Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI

COLITIS

Disusun oleh:

Dwi Nur Azizah

2018200093

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN WONOSOBO

JAWA TENGAH

2019
A. Anatomi Fisiologis
Usus besar atau colon berbentuk saluran muscular beronga yang membentang dari
secum hingga canalis ani dan dibagi menjadi sekum, colon (assendens, transversum,
desendens, dan sigmoid), dan rectum. Katup ileosekal mengontrol masuknya kimus ke
dalam kolon, sedangkan otot sfingter eksternus dan internus mengotrol keluarnya feses
dari kanalis ani. Diameter kolon kurang lebih 6,3 cm dengan panjang kurang lebih 1,5 m.
Usus besar memiliki berbagai fungsi, yang terpenting adalah absorbsi air dan
elektrolit. Ciri khas dari gerakan usus besar adalah pengadukan haustral. Gerakan
meremas dan tidak progresif ini menyebabkan isi usus bergerak bolak balik, sehingga
memberikan waktu untuk terjadinya absorbsi. Peristaltik mendorong feses ke rectum dan
menyebabkan peregangan dinding rectum dan aktivasi refleks defekasi.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam kolon berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam kolon juga berfungsi membuat
zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di
dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir
dan air sehingga terjadilah diare.
Gerak dan sekresi Kolon Pergerakan kolon terdiri dari kontraksi segmentasi dan
gelombang peristaltik seperti yang terdapat pada usus halus. Kontraksi segmentasi
mencampur isi kolon dan dengan lebih banyak menyentuhkan isi ke mukosa,
mempermudah absorbsi. Gelombang peristaltik mendorong isi ke rektum, walaupun
kadang-kadang terlihat antiperistaltik yang lemah. Kontraksi tipe ke tiga yang terdapat
hanya pada kolon adalah mass action contraction, di mana terdpat kontraksi otot polos
yang serentak meliputi daerah yang luas.. Kontraksi ini terjadi pada pars desenden dan
sigmoid dan berperan untuk mengosongkan kolon dengan cepat. Kontraksi ini
merupakan kekuatan kontraksi yang jelas waktu defekasi.
Pergerakan kolon dikoordinasi oleh gelombang lambat kolon. Frekuensi gelombang
ini, tidak seperti gelombang pada usus halus, meningkat sepanjang kolon, dari kira-kira 2
x / menit pada katup ileocaecal sampai 6 x / menit pada signoid. Sekresi kukus oleh
kelenjar kolon dirangsang oleh kontak antara sel-sel kelenjar dan isi kolon. Tidak ada
hubungan hormonal atau saraf berperan dalam respon dasar sekresi, walaupun beberapa
sekresi tambahan dapat dihasilkan oleh respon reflek lokal melalui nervus pelvicuc dan
splanknikus. Tidak ada enzem pencernaan disekresi dalam kolon.
Absorpsi dalam kolon
Kemampuan absorpsi mukos usus besar sangat besar. Na secara aktif ditransport
keluar kolon, dan air mengikuti osmotik gradier yang ditimbulkan. Terdapat sekresi K ,
dan HCO kedalam kolon. Kapasitas absorpsi kolon membuat instalasi rektum merupakan
suatu jalan yang praktis untuk pemberian obat, khususnya anak-anak. Banyak
senyawaan, termasuk obat anestesi, sedatif, transquilizer, dan steroid, diabsorpsi dengan
cepat oleh tempat ini. Sebagian air dalam enema diabsorpsi, dan bila volime enema
besar, absorpsi dapat cukup cepat menyebabkan intoksikasi air. Koma dan kematian
yang disebabkan karena intoksikasi air telah dilaporkan setelah enema dengan air kran
pada anak-anak dengan megakolon

