novita 2015,


file:///C:/Users/ASUS/Downloads/7351-28902-2-PB.pdf
HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN DISMENORE
PRIMER PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Dismenore atau nyeri haid merupakan salah satu keluhan yang dapat dialami wanita saat
menstruasi. Dismenore adalah nyeri perut bawah saat menstruasi yang biasanya didampingi oleh
gejala lainnya seperti berkeringat, sakit kepala, diare, dan muntah. Dismenore dibagi menjadi
dismenore primer dan dismenore sekunder.
Dismenore primer adalah nyeri haid tanpa adanya kelainan pada organ genital dan hampir
selalu muncul pertama kali pada wanita berumur 20 tahun atau lebih muda setelah siklus ovulasi
mereka tetap. Puncak kejadian dismenore primer adalah pada rentang usia remaja akhir menuju
dewasa muda yaitu rentang usia 15-25 tahun.
Dismenore sekunder adalah nyeri haid dengan adanya kelainan pada organ genital yang
seringnya terjadi pada wanita berusia lebih dari 30 tahun. 1,2 Angka kejadian dismenore di dunia
sangat besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan mengalami dismenore primer.3 Prevalensi
dismenore di setiap negara berbeda-beda.
Prevalensi di Amerika Serikat kurang lebih sekitar 85%, di Italia sebesar 84,1% dan di
Australia sebesra 80%.4 Prevalensi rata-rata di Asia kurang lebih sekitar 84,2% dengan spesifikasi
68,7% terjadi di Asia Timur laut, 74,8% di Asia Timur Tengah, dan 54,0% di Asia Barat laut.
Prevalensi di negara-negara Asia Tenggara juga berbeda, angka kejadian di Malaysia mencapai
69,4%, Thailand 84,2% dan di Indonesia angka kejadian dismenore 64,25% terdiri dari 54, 89%
dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder.
Menurut penelitian oleh Sari (2015) didapatkan angka 68,7% kejadian dismenore primer pada
siswi SMA Negeri 2 Pontianak.6 Dismenore primer bukan merupakan suatu gangguan yang
mengancam jiwa, tetapi dapat berdampak negatif ke dalam kualitas kehidupan wanita.
Dismenore dapat menyebabkan terganggunya aktivitas dan produktivitas seseorang.
Kebanyakan wanita yang menderita dismenore tidak masuk sekolah atau kerja untuk satu atau dua
hari.7 Gaya hidup seseorang seperti aktivitas fisik, merokok, dan diet (pola makan) merupakan faktor-
faktor yang dapat memicu terjadinya dismenore primer. 8,9 Berdasarkan penelitian oleh Bavil et al
(2016) terdapat perbedaan gaya hidup yang meliputi aktivitas fisik, stres, dan konsumsi makanan
cepat saji pada wanita yang mengalami dan tidak mengalami dismenore.
Wanita yang mengalami dismenore cenderung memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah,
tingkat stres yang tinggi dan frekuensi mengonsumsi fast food yang sering daripada yang tidak
mengalami Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan (JNIK) LP2M Unhas, Vol 2, 3 2020 132
dismenore.Terdapat hubungan antara tingkat stres, tingkat aktivitas fisik dan konsumsi fast food
dengan kejadian dismenore primer pada mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan (JNIK) LP2M Unhas, Vol 2, 3 2020 139 Saran bagi
remaja putri untuk melakukan upaya preventif terhadap kejadian dismenore primer berupa:
(1) Mengurangi stres dengan cara memperbanyak berpikir terbuka dan positif, berinteraksi dengan
orang tua, teman, sahabat serta berlatih memanajemen waktu.
(2) Mengurangi konsumsi fast food dengan memperbanyak mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi
dan vitamin. Seperti sayuran, buah, ikan, dan madu.
(3) Meningkatkan aktivitas fisik dengan berjalan kaki 30 menit per hari dalam 3 hari pertama
menstruasi serta memperbanyak olahraga.
Selain itu bagi remaja putri dengan intensitas nyeri menstruasi sangat berat dapat
berkonsultasi dengan dokter. Saran bagi peneliti selanjutnya untuk dapat menjadikan penelitian ini
sebagai data penelitian selanjutnya. Selain itu, diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk
menggunakan metode lain dan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor resiko lain yang
dapat mempengaruhi kejadian dismenore primer, seperti usia, lama siklus menstruasi, dan Indeks
Massa Tubuh (IMT).

