Oleh:
Infeksi puerperalis adalah istilah yang merujuk ke infeksi traktus genetalis setelah
melahirkan (puerperalis didefinisikan sebagai periode 42 hari setelah kelahiran janin
dan ekspulsi atau ekstraksi plasenta dan membran) (Daber, 1994).
Proses persalinan hampir 90% yang mengalami robekan perineum, baik dengan atau
tanpa episiotomi. Jadi luka sectio caesaria pun dapat menjadi port the entry dari
mikroorganisme yang menyebabkan infeksi ini.
B. Etiologi
Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob
patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari
luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus dan bakteri
anaerob yang sebenarnya tidak pathogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-
kuman yang sering menyebabkan infeksi puerperalis antara lain:
- Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari
penderita lain, alat alat yang tidak steril , tangan penolong , dan sebagainya.
- Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit
- Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkan infeksi terbatas
- Clostridium welchii
Kuman anaerobic yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
(Sastrawinata, 2005)
C. Epidemiologi
Menurut WHO (2008), di dunia setiap tahunnya diperkirakan sekitar 500.000 ibu
meninggal karena komplikasi kehamilan dan persalinan. Menurut Pangestika (2013),
angka kematian ibu (AKI) di Indonesia tergolong masih tinggi dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN lainnya yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut
3-6 kali AKI di negara-negara ASEAN lainnya dan 50 kali AKI negara-negara maju
dan salah satunya disebabkan oleh infeksi dengan proporsi 20-30%. Dari kasus
infeksi ini 25-55% disebabkan oleh infeksi jalan lahir (Hanifa, 2005).
D. Faktor Resiko
Beberapa faktor risiko yang memperbesar kemungkinan terjadinya infeksi nifas,
antara lain (Shofiyyah, 2010):
Setiap keadaan yang menurunkan daya tahan tubuh ibu, seperti perdarahan,
kelelahan, gizi buruk, preeklamsi, eklamsi, infeksi lain yang diderita ibu, penyakit
jantung, TBC paru, pneumonia, dan lain-lain.
Ibu dengan proses persalinan lama, persalinan yang tidak terduga (mendadak)
sehingga kurang tertangani dengan baik
Kemungkinan infeksi panggul setelah melahirkan yang serius, berhubungan
dengan lamanya ketuban pecah sebelum melahirkan.
Luas serta banyaknya luka guntingan atau robekan ketika proses persalinan
Ibu yang menjalani tindakan operasi, baik lewat jalan lahir maupun perut.
Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, atau bekuan darah dalam rahim.
Penolong atau tenaga medis dalam melakukan tindakan tidak meperhatikan
kesterilan alat-alat persalinan dan melakukan pemeriksaan dalam yang terus
menerus serta berganti-gantian tanpa melihat aspek tindakan steril.
E. Manifestasi Klinis
Morbiditas puerperalis ditandai dengan kenaikan suhu 380C atau lebih tinggi
setelah 24 jam pertama pascapartum selama dua hari dari 10 hari pertama
pascapartum.
Infeksi vagina, vulva, dan perineum terlokalisasi ditandai dengan nyeri, kenaikan
suhu, edema, kemerahan, kaku dan nyeri tekan pada luka; sensasi panas; perih
waktu berkemih, dan adanya keluaran dari luka
Manifestasi endometritis meliputi kenaikan suhu selama beberapa hari. Pada
endometritis berat, gejalanya meliputi malaise, sakit kepla, sakit punggung, rasa
tidak nyaman, kehilangan selera makan, uterus besar dank eras, kram pascapartum
yang berat, serta lokia berwarna merah kecoklatan dan berbau busuk.
Parametritis (pervik selulitis) umumnya mengakibatkan kenaikan suhu lebih dari
38,60C, menggigil, nyeri abdomen, subinvolusi uterus, takikardi, letargi.
Tanda dan gejala peritonitis meliputi demam tinggi, nadi cepat, nyeri abdomen,
mual, muntah, dan gelisah.
(Straight, Barbara R. 2004)
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Jumlah sel darah putih (SDP): normal atau tinggi dengan pergeseran diferensial ke
kiri.
2. Laju endap darah (LED) dan jumlah sel darah merah (SDM) sangat meningkat
dengan adanya infeksi.
3. Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) mengalami penurunan pada keadaan
anemia.
4. Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus atau intraservikal atau drainase
luka atau perwarnaan gram di uterus mengidentifikasi organisme penyebab.
5. Urinalisis dan kultur mengesampingkan infeksi saluran kemih.
6. Ultrasonografi menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan
melokalisasi abses perineum.
7. Pemeriksan bimanual: menentukan sifat dan lokal nyeri pelvis, massa atau
pembentukan abses, serta adanya vena-vena dengan thrombosis.
(Mitayani, 2009)
I. Penatalaksanaan
Infeksi nifas dapat diobati dengan cara sebagai berikut :
1. Pemberian Sulfonamid
Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin 185 gr, sulfamerazin 130 gr dan
sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian per oral.
2. Pemberian Penisilin
Penisilin prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM, penisilin G 500.000 satuan setiap
6 jam IM ditambah ampisilin kapsul 4x250 gr per oral.
3. Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.
4. Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan
5. Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium
J. Pencegahan
Pencegahan infeks puerperalis antara lain :
1. Selama kehamilan, bila ibu anemia diperbaiki.
2. Berikan diet yang baik yaitu diet tingggi kalori dan tinggi protein.
3. Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.
4. Selama persalinan, batasi masuknya kuman di jalan lahir. Jaga persalinan agar
tidak berlarut-larut. Selesai persalinan dengan trauma sedikit mungkin. Cegah
perdarahan banyak dan penularan penyakit. Alat-alat persalinan harus steril dan
lakukan pemeriksaan dalam hanya bila perlu dan atas indikasi tepat.
5. Selama nifas rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat ibu dengan
tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita dalam nifas yang sehat.
K. Diagnosa Banding
1. Abses panggul. Curigai abses panggul apabila terdapat massa pada panggul atau
pasien menderita demam dan nyeri menetap meskipun sudah diberikan terapi
untuk bakteri aerob. Seringkali timbul setelah 5 hari atau lebih setelah persalinan.
2. Tromboflebitis panggul septik. Gejalanya adalah demam tinggi disertai nyeri atau
tanpa nyeri meskipun sudah diberikan terapi antibiotik.
3. Infeksi luka. Manifestasinya adalah demam, insisi yang nyeri, kemerahan,
terdapat pus atau darah. Biasanya terjadi setelah hari kelima pascaoperasi. Faktor
risikonya antara lain pernah menjalani seksio seraria intrapartum, persalinan
perabdomnal darurat, penggunaan elektrokauter, pemesangan draine terbuka,
obesitas, dan diabetes.
4. Atelektasis paru. Demam biasanya mulai dalam 48 jam, pasien mungkin memiliki
usaha inspirasi yang buruk, ronki, atau suara napas melemah.
5. Trombosis vena profunda. Gejalanya antara lain deman, nyeri, pembengkakan,
dan pucat pada ekstremitas bawah. Persalinan traumatik, seksio sesaria,
keterlambatan mulai berjalan, dan vena verikosa meningkatkan kemungkinan
pembentukan thrombosis vena profunda.
6. Pielonefritis. Sering ditemui demam, nyeri panggul, malaise, nyeri tekan sudut
kostovertebral, dan piuria.
7. Mastitis. Ditunjukkan oleh demam serta payudara yang bengkak dan nyeri.
Biasanya terjadi 3-4 minggu setelah persalinan.
(Graber, 2006)
L. Prognosis
Terutama tergantung pada virulensi kuman dan daya tahan penderita. Yang paling
dapat dipercayai untuk membuat prognosa adalah nadi. Jika nadi tetap dibawah 100
maka prognosa baik, sebalinya jika nadi di atas 130, apalagi kalau tidak diikuti
dengan penurunan suhu, maka prognosanya kurang baik.Demam yang kontinyu lebih
buruk prognosanya dari demam yang remittens. Demam mengigil berulang-ulang,
insomnia dan ikterus merupakan tanda-tanda yang kurang baik.Kadar Hb yang rendah
dan jumlah leukosit yang rendah atau sangat tinggi memburukkan prognosa.Juga
kuman penyebab yang ditentukan dengan pembiakan menentukan prognosa. Diagnosa
peritonitis, thrombophlebitis pelvica mengandung prognosa yang kurang baik.