B. Definisi
Kolitis adalah radang pada kolon. Radang ini disebabkan akumulasi cytokine yang
mengganggu ikatan antar sel epitel sehingga menstimulasi sekresi kolon, stimulasi sel
goblet untuk mensekresi mucus dan mengganggu motilitas kolon. Mekanisme ini
menurunkan kemampuan kolon untuk mengabsorbsi air dan menahan feses ( Tilley et al,
1997).
Kolitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi akut atau kronik oleh
virus, bakteri, dan amoeba, termasuk keracunan makanan. Kolitis dapat juga disebabkan
gangguan aliran darah ke daerah kolon yang dikenal dengan kolitis iskemik. Adanya
penyakit autoimun dapat menyebabkan kolitis, yaitu kolitis ulseratif dan penyakit Cohrn.
Kolitis limfositik dan kolitis kolagenus disebabkan beberapa lapisan dinding kolon yang
ditutupi oleh sel-sel limfosit dan kolagen. Selain itu, kolitis dapat disebabkan zat kimia
akibat radiasi dengan barium enema yang merusak lapisan mukosa kolon, dikenal dengan
kolitis kemikal.
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kolitis ditinjau dari teori Blum
dibedakan menjadi empat faktor, yaitu: faktor biologi, faktor lingkungan, faktor
pelayanan kesehatan, dan faktor prilaku.
1. Faktor Biologi: Jenis kelamin: Wanita beresiko lebih besar dibanding laki-laki. Usia:
15-25 tahun, dan lebih dari 50 tahun. Genetik/ familial: Riwayat keluarga dengan
kolitis
2. Faktor Lingkungan: Lingkungan dengan sanitasi dan higienitas yang kurang baik.
Nutrisi yang buruk
3. Faktor Perilaku: Kegemukan (obesitas). Merokok. Stress / emosi. Pemakaian laksatif
yang berlebihan. Kebiasaan makan makanan tinggi serat, tinggi gula, alkohol,
kafein, kacang, popcorn, makanan pedas. Kurang kesadaran untuk berobat dini.
Keterlambatan dalam mencari pengobatan. Tidak melakukan pemeriksaan rutin
kesehatan.
4. Faktor Pelayanan Kesehatan: Minimnya pengetahuan petugas kesehatan. Kurangnya
sarana dan prasarana yang memadai. Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi.
Kekeliruan dalam diagnosis dan terapi. Tidak adanya program yang adekuat dalam
proses skrining awal penyakit.

C. Etiologi
Kolitis bisa menjalar ke belakang sehingga menyebabkan proktitis. Penyebab dari kolitis
ada beberapa macam antara lain ( Tilley et al, 1997) :
1. Infeksi : Trichuris vulpis, Ancylostoma sp, Entamoeba histolytica, Balantidium coli,
Giardia spp, Trichomonas spp, Salmonella spp, Clostridium spp, Campylobacter
spp, Yersinia enterolitica, Escherichia coli, Prototheca, Histoplasma capsulatum, dan
Phycomycosis.
2. Faktor familial/genetik
3. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada orang kulit hitam
dan orang Cina, dan insidensinya meningkat (3 sampai 6 kali lipat) pada orang
Yahudi dibandingkan dengan orang non Yahudi. Hal ini menunjukkan bahwa dapat
ada predisposisi genetik terhadap perkembangan penyakit ini
4. Trauma : benda asing, material yang bersifat abrasif.
5. Alergi : protein dari pakan atau bisa juga protein bakteri.
6. Polyps rektokolon
7. Intususepsi ileokolon
8. Inflamasi : Lymphoplasmacytic, eoshinophilic, granulopmatous, histiocytic
9. Neoplasia : Lymphosarcoma, Adenocarcinoma
10. Sindrom iritasi usus besar (Irritable Bowel Syndrome)

