Kata kunci: Analgesik pascaoperasi, derajat nyeri pascaoperasi, efektivitas analgesik pascaoperasi
Key words: Effectivity of post- operative analgesia, post- operative analgesia, post- operative pain scale
Dita Aryanti Prabandari, Indriasari, Tinni T. Maskoen: Efektivitas Analgesik 24 Jam Pascaoperasi Elektif di RSUP Dr. 99
Hasan Sadikin Bandung Tahun 2017
Korespondensi: Dita Aryanti Prabandari, dr., SpAn, RSUD Pagelaran Cianjur, Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur
Selatan Jawa Barat 43266, Email ditaprabandari@gmail.com
pascaoperasi masih belum terdata dengan dicatat dan diolah menggunakan program
baik. Tabel 1 Karakteristik Umum Pasien
Indikator mutu corporate menyatakan Variabel n=476
bahwa skala nyeri pasien pascaoperasi yang
Usia (tahun)
keluar dari ruang pemulihan selama 2 tahun
terakhir terdata dengan numeric rating scale Mean±STD 40,77±14,01
(NRS) <4, sedangkan data untuk nyeri Median 41,50
pascaoperasi di ruang perawatan masih Range (min.-maks.) 18,00–65,00
belum ada. Penelitian ini bertujuan
Jenis kelamin
memberikan informasi mengenai efektivitas
Laki-laki 184 (38,7%)
analgesik pascaoperasi di RSUP Dr. Hasan
Sadikin terhadap skala nyeri 24 jam Perempuan 292 (61,3%)
pascaoperasi. Subjek dan Metode ASA
I 186 (39,1%)
Penelitian ini menggunakan metode
II 265 (55,7%)
deskriptif observasional prospektif
crossectional untuk mengetahui efektivitas III 25 (5,3%)
analgesik pada 24 jam pascaoperasi elektif Jenis operasi
selama tahun 2017 di ruang perawatan RSUP Nyeri ringan 79 (16,6%)
Dr. Hasan Sadikin Bandung. Nyeri sedang 262 (55,0%)
Kriteria inklusi subjek penelitian ini
adalah usia 18–65 tahun, operasi elektif, dan Nyeri berat 135 (28,4%)
status fisik American Society of Keterangan: untuk data kategorik disajikan
Anaesthesiologist (ASA) kelas I–III. Kriteria dengan jumlah/frekuensi dan persentase,
sedangkan data numerik disajikan
eksklusi, yaitu
p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; dengan rerata, median, standar
deviasi dan range
statistical product and service solution (SPSS)
versi 24.0 for windows.
pasien dengan nyeri kanker, tidak kooperatif,
ketergantungan opioid, dan pasien dengan Hasil
pengobatan opioid kontinu sebelum operasi.
Total terdapat 476 pasien yang
Penentuan besar sampel dilakukan berdasar
atas perhitungan statistik menurut teori Gay menjalani operasi elektif selama
penelitian ini. Tidak ada data yang
dan Diehl, yaitu 10% dari total populasi dan
didapatkan bahwa jumlah sampel minimal dieksklusikan.
adalah 456 pasien. Teknik untuk Karakteristik subjek penelitian
pengambilan sampel dengan consecutive berusia rerata 40,77±14,01 tahun, jenis
sampling. kelamin perempuan lebih banyak
dibanding dengan laki-laki (61,3%).