Ghina Tsamara1 , Widi Raharjo2 , Eka Ardiani Putri3,2020


file:///C:/Users/ASUS/Downloads/8543-Article%20Text-27662-1-10-20200224.pdf
Cara Menghitung Masa Subur dengan Mempelajari Siklus Menstruasi

Secara normal wanita akan mengalami menstruasi dalam rentan waktu tertentu setiap
bulannya. Menstruasi terdiri dari beberapa jenjang siklus yang sering disebut sebagai siklus
menstruasi. Setiap siklus memiliki rentan waktu yang berbeda-beda untuk setiap wanita. Dengan
mempelajari dan mencatat siklus menstruasi, kita sekaligus bisa menghitung masa subur dan
memperkirakan tanggal menstruasi selanjutnya.Dilansir Healthline, haid atau menstruasi akan terjadi
ketika lapisan dinding rahim mulai penuh dan meluruh setiap bulannya. Luruhan tersebut lalu
melewati celah kecil dari mulut rahim dan keluar melewati saluran vagina.
Siklus pertama, yakni terjadi hari pertama hingga hari ke-5. Pada siklus ini wanita biasanya
akan mengalami pendarahan. Pendarahan terberat akan terjadi di hari pertama dan kedua. Di fase
inilah akan terjadi beberapa gangguan seperti disminorea, yaitu kram selama masa menstruasi.
Siklus kedua, yakni terjadi pada hari ke-6 sampai hari ke-14. Pada siklus ini pendarahan
mulai berkurang atau bahkan berhenti. Ketika pendarahan sudah sepenuhnya berhenti, lapisan
terdalam rahim (endometrium) akan mempersiapkan untuk adanya pembuahan. Endometrium akan
menjadi tebal berisi banyak darah dan nutrisi. Pada siklus inilah yang sering disebut dengan masa
subur. Sehingga, cara menghitung masa subur adalah dengan melihat sekitar waktu ovulasi dari siklus
menstruasi.Umumnya, masa subur wanita adalah 12–16 hari sebelum masa haid berikutnya. Sehingga,
rata-rata perempuan mengalami masa subur di antara hari ke-10 hingga hari ke-17 setelah hari
pertama haid terakhir. Misalnya, jika hari pertama kita haid adalah tanggal 1 Juli, maka masa subur
adalah berkisar tanggal 10-17 Juli.
Siklus ketiga, terjadi pada hari ke-14 sampai hari ke-25. Pada siklus ini sel telur akan
dilepaskan oleh salah satu ovary, lalu memulai perjalanannya menuju tuba falopi dan rahim. Jika
berhasil dibuahi, janin akan tumbuh di dinding rahim.
Siklus keempat, terjadi pada hari ke-25 sampai hari ke-28. Jika sel telur tidak dibuahi, akan
terjadi perubahan hormon yang memberikan tanda bahwa penyimpanan lapisan rahim akan meluruh
membawa darah bersama dengan sel telur. Siklus ini akan kembali lagi ke siklus pertama.
Sebagaimana dilansir Yourperiode, menjelang haid biasanya beberapa wanita akan
mengalami premenstrual syndrom (PMS). Gejala-gejala tersebut sebenarnya normal, namun
terkadang gejala-gejala yang timbul bisa menghambat aktivitas.
Dikutip dari Medical News Today berikut adalah beberapa gejala yang mungkin akan anda
alami menjelang haid: Perubahan suasana hati menjadi lebih sensitif Insomnia Pusing Perut kembung
Kesulitan berkonsentrasi Payudara mengencang Kelelahan Gejala PMS biasanya terjadi karena
adanya perubahan hormon atau perubahan kadar serotonin. Untuk mengatasi gejala-gejala PMS, anda
disarankan untuk olahraga secara teratur, menghindari stres, makan banyak buah dan sayur,
mengurangi garam, serta mengurangi konsumsi kafein dan alkohol.