D. Manifestasi Klinis
Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar
yang lebih sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan
diare berdarah. Pasien juga dapat mengalami:
1. Anemia
2. Fatigue/ Kelelahan
3. Berat badan menurun
4. Hilangnya nafsu makan
5. Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
6. Lesi kulit (eritoma nodosum)
7. Lesi mata (uveitis)
8. Nyeri sendi
9. Kegagalan pertumbuhan (khususnya pada anak-anak)
10. Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
11. Terdapat darah dan nanah dalam kotoran.
12. Perdarahan rektum (anus).
13. Rasa tidak enak di bagian perut.
14. Mendadak perut terasa mulas.
15. Kram perut.
16. Sakit pada persendian.
17. Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum
18. Anoreksia
19. Dorongan untuk defekasi
20. Hipokalsemia
Sekitar setengah dari orang-orang didiagnosis dengan kolitis ulseratif memiliki gejala-
gejala ringan. Lain sering menderita demam, diare, mual, dan kram perut yang parah.
Kolitis ulseratif juga dapat menyebabkan masalah seperti radang sendi, radang mata,
penyakit hati, dan osteoporosis. Tidak diketahui mengapa masalah ini terjadi di luar usus.
Para ilmuwan berpikir komplikasi ini mungkin akibat dari peradangan yang dipicu oleh
sistem kekebalan tubuh. Beberapa masalah ini hilang ketika kolitis diperlakukan.
Presentasi klinis dari kolitis ulserativa tergantung pada sejauh mana proses penyakit.
Pasien biasanya hadir dengan diare bercampur darah dan lendir, dari onset gradual.
Penyakit ini biasanya disertai dengan berbagai derajat nyeri perut, dari ketidaknyamanan
ringan untuk sangat menyakitkan kram.
Kolitis ulseratif berhubungan dengan proses peradangan umum yang mempengaruhi
banyak bagian tubuh. Kadang-kadang terkait ekstra-gejala usus adalah tanda-tanda awal
penyakit, seperti sakit, rematik lutut pada seorang remaja. Kehadiran penyakit ini tidak
dapat dikonfirmasi, namun, sampai awal manifestasi usus.
E. Patofisiologis
Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi,
sakit perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak
sangat sakit. Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana
penderita memiliki keinginan untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada perut
bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir.
Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin normal
atau keras dan kering. Tetapi selama atau diantara waktu buang air besar, dari rektum
keluar lendir yang mengandung banyak sel darah merah dan sel darah putih. Gejala
umum berupa demam, bias ringan atau malah tidak muncul. Jika penyakit menyebar ke
usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar sebanyak 10-20 kali/hari.
Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rektum yang terasa
nyeri, disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam haripun gejala
ini tidak berkurang. Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang
paling sering ditemukan adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.
Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat badannya
berkurang.Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan
mukosa kolon dan rectum. Penyakit ini umumnya mengenai orang kaukasia, termasuk
keturunan Yahudi. Puncak insidens adalah pada usia 30-50 tahun. Kolitis ulseratif adalah
penyakit serius, disertai dengan komplikasi sistemik dan angka mortalitas yang tinggi.
Akhirnya 10%-15% pasien mengalami karsinoma kolon.
Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan dikarakteristikkan
dengan adanya ulserasi multiple, inflamasi menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan
epitelium kolonik. Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang
terjadi satu secara bergiliran, satu lesi diikuti lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai
pada rectum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit,
memendek dan menebal akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak.

F. Pathway
G. Komplikasi
Komplikasi ditemukan pada anus dan kolon. Di anus terdapat fisura, abses perianal,
dan fistel perianal. Perforasi kolon dapat terjadi terutama di sigmoid dan kolon
descendens. Komplikasi lain yaitu kolon toksik biasanya menyebabkan perforasi fatal.
Dilatasi kolon akut atau megakolon toksik disebabkan oleh progresivitas penyakit di
dinding, dapat dicetuskan oleh pemberian sediaan opiat atau pemeriksaan Roentgent
barium. Penderita tampak sakit berat, dengan takikardi dan syok toksik. Diagnosis dapat
dibuat dengan foto polos perut.
Gambaran klinik megakolon toksik juga dapat ditemukan pada morbus Crohn,
demam tifoid dan amubiasis. Pendarahan berat biasanya mengancam jiwa tetapi jarang
terjadi.
Striktur kolon dapat ditemukan pada penyakit kronik yang menimbulkan nekrosis,
polip atau karsinoma. Karsinoma merupakan penyuluit lambat yang ditemukan pada
25% penderita setelah 20 tahun dan pada 30-40% setelah 30 tahun. Karsinoma sering
timbul multisentrik, begitu juga di kolon bagian kanan. Karena itu bila ditemukan
displasia epitel mukosa pada pemeriksaan biopsi harus dipertimbangkan untuk
melakukan kolektomi total.