Data Objektif:
a. Inspeksi: edema pada luka post partum, kemerahan pada luka post partum dan adanya
keluaran dari luka yang berwarna merah kecoklatan.
b. Palpasi: nyeri tekan pada luka post partum, uterus besar dan keras, nyeri abdomen.
c. Pemeriksaan penunjang
Jumlah sel darah putih (SDP): normal atau tinggi dengan pergeseran diferensial ke
kiri.
Laju endap darah (LED) dan jumlah sel darah merah (SDM) sangat meningkat
dengan adanya infeksi.
Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) mengalami penurunan pada keadaan
anemia.
Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus atau intraservikal atau drainase
luka atau perwarnaan gram di uterus mengidentifikasi organisme penyebab.
Urinalisis dan kultur mengesampingkan infeksi saluran kemih.
Ultrasonografi menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan
melokalisasi abses perineum.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan melaporkan
nyeri secara verbal
b. PK infeksi
c. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan ansietas Ibu ditandai dengan
proses pemberian ASI tidak memuaskan, ketidakadekuatan suplai ASI
d. Ketidakefektifan proses kehamilan melahirkan
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC Label: Vital sign monitoring Vital sign monitoring
berhubungan selama ...x 24 jam diharapkan nyeri 1. Monitor vital sign klien. 1. Mengetahui perubahan kondisi
dengan agen klien terkontrol dengan kriteria hasil: pasien
NOC Label: Vital sign NIC Label: Pain Management
cedera biologis
1. Suhu tubuh klien dalam batas 1. Kaji nyeri secara komprehensif Pain Management
ditandai dengan
normal 36,50C- 37,50C termasuk lokasi, karakteristik, 1. Mengetahui karakteristik nyeri
melaporkan
2. Respiratory rate dalam batas durasi, frekuensi, kualitas dan yang dialami pasien untuk
nyeri secara
normal 20-30 x/menit faktor presipitasi ketepatan pemberian intervensi
verbal 2. Observasi aspek nonverbal 2. Mengetahui pengalaman nyeri
3. Tekanan sistolik klien deviasi
ringan terhadap nyeri yang dirasakan yang dirasakan pasien namun
4. Tekanan diastolik klien deviasi 3. Ajarkan teknik non farmakologis tidak diungkapkan secara verbal
ringan manajemen nyeri: napas dalam, 3. Mengajarkan pasien untuk
5. Denyut nadi radial dbn 60-100 relaksasi, distraksi, dan kompres mengurangi/ mengontrol nyeri
x/menit panas atau dingin yang dialami tanpa obat-obatan
4. Kolaborasikan penggunaan 4. Mengurangi nyeri yang dialami
NOC Label : Pain level analgetik dengan dokter pasien dengan obat-obatan
1. Klien melaporkan adanya rasa nyeri 5. Eliminasi faktor yang dapat 5. Mengurangi intensitas nyeri yang
berkurang menyebabkan nyeri dialami pasien
2. Klien tidak mengerang atau 6. Posisikan klien dalam posisi 6. Menambah kenyamanan pasien
menangis terhadap rasa sakitnya senyaman mungkin 7. Menambah pengetahuan pasien
3. Klien tidak menunjukkan rasa sakit 7. Berikan health education pada mengenai nyeri agar pasien
akibat nyerinya klien mengenai nyeri seperti mampu mengontrol nyeri yang
penyebab nyeri, berapa lama nyeri dialaminya
NOC Label : Pain control 8. Mengetahui kondisi yang
