Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

ABORTUS

Disusun Oleh:
NAMA : ILHAM ALWI
NIM : PO713201181021
KELAS : II A

D.III KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Laporan Pendahuluan
A. Definisi
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot 500
gram atau kurang, dari ibunya yang kira – kira berumur 20 sampai 22 minggu
kehamilan (Moore, 2001).
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi
belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Liewollyn,
2002).
B. Klasifikasi Abortus :
1. Abortus spontanea
Abortus spontanea adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan atau terjadi
dengan sendirinya. Aborsi ini sebagian besar terjadi pada gestasi bulan kedua
dan ketiga. Abortus spontan terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus,
dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Gejala-gejala abortus imminens antara lalin :
1) perdarahan pervagina pada paruh pertama kehamilan. Perdarahan
biasanya terjadi beberapa jam sampai beberapa hari. Kadang-kadang
terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu.
2) nyeri kram perut. Nyeri di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat
berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan
di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah
suprapubis.
Untuk pemeriksaan penunjang abortus imminen digunakan Sonografi
vagina, pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik
(HCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri
atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat
janin hidup intrauterus. Selain itu, juga digunakan tekhnik pencitraan
colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam mengidentifikasi
gestasi intrauterus hidup.
Jika konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan
yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya
telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi
secara pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ultrasonografi abdomen
atau probe vagina dapat membantu dalam proses pengambilan
keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus terdapat jaringan dalam
jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase. Penanganan
abortus imminens meliputi :
1)      Istirahat baring.
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena
cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik.
2)      Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai
zat progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.
Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
3)      Pemeriksaan ultrasonografi
b. Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat
tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Gejala-gejala abortus insipiens adalah:
1)      rasa mules lebih sering dan kuat
2)      perdarahan lebih banyak dari abortus imminens.
3)      Nyeri karena kontraksi rahim kuat yang dapat menyebabkan
pembukaan.
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau
dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan. Penanganan Abortus
Insipiens meliputi :
1)      Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus
dengan aspirasi vakum manual.
Jika evaluasi tidak dapat dilakukan, maka segera lakukan :
a)      Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15
menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang
sesudah 4 jam bila perlu).
b)      Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari
uterus.
2)      Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a)      Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil
konsepsi.
b)      Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan
kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi.
c)      Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
c. Abortus Inkompletus
Abortus Inkompletus merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di
uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda
utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan
kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia
berat. Gejala-gejala yang terpenting adalah:
1)      Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan
berlangsung terus.
2)      Servux sering tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim
yang dianggap corpus allienum, maka uterus akan berusaha
mengeluarkannya dengan kontraksi. Tetapi setelah dibiarkan lama,
cervix akan menutup.
Penanganan abortus inkomplit :
1)      Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam
ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks.
Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau
misoprostol 400 mcg per oral.
2)      Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan
kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
a)      Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi
vakum manual tidak tersedia.
b)      Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol
400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3)      Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a)      Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes
permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
b)      Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
c)      Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d)     Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
d. Abortus kompletus
Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan
uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil
konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah
keluar dengan lengkap.
Klien dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus,
hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600
mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Abortus provokatus adalah peristiwa menghentikan kehamilan sebelum janin
dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat
hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu,
atau berat badan bayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi
dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
a.       Missed abortion
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah
mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed
abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone.
Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga
dapat menyebabkan missed abortion.
Gejala missed abortion adalah :
1)   Tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara
spontan atau setelah pengobatan.
2)   Gejala subyektif kehamilan menghilang,
3)   Mamma agak mengendor lagi,
4)   Uterus tidak membesar lagi malah mengecil,
5)   Tes kehamilan menjadi negatif
6)   Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya amenorhoe berlangsung
terus.
Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah
mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula
bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh gangguan pembekuan
darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu
dilakukan. Tindakan pengeluaran janin, tergantung dari berbagai faktor,
seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudah mulai turun.
Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari 1
bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu
diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa
gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin
supaya janin secepatnya dikeluarkan.
Sekarang kecenderungan untuk menyelesaikan missed abortus
dengan oxitocin dan antibiotic. Setelah kematian janin dapat dipastikan
b.       Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil,
tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.
C. Etiologi
Sebab-sebab abortus tersebut antara lain:
1.    Etiologi dari keadaan patologis
Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan
keguguran.Prosentase abortus ini 20% dari semuajenis abortus. Sebab-sebab
abortus spontan yaitu :
a.       Faktor Janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan kelainan
pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin tidak mungkin hidup
terus. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum
berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan,
artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar
kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum. Beberapa sebab abortus
adalah :
1)      Kelainan kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak
mempengaruhi terjadinya aborsi adalah Trisomi dan Monosomi X.
Trisomi autosom terjadi pada abortus trisemester pertama yang
disebabkan oleh nondisjuntion atau inversi kromosom. Sedangkan pada
monosomi X (45, X) merupakan kelainan kromosom tersering dan
memungkinkan lahirnya bayi perempuan hidup (sindrom Turner).
2)      Mutasi atau faktor poligenik
Dari kelainan janin ini dapat dibedakan dua jenis aborsi, yaitu
aborsi aneuploid dan aborsi euploid. Aborsi aneuploid terjadi karena
adanya kelainan kromosom baik kelainan struktural kromosom atau
pun komposisi kromosom. Sedangkan pada abortus euploid, pada
umumnyanya tidak diketahuai penyebabnya. Namun faktor pendukung
aborsi mungkin disebabkan oleh : kelainan genetik, faktor ibu, dan
beberapa faktor ayah serta kondisi lingkungan. (Williams,2006)
b.      Faktort ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya :
1)      Infeksi yang terdiri dari :
a)      Infeksi akut
·         Virus, misalnya cacar, rubella, dan hepatitis.
·         Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
·         Parasit, misalnya malaria.
b)      2 Infeksi kronis
·         Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
·         Tuberkulosis paru aktif.
2)      Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
3)      Penyakit kronis, misalnya :
a)     hipertensi à jarang menyebabkan abortus di bawah 80 minggu,
b)    nephritis
c)    diabetes à angka abortus dan malformasi congenital meningkat
pada wanita dengan diabetes. Resiko ini berkaitan dengan derajat
control metabolic pada trisemester pertama.
d)     anemia berat
e)      penyakit jantung
f)      toxemia gravidarum yang beratà dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi pada plasenta
4)      Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan dapat menimbulkan
abortus
5)      Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, serviks yang
pendek, retro flexio utero incarcereta, kelainan endometriala, selama ini
dapat menimbulkan abortus.
6)      Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus
7)      Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola)
c.       Pemakainan obat dan faktor lingkungan
1)   Tembakau
merokok dapat meningkatkan resiko abortus euploid. Wanita yang
merokok lebih dari 14 batang per hari memiliki resiko 2 kali lipat
dobandingkan wanita yang tidak merokok.
3) Alkohol
abortus spontan dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi alkohol
selama 8 minggu pertama kehamilan.
4) Kafein
konsumsi kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per hari
tampak sedikit meningkatkan abortus spontan
5)    Radiasi
6)    Kontrasepsi
alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan peningkatan insiden
abortus septik setelah kegagalan kontasepsi.
7)     Toxin lingkungan
pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang menunjukkan
bahan tertentu di lingkungan sebagai penyebab. Namun terdapat
buktibahwa arsen, timbal, formaldehida, benzena dan etilen oksida
dapat menyebabkan abortus (barlow, 1982)
d.      Faktor Imunologis
1)      Autoimun
2)      Alloimun
e.       Faktor ayah
Translokasi kromosom pada sperma dapat mnyebabkan abortus.
(william,2006)
2.    Etiologi non-patologis misalnya : aborsi karena permintaan wanita yang
bersangkutan