Yulaika Ramadhani ,4 juli 2019


https://tirto.id/cara-menghitung-masa-subur-dengan-mempelajari-siklus-menstruasi-cipT
Gangguan Pola Siklus Haid pada Pesenam di Kota Pekanbaru

Wanita yang mengikuti olahraga senam di Kota Pekanbaru akan memasuki masa pra-
menopuase. Salah satu tanda awal pra-menopause adalah haid menjadi tidak teratur yang disebabkan
oleh fluktuasi produksi hormon saat jumlah sel telur yang dilepaskan menurun. Siklus haid kadang
memendek,memanjang, dan atau tidak mengalami haid sama sekali (Ghani, 2009). Hasil survei juga
didapatkan selama mengikuti senam wanita yang mengikuti senam mengalami stres. Adapun faktor
lain yangberhubungan dengan cepatnya menopuase adalah usia menarche yang lebih cepat dialami
(Winarto et al.,2007).
Usia menarche wanita yang berolahraga senam di Kota Pekanbaru dengan rerata 12,93 tahun
hal tersebutsesuai dengan rerata dari Kemenkes yaitu usia 13 tahun dengan rentang usia 9-20 tahun
(Zalmi, Harahap& Desfita, 2017) dengan pengalaman mengalami nyeri haid dan riwayat mengkomsi
obat anti nyeri.
 Variabel confounding dengan pola siklus haid

1. Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya di rencanakan untuk mempengaruhi orang lain
baikindividu maupun masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan oleh
pelakupendidikan. Dari batasan di atas tersirat unsur-unsur pendidikan yakni infut, proses dan
output.Sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang
kesehatan.Perlunya tingkat pendidikan menandakan semakin tingginya pengetahuan untuk
mengetahui jenisdan cara pengobatan suatu penyakit (Yulianti, 2010).
Dengan pendidikan tinggi seseorang akan cenderung mendapatkan informasi, baik dari orang
lainmaupun dari media massa, sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan
menghambatperkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
Pendidikanseseorang terkait dengan kemampuan seseorang untuk mempelaari perilaku yang
berhubungandengan perilaku yang sehat.

2. Status perkawinan
Adanya pengaruh siklus haid terhadap status perkawinan seseorang. Wanita yang single atau
janda ebih berisiko terhadap gangguan pola siklus haid. Dengan kesimpulan bahwa seks secara aktif
akan menurunkan risiko gangguan pola siklus haid.

3. Pola makan
Menurut Kalangit (2016) diet yang baik adalah diet yang menekankan pada perubahan dalam
jenis makanan, jumlah, dan seberapa sering seseorang makan, dan ditambah dengan program. Diet
dapat memengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian berhubungan dengan anovulasi, penurunan
responshormone pituitary, fase folikel yang pendek, tidak normalnya siklus menstruasi (kurang dari
10 kali/tahun).
Diet rendah lemak berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan periode
perdarahan. Diet rendah kalori seperti daging merah dan rendah lemak berhubungan dengan
amenorrhea. Hasil analisa bahwa pola makan tidak mempengaruhi gangguan pola siklus haid, tetapi
pada diit yang dilakukan selain daging yaitu orang dengan vegetarian penelitian terkait bahwa sangat
mempengaruhi gangguan pola siklus haid.

4. Jumlah anak
Paritas atau jumlah anak kelahiran hidup dan mati dari suatu kehamilan 28 minggu keatas
yang pernah dialami ibu. Paritas sebanyak 2-3 kali merupakan paritas paling aman ditinjau dari
sudutkematian maternal. Dari penelitian Putra et al. (2016) mendapatkan hasil bahwa jumlah paritas
ada hubungan dengan siklus haid. Semakin banyak paritas siklus haid menjadi lebih teratur.

5. Status gizi
Menurut Kalangit (2016) diet yang baik adalah diet yang menekankan pada perubahan dalam
jenis makanan, jumlah, dan seberapa sering seseorang makan, dan ditambah dengan program.
Diet dapat memengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian berhubungan dengan anovulasi,
penurunan respons hormone pituitary, fase folikel yang pendek, tidak normalnya siklus menstruasi
(kurang dari 10 kali/tahun).
Diet rendah lemak berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan periode
perdarahan. Diet rendah kalori seperti daging merah dan rendah lemak berhubungan dengan
amenorrhea. Hasil analisa didapatkan bahwa status gizi tidak berpengaruh pada gangguan pola siklus
haid sesuai dengan beberapa penelitian terkait bahwa yang sangat mempengaruhi bukan dari status
gizi (lingkar lengan dan lingkar perut) tetapi berpengaruh terhadap diit yang dilakukan terutema diit
terhadap makanan berdaging (vegetarian).

