Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang di perlukan untuk
pulihnya kembali organ-organ kandungan seperti sebelum hamil yang
berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi masa nifas adalah keadaan
abnormal pada masa nifas yang di sebabkan oleh masuknya kuman-kuman
pada alat genetalia pada waktu persalinan. Masuknya kuman-kuman pada alat
genitalia inilah yang menyebabkan infeksi peurperalis pada ibu pasca
persalinan.

Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian
pada ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada nifas
terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh
adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan
merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan
darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai
penyebab kematian dan morbiditas ibu.

1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan infeksi puerperalis?
1.2.2. Apa saja jenis-jenis dari infeksi puerperalis?
1.2.3. Apa saja etiologi dari infeksi puerperalis?
1.2.4. Apa saja tanda dan gejala dari infeksi puerperalis?
1.2.5. Bagaimana proses patofisiologi dari infeksi puerperalis?
1.2.6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis infeksi puerperalis?
1.2.7. Bagaimana penatalaksanaan pada klien dengan infeksi puerperalis?
1.2.8. Bagaimana prognosis pada klien dengan infeksi puerperalis?
1.2.9. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi
puerperalis?

4
1.3.Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dari infeksi puerperalis
beserta asuhan keperawatannya.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Menjabarkan definisi infeksi puerperalis
b. Menyebutkan jenis-jenis dari infeksi puerperalis
c. Menyebutkan etiologi infeksi puerperalis
d. Mengetahui jenis-jenis bakteri yang menyebabkan infeksi
puerperalis
e. Menjelaskan patofisiologi infeksi puerperalis
f. Menyebutkan manifestasi klinis infeksi puerperalis
g. Memahami pemeriksaan penunjang infeksi puerperalis
h. Menjelaskan web of caution dari infeksi puerperalis
i. Mengetahui penatalaksanaan infeksi puerperalis
j. Menyebutkan komplikasi infeksi puerperalis
k. Mengetahui prognosis infeksi puerperalis
l. Menjelaskan proses asuhan keperawatan pada klien infeksi
puerperalis
1.4.Manfaat Penulisan
1.4.1. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep mastitis sehingga dapat
menunjang pembelajaran perkuliahan pada mata kuliah Keperawatan
Reproduksi II.
1.4.2. Mahasiswa mampu memahami proses asuhan keperawatan yang
dilakukan pada klien dengan mastitis sehingga dapat menjadi bekal saat
melakukan proses asuhan keperawatan selama di rumah sakit.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Infeksi Puerperalis


Infeksi Puerperalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat
terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau
persalinan dan 42 hari setelah post partum.
Infeksi puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan
dan nifas (Sarwono Prawirohardjo, 2005:689).
Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua peradangan
alat-alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam, 1998:413).

2.2 Klasifikasi Infeksi Puerperalis


Infeksi puerperalis dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu:

1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan


endometrium.
a) Infeksi perineum, vulva dan serviks
Tanda dan gejalanya:
Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria, dengan atau
tanpa distensi urin.
Jahitan luka mudah lepas, merah, dan bengkak.
Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat, suhu
sekitar 38C, dan nadi kurang dari 100x/menit.
Bila luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat
keluar, demam bisa meningkat hingga 39-40 C, kadang-kadang
disertai menggigil.
b) Endometritis
Kadangkadang lokhea tertahan dalam uterus oleh darah sisa
plasenta dan selaput ketuban yang disebut lokiametra.
Pengeluaran lokhea bisa banyak atau sedikit, kadang-kadang
berbau/tidak, lokhea berwarna merah atau coklat.

6
Suhu badan meningkat mulai 48 jam postpartum, menggigil, nadi
biasanya sesuai dengan kurva suhu tubuh.
Sakit kepala, sulit tidur, dan anoreksia.
Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan lembek, his
susulan biasanya sangat mengganggu.
Leukositosis dapat berkisar antara 10.000-13.000/mm.

2. Penyebaran dari tempat tersebut melalui vena , jalan limfe dan permukaan
dan endometrium.
a. Septikemia dan piemia
Pada septikemia, sejak permulaan klien sudah sakit dan lemah
sampai 3 hari postpartum suhu meningkat dengan cepat. Biasanya
disertai menggigil dengan suhu 39-40C. Keadaan umum cepat
memburuk, nadi sekitar 140-160x/menit atau lebih. Klien juga
dapat meninggal dalam 6-7 hari postpartum.
Pada piemia, suhu tubuh klien tinggi disertai dengan menggigl
yang terjadi berulang-ulang. Suhu meningkat dengan cepat
kemudian suhu turun dan lambat laun timbul gejala abses paru,
pneumonia, dan pleuritis.
b. Peritonitis
Pada umumnya terjadi peningkatan suhu, nadi cepat dan kecil,
perut kembung dan nyeri, serta ada defensif muskuler. Wajah klien
mula-mula kemerahan, kemudian menjadi pucat, mata cekung,
kulit wajah dingin, serta terdapat facishipocratica.
Pada peritonitis yang terdapat di daerah pelvis, gejala tidak seberat
peritonitis umum, klien mengalami demam, perut bawah nyeri,
tetapi keadaan umum tetap baik.
c. Selulitis pelvis
Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri
di kiri atau kanan pada pelvik dan nyeri pada pemeriksaan dalam,
patut dicurigai adanya selulitis pelvik.

