Anda di halaman 1dari 18

ASKEP KERATITIS

MAKALAH KMB I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

KERATITIS

OLEH KELOMPOK 5 :

1. RIA ASTUTI

2. LIGIA MARTA KASRA

3. RAHMATUL HUSNI

4. WELLI APRIANTI

5. RIKI SAPUTRA

6. SRI AGUSVINA

7. ITDAFRI YENI

8. MUSNI ERLINDA

Dosen Pembimbing : Ns. Nova Fridalni, S.Kep, M.Biomed

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2012/ 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

telah memberikanrahmat dan hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada

waktunya.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah

keperawatan medical bedah yang di berikan oleh Dosen

pengajar. penulis menyadari adanya berbagai

kekurangan, baik dalam isi materi maupun penyusunan


kalimat.

Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang

berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan

makalah ini sangat penulis harapkan.penulis aturkan

terimakasih kepada dosen pembimbing penulis yaitu Ns.

Nova Fridalni, S.Kep, M. Biomed yang telah memberikan

penjelas kepada penulis, kepada orangtua penulis yang

telah memberi doa dan dorongan kepada penulis dan

kepada teman-teman yang seperjuangan dengan penulis.

Padang, Oktober 2012

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi

sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan

kornea menjadi keruh. Keratitis ini diakibatkan oleh

berbagai organisme bakteri,virus, jamur, atau parasit,

abrasi sedikitpun bisa menjadi pintu masuk bakteri.

Kebanyakan infeksi kornea terjdi akibat trauma atau

gangguan mekanisme pertahanan sistemis ataupun lokal.

Infeksi ini terjadi bila kornea tidak dilembabkan secara

memadai dan dilindungi oleh kelopak mata. Kekeringan

kornea dapat terjadi dan kemudian dapat diikuti ulserasi

dan infeksi sekunder. Pemajanan kornea dapat


diebabakan oleh karena keadaan eksoptalmus, paresis

saraf kranial VII tetapi juga dapat terjadi pada pasien

koma atau yang dianastesi.

1.2. TUJUAN

1. Tujuan umun

Setelah dibuatnya makalah keratitis, Mahasiswa dapat

mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan

pada pasien dengan keratitis

1. Tujuan khusus

Dapat mengetahiu definisi dari keratitis

Dapat mengetahui etiologi dari keratitis

Dapat menegetahui manifestasi keratitis

Dapat memahami patofisiologi dari keratitis

Dapat mengetahui asuhan keperawatan keratitis

BAB II

KONSEP DASAR DAN TINJAUAN TEORITIS

1. 1. PENGERTIAN

Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi

sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan

kornea menjadi keruh.

Keratitis adalah inflamasi pada kornea oleh bakteri, virus,

hespes simplek, alergi, kekurangan vititamin A . Keratitis

adalah peradangan pada kornea, keratitis disebabkan

oleh mikrobial dan pemajanan. Keratitis Mikrobial adalah

infeksi pada kornea yang disebabkan oleh berbagai


organisme bakteri, virus, jamur/parasit. serta abrasi

yang sangat bisa menjadi pintu masuk bakteri. Keratitis

Pemajanan adalah infeksi pada kornea yang terjadi

akibat kornea tidak dilembabkan secara memadai dan

dilindungi oleh kelopak mata kekeringan mata dapat

terjadi dan kemudian diikuti ulserasi dan infeksi sekunder.

(Brunner dan Suddarth, 2001).

Keratitis adalah peradangan pada kornea, membran

transparan yang menyelimuti bagian berwarna dari mata

(iris) dan pupil. Keratitis dapat terjadi pada anak-anak

maupun dewasa. Bakteri pada umumnya tidak dapat

menyerang kornea yang sehat, namun beberapa kondisi

dapat menyebabkan infeksi bakteri terjadi. Contohnya,

luka atau trauma pada mata dapat menyebabkan kornea

terinfeksi. Mata yang sangat kering juga dapat

menurunkan mekanisme pertahanan kornea. (Kaiser,

2005).

Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi

sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan

kornea menjadi keruh. ( http://

berita19.wordpress.com/2010/02/03/infeksi-pada-mata-

keratitis/ ).

Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrate

sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan

kornea menjadi keruh, biasanya diklasifikasikan dalam


lapisan yang terkena seperti keratitis superficial,

intertitisial dan profunda. (http://

www.berbagimanfaat.blogspot.com )

1. 2. ETIOLOGI

Keratitis disebabkan oleh bakteri, jamur dan proses

peradangan.

Bakteri seperti: Staphylococcus, Streptococcus,

Pseudomonas, dan Pseudococcus.

Virus seperti: Virus herpes simpleks dan Virus

herpes zoster.

Jamur seperti: Candida dan Aspergillus.

1. 3. KLASIFIKASI KERATITIS BERDASARKAN

ETIOLOGI

2. Keratitis mikrobakterial : Keratitis ini diakibatkan

oleh berbagai organisme bakteri,virus, jamur, atau

parasit, abrasi sedikitpun bisa menjadi pintu masuk

bakteri. Kebanyakan infeksi kornea terjdi akibat

trauma atau gangguan mekanisme pertahanan

sistemis ataupun lokal.

3. Keratitis bacterial : keratitis akibat dari infeksi

stafilokokkus, berbentuk seperti keratitis pungtata,

terutama dibagian bawah kornea.

4. Keratitis dendritik herpetic : keratitis dendritik yang

disebabkan virus herpes simpleks akan memberi

gambaran spesifik berupa infiltrat pada kornea dengan bentuk seperti ranting pohon yang bercabang
cabang dengan memberikan uji fluoresin positif nyata pada tempat percabangan.
5. Keratitis herpes zoster : Merupakan manifestasi klinis dari infeksi virus herpes zooster pada cabang
saraf trigeminus,

6. Keratitis pungtata epithelial : Keratitits dengan infiltrat halus pada kornea, selain disebabkan oleh virus
keratitits pungtata juga disebabakan oleh obat seperti neomicin dan gentamisin.

7. Keratitis disiformis : merupakan keratitits dengan bentuk seperti cakram didalam stroma permukaan
kornea, keratitis ini disebabkan oleh infeksi atau sesudah infeksi virus herpes simpleks.

8. Keratitis pemajanan : Infeksi ini terjadi bila kornea tidak dilembabkan secara memadai dan dilindungi
oleh kelopak mata. Kekeringan kornea dapat terjadi dan kemudian dapat diikuti ulserasi dan infeksi
sekunder. Pemajanan kornea dapat diebabakan oleh karena keadaan eksoptalmus, paresis saraf kranial
VII tetapi juga dapat terjadi pada pasien koma atau yang dianastesi.

9. Keratitis lagoftalmos : Terjadi akibat mata tidak menutup sempurna yang dapat terjadi pada ektropion
palpebra, protrusio bola mata atau pada penderita koma dimana mata tidak terdapat reflek mengedip.

10. Keratitis neuroparalitik : Terjadi akibat gangguan pada saraf trigeminus yang mengakibatkan
gangguan sensibilitas dan metabolisme kornea

11. Keratokonjungtivitis sika : Terjadi akibat kekeringan pada bagian permukaan kornea.

12. 4. PATOFISIOLOGI

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung yang uniform dan jendela yang dilalui bekas cahaya retina,

sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, afaskuler dan deturgessens. Deturgennes
atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh fungsi sawar epitel. Epitel adalah
sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam kornea dan merupakan satu lapis sel
sel pelapis permukaan posterior kornea yang tak dapat diganti baru. Sel-sel ini berfungsi sebagai pompa
cairan dan menjaga agar kornea tetap tipis, dengan demikian mempertahankan kejernihan optiknya, jika
sel-sel ini cedera atau hilang, timbul edema dan penebalan kornea yang pada akhirnya mengganggu
penglihatan.