Penelitian dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan Komite Etik Penelitian Status fisik pasien yang menjalani
operasi elektif terbanyak ASA kelas II
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran/ RSHS. Data mengenai (55,7%). Jenis operasi dibagi berdasar
atas nyeri pascaoperasi yang
karakteristik pasien, jenis dan rute
pemberian analgesik dicatat dari rekam dihasilkannya. Jenis operasi ringan
dengan dengan skala nyeri
medis. Subjek penelitian diberikan
pertanyaan mengenai nyeri yang dirasa pascaoperasi NRS 1–3 (urologi, operasi
vaskular), jenis operasi sedang dengan
menggunakan numeric rating scale (NRS)
pada jam ke-24 pascaoperasi. Pasien dengan skala nyeri pascaoperasi NRS 4–6
(operasi nonabdomen, operasi oral dan
NRS <4 dinyatakan efektif terhadap responss
analgesik, sedangkan pasien dengan NRS ≥4 maksilofasial, ginekologis) dan jenis
operasi besar dengan skala nyeri
dinyatakan tidak efektif. Data hasil penelitian
pascaoperasi NRS 7–10 (obstetri,
Jenis Operasi
Total
Nyeri Sedang (n = 476)
(n = 262)
188 (71,7 % )
Tidak efektif 6 (7,6% ) 74 (28,3% ) 61 (45,2% ) 141 (29,7 % )
Tabel 3 Gambaran Efektivitas Analgesik terhadap Jenis Operasi
Hasil penelitian ASA mengatakan bahwa nyeri pascaoperasi lebih dirasakan pada
pasien
Tabel 4 Profil Analgesik Pascaoperasi Elektif RSUP Dr. Hasan Sadikin
Jenis Analgesik n=476
Opioid 1 – fentanil 20–25 mcg/jam i.v. 4 (0,8%)
Opioid 2 – petidin 100 mg/500 mL/8 jam i.v. 4 (0,8%)
Opioid 3 – petidin 75 mg + ketorolak 30 mg/500 mL/8 jam i.v. 290 (60,9%)
Opioid 4 – tramadol 100–150 mg + ketorolak 30 mg/500 ml/8 jam i.v. 70 (14,7%)
Opioid 5 – tramadol 100 mg/500 mL/8 jam i.V +paracetamol 1 gr/6 jam i.v. 3 (0,6%)
Opioid 6 – tramadol 100–150 mg/500 mL/8 jam i.v. 15 (3,2%)
Non-opioid 1 – peripheral nerve block (PNB) 14 (2,9%)
Non-opioid 2 – ketorolak 30 mg/8 jam i.v. 29 (6,1%)
Non-opioid 3 – paracetamol 1 g/6 jam i.v. 19 (4,0%)
Non-opioid 4 – epidural: bupivakain 0,125% + fentanil 100 mcg/50 mL, 2–4 mL/jam 28 (5,9%)
Keterangan: untuk data kategorik disajikan dengan jumlah/frekuensi dan persentase
p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463;
Tabel 5 Gambaran Pilihan dan Efektivitas Analgesik Pascaoperasi terhadap Jenis Operasi
Opioid Lemah +/- Non- Opioid Kuat +/- Non-
Jenis Operasi Non-Opioid
Opioid Opioid/Anestesi Lokal
berdasar (n=48)
(n=88) (n=340)
atas Skala
Nyeri Tidak
Efektif Tidak Efektif Efektif Tidak Efektif Efektif
Efektif
Nyeri ringan 33 (100%) 0 (0%) 25 (96,2%) 1 (3,8%) 15 (75%) 5 (25%)
Nyeri sedang 12 (86%) 2 (14%) 39 (75%) 13 (25%) 137 (70%) 59 (30%)
Nyeri berat 0 (0%) 1 (100%) 8 (80%) 2 (20%) 66 (53%) 58 (47%)
Keterangan: untuk data kategorik disajikan dengan jumlah/frekuensi dan persentase
usia tua dikarenakan kelompok usia tersebut derajat kerusakan jaringan dan tulang yang
lebih sensitif dalam merasakan nyeri dan berbeda, misal untuk periosteum memiliki
lebih ingin melaporkan nyerinya dibanding ambang nyeri yang rendah dibanding dengan
dengan usia yang lebih muda. Penelitian di struktur somatik dalam.9
Croatia menyatakan bahwa intensitas nyeri Hal ini tidak sesuai dengan derajat nyeri
pascaoperasi lebih banyak dilaporkan oleh pascaoperasi terbanyak di RSUP Dr. Hasan
perempuan karena lebih sensitif terhadap Sadikin Bandung, yaitu nyeri ringan NRS 1–3
nyeri dan memiliki toleransi yang rendah sejumlah 275 (57,8%) pasien, sedangkan
terhadap nyeri.6–8 untuk derajat nyeri sedang NRS 4-6 terdata
Prediktor nyeri pascaoperasi dipengaruhi sebanyak 128 (26,9%) pasien. Penelitian
oleh beberapa faktor, yaitu (1) nyeri pra- yang pernah dilakukan di Amerika
operasi; (2) kecemasan; (3) jenis operasi. dinyatakan bahwa dari 86% pasien yang
Pada hasil penelitian ini terdata jenis operasi mengalami nyeri pascaoperasi, 75% di
yang paling banyak dilakukan di RSUP Dr. antaranya mengeluhkan nyeri sedang (NRS
Hasan Sadikin Bandung adalah jenis operasi 4–6) dan berat NRS (7–10). Secara global
dengan skala nyeri sedang sebanyak 55%. prevalensi nyeri pascaoperasi berkisar antara
Hal ini sejalan dengan penelitian yang 50% dan 70%. Penelitian di Nigeria
menyatakan bahwa jenis operasi sebagai menunjukkan bahwa dua per tiga dari
prediktor nyeri pascaoperasi yang paling seluruh pasien pascaoperasi mengalami nyeri
kuat. Perbedaan jenis operasi memiliki yang tidak tertahankan 24 jam
pascaoperasi.3,10 Efektivitas analgesik di RSUP berat, hal ini memberi kontribusi tidak
Dr. Hasan Sadikin Bandung terhadap jenis efektif sebesar 14% untuk derajat nyeri
operasi terlihat untuk jenis operasi nyeri sedang dan 100% untuk derajat nyeri
sedang hanya 71,7% dan jenis operasi nyeri berat.