7
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di
area uterus.
Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana
suhu yang mula-mula tinggi menetap, menjadi naik turun disertai
menggigil.
Klien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.

2.3 Etiologi Infeksi Puerperalis


Beberapa bakteri yang paling umum adalah:

1. Streptokokus
2. Stapilokukus
3. Escherichia coli ( E. Coli)
4. Clostridium tetani
5. Clostridium welchii
6. Chlamidia dan genokokus

Infeksi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gabungan antara


beberapa macam bakteri. Bakteri tersebut bisa endogen dan eksogen
a. Bakteri endogen:
Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rektum tanpa
menimbulkan bahaya (misal: beberapa jenis streptokokus dan
stapilokokus, E.Coli, Clostridium welchii). Bahkan jika teknik steril sudah
digunakan untuk persalinan, infeksi masih dapat terjadi akibat bakteri
endogen. Bakteri endogen dapat juga membahayakan dan menyebabkan
infeksi jika:
a) Bakteri ini masuk ke dalam uterus melalui jari pemeriksa atau melalui
instrumen pemeriksaan pelvik.
b) Bakteri terdapat dalam jaringan yang memar, robek/laserasi, atau
jaringan yang mati (misal: setelah persalinan traumatik atau setelah
persalinan macet)
c) Bakteri masuk sampai ke dalam uterus jika terjadi pecah ketuban yang
lama.

8
b. Bakteri eksogen :
Bakteri ini masuk ke dalam vagina dari luar (streptokokus, clostridium
tetani , dsb)
Bakteri eksogen dapat masuk ke dalam vagina:
a) Melalui tangan yang tidak bersih dan istrumen yang tidak steril
b) Melalui substansu/benda asing yang masuk ke dalam vagina (misal:
ramuan/jamu, minyak, kain)
c) Melalui aktivitas seksual

Perawat harus mengetahui masalah tetanus postpartum dan penyakit


menular sekual yang disebabkan oleh bakteri eksogen. Tetanus postpartum
adalah infeksi pada ibu atau bayi yang disebabkan oleh clostridium tetani.
Bakteri tetanus hidup ditanah terutama tanah yang basah yang kaya akan
pupuk hewani. Bakteri tetanus dapat masuk ke tubuh ibu jika tangan atau
pakaian yang kontak dengan area genital seperti vagina terkontaminasi
bakteri tetanus. Bakteri masuk ke tubuh bayi melalui umbilikus jika tali pusat
dipotong dengan instrumen yang tidak bersih atau menggunakan ramuan
ramuan yang terkontaminasi yangmana digunakan untuk membalut tali pusat.
Infeksi tetanus sangat berat dapat menyebabkan kekakuan, spasme, konvlusi,
dan kematian. Tetanus dapat dicegah dengan memastikan setiap ibu hamil
mendapatkan imunisasi tetanus toxoid selama kehamilan. Imunisasi ini
melindungi ibu dan bayi dari infeksi tetanus
Ditempat-tempat dimana penyakit menular seksual (PMS) (misal:
gonorrhea dan infeksi klamidia) penyakit tersebut merupakan penyebab
terbesar terjadinya infeksi uterus. Jika seseorang ibu terkena PMS selama
kehamilan dan tidak diobati, bakteri penyebab PMS itu akan tetap berada di
vagina dan bisa menyebabkan infeksi uterus setelah persalinan. Infeksi uterus
yang disebabkan oleh PMS dapat dicegah dengan mendiagnosis dan
mengobati ibu yang terkena PMS selama kehamilan mereka.
Bisa juga ditularkan melalui kontak langsung dengan pasien (misal:
penggunaan alat yang sama dari satu pasien dengan pasien lain). Sumber

9
infeksi bisa dari bidan, perawat, dokter dan pasien lain atau pengunjung. Air
dan debu di lingkungan juga dapat menyebabkan infeksi pada pasien.

2.4 Faktor Risiko Infeksi Puerperalis

Ada beberapa ibu yang berisiko terkena infeksi puerperalis, misalnya ;

1. Ibu yang mengalami anemia atau kekurangan gizi atau ibu yang
mengalami persalinan lama.
2. Hygine yang buruk
3. Teknik aseptik yang buruk
4. Adanya jaringan mati pada jalan lahir (akibat kematian janin intrauterin,
fragmen atau membran plasenta yang tertahan, pelepasan jaringan mati
dari dinding vagina setelah persalinan macet)
5. Persalinan macet atau lama
6. Pecah ketuban yang lama
7. Pemeriksaan vagina yang sering
8. Melahirkan melalui SC dan tindakan operatif lainnya
9. Laserasi vagina atau laserasi serviks yang tidak diperbaiki
10. PMS
11. Tidak diimunisasi TT
12. Diabetes Melitus

2.5 Manifestasi Klinis Infeksi Puerperalis


a) Demam minimal 38-40 C terjadi dari 24 jam atau lebih yang di ukur
melalui oral kapan saja setelah melahirkan
b) Nadi meningkat
c) Adanya pembengkakan lokal pada garis jahitan yang terinfeksi.
d) Nyeri
e) Pusing, insomnia kecemasan dan kegelisahan.
f) Nyeri pelvik
g) Nyeri tekan di uterus
h) Lochea mungkin berbau menyengat (busuk),
i) Mungkin terjadi keterlambatan dalam pengecilan ukuran uterus.