D. Patofisiologi
Patofisiologi abortus dimulai dari perdarahan pada desidua yang menyebabkan
necrose dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian / seluruh janin akan
terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan benda asing bagi rahim,
sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi eksplusi seringkali fatus tak
tampak dan ini disebut “Bligrted Ovum”.
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda
asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua
secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8
sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih
dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi
keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak
jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,
fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
E. Pemeriksaan ginekologi :
1. Inspeksi Vulva
Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva.
2. Inspekulo
Perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada
atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium.
3.   Colok vagina
Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas
tidak menonjol dan tidak nyeri.
F. Komplikasi
1. Perdarahan (haemorrogrie)
2. Perforasi
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok, yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak) dan
syok septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis)
6. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah
G. Pemeriksaan penunjang
1. Tes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
H. Penatalaksanaan Abortus
Teknik aborsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Teknik bedah
a. Kuretose / dilatasi
Kurotase ( kerokan ) adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai
alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan kuratase, penolong
harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus,
keadaan serviks. Mengan isi uterus dengan mengerok isinya disebut
kuretase tajam sedangang mengosongkan uterus dengan vakum disebut
kuretase isap .
b. Aspirasi haid
Aspirasi rongga endometrium menggunakan sebuah kanula karman 5 atau
6 mm fleksibel dan tabung suntik, dalam 1 sampai 3 minggu setelah
keterlambatan haid disebut juga induksi haid, haid instan dan mini abortus.
c. Laporotomi
Pada beberapa kasus, histerotomi atau histerektomi abdomen untuk
abortus lebih disukai daripada kuretase atau induksi medis. Apabila ada
penyakit yang cukup significanpada uterus, histerektomi mungkin
merupakan terpa ideal.
2. Teknik medis
a.       Oksitosin
b.      Prostaglandin
c.       Urea hiperosomik
d.      Larutan hiperostomik intraamnion.
Daftar pustaka

Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta :
EGC
Hamilton, C. M. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC: Jakarta.
Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius : Jakarta.
Marylin E. D. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Tridasa Printer : Jakarta
Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed.8 Volume 2. Jakarta ; EGC.
Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan
darah, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis. Ibu hamil pada usia kurang dari
20 tahun atau lebih dari 35 tahun rentang terjadi aborsi pada kandungannya. Pendidikan
dan pekerjaan yang semakin berat akan meningkatkan resiko aborsi.
2. Keluhan utama
Rasa nyeri pada bagian abdomen
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien dengan nyeri dibagian abdomen , tampak lemah dan cemas
b. Riwayat kesehatan dahulu keluarga(faktor genetik)
-
c. riwayat pembedahan ( seksio sesaria atau tidak),
-
4. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breath)
1)      RR= 18 x/menit
2)      Tidak ada suara nafas tambahan
3)      Tidak menggunakan alat bantu pernafasan
b. B2 (Blood)
1)      Tekanan darah : 60/40 mmHg
2)      Nadi : 50x/menit
3)      Suhu : 39o C
4)      Hb : 5 gr/Dl
5)      Leukosit : 15.000
6)      Akral dingin
7)      CRT > 2 detik
c. B3 (Brain)
Stupor, tidak mengalami gangguan tidur
d. B4 (Bladder) : -
e. B5 (Bowel)
-          Nyeri di daerah perut
-          Penurunan nafsu makan
-          Frekuensi BAB 1 x/hari, berbau khas, konsistensi padat

f. B6 (Bone)

-          Turgor kulit baik


-          Pergerakan dalam batas normal

g. Psikologis

-          Ansietas

h. Sosial
Hubungan dengan suami dan keluarga : baik
4. Pemeriksaan laboratorium
5. darah : leukosit naik 15.000
Hb : 5 gr/dL
B. Analisis Data

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1 S :- Perdarahan Resiko syok
O: hemorrhagic
 
      Suhu pasien biasanya ≥ 39o, hb
hipovolemik
5 gr/dl
      Pasien biasanya mengeluarkan  
banyak darah syok
      Biasanya darah yang keluar +
1 liter
2 S: Gangguan aktivitas
Perdarahan
      Biasanya pasien merasa lemas
O:
      Biasanya nadi lemah (50 Anemia
x/menit) dan pasien terlihat
pucat
Kelemahan

