Anda di halaman 1dari 17

PADA ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI

PUERPERALIS

DOSEN PENGAMPUH:

N.s Nurmukhoromatis,S.Kep.,M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK :

1. ENTA FITRIYA
2. BETCI YULIANTI YOMILENA
3. NAIGE WALELA
4. YOGI FEBRIANSYAH

UNIVERSITAS BENGKULU FAKULTAS DAN ILMU


PENGETAHUAN ALAM PRODI STUDI D3
KEPERAWATAN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah
sederhana ini yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Infeksi Puerperalis.

Kami menyusun makalah ini guna untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Maternitas. Makalah ini disusun dengan tujuan memberitahukan kepada
para pembaca tentang masalah yang kami bahas dan kaji di dalam makalah ini.

Apabila di dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan sehingga


jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak untuk
kebaikan penulisan selanjutnya sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca. Terutama pada kelompok kami sendiri sehingga makalah ini dapat
dipergunakan dengan semestinya.

BENGKULU 02 DESEMBER 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ____________________________________________________2

DAFTAR ISI ____________________________________________________________3

PEMBAHASAN

A. LANDASAN TEORI________________________________________________4
a. Pengertian_____________________________________________________4
b. Etiologi_______________________________________________________4
c. Klasifikasi_____________________________________________________5
d. Patofisiologi ___________________________________________________6
e. Pathways______________________________________________________8
f. Manifestasi klinis _______________________________________________9
g. Komplikasi ____________________________________________________9
h. Penatalaksanaan ________________________________________________9
B. ASUHAN KEPERAWATAN__________________________________________12
i. Pengkajian_____________________________________________________12
ii. Diagnosa keperawatan____________________________________________13
iii. Rencana keperawatan ____________________________________________14
iv. Evaluasi_______________________________________________________17

PENUTUP

KESIMPULAN ________________________________________________________18

KRITIK DAN SARAN__________________________________________________18

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA____________________________________________________19

3
LANDASAN TEORI

A. engertian
Infeksi puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas. (Sarwono
Prawirohardjo, 2005 : 689).
Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genetalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam, 1998 : 413).
Infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia yang terjadi
setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga 38ᵒC atau lebih selama 2 hari
dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama.

B. Etiologi
Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob
patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari
luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus dan anaerob
yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi puerperalis antara lain :
 Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari
penderita lain, alat – alat yang tidak steril, tangan penolong, dan sebagainya.
 Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit
 Escherichiacoli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkan infeksi terbatas.
 Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
C. Klasifikasi
Infeksi puerperalis dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1). Infeksi yang terbatas pada perineum , vulva , vagina , serviks , dan endometrium.
a. Infeksi perineum, vulva, dan serviks
Tanda dan gejalanya :

4
• Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria, dengan atau tanpa distensi
urine.
• Jahitan luka mudah lepas, merah, dan bengkak.
• Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat, suhu sekitar
38ᵒC, dan nadi kurang dari 100x/menit.
• Bila luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar,
demam bisa meningkat hingga 39-40ᵒ C, kadang-kadang disertai menggigil.
b. Endometritis
 Kadang – kadang lokhea tertahan dalam uterus oleh darah sisa plasenta dan
selaput ketuban yang disebut lokiametra.
 Pengeluaran lokia bisa banyak atau sedikit, kadang-kadang berbau/tidak,
lokhea berwarna merah atau coklat.
 Suhu badan meningkat mulai 48 jam postpartum, menggigil, nadi biasanya
sesuai dengan kurva suhu tubuh.
 Sakit kepala, sulit tidur, dan anoreksia.
 Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan lembek, his susulan
biasanya sangat mengganggu.
 Leukositosis dapat berkisar antara 10.000-13.000/mm³.