H. Penatalaksanaan Medis
I. Pengkajian
1. Data Biografi: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan
2. Data Dasar Pengkajian Klien
a) Aktivitas/istirahat
Gejala:
1) Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah
2) Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare
3) Merasa gelisah dan ansietas
4) Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit.
5) Sirkulasi
Tanda:
1) Takikardia Crospons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri.
2) Kemerahan area akimonsis (kekurangan vitamin K)
3) TD: hipotensi, termasuk postural
4) Kulit/membrane mukosa, turgor buruk, kering, lidah pecah (dehidrasi/
malnutrisi)
b) Integritas ego
Gejala:
1) Ansietas, ketakutan, emosi, kesal, misalnya perasaan tak berdaya/tak ada
harapan
2) Faktor stress akut/kronis, misalnya hubungan dengan keluarga/pekerjaan,
pengobatan yang mahal
3) Faktor budaya peningkatan prevalensi dari populasi

c) Eliminasi
Gejala:
1) Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai batu atau berair
2) Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hingga timbul, sering tak
dapat dikontrol (sebanyak 20 – 30 kali defekasi/hari)
3) Perasaan dorongan/kram (temosmus), defekasi berdarah/pus/ mukosa dengan
atau tanpa keluar feses.
4) Perdarahan per rectal
5) Riwayat batu ginjal (dehidrasi)
Tanda:
1) Menurunnya bising usus, tak ada peristoltik atau adanya peristoltik yang
dapat dilihat.
2) Hemosoid, fisura anal (25 %), fisura perianal
3) Oliguria
d) Makanan/ cairan
Gejala:
1) Anoreksia, mual/muntah
2) Penurunan berat badan
3) Tidak toleran terhadap diet/sensitif misalnya buah segar/sayur
4) Produk susu makanan berlemak.
Tanda:
1) Penurunan lemak subkutan/massa otot
2) Kelemahan tonus otot dan turgor kulit buruk
3) Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
e) Higine
Tanda:
1) Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
2) Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin
3) Bau badan
f) Nyeri/kenyamanan
Gejala:
1) Nyeri/nyeri tekan pada kwadran kiri bawah (mungkin hilang
dengan defekasi)
2) Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (arthritis)
3) Nyeri mata, fotofobia (iritis)
Tanda:
1) Nyeri tekan abdomen/distensi
g) Keamanan
Gejala:
1) Riwayat lupus eritoma tous, anemia hemolitik, vaskulitis,.
2) Arthritis (memperburuk gejala dengan eksoserbasi penyakit usus)
3) Peningkatan suhu 39,6 – 40 ºC (eksoserbasi akut)
4) Penglihatan kabur
5) Alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine
ke dalam usus dan mempunyai efek inflamasi)
Tanda:
1) Lesi kulit mungkin ada misalnya: eritoma nodusum (meningkat), nyeri,
kemerahan dan membengkak pada tangan, muka, plodeima gangrionosa (lesi
tekan purulen/lepuh dengan batas keunguan)
2) Ankilosa spondilitis
3) Uveitis, kongjutivitis/iritis.
h) Seksualitas
Gejala: frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual
i) Interaksi sosial
Gejala:
1) Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi
2) Ketidakmampuan aktif dalam social

J. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus ditandai dengan
peningkatan bunyi usus/ peristaltik, defikasi sering dan berair, perubahan warna feses,
dan nyeri abdomen, kram.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan: diare
ditandai dengan mual, muntah, dan diare berat.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi nutrien,
status hipermetabolik, secara medik masukan makanan dibatasi ditandai dengan
penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/ massa otot, tonus otot buruk,
bising usus, konjungtiva dan membrane mukosa pucat serta menolak untuk makan.
4. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis/ rangsangan simpatis (proses
inflamasi), ancaman konsep diri (dirasakan atau aktual), ancaman terhadap perubahan
status kesehatan, status sosioekonomis, fungsi peran, pola interaksi ditandai dengan
eksaserbasi penyakit tahap akut, peningkatan tegangan, distensi, ketakutan,
menunjukan masalah tentang perubahan hidup, perhatian pada diri sendiri.
5. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diere lama, iritasi kulit/ jaringan,
eksoriasi fisura perirektal; fistula ditandai dengan nyeri abdomen kolik/ kram/ nyeri
menjalar, perilaku berhati- hati/ distraksi, gelisah, nyeri wajjah, dan perhatian pada
diri sendiri.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat, dan tidak
mengenal sumber ditandai dengan pertanyaan, meminta informasi, pernyataan salah
konsep, tidak akurat mengikuti instruksi, dan terjadi komplikasi/ eksaserbasi yang
dapat dicegah.

K. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Diare Setelah diberikan 1. Observasi dan Membantu membedakan
berhubungan asuhan catat frekuensi penyakit individu dan
dengan keperawatan defekasi, mengkaji beratnya episode.
inflamasi, selama ...x 24 jam karakteristik,
iritasi, atau diharapkan diare jumlah, dan
malabsorpsi pasien terkontol faktor pencetus.
usus ditandai dengan out come: 2. Tingkatkan tirah Istirahat menurunkan
dengan 1. penurunan baring, berikan motilitas usus juga
peningkatan frekuensi alat- alat menurunkan laju
bunyi usus/ defekasi, disamping metabolisme bila infeksi
peristaltik, konsistensi tempat tidur. atau perdarahan sebagai
defikasi kembali normal komplikasi.
sering dan 2.mengidentifikas 3. Identifikasi Menghindarkan iritan dan
berair, i / menghindari makanan dan meningkatkan istirahat usus.
perubahan factor pemberat. cairan yang
warna feses, mencetus diare.
dan nyeri 4. Mulai lagi Memberikan istirahat kolon
abdomen, pemasukan dengan menghilangkan atau
kram. cairan per oral menurunkan rangsang
secara bertahap. makanan/ cairan.
5. Berikan Adanya penyakit dengan
kesempatan penyebab tak diketahui sulit
untuk untuk sembuh dan yang
menyatakan memerlukan intervensi
frustasi bedah dapat menimbulkan
sehubungan reaksi stress yang dapat
dengan proses memperburuk situasi
penyakit.
6. Observasi Tanda bahwa toksik
demam, letargi, megakolon atau perforasi
takikardia, dan peritonitis akan terjadi/
leukositosis, telah terjadi memerlukan
penurunan intervensi medik segera.
protein serum,
ansietas, dan
kelesuan.
7. Memberikan Membantu kesembuhan
obat sesuai pasien.
indikasi
2 Kekurangan Setelah diberikan 1. Awasi masukan Memberikan informasi
volume asuhan dan keluaran, tentang keseimbangan
cairan keperawatan karakter, dan cairan, fungsi ginjal dan
berhubungan selama ...x 24 jam jumlah feses; control penyakit usus juga
dengan diharapkan diare perkirakan merupakan pedoman untuk
peningkatan pasien terkontol kehilangan yang penggantian cairan.
kehilangan dengan out come: tak terlihat.
cairan: diare 1. 2. Observasi kulit Menunjukan kehilangan
ditandai Mempertahankan kering berlebihan cairan berlebihan/ dehidrasi.
dengan mual, volume cairan dan membran
muntah, dan adekuat mukosa,
diare berat. dibuktikan oleh penurunan turgor
membran mukosa kulit, pengisisan
lembab, turgor kapier lambat.
kulit baik, dan 3. Ukur berat badan Indikator cairan dan status
pengisian kapiler tiap hari. nutrisi.
baik. 4. Pertahankan Kolon diistirahatkan untuk
2. Tanda vital pembatasan per penyembuhan dan untuk
stabil, oral, tirah baring; penyembuhan dan untuk
keseimbangan hindari kerja. menurunkan kehilangan
masukan dan cairan usus.
keluaran dengan
urine normal 5. Observasi Diet tidak adekuat dan
dalam konsentrasi perdarahan dan penurunan absorpsi dapat

jumlah. tes feses tiap hari menimbulkan defisiensi


untuk adanya vitamin K dan merusak
darah samar. koagulasi, potensial resiko
perdarahan.