Gangguan aktivitas
3 S: Gangguan rasa
Keguguran janin
      Biasanya pasien mengeluh nyaman : nyeri
nyeri di perut dan pasien
merintih kesakitan Rangsangan pada uterus
O:
P = Aborsi Prostaglandin
Q = Severe pain
 
R = Abdomen
Dilatasi serviks
S = (skala ± 8)
T = Current  
Nyeri
4 S:- Resiko Tinggi infeksi
Keguguran janin
O:
      Leukosit klien biasanya
15.000, Lepasnya buah
      Suhu 39oC kehamilan dari implantasinya

Terputusnya pembuluh
darah ibu

Perdarahan
Resiko terjadi infeksi
5 S: Cemas
Keguguran janin
      px biasanya mengatakan
ketakutan tidak bisa memberi
keturunan Terganggunya
O: psikologis ibu
      px akan terlihat gelisah dan
akralnya dingin Kecemasan

C. Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko syok hemorrhagic b.d perdarahan
2.      Gangguan aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
3.      Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri

D. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Resiko syok Tidak terjadi Mandiri :
hemorrhagic b.d devisit volume
1.      Cek Airway, Breathing,
1.      Sebagai pertolongan
Perdarahan cairan, seimbang and Circulation pertama pada keadaan
antara intake dan
2.      Penderita dibaringkan syok
output baik jumlah dalam posisi
2.      Mencegah gangguan
maupun kualitas trendelenburg, yaitu perfusi serebral dan
posisi telentang biasa untuk auto transfusi
dengan kaki sedikit tinggi
30 derajat
3.      Monitor kondisi TTV
3.      Pengeluaran cairan
tiap 2 jam pervaginal sebagai
akibat abortus
memiliki karekteristik
4.      Monitor input dan bervariasi
output cairan 4.      Jumlah cairan
ditentukan dari jumlah
kebutuhan harian
Kolaborasi : ditambah dengan
1.      Berikan sejumlah jumlah cairan yang
cairan pengganti hilang pervaginal
harian(NaCl 0.9%, RL,
Dekstran), plasma dan
1.      Tranfusi mungkin
transfusi darah diperlukan pada
2.      Evaluasi status kondisi perdarahan
hemodinamika massif

2.      Setelah kebebasan jalan


nafas terjamin untuk
2.      Penilaian dapat
meningkatkan oksigenasi dilakukan secara
dapat diberi oksigen harian melalui
100% kira- kira 5 liter pemeriksaan fisik
pm melalui jalan nafas
3.      Untuk mencegah
dan bila perlu penderita atau menanggulangi
diberi cairan bikarbonat asidosis
natricus
2 Gangguan Klien dapat Mandiri :
Aktivitas b.d melakukan 1.      pantau tingkat
1.      Mungkin klien tidak
kelemahan, aktivitas tanpa kemampuan klien untuk mengalami perubahan
penurunan adanya komplikasi beraktivitas berarti, tetapi
sirkulasi perdarahan masif perlu
diwaspadai untuk
menccegah kondisi
2.      Monitor pengaruh klien lebih buruk.
aktivitas terhadap kondisi
2.      Aktivitas
uterus/kandungan merangsang
3.      Bantu klien untuk peningkatan
memenuhi kebutuhan vaskularisasi dan
aktivitas sehari-hari pulsasi organ
4.      Bantu klien untuk reproduksi
melakukan tindakan
3.      Mengistiratkan
sesuai dengan klilen secara optimal
kemampuan / kondisi
klien 4.      Mengoptimalkan
5.      Evaluasi perkembangan kondisi klien, pada
kemampuan klien abortus imminens,
melakukan aktivitas istirahat mutlak sangat
diperlukan
5.      Menilai kondisi
umum klien
3 Gangguan rasa Klien dapat Mandiri :
nyaman : Nyeri b.d beradaptasi 1.      Monitor kondisi nyeri 1.      Pengukuran nilai
Kerusakan dengan nyeri yang yang dialami klien ambang nyeri dapat
jaringan intrauteri dialami dilakukan dengan
Edukasi: skala maupun
2.      Terangkan nyeri yang deskripsi
diderita klien dan
penyebabnya 2.      Meningkatkan
koping klien dalam
Kolaborasi : melakukan guidance
3.      Kolaborasi pemberian mengatasi nyeri
analgetika