6. Usia
Milanti, Fransiska and Nugroho, (2017) semua responden berusia lebih dari 22 tahun
mempunyai siklus menstruasi teratur. Responden berusia 19-22 tahun mempunyai siklus teratur
sebesar 65,1% (97 orang) dan 34,9% (52 orang) mempunyai siklus tidak teratur. Responden yang
berusia 17 tahun sampai 18 tahun mengalami siklus teratur sebanyak 64,3% dan tidak teratur
sebanyak 35,7%. Dengan analisa bahwa makin bertambahnya umur akan sangat berpengaruh terhadap
gangguan pola siklus haid terutama pada usia > 35 tahun.

7. Pengetahuan
Dari penelitian lain menyebutkan bahwa pengetahuan yang baik sangat berpengaruh untuk
menjaga kesehatan reproduksi wanita (Kalangit, 2016). Oleh sebab itu perlunya peningkatan
pengetahuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi terutama menjaga
kesehatan reproduksi wanita.

8. IMT
IMT merupakan hasil statistik dari Berat Badan dan tinggi badan. Dalam penelitian terdahulu
bahwa Berat badan dan perubahan berat badan memengaruhi fungsi menstruasi. Penurunan berat
badan akut dan sedang menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada
ovarium dan lamanya penurunan berat badan. Kondisi patologis seperti berat badan yangkurang/kurus
dan anorexia nervosa yang menyebabkan penurunan berat badan yang berat dapat menimbulkan
amenorrhea (Islami, 2016). Sedangkan penelitian Susanti (2015) didapatkan adanya hubungan yang
bermakna antara berat badan dengan gangguan siklus menstruasi pada wanita usia didapatkan
responden dengan siklus menstruasi teratur paling banyak mempunyai IMT normal yaitu sebesar 75%
(93 orang) Hal ini sesuai dengan penelitian Harahap (2013) yang mendapatkan wanita dengan IMT
normal mempunyai siklus menstruasi teratur.

9. Usia menarche
siklus menstruasi terjadi terutama pada 2 tahun pertama setelah menarke dan sebelum
menopause. Hasil penelitian terhadap 4000 wanita, hanya 3% diantaranya yang mempunyai siklus
menstruasi yang teratur. Hampir semua wanita mengalami perubahan siklus menstruasi setiap
bulannya (Milanti et al., 2017). Usia menarke yang terlambat berhubungan dengan gangguan siklus
menstruasi. Tingkat usia menarke di Indonesia sangat bervariasi menurut Riskesdas 2010 dalam
Safitri (2014) menunjukkan rata-rata usia menarke di Indonesia adalah 13 tahun (20,0%).
Sebagian besar penyimpangan terlambatnya menarke bisa bersifat
sementara yang merupakan gejala dari aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium yang belum matang
Perempuan yang mengalami menstruasi pertama pada usia 11 tahun atau kurang akan memiliki risiko
lebih tinggi untuk mengalami siklus menstruasi yang memanjang. Hal ini juga ditemukan pada
perempuan yang mengalami menstruasi pertama pada usia 14 tahun keatas. Usia menarke
berhubungan dengan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai siklus ovulasi yang teratur. Jika wanita
mengalami early menarke, 50% siklus ovulasi terjadi pada tahun pertama setelah menarke, sedangkan
wanita dengan late menarke membutuhkan 8-12 tahun untuk ovulasi sepenuhnya (Milanti et al.,2017).
.
 Variabel yang tidak berhubungan signifikan
1. Stress
Stres dapat menginduksi perubahan siklus hormonal melalui mekanisme fisiologis aktivasi
berlebihan dan berkepanjangan sumbu adrenal hipotalamus-hipofisis, meningkatkan corticotrophin
releasing hormone (CRH), dan glukokortikoid (kortisol). Kortisol ini meningkatkan fungsi otak dan
memperlambat atau menghentikan fungsi tubuh non-esensial, seperti pertumbuhan sel, pencernaan,
dan reproduksi

2. Penggunaan alat kontrasepsi


Dalam penelitian terkait mengenai gangguan haid bahwa penyebab dismenorea sekunder
lainnya yaitu karena pemakaian kontrasepsi Intra Uteri Device (IUD), dismenorea sekunder lebih
jarangditemukan pada remaja, biasanya terjadi pada usia 25 tahun. Dismenorea primer merupakan
nyeri haid karena aktivitas uterus, tanpa adanya kondisi patologis dari pelvis.