yang dirasakan dan tindakan
1. Klien menyadari onset terjadinya
antisipasi terhadap nyeri yang memperburuk nyeri dan respon
nyeri dengan baik
dirasakan klien pasien untuk meredam nyeri
2. Klien dapat menjelaskan faktor 8. Tanyakan pada klien kapan nyeri 9. Untuk memudahkan menggali
penyebab timbulnya nyeri menjadi lebih buruk dan apa yang informasi mengenai pengalaman
3. Menggunakan pengobatan non dilakukan untuk menguranginya nyeri pasien agar tepat dalam
farmakologis untuk meredakan rasa 9. Gunakan strategi komunikasi pemberian intervensi
sakit terapeutik untuk menggali 10. Memandirikan pasien dalam
4. Menggunakan analgesik jika informasi terhadap pengalaman menangani nyeri
dianjurkan nyeri dan cara pasien merespon
terjadinya nyeri
10. Ajarkan prinsip dari manajemen Analgesic administration
1. Agar tepat dalam pemberian
nyeri
medikasi
NIC Label: Analgesic administration 2. Mengurangi risiko alergi obat
1. Ketahui lokasi, karakteristik, pada pasien
kualitas, dan derajat nyeri sebelum 3. Memberikan medikasi yang tepat
memberikan medikasi pada pasien sesuai keluhan pasien
2. Lakukan pengecekan riwayat alergi 4. Memastikan keadaan pasien stabil
3. Pilih analgesik yang sesuai atau sebelum dan setelah medikasi
kombinasikan analgesik saat di 5. Mengevaluasi keefektifan
resepkan intervensi pada pasien
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum
dan setelah diberikan analgesik
5. Evaluasi keefektian dari analgesik
2. PK Infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC Label : NIC Label :
selama x 24 jam, diharapkan dapat Infection Protection Infection Protection
meminimalkan komplikasi dan 1. Kaji tanda-tanda infeksi; suhu 1. Untuk mengetahui tanda infeksi
mencegah terjadinya penyebaran tubuh, nyeri, perdarahan, dan dan perubahan suhu , nyeri ,
infeksi dengan kriteria hasil : pemeriksaan laboraturium, perdarahan serta mengetahui hasil
NIC Label : radiologi abnormal yang terjadi pada
Knowledge: Infection Management 2. Monitor tanda dan gejala infeksi
pasien
1. Mengenali tanda dan gejala yang sistemik dan local
mengindikasikan risiko dalam 3. Monitor dan hitung granulosit, 2. Mengetahui tanda dan gejala
penyebaran infeksi (skala 5) WBC infeksi pada pasien
2. Mengetahui cara mengurangi 4. Pertahankan teknik asepsis pada 3. Untuk mengetahui jumlah WBC
penularan infeksi (skala 5) pasien 4. Memulihkan kondisi pasien
3. Mengetahui aktivitas yang dapat 5. Administrasikan antibiotic yang 5. Memberikan antibiotic yang
meningkatkan infeksi (skala 4) sesuai sesuai
NOC Label: Infection Severity NIC Label: Infection Control
1. Hipertermia teratasi skala (3) 1. Membersihkan lingkungan tepat Infection control
2. Nyeri klien berkurang skala (4) setelah setiap digunakan oleh 1. Memberikan lingkungan bersih
3. Kelemahan pasien berkurang skala pasien. untuk mengurangi resiko infeksi
(4) 2. Mencuci tangan sebelum dan 2. Meminimalkan timbulnya infeksi
NOC Label: Thermoregulation sesudah setiap melakukan kegiatan pada pasien
1. Hipertermia menurun dari skala 2 3. Mengetahui tanda dan gejala
perawatan pasien.