6. Catat kelemahan
Kehilangan usus berlebihan
otot umum atau
dapat menimbulkan
disritmia
ketidakseimbangan
jantung.
elektrolit.
7. Berikan cairan Mempertahankan istirahat
parenteral, usus akan memerlukan
tranfusi darah penggantian cairan untuk
sesuai indikasi. memperbaiki
kehilangan/anemia.
8. Awasi hasil Menentukan kebutuhan
laboratorium. pergantian dan keefektifan
terapi.
9. Berikan obat
Membantu kesembuhan
sesuai indikasi.
pasien.
3. Nutrisi Setelah diberikan 1. Timbang berat Memberikan informasi
kurang dari asuhan badan tiap hari. tentang kebutuhan diet/
kebutuhan keperawatan kefektifan terapi.
tubuh selama ...x 24 jam
berhubungan diharapkan diare 2. Dorong tirah Menurunkan kebutuhann
dengan pasien terkontol baring atau metabolik untuk mencegah
gangguan dengan out come: pembatasan penurunan kalori dan
absorpsi 1. Menunjukan aktivitas selama simpanan energi.
nutrien, berat badan stabil fase sakit akut.
status atau peningkatan 3. Anjurkan Menenangkan peristaltic
hipermetabol berat badan sesuai istirahat sebelum dan meningkatkan energi
ik, secara dengan nilai makan. untuk makan.
medik laboratorium 4. Berikan Mulut yang bersih dapat
masukan normal. kebersihan oral. meningkkatkan rasa
makanan 2. Tidak ada makanan.
dibatasi tanda malnutrisi. 5. Sediakan Lingkungan yang
ditandai makanan dalam menyenangkan menurunkan
dengan ventilasi yang stress dan lebih kondusif
penurunan baik, lingkungan untuk makan.
berat badan, yang
penurunan menyenangkan,
lemak dengan situasi
subkutan/ tidak terburu-
massa otot, buru.
tonus otot
buruk, bising 6. Batasi makanan Mencegah serangan akut/

usus, yang dapat eksaserbasi gejala.

konjungtiva menyebabkan

dan kram abdomen,

membrane flatus.

mukosa Memberikan rasa kontrol


7. Catat masukan
pucat serta pada pasien dan kesempatan
dan perubahan
menolak untuk memilih makanan
simtomtologi.
untuk makan. yang diinginkan/ dinikmatii,
dapat meningkatkan
masukan.