3. Beban olahraga
Semakin banyak wanita yang menyukai kegiatan fisik dengan tingkat penampilannya yang
terus meningkat.
Kesimpulan
Variabel yang berhubungan signifikan yaitu riwayat penyakit sebanyak 2,7 kali berisiko
gangguan pola siklus haid pada pesenam di kota Pekanbaru tahun 2018 . Variabel yang dominan yaitu
riwayat penyakit dan pekerjaan terhadap gangguan pola siklus haid pada pesenam di kota Pekanbaru
tahun 2018. Variabel Confounding yaitu variabel pendidikan, status perkawinan, pola makan, jumlah
anak, status gizi, usia, pengetahuan, IMT, dan usia menarche terhadap gangguan pola siklus haid pada
pesenam di kota
Pekanbaru tahun 2018. Variabel yang tidak berhubungan signifikan yaitu stress, penggunaan alat
kontrasepsi, dan beban olahraga tidak memiliki hubungan sebab akibat dengan gangguan pola siklus
haid pada pesenam di kota Pekanbaru tahun 2018.

Muhammad Muzakir Fahmi 3 April 2020,


http://ejurnal.umri.ac.id/index.php/photon
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP
KETERATURAN
SIKLUS MENSTRUASI MAHASISWA PROGRAM STUDI
KEBIDANAN UNIVERSITAS
MALAHAYATI TAHUN 2017

Menstruasi adalah siklus alamiah setiap wanita, namun terdapat banyak kasus pada wanita
terutama remaja yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur. Ketidakteraturan siklus menstruasi
dapat mengindikasikan adanya kelainan fungsi reproduksi. Berdasarkan data prasurvey yang
dilakukan terhadap 20 mahasiswi DIII Kebidanan, terdapat 8 mahasiswi (40%) mengatakan siklus
menstruasinya teratur, setelah dilakukan observasi lebih awal terhadap IMT responden,didapatkan
IMT nya normal, sedangkan 12 mahasiswi (60%) mengatakan siklus menstruasinya tidak teratur,
setetah dilakukan observasi lebih awal terhadap IMT responden, didapatkan rata-rata IMT responden
underweight.Tujuan Penelitian Diketahui Hubungan Status Gizi Dan Aktifitas Fisik Terhadap
Keteraturan Siklus Menstruasi Mahasiswa Program Studi Kebidanan Universitas Malahayati Tahun
2017.
Faktor yang dapat menyebabkan gangguan siklus menstruasi antara lain gangguan hormonal,
status gizi (tinggi atau rendahnya IMT), stress, usia, penyakit metabolik seperti diabetes mellitus,
pemakaian
kontrasepsi, tumor pada ovarium, dan kelainan pada sistem saraf pusat-hipotalamus-hipofisis.
Ukuran tubuh pun berkorelasi dengan kelainan menstruasi. Indeks massa tubuh yang berada diatas
ataupun dibawah batas normal dihubungkan dengan siklus yang tidak teratur.

Sebagian besar mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur yaitu sebanyak 46 (56,1%)
responden, sebagian besar memiliki indeks masa tubuh yang tidak normal yaitu sebanyak 42 (51,2)
responden, dan sebagian besar respondendengan aktivitas fisik sedang berjumlah
43 (52,4%) responden. Hasil uji statistik antara IMT terhadap keteraturan siklus menstruasi
didapatkan nilai P Value 0,002 atau Pvalue<0,005 yang berarti terdapat hubungan antara status gizi
terhadap keteraturan siklus menstruasi. Hasil uji statistik anatara aktifitas fisik terhadap keteraturan
siklus menstruasi didapatkan nilai P Value 0,632 atau P Value > 0,05 yang berarti tidak ada
hubungan antara aktivitas fisik terhadap keteraturan siklus menstruasi.