berat hanya 54,8%. Masih terdapat 29,7% Analgesik kombinasi opioid lemah
penanganan nyeri pascaoperasi yang tidak dengan atau tanpa non-opioid
efektif, hal ini masih jauh dari target rumah digunakan pada jenis operasi dengan
sakit 100% bebas nyeri. derajat nyeri berat dan memberikan
Beberapa faktor yang dapat kontribusi untuk ketidakefektifan
menyebabkan suatu analgesik tidak sebesar 20%. Kombinasi opioid kuat
efektif dalam menangani nyeri adalah: dengan atau tanpa non-opioid atau
(1) sikap tenaga medis dalam anestesi lokal ditemukan tidak efektif
melakukan perawatan terhadap nyeri; untuk derajat nyeri sedang sebanyak
(2) tidak ada pengkajian nyeri yang 30% dan derajat nyeri ringan sebanyak
berulang; (3) kurang edukasi mengenai 25%. Pemakaian jenis kombinasi
nyeri pascaoperasi; (4) komunikasi opioid kuat dengan non-opioid
yang tidak baik antara tenaga terbanyak adalah petidin dan ketorolak
kesehatan dan pasien dalam i.v. yang pada penelitian ini digunakan
penyampaian rasa nyeri; (5) kurang pada 60,9%, sedangkan jenis operasi
jenis obat-obat analgesik; serta (6) dengan derajat nyeri berat terdata
kurang pengetahuan tenaga medis hanya sebanyak 28,4%, dari data ini
mengenai nyeri.11 masih terdapat pasien yang
Nyeri bersifat subjektif, sehingga mengeluhkan derajat nyeri NRS ≥4
pengkajian nyeri merupakan hal yang pascaoperasi. Kontribusi dari
menantang, namun penting dalam ketidakefektifan ini dapat disebabkan
penanganan nyeri yang sukses. oleh faktor-faktor yang telah
Meskipun tiap-tiap individu mengalami disebutkan di atas.
nyeri yang berbeda dan respons World Health Organization (WHO)
terhadap nyeri dapat beragam, merekomendasikan lima prinsip
pengkajian nyeri harus tetap dilakukan penggunaan analgesik yang tepat untuk
untuk semua pasien. Nyeri telah meningkatkan efektivitas penanganan
ditetapkan sebagai tanda vital kelima, nyeri: (1) segera mengganti pemberian
oleh sebab itu nyeri harus dikaji secara analgesik melalui oral (by mouth)
berkala agar respons terhadap setelah nyeri NRS <4; (2) analgesik
pengobatan dan efek samping dapat harus diberikan dengan interval yang
terdeteksi.12 sama (by the clock); (3) pemberian
Berdasar atas World Federation of analgesik harus sesuai dengan derajat
Societies of Anaesthesiologist (WFSA), nyeri yang dievaluasi menggunakan
pemakaian opioid parenteral dengan skala nyeri (by the ladder); (4) dosis
atau tanpa kombinasi obat anestesi analgesik disesuaikan untuk tiap-tiap
lokal diberikan pada pasien individu (for individual); dan (5)
pascaoperasi dengan nyeri berat dan pemberian resep analgesik harus
dengan berkurangnya rasa nyeri, jenis diperhatikan secara rinci (attention to
analgesik yang digunakan pun akan detail).14 Pada penelitian ini selain
menurun menjadi hanya non-steroidal ketidaksesuaian jenis analgesik pada
anti-inflamatory drugs (NSAIDs) atau derajat nyeri pascaoperasi,
parasetamol saja.13 Pada penelitian ini kemungkinan pemberian analgesik
masih didapatkan ketidaksesuaian yang tidak tepat waktu dan pemberian
antara penggunaan analgesik dan juga dosis yang tidak sesuai dapat
derajat nyeri pascaoperasi. Jenis obat memberikan kontribusi pada
non-opioid masih dipergunakan untuk ketidakefektifan analgesik
jenis operasi derajat nyeri sedang dan pascaoperasi.