10
j) Disisi laserasi episiotomi mungkin akan terasa nyeri, membengkak, dan
mengeluarkan cairan bernanah.

2.6. Patofisiologi Infeksi Puerperalis


Setelah kala III daerah bekas insersio plasenta merupakan daerah bekas
luka berdiameter kira-kira 4cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol,
karena banyaknya vena yang di tutupi trombus dan merupakan area yang baik
untuk perkembangbiakan kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang
patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada
persalinan, begitu juga vulva, vagina, perineum yang merupakan tempat
masuknya kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka
tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya.

Kuman-kuman tersebut masuk melalui:

1. Tangan pemeriksa atau penolong yang memakai sarung tangan pada


pemeriksaan berperan dalam membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina kedalam uterus. Kemungkinan lain adalah sarung tangan dan alat-
alat lain yang dimasukkan dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari
kuman-kuman.
2. Droplet Infection. Sarung tangan dan alat-alat terkena kontaminasi bakteri
yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau tenaga pembantu
lainnya. Oleh karena itu mulut dan hidung petugas yang bekerja dalam
kamar bersalin harus ditutup dengan masker, dan penderita infeksi saluran
nafas dilarang masuk kamar bersalin.
3. Dalam Rumah Sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari
penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa
dibawa oleh aliran udara keman-mana, antara lain handuk, kain-kain dan
alat-alat yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada
waktu nifas.
4. Koitus pada waktu akhir kehamilan tidak merupakan penyebab penting
terjadinya infeksi, kecuali apabila menyebabkan pecahnya ketuban.
5. Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu
berlangsungnya persalinan. Infeksi intrapartum biasanya terjadi pada

11
partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali
dilakukan pemeriksaan dalam. Gejalanya adalah kenaikan suhu, biasanya
disertai dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin dapat
meningkat pula. Air ketuban biasa menjadi keruh dan bau.

Tidak hanya faktor diatas yang bisa memicu terjadinya infeksi ini,
hygiene yang buruk pasca persalinan pun dapat membuka akses bakteri pada
vulva. Perdarahan yang telah terjadi selama proses persalinan juga
melemahkan daya tahan tubuh ibu sehingga kuman lebih mudah dalam
menginfeksi.

Penyebab infeksi diatas masing-masing membawa kuman untuk


memasuki port de entry yaitu luka desidua plasenta yang selanjutnya akan
terjadi perkembang biakan bakteri pada lapisan uterus dan jaringan darah
yang dapat memicu reaksi inflamasi pada uterus.

2.7 Pemeriksaan Penunjang Infeksi Puerperalis


Pada penderita dengan infeksi nifas perlu diketahui apakah terbatas
pada tempat-tempat masuknya kuman-kuman ke dalam badan atau menjalar
keluar tempat. Seorang penderita dengan infeksi yang meluas diluar port de
entery tampaknya suhu akan meningkat dengan kadangkadang disertai
mengigil, nadi cepat, keluhannya juga lebih banyak. Laju endap darah (LED)
dan jumlah sel darah merah (SDM) sangat meningkat dengan adanya infeksi.
Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) mengalami penurunan pada keadaan
anemia.

Jika ada fasilitas penderita dengan infeksi nifas hendaknya diambil


getah dari vagina sebelah atas untuk pembiakan, dan pada infeksi yang
tampaknya berat juga diambil darah untuk maksud yang sama. Usaha ini
dilakukan untuk mengetahui penyebab infeksi nifas dan guna memilih
antibiotik yang paling tepat untuk pengobatan. Ultrasonografi menentukan
adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan melokalisasi abses perineum.

12
2.8 Penatalaksanaan Infeksi Puerperalis
A. Pencegahan
1. Selama kehamilan
Pencegahan infeksi selama kehamilan antara lain:
Perbaikan gizi
Koitus pada kehamilan tua sebaiknya di tidak dilakukan karena dapat
menyebabkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
Melakukan personal hygine yang baik.
2. Selama persalinan
Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada
indikasi dengan sterilisasi yang baik.
Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
Jagalah sterilisasi kamar bersalin dan pakai masker
Perlukaan jalan lahir karena tindakan pervagina maupun
perabdominan di bersihkan, dijahit sebaik-baiknya supaya terjaga
sterilisasi selama masa nifas. Luka di rawat dengan baik, jangan
sampai terkena infeksi, begitupula alat-alat dan pakaian serta kain
yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya di isolasi dalam ruangan
khusus, tidak tercampur dengan ibu sehat.
Tamu yang berkunjung harus di batasi
B. Penatalaksanaan keperawatan
Inspeksi perineum 2 kali sehari, apakah ada kemerahan, edema,
ekimosis.
Evaluasi nyeri abdomen, demam, malaise, takikardi, dan lokhea yang
berbau
Periksa spesimen untuk analisis laboratorium, laporkan hasilnya.
Anjurkan sering minum dan lakukan ambulasi dini
Beri antibiotik sesuai resep dan catat respon pasien

13
C. Pengobatan
Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dari sekret vagina, luka
operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotik yang
sesuai dalam pengobatan.
Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat, karena hasil pemeriksaan
memerlukan waktu, maka berikan antibiotik spektrum luas menunggu
hasil laboratorium.
Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita: infus atau
lakukan transfusi darah, pengobatan kemoterapi dan antibiotik.
Perhatikan diet: TKTP (tinggi kalori dan tinggi protein)
Kemasan sulfanamid dosis inisial 2 gram diikuti 1 gram 4-6 jam
kemudian peroral, sediaan dapat berupa tablet biasa.
Jangan diberikan politerapi antibiotik yang sangat berlebihan.