8. Dorong pasien
Keragu-raguan untuk makan
untuk
mungkin diakibatkan oleh
menyatakan
takut makanan akan
perasaan masalah
menyebabkan eksaserbasi
mulai makan
gejala.
diet.
Istirahat usus menurunkan
9. Pertahankan
peristatik dan diare dimana
puasa sesuai
menyebabkan malabsorpsi/
indikasi.
kehilangan nutrien.
10. Mulai/
Memungkinkan saluran
tambahkan diet
usus untuk mematikan
sesuai indikasi.
kembali proses pencernaan.
11. Berikan obat
Membantu kesembuhan
sesuai indikasi.
pasien.
4. ansietas Setelah diberikan 1.Catat petunjuk Indikator derajat
Berhubungan asuhan perilaku misalnya ansietas/stress
dengan keperawatan gelisah, peka
faktor selama ...x 24 jam rangsang, menolak,
psikologis/ diharapkan kurang kontak mata,
rangsang ansietas pasien perilaku menarik
simpatis terkontol dengan perhatian
(proses out come:
inflamasi), 1. menunjukkan 2.Dorong Membuat hubungan
ancaman rileks dan menyatakan terapiutik antara pasien
konsep diri melaporkan perasaan berikan dengan perawat
(dirasakan/ak penurunan umpan balik
tual), ansietas sampai Validasi bahwa perasaan
ancaman tingkat dapat 3.Akui bahwa normal dapat menurunkan
terhadap/per ditangani ansietas dan masalah stres
ubahan mirip dengan yang
2.menyatakan
statuskesehat diekspresikan orang
kesadaran
an, status lain. Tingkatkan
perasaan ansietas
ekonomis, perhatian mendengar
dan cara sehat
fungsi peran, pasien
menerimanya
pola interaksi Keterlibatan pasien dalam
ditandai 4.Berikan informasi perencanaan perawatan
dengan yang akurat dan memberikan rasa kontrol
eksaserbasi nyata tentang apa dan membantu menurunkan
penyakit yang dilakukan ansietas
tahap akut, misalnya tirah
peningkatan baringpembatasan
tegangan, masukkan peroral,
distress, dan prosedur
ketakutan, Memindahkan pasien dari
menunjukkan 5.Berikan stres luar meningkatkan
masalah lingkungan tenang relaksasi, membantu
tentang dan istirahat menurunkan ansietas
perubahan
hidup, Tindakan dukungan
perhatian membantu pasien merasa
pada diri 6. Dorong stres berkurang ,
sendiri. pasien/orang memungkinkan energi
terdekat untuk untuk ditujukan pada
menyatakan penyembuhan/ perbaikan
perhatian, perilaku
perhatian Meningkatkan rasa kontrol
diri pasien

7. Bantu pasien
mengidentifikasi/
memerlukan
perilaku koping
yang digunakan Mengatasi masalah dapat
pada masa lalu membantu dalam
menurunkan stres/ansietas,
8. Ajarkan pasien meningkatkan kontrol
belajar mekanisme penyakit
koping baru
Untuk menurunkan ansietas
dan memudahkan istirahat,
khususnya pasien dengan
9. Beri obat sedatif KU

Dibutuhkan bantuan
tambahan untuk
10. Rujuk pada meningkatkan kontrol dan
perawat spesialis mengatasi episode
psikiatrik, pelayanan akut/eksaserbasi dengan
sosial, penasihat belajar untuk menerima
agama penyakit kronis dan
konskuensinya

5. Nyeri akut Setelah diberikan 1. Dorong pasien Mencoba untuk


berhubungan asuhan untuk melaporkan mentoleransi nyeri
dengan keperawatan nyeri
hyperperistal selama....x24 jam,
tik, diare diharapkan nyeri 2. Kaji laporan kram Nyeri kolitis hilang timbul
lama, iritasi berkurang dengan abdomen atau nyeri, pada penyakit Crohn. Nyeri
kulit/jaringan kriteria hasil: cata lokasi, lamanya, sebelum defekasi sering
, eksoriasi 1. melaporkan intensitas (skala 0- terjadi pad KU dengan tiba-
fisura nyeri 10). Selidiki dan tiba, dimana dapat berat dan
perirektal; hilang/terkontrol, laporkan perubahan terus menerus. Perubahan
fistula karakteristik nyeri pada karakteristik nyeri
2.tampak rileks
ditandai dapat menunjukkan
dengan 3.mampu penyebaran penyakit /terjadi
laporan nyeri tidur/istirahat komplikasi, mis: fistula
abdomen dengan tepat kandung kemih, perforasi,
kolik/kram/n toksikmegakolon
yeri 3. Catat petunjuk
menyebar., non verbal mis. Bahasa tubuh/non verbal
perilaku Gelisah, menolak dapat secara psikologis dan
berhati- untuk bergerak, fisiologik dapat digunakan
hati/distraksi, berhati-hati dengan pada hubungan verbal untuk
gelisah, nyeri abdomen, menarik mengidentifikasi
wajah, diri dengan abdomen luas/beratnya masalah
perhatian dan depresi. Selidiki
pada diri perbedaan verbal
sendiri dan non verbal
4. Kaji ulang faktor- Dapat menunjukkan dengan
faktor yang tepat pencetus atau faktor
meningkatkan atau pemberat atau
menghilangkan nyeri mengidentifikasi terjadinya
komplikasi