1. 5. TANDA DAN GEJALA

Mata sakit, gatal, silau

Gangguan penglihatan (visus menurun)

Mata merah dan bengkak

Hiperemi konjungtiva

Merasa kelilipan

Gangguan kornea(sensibilitas kornea yang hipestesia)


Fotofobi, lakrimasi, blefarospasme

Pada kelopak terlihat vesikel dan infiltrat filament pada kornea

Inflamasi bola mata yang jelas

Terasa benda asing di mata

Cairan mokopurulen dengan kelopak mata saling melekat saat bangun

Ulserasi epitel

Hipopion (terkumpulnya nanah dalam kamera anterior)

Dapat terjadi perforasi kornea

Ekstrusi iris dan endoftalmitis

Mata berair

Kehilangan penglihatan bila tidak terkontrol

1. 6. KLASIFIKASI

Keratitis biasanya diklasifikasikan berdasarkan lapisan

kornea yang terkena : yaitu keratitis superfisialis apabila

mengenai lapisan epitel dan bowman dan keratitis

profunda apabila mengenai lapisan stroma. Bentuk-

bentuk klinik keratitis superfisialis antara lain adalah

(Ilyas, 2006):

1. Keratitis punctata superfisialis : Berupa bintik-bintik

putih pada permukaan kornea yang dapat

disebabkan oleh sindrom dry eye , blefaritis,

keratopati logaftalmus, keracunan obat topical,

sinar ultraviolet, trauma kimia ringan dan

pemakaian lensa kontak.

2. Keratitis flikten : Benjolan putih yang yang bermula


di limbus tetapi mempunyai kecenderungan untuk

menyerang kornea.

3. Keratitis sika : Suatu bentuk keratitis yang

disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar

lakrimale atau sel goblet yang berada di

konjungtiva.

4. Keratitis lepra : Suatu bentuk keratitis yang

diakibatkan oleh gangguan trofik saraf, disebut

juga keratitis neuroparalitik.

5. Keratitis nummularis : Bercak putih berbentuk bulat

pada permukaan kornea biasanya multiple dan

banyak didapatkan pada petani.

Bentuk-bentuk klinik keratitis profunda antara lain adalah

1. Keratitis interstisialis luetik atau keratitis sifilis

congenital

2. Keratitis sklerotikans.

1. 7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan tajam penglihatan: Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan untuk mengetahui fungsi
penglihatan setiap mata secara terpisah. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan kartu
snellen maupun secara manual yaitu menggunakan jari tangan. Pemulasan fluorescein Kerokan kornea
yang kemudian dipulas dengan

pulasan gram maupun giemsa.

Pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10 % pada

kerokan kornea

Pemeriksaan schirmer.

Kultur bakteri atau fungi


Uji dry eye : Pemeriksaan mata kering atau dry eye

termasuk penilaian terhadap lapis film air mata

( tear film ), danau air mata ( teak lake ), dilakukan

uji break up time tujuannya yaitu untuk melihat

fungsi fisiologik film air mata yang melindungi

kornea. Penilaiannya dalam keadaan normal film

air mata mempunyai waktu pembasahan kornea

lebih dari 25 detik. Pembasahan kornea kurang dari

15 detik menunjukkan film air mata tidak stabil.

Uji fluoresein : Untuk mengetahui adanya kerusakan

pada epitelkornea akibat erosi, keratitis epitelial,

bila terjadi defek epitel kornea akan terlihat warna

hijau pada defek tersebut

Uji sensibilitas kornea : Untuk mengetahui keadaan

sensibilitas kornea yang berkaitan dengan penyakit

mata akibat kelainan saraf trigeminus oleh herpes

zooster ataupun akibat gangguan ujung saraf

sensibel kornea oleh infeksi herpes simpleks

Uji fistel : Untuk melihat kebocorankornea atau

fistel akibat adanya perforasi kornea

Uji biakan dan sensitivitas : Mengidentifikasi

patogen penyebab

Uji plasido : Untuk mengetahui kelainan pada

permukaan kornea

Menentukan bakteri yang menyerang mata.