2.9 Komplikasi Infeksi Puerperalis


Komplikasi dari infeksi puerperalis yang hanya terbatas pada area vulva,
vagina, dan serviks akan menyebabkan infeksi menyebar melalui vena , jalan
limfe dan endometrium yang nantinya akan menimbulkan sepsis berat. Jika
infeksi sudah mengalami sepsis kemungkinan terjadi mortalitas pada ibu
pasca melahirkan lebih tinggi.
2.10 Prognosis Infeksi Puerperalis
Infeksi puerperalis merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas ibu di negara berkembang. Ibu yang terinfeksi dalam tahap akut,
menderita sakit parah dan sering berakhir dengan kematian.
Gorback mendapatkan dari 70% dari biakan serviks normal dapat pula
ditemukan bakteri anaerob dan aerob yang patogen. Secara umum frekuensi
infeksi puerperalis adalah sekitar 1-3%, sehingga perlu dilakukan perawatan
dengan baik. Perawatannya dengan merawat luka dengan baik jangan
sampai terkena infeksi. Begitu pula alatalat dan pakaian serta kain yang
berhubungan dengan alat kandungan harus steril. Laserasi perineum juga
mengakibatkan perdarahan sehingga harus ditangani dengan cepat dan tepat
karena berpotensi terjadi syok hipovolemik (Soepardiman, 2007).

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan Umum Infeksi Puerperalis


1. Pengkajian
a. Data Demografi
i. Nama lengkap
ii. Usia
Infeksi puerperalis dapat menyerang klien pada segala usia,
lebih sering terkena pada multipara
iii. Jenis Kelamin
Infeksi puerperalis merupakan infeksi pada perineum yang
sering menyerang pada wanita partus dengan hygiene
perineal yang buruk.
iv. Alamat
v. Agama
vi. Suku Bangsa
b. Keluhan Utama
Klien dengan infeksi puerperalis mengeluhkan nyeri pada area
perineum
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji klien untuk mengetahui proses hingga sampai datang ke
tenaga kesehatan. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain : 1) sudah
berapa lama keluhan dirasakan; 2) penanganan yang sudah
diberikan; 3)dan gali pengetahuan klien mengapa bisa sampai
terjadi hal-hal demikian.
d. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
Kaji status obstetri klien (GPAPAH) meliputi: 1) riwayat
kehamilan (gravidarum); 2) riwayat melahirkan (partus); 3)
riwayat melahirkan aterm; 4) riwayat melahirkan prematur; 4)
riwayat abortus; 5) dan jumlah anak yang hidup.

15
Kaji riwayat cara persalinan (pervaginam atau section secaria)
dan siapa yang menolong persalinan juga perlu diketahui
Kaji termasuk yang manakah klien pada fase postpartum (early,
middle, late)
Kaji fase psikologis klien (taking in, taking hold, letting go,
honeymoon)
Kaji riwayat pemakaian alat KB pada klien
e. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Berkaitan dengan riwayat penyakit infeksi yang mungkin pernah
diderita klien.
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji apakah keluarga ada yang mempunyai riwayat
penyakit menular dan menurun.
g. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
i. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (TTV) dan Kesadaran
1) Tekanan darah
2) Suhu (pada klien biasanya didapatkan peningkatan
suhu badan karena proses infeksi yang terjadi)
3) Nadi (dapat meningkat karena mekanisme
kompensasi peningkatan suhu tubuh)
4) Respiratory Rate (dapat meningkat karena
mekanisme kompensasi peningkatan suhu tubuh)
5) Kesadaran (compos mentis, somnolen, stupor,
koma)
ii. Kepala
Pemeriksaan pada kepala meliputi :
1) Kondisi rambut (warna, kerontokan, dll)
2) Pipi, dahi (kloasma, melasma)
3) Mata (konjungtiva anemis atau tidak, pupil isokor
atau unisokor, sklera berwarna putih atau ikterik,
edema palpebra)
4) Hidung (ada pernapasan cuping hidung, perdarahan)