2). Penyebaran dari tempat tersebut melalui vena , jalan limfe dan permukaan dan
endometrium.
a. Septikemia dan piemia
 Pada septikemia, sejak permulaan klien sudah sakit dan lemah sampai 3 hari
postpartum suhu meningkat dengan cepat. Biasanya disertai menggigil
dengan suhu 39-40ᵒC. Keadaan umum cepat memburuk, nadi sekitar 140-
160x/menit atau lebih. Klien juga dapat meninggal dalam 6-7 hari post
partum.
 Pada piemia, suhu tubuh klien tinggi disertai dengan menggigil yang terjadi
berulang-ulang. Suhu meningkat dengan cepat kemudian suhu turun dan
lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia, dan pleuritis.
b. Peritonotis
 Pada umumnya terjadi peningkatan suhu, nadi cepat dan kecil, perut
kembung dan nyeri,serta ada defensif muskuler. Wajah klien mula-mula

5
kemrahan, kemudian menjadi pucat, mata cekung, kulit wajah dingin, serta
terdapat facishipocratica.
 Pada peritonitis yang terdapat di daerah pelvis, gejala tidak seberat peritonis
umum klien demam, perut bawah nyeri,tetapi keadaan umum tetap baik.
c. Selulitis pelvis
 Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri
atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya
selulitis pelvis.
 Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah
uterus.
 Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu yang
mula – mula tinggi menetap , menjadi naik turun disertai menggigil.
 Klien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.

D. Patofisiologi

Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter kira-kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, berbenjol – benjol karena banyak
vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk
tumbuhnya kuman - kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh
wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva,
vagina dan perineum yang semuanya merupakan tempat masuknya kuman-kuman
patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau menyebar di luar
luka asalnya.

Adapun infeksi dapat terjadi sebagai berikut:

a. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan
dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus.
Kemungkinan lain adalah bahwa sarung tangan atau alat – alat yang dimasukkan ke
dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
b. Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang
berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas lainnya yang berada di

6
ruangan tersebut. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bertugas harus
ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran nafas dilarang memasuki kamar
bersalin.
c. Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita
dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-
mana, antara lain ke handuk, kain-kain yang tidak steril, dan alat-alat yang digunakan
untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
d. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali jika
menyebabkan pecahnya ketuban.
e. Infeksi Intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu
berlangsungnya persalinan. Infeksi intraparum biasanya terjadi pada waktu partus lama,
apalagi jika ketuban sudah lam pecah dan beberapakali dilakukan pemeriksaan dalam.
Gejala - gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai dengan leukositosis dan
takikardia; denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasanya menjadi
keruh dan berbau. Pada infeksi intra partum kuman-kuman memasuki dinding uterus
pada waktu persalinan, dan dengan melewati amnion dapat menimbulkan infeksi pula
pada janin.

E. Pathways

Trauma jalan lahir Episiotomi yg lebar Gangguan koagulasi Kegagalan kompresi


pembuluh darah Laserasi perineum Miometrium hipotonus Retensi
Vagina dan Serviks Ruptur sisa plasenta

Perifer kompresi jantung ginjal mengeluarkan paru


Eritroprotein

Hipovolemi (kurang suplai) vasokontriksi intake

GFR menurun hipoksia

Keterlambatan pengisian kapiler perdarahan

Pucat,kulit dingin/lembab kehilangan Vaskular yang berlebihan

Perubahan
F. perfusi Oliguria
jaringan
G.
Gangguan sirkulasi
7
Takikardi hipertropi

Tidak terkompensasi

Urine output menurun sianosis


respiratorik

Takipnea Dyspnea
Resiko penurunan
curah jantung

Gangguan pola Gangguan pola


eliminasi nafas
Hemato porsi atas vagina

Nyeri kemerahan,edema

Nyeri resiko tinggi


infeksi
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala umum dari infeksi puerperalis ini yaitu :
a.Peningkatan suhu
b.Takikardi
c.Nyeri pada pelvis
d.Demam tinggi
e.Nyeri tekan pada uterus
f.Lokhea berbau busuk/ menyengat
g.Penurunan uterus yang lambat
h.Nyeri dan bengkak pada luka episiotomi
G. Komplikasi
1. Komplikasi pada paru-paru : infark, abses, pneumonia,
2. Komplikasi pada ginjal sinistra, nyeri mendadak, yang diikuti dengan proteinuria dan
hematuria,
3.  Komplikasi pada persendian, mata dan jaringan subkutan