Ofthalmoskop : Tujuan pemeriksaan untuk melihat

kelainan serabut retina, serat yang pacat atropi,

tanda lain juga dapat dilihat seperti perdarahan

peripapilar.

Keratometri ( pegukuran kornea ) : Keratometri

tujuannya untuk mengetahui kelengkungan kornea,

tear lake juga dapat dilihat dengan cara focus kita

alihkan kearah lateral bawah, secara subjektif

dapat dilihat tear lake yang kering atau yang terisi

air mata.

Tonometri digital palpasi : Cara ini sangat baik pada

kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai

atau sulit dinilai seperti pada sikatrik kornea,

kornea ireguler dan infeksi kornea. Pada cara ini

diperlukan pengalaman pemeriksa karena terdapat

factor subjektif, tekanan dapat dibandingkan

dengan tahahan lentur telapak tangan dengan

tahanan bola mata bagian superior.

1. 8. PENATALAKSNAAN

Pemberian antibiotik, air mata buatan.

Pada keratitis bakterial diberikan gentacimin 15

mg/ml, tobramisin 15 mg/ml, seturoksim 50 mg/

ml. Untuk hari-hari pertama diberikan setiap 30

menit kemudian diturunkan menjadi 1 jam dan

selanjutnya 2 jam bila keadaan mulai membaik.


Ganti obatnya bila resisten atau keadaan tidak

membaik.

Perlu diberikan sikloplegik untuk menghindari

terbentuknya sinekia posterior dan mengurangi

nyeri akibat spasme siliar

Pada terapi jamur sebaikna diberikan ekanazol 1 %

yang berspektum luas.

Antivirus,anti inflamasi dan analgesic

1. 9. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemulasan fluorescein

Kerokan kornea yang kemudian dipulas dengan

pulasan gram maupun giemsa

Kultur untuk bakteri dan fungi

Pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10%

terhadap kerokan kornea

Tes schirmer.bila resapan air mata pada kertas

schirmer kurang dari 10 mm dalam 5 menit

dianggap abnormal

BAB III

ASKEP TEORITIS

1. 1. PENGKAJIAN

2. Identitas klien

Nama

Umur

Jenis kelamin
Suku bangsa

Pekerjaan

Pendidikan

Status menikah

Alamat

Tanggal MRS

Diagnosa medis

1. Keluhan utama : Tanyakan kepada klien adanay keluhan seperti nyeri, mata berair, mata merah, silau
dan sekret pada mata

2. Riwayat penyakit sekarang : Informasi yang dapat diperoleh meliputi informasi mengenai penurunan
tajam penglihatan, trauma pada mata, riwayat gejala penyakit mata seperti nyeri meliputi lokasi,awitan,
durasi, upaya mengurangi dan beratnya, pusing, silau.

3. Riwayat penyakit dahulu : Tanyakan pada klien riwayat penyakit yang dialami klien seperti diabetes

mellitus, hrpes zooster, herpes simpleks

4. Pengkajian fisik penglihatan

Ketajaman penglihatan : Uji formal ketajaman penglihatan harus merupakan bagian dari setiap data
dasar pasien. Tajam penglihatan diuji dengan kartu mata ( snellen ) yang diletakkan 6 meter.

Palpebra superior : Merah,sakit jika ditekan

Palpebra inferior : Bengkak, merah, ditekan keluar secret

Konjungtiva tarsal superior dan inferior

Inspeksi adanya Papil, timbunan sel radang sub konjungtiva yang berwarna merah dengan pembuluh
darah ditengahnya Membran,sel radang di depan mukosa konjungtiva yang bila iangkat akan berdarah,
membrane merupakan jaringan nekrotik yang terkoagulasi dan bercampur dengan fibrin, menembus
jaringan yang lebih dalam dan berwarna abu abu.