Sehingga Remaja diharapkan untuk peduli terhadap siklus menstruasi yang dialami, serta
mempelajari lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakteraturan serta cara menanganinya.
serta diharapkan untuk memperhatikan status gizi dengan melakukan penimbangan secara berkala
karena telah terbukti bahwa status gizi (IMT) berhubungan dengan keteraturan siklus menstruasi

Sunarsih

http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan/article/download/627/561
SUMBER INFORMASI DAN PENGETAHUAN TENTANG
MENSTRUAL HYGIENE PADA REMAJA PUTRI

Menstruasi merupakan indikator kematangan seksual pada remaja putri. Menstruasi


dihubungkan dengan beberapa kesalahpahaman praktek kebersihan diri selama menstruasi yang dapat
merugikan kesehatan bagi remaja. Kesadaran tentang perlunya informasi tentang praktik menstruasi
yang sehat sangat penting. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara sumber informasi
dan pengetahuan tentang menstrual hygiene pada remaja putri. Penelitian ini merupakan penelitian
observasional analitik dengan rancangan cross sectional yang dilakukan tahun 2014.
Penelitian dilakukan di SMP Muhammadiyah 9 Kota Yogyakarta. Populasi penelitian ini
adalah seluruh siswi kelas VIII SMP Muhammadiyah 9 Kota Yogyakarta. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu 79 orang. Analisis data meliputi univariat
dan bivariat dengan menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan 93,7% tidak mengetahui
penyebab terjadinya menstruasi, 51,9 % mengatakan bahwa darah menstruasi berasal dari perut,
48,1% mengatakan bahwa lama menstruasi sekitar 3-7 hari, 58,2% tidak mengetahui siklus normal
menstruasi. Analisis bivariat menunjukkan hubungan yang signifikan antara sumber informasi dengan
pengetahuan dengan nilai p
Belajar tentang kebersihan selama menstruasi merupakan aspek penting dari pendidikan
kesehatan untuk remaja perempuan, karena pola yang dikembangkan pada masa remaja cenderung
bertahan sampai dewasa (El-Ganiya et al., 2005). berhubungan dengan kebersihan pada saat
menstruasi seperti penggunaan pembalut dan mencuci daerah genitalia saat menstruasi dapat memiliki
efek positif pada kesehatan remaja putri.

, Sitti Nur DjannahErni Gustina,2015


file:///C:/Users/ASUS/Downloads/3375-7153-1-SM.pdf
DAMPAK FAKTOR STRESS DAN GANGGUAN WAKTU
MENSTRUASI PADA MAHASISWA

Dampak dari gangguan menstruasi yang tidak teratur nyeri haid, gangguan dalam jumlah
perdarahan, dan PMS (Pre Menstural Syndrome). Hal ini dapat menjadi serius jika tidak segera
ditangani. Haid yang tidak teratur dapat menjadi pertanda bahwa siklus yang dilaluinya tidak
berovulasi (anovulatoir) sehingga wanita tersebut cenderung sulit memiliki keturunan (infertile).

Masalah utama penelitian ini adalah 36% mahasiswa Prodi Kebidanan Magetan mengalami
stress dan mengalami gangguan menstruasi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
ada atau tidak hubungan antara tingkat stress dengan gangguan menstruasi pada mahasiswa Prodi D
III Kebidanan Kampus Magetan Poltekkes Kementrian Kesehatan Surabaya.

      Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi pada
penelitian ini sebanyak 147 mahasiswa dan pemilihan sampel dilakukan dengan teknik Cluster
Sampling diperoleh besar sampel 108 mahasiswa. Variabel bebas adalah tingkat stress dan variable
terikat adalah gangguan menstruasi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa data
menggunakan uji statistik Chi-Square dengan taraf signifikansi < 0.05.

      Penelitian ini menunjukkan bahwa 55.56% mahasiswa mengalami stress pada tingkat normal dan
63% mahasiswa tidak mengalami gangguan menstruasi. Pada tingkat stress normal, 76.7% mahasiswa
tidak mengalami gangguan menstruasi. Sedangkan pada tingkat stress parah, 100% mahasiswa
mengalami gangguan menstruasi.  Hasil Uji Chi-Square didapatkan nilai p=0,000 (<0.05) dengan
nilai koefisien kontingensi 0.44 yang berarti mempunyai keeratan sedang. 

      Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan ada hubungan antara tingkat stres dengan gangguan
menstruasi dengan keeratan hubungan sedang. Semakin tinggi tingkat stress seorang wanita, semakin
besar potensi mengalami gangguan menstruasi pada wanita tersebut. Saran penelitian lebih lanjut
dengan memperbesar populasi dan perbaikan instrumen pengumpulan data tentang tingkat stress dan
gangguan menstruasi.