8
H. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
• Selama kehamilan, bila ibu anemia diperbaiki. Berikan diet yang baik
• Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.
• Selama persalinan, batasi masuknya kuman di jalan lahir. Jaga persalinan
agar tidak berlarut-larut. Selesai persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
Cegah perdarahan banyak dan penularan penyakit dan petugasdalam kamar
bersalin. Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila
perlu dan atas indikasi tepat.
• Selama nifas rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat ibu dengan
tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita dalam nifas yang sehat.
b. Penanganan medis
• Suhu diukur dari mulut sedikitnya empat kali sehari.
• Berikan terapi antibiotik prokain penisilil 1,2-2,4 juta unit 1M penisilin G
500.000 satuan setiap 6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6 jam 1 M ditambah
dengan ampisilin kapsul 4 x 250 mg per oral.
• Perhatikan diet ibu : diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP).
• Lakukan transfusi darah bila perlu.
• Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga
peritoneum.
Pemeriksaan Fisik
a.Keadaan Umum : Baik, CM, Tidak Anemis
b.Vital Sign
c. Status Generalis
•Kepala : Konjungtiva tidak anemis, pupil isokor
•Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi dan kelenjar tiroid.
•Dada : Pernafasan kanan dan kiri tidak simetris, tidak ada retraksi, tidak ada
ronki
•Abdomen : Tenang, supel, NT (-), tidak teraba masa dan tidak nyeri tekan
•Ekstremitas : Tidak ada gangguan gerak dan edema.
d. Status Obstetri
Inspeksi :
•Mata : Konjungtiva tidak anemis
•Dada : Hiperpikmentasi papila dan aerola mamae terlihat
9
•Abdomen : Tenang, Supel, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, dan
tidak nyeri tekan
•Ekstremitas : Tidak ada edema
Pemeriksaan Diagnostik
•Jumlah sel darah putih (SDP) : normal atau tinggi dengan pergeseran
diferensial ke kiri.
•Laju endap darah (LED) dan jumlah sel darah merah(SDM) sangat meningkat
dengan adanya infeksi.
•Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) mengalami penurunan pada keadaan
anemia.
•Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus atau intraservikal atau
drainase luka atau perwarnaan gram di uterus mengidentifikasi organisme
penyebab.
•Urinalisis dan kultur mengesampingkan infeksi saluran kemih.
•Ultrasonografi menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan
melokalisasi abses perineum.
•Pemeriksan bimanual : menentukan sifat dan lokal nyeri pelvis, massa atau
pembentukan abses, serta adanya vena-vena dengan thrombosis.

10
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Infeksi
Puerperalis

1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Malaise, letargi. Kelelahan dan/ atau keletihan yang terus menerus (persalinan lama,
stresor pascapartum multipel).
b. Sirkulasi
Takikardia dari dengan berat bervariasi.
c.Eliminasi
Diare mungkin ada. Bising usus mungkin tidak ada jika terjadi paralitik ileus.
d.Integritas ego
Ansietas jelas (peritonitis).
e.Makanan/ cairan
Anoreksia, mual, muntah. Haus, membran mukosa kering. Distensi abdomen
kekauan, nyeri lepas (peritonitis).
f.Neurosensori
Sakit kepala.
g.Nyeri/ ketidaknyaman
Nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan abdomen. Afterpain berat atau lama, nyeri
abdomen bawah atau uterus serta nyeri tekan guarding (endometritis). Nyeri/kekakuan
abdomen unilateral/ bilateral (salpingitis/ooferitis, parametritis).
h.Pernafasan
Pernafasan cepat/dangkal (berat/proses sistemik).
i.Keamanan
Suhu: 100,4ᵒ F (38,0ᵒ C) atau terjadi lebih tinggi pada dua hari terus menerus, diluar
24 jam pasca partum adalah tanda infeksi. Namun suhu lebih tinggi dari 101ᵒ F (38,9ᵒ
C) pada24jam pertama menandakan berlanjutnya infeksi. Demam ringan kurang dari
101ᵒ F menunjukkan infeksi insisi, demam lebih tinggi dari 102 ᵒ F (38,9ᵒ C) adalah
petunjuk atau infeksi lebih berat (misalnya salpingitis, parametritis, peritonitis). Dapat
terjadi menggigil, menggigil berat atau berulang(seringberakhir 30-40 menit), dengan
suhu memuncak sampai 104ᵒF, menunjukkan infeksi pelvis, tromboflebitis atau