16
5) Bibir (apakah ada tanda-tanda sianosis, kering atau
lembab, merah atau pucat)
6) Mulut dan gigi (kelembaban, warna dan tekstur
lidah, adanya karies gigi)
iii. Leher
Perlu diperiksa adanya pembesaran pada kelenjar tiroid,
nyeri telan, dan pembesaran vena jugularis.
iv. Dada dan Payudara
Pemeriksaan pada area dada meliputi :
1) Inspeksi kesimetrisan dada
2) Inspeksi irama pernapasan
3) Auskultasi suara napas
4) Auskultasi suara jantung
5) Inspeksi kesimetrisan payudara
6) Inspeksi adanya pembengkakan payudara
7) Inspeksi adanya kemerahan pada payudara (dengan
batas yang jelas dan tegas)
8) Inspeksi adanya hiperpigmentasi pada areola
9) Inspeksi adanya puting yang masuk ke dalam
10) Inspeksi adanya benjolan lain yang abnormal
11) Inspeksi pengeluaran ASI, disertai pus atau tidak
12) Palpasi adanya nyeri tekan pada payudara
13) Palpasi suhu area sekitar payudara
v. Abdomen
Hal-hal yang perlu diperiksa pada area abdomen :
1) Inspeksi adanya involusi atau subinvolusi (di area
pusat)
2) Inspeksi bekas luka jahitan jika ibu adalah klien
dengan post SC (pantau adanya tanda-tanda
inflamasi-REEDA)
3) Palpasi nyeri tekan pada abdomen klien (6 atau 9
regio)

17
4) Periksa adanya diastasis rektus abdominalis
5) Distensi kandung kemih
6) Auskultasi bising usus klien
vi. Ekstremitas Atas
Hal yang perlu diperiksa pada ekstremitas atas :
1) Akral (dingin atau hangat)
2) CRT (normal <3 detik)
3) Warna kulit
4) Adanya edema
vii. Vulva, Vagina, Perineum dan Rektum
Hal yang perlu diperiksa pada area vagina adalah :
1) Inspeksi bekas robekan pada perineum, kaji adanya
tanda-tanda infeksi (REEDA)
2) Observasi adanya perdarahan (lochea)
viii. Ekstremitas Bawah
Hal yang perlu diperiksa pada ekstremitas bwah adalah :
1) Kaji adanya pitting oedem pada area pre tibia dan
dorsalis pedis
2) Akral (dingin atau hangat)
3) Adanya varises pada betis
4) CRT (normal <3 detik)
h. Pola Kebiasaan Hidup Sehari-hari
i. Nutrisi
Kaji pola, jenis, dan jumlah makan klien.
ii. Eliminasi Urin dan Fekal
Kaji intensitas eliminasi urin dan fekal
Kaji warna, jumlah, dan bau urine.
Kaji warna dan konsistensi feses
iii. Istirahat dan Tidur
Kaji apakah ada masalah pada istirahat dan tidur klien
(lama waktu tidur sebelum dan selama sakit)
iv. Personal Hygiene

18
Frekuensi mandi dan sikat gigi dalam sehari
(sebelum dan selama sakit)
Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu
(sebelum dan selama sakit)

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul karena infeksi puerperalis
adalah :
1) Domain 11: Keselamatan/Perlindungan
Kelas 6: Termoregulasi
Hipertermia (00007)
2) Domain 12: Kenyamanan
Kelas 1: Kenyamanan fisik
Nyeri akut (00132)
3) Domain 9: Koping/Toleransi Stress
Kelas 2: Respon Koping
Ansietas (00146)
4) Domain 4: Aktivitas/Istirahat
Kelas 1: Tidur/Istirahat
Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur (00096)
5) Domain 2: Nutrisi
Kelas 1: Ingestion
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)

3. Intervensi Keperawatan
Domain 12 Comfort
Class 1 Physical Comfort
Acute pain (00132)
NOC NIC
Pain level (2102) Pain management (1400)
Pain control (1605) 1. Lakukan pengkajian nyeri
Kriteria hasil : secara komperehensif (lokasi,

19
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu karakteristik, durasi,
penyebab nyeri, mampu frekuensi, kualitas dan faktor
menggunakan tehnik presipitasi)
nonfarmakologi untuk 2. Observasi reaksi nonverbal
mengurangi nyeri, mencari dari ketidaknyamanan
bantuan) (1-5) 3. Kontrol lingkungan yang
2. Melaporkan bahwa nyeri dapat mempengauhi nyeri
berkurang dengan menggunakan (suhu ruangan, pencahayaan
manajemen nyeri (1-5) dan kebisingan)
3. Mampu mengenali nyeri (skala, 4. Ajarkan tentang teknik
intensitas, frekuensi, dan tanda nonfarmakologi seperti nafas
nyeri) (1-5) dalam, relaksasi benson,
4. Menyatakan rasa nyaman setelah distraksi
nyeri berkurang 5. Kolaborasi pemberian terapi
5. Tanda vital dalam rentang normal farmakologi

Domain 11. Safety/Protection


Class 6. Thermoregulation
00007 Hyperthermia
NOC NIC
Risk Control : Hyperthermia (1922) Fever Treatment (3740)
Kritera hasil : 1. Monitor suhu dan tanda-tanda
Termoregulasi (0800) vital secara berkala
1. Menurunnya temperatur pada 2. Monitor suhu dan warna kulit
permukaan kulit (dengan suhu 3. Monitor intake dan output cairan
normal 36-37,5C) 4. Pertahankan konsumsi cairan
2. Radial Pulse Rate dalam batas klien sesuai kebutuhannya
normal (dengan rentang normal Infection Control (6540)
60-100x/menit) 1. Ajarkan klien dan keluarga cara
3. Klien melaporkan kenyamanan mencuci tangan yang benar
pada suhu tubuhnya 2. Pertahankan intake nutrisi oral
sesuai kebutuhan klien