Suparji Suparji 2017


http://ejournal.poltekkesternate.ac.id/ojs/index.php/juke/article/view/31
Hubungan antara stres dan pola siklus menstruasi pada mahasiswa
Kepaniteraan Klinik Madya (co-assistant) di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado

Menstruasi merupakan salah satu aspek kematangan seksual yang pertama kali terjadi pada
masa pubertas seorang wanita. Stres melibatkan sistem neuroendokrinologi sehingga dapat
memengaruhi pola siklus menstruasi. Stres yang paling umum dialami oleh mahasiswa ialah stres
akademik.
Gangguan menstruasi berupa perdarahan uterus abnormal terjadi pada 9- 14% wanita usia
produktif (antara menarche dan menopause) dan secara signifikan berdampak pada kualitas hidup dan
membebankan secara finansial.4 Gangguan terhadap fisiologi normal, perubahan anatomi pada
endometrium, atau kanker endometrium dapat mengakibatkan gangguan menstruasi berupa
perdarahan uterus abnormal.5 Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada remaja hingga wanita
pada fase perimenopause, secara luas dibagi menjadi dua kategori: anovulatory dan ovulatory.
Perdarahan anovulatory ditandai dengan menstruasi yang tidak teratur atau jarang, disertai
dengan perdarahan sedikit hingga sangat banyak.4 Bentuk gangguan menstruasi dengan perdarahan
anovulatory termasuk amenorrhea (tidak menstruasi selama lebih dari tiga siklus atau 90 hari),
oligomenorrhea (menstruasi dengan interval lebih dari 35 hari), dan metrorrhagia (interval tidak
teratur disertai perdarahan yang banyak lebih dari 7 hari).
Menurut Govarest dan Gregoire, stres yang paling umum dialami oleh mahasiswa ialah stres
akademik, yaitu suatu kondisi atau keadaan individu yang mengalami tekanan sebagai hasil persepsi
dan penilaian mahasiswa yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Hicks dan
Heastie juga menyatakan bahwa mahasiswa sangat rentan mengalami stres akademik diakibatkan oleh
tuntutan dari rutinitas belajar dalam dunia perkuliahan, tuntutan untuk berpikir lebih tinggi dan kritis,
kehidupan yang mandiri, serta berperan serta dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian pada mahasiswa Kepaniteraan Klinik Madya di RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden mengalami pola siklus
menstruasi normal disertai dismenorea dengan tingkat stres normal. Terdapat hubungan moderat yang
bermakna antara stres dan pola siklus menstruasi.

1Kevin C. Tombokan, 2.Damajanty H. C. Pangemanan 3. Joice N. A. Engka


https://media.neliti.com/media/publications/66824-ID-hubungan-antara-stres-dan-pola-siklus-
me.pdf
Hubungan Aktivitas Fisik Harian dengan Gangguan
Menstruasi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas

Gangguan menstruasi dapat menimbulkan stres dan menurunkan kualitas hidup wanita.
Gambaran menstruasi seseorang dapat memperlihatkan keadaan fungsi reproduksi seseorang dan
risiko mengalami berbagai penyakit. Aktivitas fisik diperkirakan sebagai salah satu cara untuk
mengurangi terjadinya gangguan menstruasi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menentukan
hubungan antara aktivitas fisik harian dan gangguan menstruasi.

Desain penelitian menggunakan cross sectional study dengan jumlah subjek 90 mahasiswi
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Angkatan 2011-2013. Data didapatkan dari kuisioner yang
diisi langsung oleh masing-masing responden yang kemudian dianalisis denga uji chi-square. Hasil
penelitian mendapatkan gangguan menstruasi terjadi pada 73,3% mahasiswi dengan gangguan yang
paling sering terjadi yaitu dysmenorrhea sebanyak 63,3%.

Sebagian besar mahasiswi tersebut memiliki aktivitas fisik harian yang cukup menurut
rekomendasi WHO yaitu sebanyak 60%. Berdasarkan uji chi-square, tidak ditemukan adanya
hubungan antara aktivitas fisik harian dan gangguan menstruasi (p= 0,846). Kesimpulan ialah tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik harian dan gangguan menstruasi pada
mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Gangguan menstruasi kebanyakan dialami oleh wanita pada masa remaja akhir.Lima puluh
persen wanita mengalami gangguan menstruasi pada dua tahun pertama setelah menarche. Pada
empat sampai lima tahun setelah menarche, kejadian gangguan menstruasi menurun namun menetap
pada 20% wanita. Penelitian Sianipar et al diketahui bahwa 63,2% dari siswa SMU di Jakarta Timur
yang berumur 15-19 tahun mengalami gangguan menstruasi. Pada sebuah universitas di Jakarta,
83,5% mahasiswa mengalami dismenorrhea. Tujuh puluh enam persen dokter yang menerima kasus
gangguan menstruasi beranggapan bahwa kasus tersebut perlu dirujuk,namun hanya 37% wanita yang
merasa bahwa gangguan menstruasi adalah masalah.