11
peritonitis. Melaporkan pemantauan internal, pemeriksaan vagina intra partum sering,
kecerobohan pada teknik aseptik.
j.Seksualitas
Pecah ketuban dini atau lama, persalinan lama (24 jam / lebih). Retensi produk
konsepsi, eksplorasi uterus atau pengangkatan plasenta secara manual, atau hemoragi
pasca partum. Tepi insisi mungkin kemerahan, edema, keras, nyeri tekan, atau
memisah dengan drainase purulen atau cairan sanguinosa. Lokea mungkin bau busuk,
tidak ada bau (bila infeksi oleh streptokokal beta hemolitik), banyak atau berlebihan.
k.Interaksi sosial
Status sosio ekonomi rendah dengan stresor bersamaan.

2. Diagnosa keperawatan
a.Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nosokomial.
b.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan medis.
c.Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi.
d.Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan infeksi
pada proses persalinan, penyakit fisik, ancaman yang dirasakan pada kehidupan
sendiri.

3. Rencana keperawatan
a.Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi
nasokomial.
Tujuan 1:mencegah dan mengurangi infeksi.
Intervensi:
• Kaji data pasien dalam ruang bersalin.Infeksi perineum (menggunakan senter
yang baik), catat warna, sifat episiotomi dan warnanya. Perkiraan pinggir epis
dan kemungkinan “perdarahan” / nyeri.
• Kaji tinggi fundus dan sifat.
• Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya. Hubungkan dengan data post
partum.
• Kaji payudara: eritema, nyeri, sumbatan dan cairan yang keluar (dari puting).
Hubungkan dengan data perubahan post partum masing-masing dan catat
apakah klien menyusui dengan ASI.
12
• Monitor vital sign, terutama suhu setiap 4 jam dan selama kondisi klien
kritis. Catat kecenderungan demam jika lebih dari 38o C pada 2 hari pertama
dalam 10 hari post partum. Khusus dalam 24 jam sekurang-kurangnya 4 kali
sehari.
• Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data klinik secara lengkap.
• Lakukan perawatan perineum dan jaga kebersihan, haruskan mencuci tangan
pada pasien dan perawat. Bersihkan perineum dan ganti alas tempat tidur
secara teratur.
• Pertahankan intake dan output serta anjurkan peningkatan pemasukan cairan.
• Bantu pasien memilih makanan. Anjurkan yang banyak protein, vitamin C
dan zat besi.
• Kaji bunyi nafas, frekwensi nafas dan usaha nafas. Bantu pasien batuk
efektif dan nafas dalam setiap 4 jam untuk melancarkan jalan nafas.
• Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan parasthesi/
kelumpuhan. Bantu dengan ambulasi dini. Anjurkan mengubah posisi tidur
secara sering dan teratur.
• Anjurkan istirahat dan tidur secara sempurna.
Tujuan 2: identifikasi tanda dini infeksi dan mengatasi penyebabnya.
Intervensi:
• Catat perubahan suhu. Monitor untuk infeksi.
• Atur obat-obatan berikut yang mengindikasikan setelah perkembangan dan
test sensitivitas antibiotik seperti penicillin, gentamisin, tetracycline, cefoxitin,
chloramfenicol atau metronidazol. Oxitoksin seperti ergonovine atau methyler
gonovine.
• Hentikan pemberian ASI jika terjadi mastitis supuratif.
• Pertahankan input dan output yang tepat. Atur pemberian cairan dan
elektrolit secara intravena, jangan berikan makanan dan minuman pada pasien
yang muntah
• Pemberian analgetika dan antibiotika.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