20
3. Anjurkan klien untuk istirahat
yang cukup
4. Berikan obat antibiotik
(kolaborasi dokter) dan terapkan
5T + 1 W dalam manajemen
obat

Domain 9 Coping/Stress Tolerance


Class 2 Coping Responses
Ansietas (00146)
NOC NIC
Anxiety self control (1402) Anxiety Reduction (5820)
Kriteria hasil : 1. Gunakan terapi terapeutik untuk
1. Mengidentifikasi, menenangkan, dengarkan denan
mengungkapkan dan penuh perhatian dan beri
menunjukkan tehnik untuk kesempatan kepada klien untuk
mengontrol cemas (1-5) mendiskusikan kecemasan
2. Tanda vital dalam rentang normal 2. Jelaskan semua prosedur yang
3. Ekspresi wajah, bahasa tubuh dan akan dilakukan saat terapi
tingkat aktivitas menunjukkan 3. Ajarkan relaksasi untuk
berkurangnya kecemasan (1-5) mengorangi kecemasan
4. Kolaborasi pemberian terapi
farmakologi, jika diperlukan

Domain 4: Aktivitas/Istirahat
Kelas 1: Tidur/Istirahat
Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur (00096)
NOC NIC
Sleep (0004) Sleep Enhancement (1850)
1. Kualitas tidur dalam rentang 1. Kaji kebiasaan tidur klien
normal (1-5) 2. Jelaskan pentingnya pemenuhan
2. Jam tidur yang cukup 8-12 jam tidur yang adekuat untuk

21
per hari pemulihan status kesehatan klien
3. Kaji penyebab pemenuhan tidur
klien kurang
4. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi pemenuhan tidur
(suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan)
5. Kolaborasikan terapi
farmakologi untuk pemenuhan
tidur yang adekuat untuk klien

Domain 2: Nutrisi
Kelas 1: Ingestion
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
NOC NIC
Nutritional Status (1004) Kode 1100 Nutrition Management
1. (100401) klien dapat menjaga 1. Tentukan status nutrisi klien dan
peningkatan asupat nutrisi yang kemampuan menerima nutrisi
adekuat yang dibutuhkan
2. (100402) klien dapat menjaga 2. Ajarkan klien tentang kebutuhan
asupan makanan yang adekuat nutrisi
3. (100405) klien dapat menjaga 3. Ajarkan klien dalam diet yang
rasio BB/TB dalam rentan normal diperlukan untuk keadaan
penyakit
4. Tawarkan nutrisi atau makanan
tambahan
5. Pantau berat badan klien
6. Kolaborasikan dengan ahli gizi
berapa banyak kalori dan tipe
nutrisi yang dibutuhkan untuk
menerima nutrisi yang
diperlukan

22
3.2 Asuhan Keperawatan Kasus Infeksi Puerperalis
1. Kasus

Pada tanggal 14 Mei 2016, Ny U yang berusia 25 tahun, ia baru saja melahirkan
anak pertama berjenis kelamin laki-laki secara normal dengan berat badan bayi
3400 gram, panjang bandan bayi 54 cm di rumah puskesmas pembantu
Wonodadi. Proses persalinan normal Ny U dibantu oleh bidan. Pasien datang di
puskesmas pembantu dalam keadaan pembukaan 6 dan ketuban sudah pecah saat
perjalanan. Saat dalam perjalanan ke puskesmas Ny U ditemani keluarga dan
dukun bayi yang dimintai tolong keluarga untuk memantau dan membantu
persalinan. Dukun bayi beberapa kali mengecek perineal dan pembukaan Ny U.
Riwayat obstetri G2P1A1. Setelah 3 hari post partum Ny.U mengalami demam
tinggi selama dua hari berturut turut dan merasakan gatal, panas di area perineum
dan mengeluarkan bau tidak sedap.Melihat kondisi tersebut, suami Ny.U langsung
membawa ke RSUD Wonodadi. Saat itu langsung dilakukan pemeriksaan
laboratorium dengan hasil Ht 36%. Hb12mg%, Pemeriksaan TTV didapatkan
tekanan darah 90/60 mmHg, Nadi 120 x/ menit, suhu 38,50C, RR 28 X/menit, dan
pemeriksaan fisik bekas jahitan merah, bengkak dan sedikit terbuka, ditemukan
lokhea parulen, keluar cairan seperti pus berbau busuk.