3.      Mengurangi onset


terjadinya nyeri dapat
dilakukan dengan
pemberian analgetika
oral maupun sistemik
dalam spectrum
luas/spesifik
E. Implentasi
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
1 Resiko syok hemorrhagic Mandiri :
b.d Perdarahan 1.  Cek Airway, Breathing,
1. Memantau Airway, Breathing,
and Circulation and Circulation
2.    2. Hasil :
3. A= tidak ada sumbatan jalan
napas
4. B= 18 kali/mnt
5. C 50 kli/mntSebagai
Penderita dibaringkan Membaringkan dalam posisi
dalam posisi trendelenburg, yaitu posisi
trendelenburg, yaitu telentang biasa dengan kaki
posisi telentang biasa sedikit tinggi 30 derajat
dengan kaki sedikit tinggi Hasil : Aliran darah lancar
30 derajat
3.   Monitor kondisi TTV Monitoring kondisi TTV tiap
tiap 2 jam 2 jam
Hasil : TTV normal

4.   Monitor input dan output Monitorin input dan output


cairan cairan
Hasil : Terdapat cairan
pervaginal
Kolaborasi pemberian IV Penatalaksanaa pemberian
1.   Berikan sejumlah cairan cairan IV
pengganti harian(NaCl Hasil : (NaCl 0.9%, RL,
0.9%, RL, Dekstran), Dekstran), plasma dan
plasma dan transfusi transfusi darah
darah
2.     
1.     

2 Gangguan Aktivitas b.d Mandiri :


kelemahan, penurunan
1.   pantau tingkat 1. memantau tingkat
sirkulasi kemampuan klien untuk kemampuan klien untuk
beraktivitas beraktivitas Hasil : Pasien
terbaring lemah di tempat
tidur
2.   Bantu klien untuk 2. Membantu klien untuk
memenuhi kebutuhan memenuhi kebutuhan
aktivitas sehari-hari aktivitas sehari-hari
4.   3. Hasil : Memandikan dan
Bantu klien untuk mengganti baju
melakukan tindakan Membantu klien untuk
sesuai dengan melakukan tindakan sesuai
kemampuan / kondisi dengan kemampuan / kondisi
klien klien
Hasil : Makan dang anti baju
E Evaluasi perkembangan Mengevaluasi perkembangan
kemampuan klien kemampuan klien melakukan
melakukan aktivitas aktivitas
Hasil : Klien istirahat secara
optimal

3 Gangguan rasa nyaman : Mandiri :


Nyeri b.d Kerusakan
1.   Monitor kondisi nyeri 1. Monitoring kondisi
jaringan intrauteri yang dialami klien nyeri yang dialami
klien
2. Hasil : Nyeri abdomen
dengan skala 6
Edukasi:
2.   Terangkan nyeri yang Menjelaskan nyeri
diderita klien dan yang diderita klien dan
penyebabnya penyebabnya
Hasil : pasien
mengerti tentang nyeri
dan penyebabnya
Kolaborasi : 3.   
3.    Kolaborasi pemberian Penatalaksanaan
obat pemberian obat
Hasil : Pemberian
analgetik

D. Evaluasi
No Hari/tanggal/ no. diagnose Evaluasi
. jam
1 1 S : pasien
mengatakan darah
yang keluar sedikit
O : Darah yang
keluar tidak terlalu
banyak
b.      Vulva tidak tampak
terlalu kotor
A : masalah teratasi
P : Hentikan
intervensi
2 2 S :Pasien
mengatakan sudah
dapat bangun tempat
tidur
O : Pasien tampak
santai dan senang
A : Masalah teratasi
P : Hentikan
Intervensi
3 3 S : pasien
mengatakan nyeri
sedikit berkurang
O:
a.       Pasien tidak tampak
meringis kesakitan
lagi
b.      Pasien sudah tidak
memagangi
perutnya lagi
A : masalah teratasi
P : lanjutkan
intervensi

Anda mungkin juga menyukai