Pada penelitian ini juga didapatkan 6. Wandner LD, Scipio CD, Hirsh AT, Torres
bahwa epidural (5,9%) dan peripheral nerve CA, Robinson ME. The perception of pain
block (PNB; 2,9%) sebagai analgesik in others: how gender, race, and age
pascaoperasi sangat jarang digunakan. Hal ini influence pain expectation. J Pain.
berhubungan dengan ketersediaan obat 2012;13(3):220– 7.
-obatan dan alat. Alat epidural sempat Doi:10.1016/j.jpain.2011.10.014.
mengalami kekosongan di Rumah Sakit 7. Callister LC. Cultural influence on pain
Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung, hal perception and behaviors. Home Health
ini mungkin yang mengakibatkan Care Management Practice.
penggunaan analgesik melalui metode ini 2003;15(3):207–11.
berkurang yang akan berkontribusi terhadap 8. Matijevic M, Uzarevic Z, Gvozdic V,
penurunan efektivitas analgesik Mikelic VM, Leovic D, Macan D. The
pascaoperasi. influence of surgical experience, type of
instruction given to patients and patient
Simpulan sex on postoperative pain intensity
following lower wisdom tooth surgery.
Efektivitas analgesik pascaoperasi di RSUP Acta Clin Croat. 2013;52:23–8.
Dr. Hasan Sadikin Bandung selama tahun 9. Vivian HY, Abrishami A, Peng PWH, Wong
2017 masih belum memenuhi target bebas J, Chung F. Predictors of postoperative
nyeri 100%. Pasien yang mengeluhkan nyeri pain and analgesic consumption a
NRS ≥4 pascaoperasi masih mencapai qualitative review. Anesthesiology.
sepertiganya. 2009;111:657–77.
10. Herbert G, Masigati, Chilonga KS.
Daftar Pustaka Postoperative pain management
outcomes among adults treated at a
1. Biocic M, Vidosevic D, Boric T, Boric T, tertiary hospital in Moshi, Tanzania.
Giunio L, Fabijanic D, dkk. Anesthesia and Tanzan J Health Res. 2014;16(1):47–53.
perioperative pain management during 11. Woldehaimanot TE, Eshetie TC, Kerie
cardiac electronic device implantation. J MW. Postoperative pain management
Pain Res. 2017;10:927–32. among surgically treated patients in an
2. Garcia JB, Bonilla P, Kraychette DC, Flores Ethiopian Hospital. PLos One.
FC, Perez de Valtolina ED, Guerrero C. 2014;9(7):e102835.
Optimizing post-operative pain doi:10.1371/journal.pone.0102835.
management in Latin America. Rev Bras eCollection 2014.
Anestesiol. 2017;67(4):395–403. 12. Mowat I, Johson D. Acute pain
3. Meissner W, Coluzzi F, Fletcher D, Huygen management part 2 assesment and
F, Morlion B, Neugebauer E, dkk. managmenet. Anaesth Tutorial Week-
Improving the management of post- 295. 2013;1(1):1– 10.
operative acute pain: priorities for 13. Size M, Soyannwo A, Justins DM. Pain
change. Curr Med Res Opin. management in developing countries.
2015;31(11):2131–43. journal compilation 2007 the association
4. Eldor J, Kotlovker V, Orkin D. Pain free of anaesthetics of great britain and
hospital – availability (24 hours) of ireland. Anaesthesia. 2007;67(1):38–43.
anesthesiologists. J Anesthesiol Clin Sci. 14. Fotedar KK. WHO Ladder-Relevance in
2013;2:17. http://dx.doi. today’s world. Intern J Perioperative
org/10.7243/2049-9752-2-17. Ultrasound Applied Technologies.
5. Kolettas A, Lazaridis G, Baka S, 2013;2(2):49–53.
Mpoukovinas I, Karavasilis V, Kioumis I,
dkk. Review article: postoperative pain
management. J Thorac Dis. 2015;7(1):62–
72.
p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http://