Pseudomembran, membran yang bila diangkat tidak akan berdarah Litiasis, pembentukan batu senyawa
kalsium berupa perkapuran yang terjadipada konjungtiviti kronis Sikatrik, terjadi pada trakoma.
Konjungtiva bulbi

Sekresi

Injeksi konjungtival
Injeksi siliar

Kemosis konjungtiva bulbi, edema konjungtiva berat

Flikten peradangan disertai neovaskulrisasi Kornea

Erosi kornea, uji fluoresin positif

Infiltrat, tertimbunnya sel radang

Pannus, terdapat sel radang dengan adanya pembuluh darah yang membentuk tabir kornea

Flikten, Ulkus, SikatrikBilik depan mata

Hipopion, penimbunan sel radang dibagian bawah bilik mata depan

Hifema, perdarahan pada bilik mata depanIris

Rubeosis, radang pada iris

Gambaran kripti pada iris

Pupil

Reaksi sinar, isokor

Pemeriksaan fundus okuli dengan optalmoskop untuk melihat

Adanya kekeruhan pada media penglihatan yang keruh seperti pada kornea, lensa dan badan kaca.

1. 2. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx : Nyeri berhubungan dengan iritasi atau infeksi pada

mata.

Kriteria hasil : Nyeri berkurang, pasien merasa nyaman

Intervensi :

Anjurkan klien untuk mengompres mata dengan air hangat

Anjurkan pasien untuk tidak menggosok gosok mata yang sakit terutama dengan tangan

Anjurkan pasien menggunbkan kacamata pelindung jika bepergian

Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik

Dx : Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis, perubahan status kesehatan: adanya


nyeri;kemungkinan /kenyataan kehilangan penglihatan.
Kemungkinan dibuktikan oleh: ketakutan, ragu-ragu.menyatakan masalah perubahan hidup.

Hasil yang diharapkan: tampak rileks dan melaporkan ansetas menurun sampai tingkat dapat diatasi.

Tindakan / Intervensi

Kaji tingkat ansetas, derajat pengalaman nyeri / timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat
ini.

Berikan informasi yang akurat dan jujur.

Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan penglihatan
tambahan.

Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.

Identifikasi sumber / orang yang dekat dengan klien.

Dx : Gangguan Sensori Perseptual : Penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori / status organ indera.
Lingkungan secara terapetik dibatasi. Kemungkinan dibuktikan oleh: menurunnya ketajaman, gangguan
penglihatan, perubahan respon biasanya terhadap rangsang.

Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien akan :

Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.

Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.

Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

Tindakan / Intervensi:

Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.

Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di areanya.

Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan seperti kurangi
kekacauan, ingatkan memutr kepala ke subjek yang terlihat dan perbaiki sinar suram

Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata dimana dapat terjadi bila
menggunakan tetes mata.

Dx : Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan kontak sekret dengan mata sehat atau mata
orang lain

Hasil Yang Diharapkan/ Kriteria Evaluasi Pasien Akan :

Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema, dan demam.
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/ menurunkan resiko infeksi

Tindakan/intervensi:

Kaji tanda-tanda infeksi

Berikan therapi sesuai program dokter

Anjurkan penderita istirahat untuk mengurangi gerakan mata

Berikan makanan yang seimbang untuk mempercepat penyembuhan

Mandiri

Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata.

Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar dengan bola kapas
untuk tiap usapan, ganti balutan.

Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang sakit kemudian yang sehat

Anjurkan untuk memisahkan handuk, lap atau sapu tangan

Dx : Ketakutan atau ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori

Tujuan : Pasien tidak lagi merasa cemas

Kriteria hasil : Pasien merasa lebih tenang dan Pasien tidak takut lagi

Intervensi :

Kaji derajat dan durasi gangguan visual

Orientasikan pasien pada lingkungan baru

Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari- hari dalam perawatan pasien.

Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien.

Dx : Risiko terhadap cidera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan

Tujuan : Pasien mampu menghindari risiko cidera

Kriteria hasil : Pasien tidak mengalami cidera

Intervensi :

Bantu pasien untuk melakukan ambulasi

Orientasikan pasien pada ruangan


Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kacamata bila diperlukan.

Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma

Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata.

Dx : Nyeri yang berhubungan dnegan trauma, peningkatan TIO, inflamasi intervensi bedah atau
pemberian tetes mata dilator.

Tujuan : Pasien tidak lagi merasa nyeri.

Kriteria hasil :

Pasien tidak mengeluh nyeri lagi

Pasien tidak merasa nyeri lagi

Intervensi

Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai resep

Berikan kompres dingin sesuai permintaan untuk trauma tumpul

Kurangi tingkat pencahayaan

Dorong penggunaan kacamata hitam pada cahaya kuat.

Dx : Potensial terhadap kurang perawatan diri yang

berhubungan dengan kerusakan penglihatan.

Tujuan : Pasien mampu melakukan perawatan diri

Kriteria hasil :

Pasien mengalami instruksi yang diberikan

Pasien bisa melakukan perawatan diri

Intervensi

Beri instruksi pada pasien atau orang terdekat mengenai tanda dan gejala, komplikasi yang harus segera
dilaporkan pada dokter.

Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berarti mengenai teknik yang benar
dalam memberikan obat.

Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulangan

Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan.


Dx : Perubahan persepsi sensori : visual berhubungan dengan kerusakan penglihata

Tujuan : Pasien mampu beradaptasi dengan perubahan

Kriteria hasil :

Pasien menerima dan mengatasi sesuai dengan keterbatasan penglihatan

Menggunakan penglihatan yang ada atau indra lainnya secara adekuat.

Intervensi

Perkenalkan pasien dengan lingkunganya

Beritahu pasien untuk mengoptimalkan alat indera lainnya yang tidak mengalami gangguan.

Kunjungi dengan sering untuk menentukan kebutuhan dan menghilangkan ansietas.

Libatkan orang terdekat dalam perawatan dan aktivitas

Kurangi bising dan berikan istirahat yang seimbang

Dx : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

informasi mengenai perawatan diri dan proses penyakit.

Tujuan : Pasien memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyakitnya

Kriteria hasil :

Pasien memahami instruksi pengobatan

Pasien memverbalisasikan gejala-gejala untuk dilaporkan

Intervensi

Beritahu pasien tentang penyakitnya

Ajarkan perawatan diri selama sakit

Ajarkan prosedur penetesan obat tetes mata dan penggantian balutan pada pasien dan keluarga.

Diskusikan gejala-gejala terjadinya kenaikan TIO dan gangguan penglihatan

1. 3. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan.

1. 4. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan dilakukan berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
dan implementasi keperawatan.

BAB IV

PENUTUP

1. A. KESIMPULAN

Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan
mengakibatkan kornea menjadi keruh. Keratitis ini diakibatkan oleh berbagai organisme bakteri,virus,
jamur, atau parasit, abrasi sedikitpun bisa menjadi pintu masuk bakteri. Kebanyakan infeksi kornea terjdi
akibat trauma atau gangguan mekanisme pertahanan sistemis ataupun lokal. Keratitis adalah
peradangan pada kornea, membrane transparan yang menyelimuti bagian berwarna dari mata (iris) dan
pupil. Keratitis dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa. Bakteri pada umumnya tidak dapat
menyerang kornea yang sehat, namun beberapa kondisi dapat menyebabkan infeksi bakteri terjadi.
Contohnya, luka atau trauma pada mata dapat menyebabkan kornea terinfeksi. Mata yang sangat kering
juga dapat menurunkan mekanisme pertahanan kornea. (Kaiser, 2005).

1. B. SARAN

Dengan dibuatnya makalah ini para pembaca baik para perawat maupun tenaga kesehatan lainya dapat
memberikan penatalaksanaan pada pasien keratitis dengan baik dan benar sehingga makalah kami
bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. EGC : Jakarta.

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah : volume 2. Jakarta : EGC.

(http://berita19.wordpress.com/2010/02/03/infeksi -pada-mata-keratitis/)

(http://www.berbagimanfaat.blogspot.com)

Anda mungkin juga menyukai