Gangguan menstruasi dapat menurunkan kualitas hidup wanita. Pada pekerja di Amerika,
angka kehadiran dan jumlah pendapatan pertahun wanita lebih rendah dibandingkan dengan pria,
karena wanita mengalami gangguan menstruasi. Siklus menstruasi dapat digunakan sebagai indikator
untuk mengetahui fungsi reproduksi (fertilitas), prediksi kanker payudara, risiko penyakit
kardiovaskuler dan osteoporosis.Hal-hal yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi, yaitu:
kondisi patologis (contohnya Polycystic Ovarian Syndrome), gaya hidup (misalnya kebiasaan
merokok, konsumsi alkohol, malnutrisi dan aktivitas fisik) dan kondisi psikologis (seperti depresi dan
ansietas).Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat dimodifikasi dengan mudah.

Aktifitas fisik tidak harus dalam bentuk olahraga berat untuk meningkatkan derajat kesehatan,
melainkan dapat berupa aktivitas saat di tempat kerja, dalam perjalanan, melakukan pekerjaan rumah
dan olahraga rekreasi.Aktivitas fisik berperan penting dalam usaha pencegahan penyakit tidak
menular. Terutama pada negara berkembang yang sebagian besar dari total pengeluaran energi
masyarakatnya digunakan dalam bekerja dan transportasi daripada olahraga rekreasi. Olahraga teratur
dapat mengatasi dismenorrhea, mencegah obesitas, mengurangi risiko kanker payudara.

Putri Anindita ,Eryati Darwin, dan Afriwardi,2016


http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/570/460
Hubungan antara Obesitas dengan Siklus Menstruasi

Masa remaja merupakan masa transisi perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa transisi sering
ditandai dengan perkembangan fisik dari usia anak menjadi dewasa yang disebut pubertas. Pada
remaja putri, pubertas ditandai dengan permulaan menstruasi. Menstruasi adalah perdarahan periodik
dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan
endometrium uterus. Durasi antara dua siklus menstruasi berkisar 21-45 hari dalam 1-2 tahun setelah
menarche. Wanita biasanya mengalami masalah yang berkaitan dengan menstruasi.
Gangguan tersebut antara lain nyeri saat menstruasi dan perdarahan menstruasi berat.
Gangguan siklus merupakan masalah ginekologi terbanyak di antara wanita terutama remaja. Salah
satu faktor penyebab terjadinya gangguan siklus menstruasi adalah obesitas. Obesitas dapat
menyebabkan gangguan siklus menstruasi melalui jaringan adiposa yang secara langsung
mempengaruhi rasio hormon estrogen dan androgen. [J Agromed Unila
Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya.
Pada masing-masing wanita mempunyai variasi dalam siklus haidnya, yang masih dalam batas
normal. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap siklus mentsruasi yang khas ialah 28 hari,
tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama,
Ada banyak hal yang mempengaruhi siklus menstruasi, diantaranya status gizi, pola makan,
status ekonomi keluarga, dan aktifitas olahraga. Status gizi dapat diinterpretasikan dari Indeks Massa
Tubuh (IMT) seseorang. IMT ditentukan oleh Berat Badan dan Tinggi Badan. Berat Badan sangat
mempengaruhi status gizi dalam kaitannya terhadap siklus menstruasi.
Obesitas dapat menyebabkan gangguan siklus menstruasi melalui jaringan adiposa yang
secara aktif mempengaruhi rasio hormon estrogen dan androgen.11 Pada wanita yang mengalami
obesitas terjadi peningkatan produksi estrogen karena selain ovarium, jaringan adiposa juga dapat
memproduksi estrogen. Peningkatan kadar estrogen yang terus-menerus secara tidak langsung
menyebabkan peningkatan hormon androgen yang dapat mengganggu perkembangan folikel sehingga
tidak dapat menghasilkan folikelfolikel yang matang.

Rani Purnama Sari


file:///C:/Users/ASUS/Pictures/artikel.pdf

Anda mungkin juga menyukai