A. Pengkajian
a. Identitas
Nama : Ny U
Umur : 25 tahun
Alamat : Desa Gandekan
Agama : Islam
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pasien mengeluh pusing, nyeri, gatal, panas dan bau tidak sedap di
area perineal dua hari ini, sekarang hari ketiga post partum.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien post partum 3 hari, sesampai di rumah pasien mengalami
demam tinggi, pusing, nyeri, merasakan gatal, panas bau tidak sedap

23
pada area perineal. Sehingga suami pasien membawa istrinya ke
puskesmas.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Paseien mengalami abortus pada kehamilan pertama dengan usia
kehamilan 6 minggu, pasien tidak memiliki penyakit yang serius
sebelumnya.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit bersifat
herediter atau penyakit menular di keluarganya.
c. Riwayat Menstruasi
a. HPHT : 3 Agustus 2015
b. Jumlah darah : banyak tidak tentu
c. Usia Menarche : 14 tahun
d. Siklus : siklus 28 hari, lamanya 10 hari
d. Riwayat Obstetri
1) Riwayat menikah : pasien menikah pada usia 24 tahun
2) Riwayat Hamil : Kehamilan anak kedua, pada kehamilan
anak pertama mengalami abortus saat kandungan usia 6 minggu
3) Riwayat persalinan : tua kehamilan 36 minggu, cara persalinan
pervagina (Normal), berat badan anak pada lahir 3400 gram, panjang
54 cm
4) Riwayat nifas : pendarahan nifas kurang lebih 400 ml
merah tidak berbau
5) Riwayat Kehamilan sekarang
1. Keluhan saat hamil : pasien mengatakan tidak
mengalami keluhan saat hamil
2. Riwayat anenatal care : tempat di bidan desa, 3 bulan sekali
e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Ny. U nampak pucat, pandangan berkunang-kunang, suhu badan naik.
2. Tanda-tanda vital
b. RR : 28x per menit

24
c. TD 90/60 mmHg
d. Suhu 38,5 C
e. Nadi 120x per menit
3. Kepala
1. Kondisi rambut: sehat dan normal
2. Pipi, dahi : tidak ada kloasma
3. Mata : konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, sklera berwarna
putih
4. Hidung : tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada perdarahan
5. Bibir : tidak ada tanda-tanda sianosis, lembab, berwarna merah
6. Mulut dan gigi : lembab, warna dan tekstur lidah normal, tidak ada
karies gigi
4. Leher
Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, nyeri telan, dan
pembesaran vena jugularis.
5. Dada dan Payudara
1. Dada simetris
2. Takikardi 28x per menit
3. Suara jantung S1 S2 tunggal
4. Payudara simetris
5. Tidak adanya pembengkakan payudara
6. Pengeluaran ASI normal, tidak disertai pus
7. Tidak adanya nyeri tekan pada payudara
6. Abdomen
1. Involusi : TFU
2. Tidak ada nyeri tekan pada abdomen klien (6 atau 9 regio)
3. Tidakk ada distensi kandung kemih
4. Bising usus klien meningkat
7. Ekstremitas Atas
1. Akral hangat
2. CRT <3 detik
3. Tidak ada edema

25
8. Vulva, Vagina, Perineum dan Rektum
1. R(Redness): kemerahan pada luka episiotomy
E(Echimosis& Erythema):bengkak pada luka episiotomy
E(Edema): bengkak pada luka episiotomy
D(Discharge): pengeluaran darah dan pus berbau busuk pada luka
episiotomy
A(Approximation): pengeluaran lochea terus menerus, nyeri
2. Lochea : lochea parulenta
9. Ekstremitas Bawah
1. Tidak ada pitting oedem pada area pre tibia dan dorsalis pedis
2. Akral hangat
3. CRT <3 detik
f. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI
1. Hemoglobin 12,0 gr/dl 13-18 gr/dl
2. Leukosit 25.000 uL 5.000-10.000 uL
3. Hematokrit 36 % 40-52%
4. Trombosit 300.000 mm3 150.000-440.000 mm3
5. Kultur darah Ditemukan biakan Ditemukan flora
Streptococcus normal dalam jumlah
hemoliticus aerobia normal
dalam jumlah banyak
USG Normal Normal

B. Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS: Infeksi puerperalis Nyeri akut
- Klien mengatakan
nyeri, gatal dan Inflamasi pada
terasa panas pada perineum

26
perineal
- Klien mengatakan Adanya respon saraf ke
jahitan perineum medulla spinalis
terbuka dn
mengeluarkan Nyeri pada area perineal
cairan seperti
nanah berbau
busuk
DO:
- Jahitan perineum
terbuka, bengkak,
kemerahan dan
mengeluarkan
lokhea parulen
- Tekanan darah
90/60 mmHg
- Takikardi nadi
120x
P : infeksi puerperalis
Q : nyeri terus menerus
R : area perineal, pada
bekas jahitan
S : skala 8 (1-10)
T : 38,5 C
DS: Infeksi puerperalis Hipertermi
- Klien mengatakan
pusing nyeri kepala Proses inflamasi pada
DO: peritoneum
- Suhu badan 38,5 C
Merangsang pusat
termoregulator di
hipotalamus

27
Suhu tubuh meningkat

Hipertermi
DS: Infeksi puerperalis Ansietas
- Klien mengatakan
cemas dan takut Kurangnya pengetahuan
terjadi apa-apa tentang proses
DO: perjalanan penyakit
- Wajah klien pucat
- Klien sering Ansietas
betanya apa yang
sedang terjadi pada
tubuhnya
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d proses infeksi puerperalis
2. Hipertermi b.d proses inflamasi pada infeksi puerperalis
3. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang perjalanan penyakit, sumber
informasi tidak adekuat
D. Intervensi Keperawatan
Domain 12 Comfort
Class 1 Physical Comfort
Acute pain (00132)
Diagnosa: Nyeri akut b.d proses infeksi puerperalis
NOC NIC
Pain level (2102) Pain management (1400)
Pain control (1605) 6. Lakukan pengkajian nyeri
Kriteria hasil : secara komperehensif (lokasi,
6. Mampu mengontrol nyeri (tahu karakteristik, durasi,
penyebab nyeri, mampu frekuensi, kualitas dan faktor
menggunakan tehnik presipitasi)
nonfarmakologi untuk 7. Observasi reaksi nonverbal