menjadi (4) 3. Mengajarkan pasien dan keluarga infeksi yang timbul pada pasien
4. Untuk menghindari infeksi yang
2. Penurunan suhu kulit dalam kisaran tentang tanda dan gejala infeksi
mungkin timbul
normal dengan skala( 5) dan kapan harus melaporkannya
3. Perubahan warna kulit menjadi ke penyedia layanan kesehatan
4. Mengajarkan pasien dan keluarga Vital sign Monitoring
normal dengan skala (5)
bagaimana menghindari infeksi. 1. Mengetahui perubahan TTV pada
klien
NIC Label: Vital Sign Monitoring 2. Untuk mengetahui tanda dan
1. Monitor tanda -tanda vital jika gejala hipotermi atau hipertermi
diperlukan (tekanan darah, nadi, pada klien
suhu, pernapasan) 3. Mengetahui penyebeb perubahan
2. Monitor dan laporkan tanda dan vital sign pada klien
gejala hipotermi atau hipertermi
3. Identifikasi penyebab yang Feber Treatment
mungkin menyebabkan perubahan 1. Mengetahui perubahan suhu
vital sign. pada klien
NIC Label: Fever treatment 2. Mengetahui warna dan
1. Monitor suhu sesering mungkin perubahan suhu , kulit klien
2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Mengetahui perubahan intake
3. Monitor output dan intake cairan
dan output cairan pada klien
3. Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC Label: Lactation Counseling
pemberian ASI selama ...x24 jam klien dapat 1. Menetukan pengetahuan dasar 1. Mengetahui seberapa jauh ibu
berhubungan meningkatkan pemberian ASI kepada tentang menyusui mengetahui tentang menyusui
dengan ansietas bayinya dengan criteria hasil: 2. Mendidik orangtua tentang bayi
Ibu ditandai NOC Label: pemberian asi untuk membantu 2. Memberikan pengetahuan bahwa
dengan proses Breastfeeding Establishment : Infant pertumbuhan. ASI sangat penting untuk
pemberian ASI 1. Tersedianya posisi yang sejajar dan3. Menyediakan informasi tentang pertumbuhan bayi
keuntungan dan kerugian 3. Memberikan informasi tentang
tidak menempel yang tepat
2. Minimal memberikan ASI 5-10 pemberian ASI/ menyusui keuntungan dan kerugian
memuaskan,
menit per payudara 4. Menentukan keinginan ibu dan menyusui
ketidakadekuatan
3. Minimal memberikan ASI 8x per motivasi untuk menyusui 4. Menentukan motivasi dan
suplai ASI
hari 5. Demonstrasikan masas payudara keinginan yang meningkatkan
4. BAK mencukupi setiap hari sesuai dan diskusikan keuntungannya minat ibu untuk menyusui
dengan umur untuk meningkatkan suplay ASI 5. Memeberikan contoh massas dan
5. BAB kuning pucat, lembek setiap 6. Monitor kemampuan ibu untuk memberitahu fungsi dari massas
hari sesuai dengan umur mengurangi hambatan atau tersebut
6. Bayi merasa puas setelah menyusu macetnya ASI dengan benar 6. Menentukan pengetahuan tentang
7. Berikan orangtua edukasi faktor-faktor yang dapat
NOC Label: Knowledge : mengenai alat-alat yang mengahambat produksi ASI
Breastfeeding dibutuhkan 7. Memberikan informasi mengenai
1. Mengetahui manfaat menyususi 8. Menetukan frekuensi dari peralatan yangh dibutuhkan
2. Tersedianya intake cairan pada ibu hubungan kedekatan saat unutk menunjang proses
menyusui menyusui untuk bayi pemberian ASI
3. Menyediakan teknik untuk 9. Memonitor kemampuan ibu untuk 8. Menentukan faktor pendukung
melekatkan bayi pada payudara meletakkan atau menentukan suplay ASI
4. Tanda dari adekuatnya pemberian posisi perlekatan bayi pada putting 9. Menentukan kemampuan ibu
ASI susu. untuk memberikan posisi yang
5. Hubungan antara ASI dan imunitas 10. Mengistruksikan teknik relaksasi nyaman dan efektif saat
bayi termasuk pada saat massas menyusui bagi bayi
6. Penyediaan grup yang membantu payudara 10. Mengajarkan ibu untuk
11. Menganjurkan cara untuk memperlancar pengeluaran ASI
meningkatkan istirahat termasuk 11. Mengurangi pengeluaran energy
pendelegasian tugas rumah tangga 12. Mengemati urin dan feses bayi
13. Mengetahui dan mencegah
atau membantu pengerjaan tugas.
12. Instruksikan tentang mengamati terjadinya komplikasi ke bayi
pola BAB dab BAK akibat efek dari obat.
13. Instruksikan ibu untuk
mengonsultasikan pada praktisi
kesehatan sebelum mengambil
pengobatan ketika menyusui.
Daber, Benzion. (1994). Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Graber, M.A. Toth, P.P. Herting, R.L. (2006). Buku Saku Dokter Keluarga Universitas of
Iowa (3rd Ed). Jakarta: EGC
Moorhead, S., et al. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition. USA:
Mosby.
Sastrawinata, Sulaiman et al. (2005). Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi Ed. 2.
Jakarta: EGC.
Straight, Barbara R. (2004). Panduan Belajar : Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta:
EGC