yang tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan medis.
Tujuan : Setelah diberikan askep diharapkan nutrisi klien terpenuhi dengan
kriteria hasil: Nafsu makan meningkat, mual muntah tidak terjadi.
13
Intervensi :
• Anjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat besi, dan vitamin C, bila
masukkan oral dibatasi.
• Tingkatkan masukan sedikitnya 2000ml/hari jus, sup, dan cairan lain.
• Anjurkan istirahat/ tidur secukupnya
• Berikan cairan atau nutrisi parenteral, sesuai indikasi
• Berikan preparat zat besi dan/atau vitamin sesuai indikasi.

c. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi.


Tujuan : Setelah diberikan askep, diharapkan nyeri hilang atau berkurang
dengan kriteria hasil :pasien tampak rileks, skala nyeri 0-3.
Intervensi :
• Kaji lokasi dan ketidaknyamanan atau nyeri
• Instruksikan klien dalam melakukan teknik relaksasi
-Berikan analgetik atau antipiretik.
• Berikan kompres panas lokal dengan menggunakan lampu pemanas atau
rendam duduk sesuai indikasi.

d. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan


infeksi pada proses persalinan, penyakit fisik, ancaman yang dirasakan pada
kehidupan sendiri.
Tujuan : Setelah diberikan askep diharapkan klien menunjukkan perilaku
kedekatan terus menerus selama interaksi orangtua-bayi.
Intervensi :
•Berikan kesempatan untuk kontak ibu-bayi kapan saja memungkinkan.
•Pantau respons emosi klien terhadap penyakit dan pemisahan dari bayi,
seperti depresi dan marah.
•Anjurkan klien menyusui bayi bila memungkinkan dan meningkatkan
partisipasinya dalam perawatan bayi saat infeksi teratasi.
•Observasi interaksi bayi-ibu
•Buat rencana untuk tindak lanjut evaluasi yang tepat trehadap
interaksi/respons ibu-bayi

14
4. Evaluasi
Dx 1 :
•Tidak terjadi tanda-tanda infeksi.
•Klien mengungkapkan pemahaman tentang faktor resiko penyebab secara
individual.
-Klien dapat melakukan prilaku untuk membatasi penyebaran infeksi dengan tepat,
menurunkan resiko komplikasi.
•Klien dapat sembuh tepat waktu, bebas dari komplikasi tambahan.

Dx 2 :
•Nutrisi klien terpenuhi.
•Nafsu makan meningkat.
•Tidak terjadi mual muntah.
•Pemasukan oral yang adekuat.

Dx 3 :
•Nyeri hilang atau berkurang.
•Skala nyeri 0-3
•Wajah tidak meringis.

Dx 4 :
•Klien menunjukkan perilaku kedekatan terus-menerus selama interaksi dengan
bayinya.
•Klien mempertahankan/melakukan tanggungjawab untuk perawatan fisik dan
emosi terhadap bayi baru lahir sesuai kemampuan.
•Klien dapat mengekspresikan kenyamanan dengan peran menjadi orangtua.

15
PENUTUP

A. Kesimpulan
         Infeksi puerpelaris adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah
melahirkan yang disebabkan oleh kuman-kuman atau bakteri ke dalam alat genetalia pada
waktu persalinan dan nifas.
         Infeksi puerpelaris dapat di bagi menjadi dua golongan berikut:
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.
2. Penyebaran melalui vena, saluran limfe (sistemik, dan melalui permukaan
endometrium).

B. Saran
Sebaiknya perawat mampu memberikan asuhan keperawatan pada ibu nifas dengan
infeksi dengan benar.

16
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilynn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk


Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien Edisi 2. Jakarta : EGC.

Sastrawinata, Sulaiman, et. al. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi Edisi 2.
Jakarta : EGC.

Mansjoer, arif, et.al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga, Cetakan Kedua. Jakarta :
Media Aesculapius.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.

Varney, Helen, et.al. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC.

Http://aritangahu.blogspot.com/2011/04/askep-infeksi-puerperalis.html

17

Anda mungkin juga menyukai