5. Izinkan pasien Menurunkan tegangan


untuk memulai abdomen dan meningkatkan
posisi yang nyaman rasa kontrol

6. Berikan tindakan Meningkatkan relaksasi dan


nyaman (mis. Pijatan meningkatkan kemampuan
punggung) dan koping
aktivitas senggang

7. Bersihkan area Melindungi kulit dari asam


rektal dengan sabun usus, mecegah eksoriasi
dan air dan berikan
perawatan kulit (mis.
Salep)

8. Berikan rendam Melindungi kulit dari asam


duduk dengan tepat usus, mecegah eksoriasi

9. Observasi distensi Dapat menunjukkan


abdomen, terjadinya obstruksi usus
peningkatan suhu karena inflamasi, edema,
tubuh, penurunan dan jaringan parut
TD
Istirahat usus penuh dapat
10. Lakukan menurunkan nyeri, kram
modifikasi diet
sesuai resep
Untuk memudahkan
11. Berikan obat istirahat yang adekuat dan
analgesik, penyembuhan,
antikolinergik dan menghilangkan spasme GI
anodin supositoria dan merileksasi otot rektal

Memberikan kesejukan
12. Bantu dengan lokal dan kenyamannan
mandi duduk pada rektal
6. Kurang Setelah diberikan 1.Tentukan persepsi Membuat pengetahuan
pengetahuan asuhan pasien tentang dasar dan memberikan
tentang keperawatan proses penyakit kesadaran kebutuhan belajar
kondisi, selama......x24 individu
prognosis, jam diharapkan
dan pasien 2. Kaji ulang proses
kebutuhan mendapatkan penyakit, penyebab Faktor pencetus/pemberat
pengobatan pengetahuan gejala, identifikasi individu sehingga waspada
berhubungan dengan kriteria cara menurunkan pada faktor gejala dan
dengan hasil: faktor pendukung , memliki pengetahuan dasar
kesalahan 1.menyatakan dorong pertanyaan
interpretasi pemahaman
informasi, terhadap penyakit 3. Kaji ulang obat,
kurang 2.mengidentifikas tujuan, frekuensi, Meningkatkan pemahaman
mengingat, i stres dosis, dan dan kerjasama dalam
dan tidak 3.berpartisipasi kemungkinan efek program penyembuhan
mengenal dalam pengobatan samping
sumber 4.melakukan
ditandai perubahan pola 4. Ingatkan pasien
dengan hidup untuk Steroid dapat mengontrol
pertanyaan, mengobservasi efek inflamasi namun dapat
meminta samping obatbila menurunkan ketahanan
informasi, steroid dberikan terhadap infeksi
pernyataan dalam waktu
salah konsep, panjang
tidak akurat Menurunkan penyebaran
mengikuti 5.Tekankan bakteri, iritasi kulit dan
instruksi, dan pentingnya infeksi
terjadi perawatan kulit
komplikasi/ Merokok dapat
eksaserbasi 6. Menganjurkan menyebabkan motilitas usus
yang dapat berhenti merokok
dicegah. Pasien dengan inflamasi
7. Penuhi evaluasi penyakit usus berisiko
jangka panjang dan kanker kolon sehingga
evaluasi uang evaluasi periodik diperlukan
periodic
Pasien mendapatkan
8. Rujuk ke pelayanan dalam koping
komunitas yang dengan penyakit kronis dan
tepat evaluasi obat
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta: EGC

Ester, Monica. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC

Marliynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC.

Moorhouse, Dongoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3. Jakarta:EGC

Smeltzer, Suzanne. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2.Edisi 8 .Jakarta EGC

Anda mungkin juga menyukai