28
mengurangi nyeri, mencari dari ketidaknyamanan
bantuan) (1-5) 8. Kontrol lingkungan yang
7. Melaporkan bahwa nyeri dapat mempengauhi nyeri
berkurang dengan menggunakan (suhu ruangan, pencahayaan
manajemen nyeri (1-5) dan kebisingan)
8. Mampu mengenali nyeri (skala, 9. Pertahankan immobilisasi
intensitas, frekuensi, dan tanda pada ligamen yang mengalami
nyeri) (1-5) sprain
9. Menyatakan rasa nyaman setelah 10. Ajarkan tentang teknik
nyeri berkurang nonfarmakologi seperti nafas
10. Tanda vital dalam rentang dalam, relaksasi benson,
normal distraksi
11. Kolaborasi pemberian terapi
farmakologi

Domain 11. Safety/Protection


Class 6. Thermoregulation
00007 Hyperthermia
Diagnosa: Hipertermi b.d proses inflamasi pada infeksi puerperalis
NOC NIC
Risk Control : Hyperthermia (1922) Fever Treatment (3740)
Kritera hasil : 5. Monitor suhu dan tanda-tanda
Termoregulasi (0800) vital secara berkala
4. Menurunnya temperatur pada 6. Monitor suhu dan warna kulit
permukaan kulit (dengan suhu 7. Monitor intake dan output cairan
normal 36-37,5C) 8. Pertahankan konsumsi cairan
5. Radial Pulse Rate dalam batas klien sesuai kebutuhannya
normal (dengan rentang normal Infection Control (6540)
60-100x/menit) 5. Ajarkan klien dan keluarga cara
6. Klien melaporkan kenyamanan mencuci tangan yang benar
pada suhu tubuhnya 6. Pertahankan intake nutrisi oral
sesuai kebutuhan klien

29
7. Anjurkan klien untuk istirahat
yang cukup
8. Berikan obat antibiotik
(kolaborasi dokter) dan terapkan
5T + 1 W dalam manajemen
obat

Domain 9 Coping/Stress Tolerance


Class 2 Coping Responses
Ansietas (00146)
Diagnosa: Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang perjalanan
penyakit, sumber informasi tidak adekuat
NOC NIC
Anxiety self control (1402) Anxiety Reduction (5820)
Kriteria hasil : 5. Gunakan terapi terapeutik untuk
1. Mengidentifikasi, menenangkan, dengarkan denan
mengungkapkan dan penuh perhatian dan beri
menunjukkan tehnik untuk kesempatan kepada klien untuk
mengontrol cemas (1-5) mendiskusikan kecemasan
2. Tanda vital dalam rentang normal 6. Jelaskan semua prosedur yang
3. Ekspresi wajah, bahasa tubuh dan akan dilakukan saat terapi
tingkat aktivitas menunjukkan 7. Ajarkan relaksasi untuk
berkurangnya kecemasan (1-5) mengorangi kecemasan
8. Kolaborasi pemberian terapi
farmakologi, jika diperlukan

30
BAB IV
PENUTUP

4.1. Simpulan
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian
pada ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada nifas
terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh
adanya komplikasi masa nifas. Komplikasi masa nifas adalah keadaan
abnormal pada masa nifas yang di sebabkan oleh masuknya kuman-kuman
pada alat genetalia pada waktu persalinan. Masuknya kuman-kuman pada alat
genitalia inilah yang menyebabkan infeksi peurperalis pada ibu pasca
persalinan. Infeksi puerperalis umumnya disebabkan oleh bakteri yang
dibawa masuk melalui alat-alat atau bahan terkontaminasi yang masuk ke
dalam vagina atau jalan lahir atau bisa karena hygiene kurang baik.

4.2. Saran
Sebagai seorang calon perawat professional yang memiliki dasar
keilmuan kuat diharapkan agar nantinya mahasiswa dapat memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi puerperalis secara efektif
sehingga menjadikan kualitas pelayanan dan kesehatan klien menjadi lebih
baik.

31
DAFTAR PUSTAKA

Baughman DC, Hackley, JC. (2000). Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku
dari Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC
M. Bulechek, Gloria, et al . (2013). Nursing Intervension Classification Sixth
Edition. Elsevier Mosby
Moorhead, Soe, et al. (2013). Nursing Outcomes Classification Sixth Edition.
Elsevier Mosby.
NANDA Internasional. (2015). Nursing Diagnoses: Definition and Clasification
2015-2017. Jakarta:EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Saifudin, Abdul Bari. (2005). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBPSP
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Sastrawinata, Sulaiman. 2004. Obstetric patologi. Ed 2. Jakarta: EGC

Straight, Barbara. 2004. Panduan Belajar:Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir.


Ed.3. Jakarta: EGC

Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
Andi Offset

Tambayong, J. (2000). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.


Wiknjosastro. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP

32

Anda mungkin juga menyukai