FARMAKOLOGI
DISUSUN OLEH:
Nama : Krisdianto
Nim : PO713201181025
Tingkat : I A
Judul………………………………………………………………………………………………...
Kata pengantar……………………………………………………………………………………...
Daftar isi…………………………………………………………………………………………….
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………………………….
a. Latar belakang………………………………………………………………………………
b. Rumusan masalah…………………………………………………………………………..
Bab II Pembahasan…………………………………………………………………………………
Bab II Penutup……………………………………………………………………………………...
a. Kesimpulan…………………………………………………………………………………
b. Saran……………………………………………………………………………………......
Daftar pustaka………………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam arti luas, obat ialah setiap :at kimia yang dapat mempengaruhi proses
hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk
tenaga medis, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk
maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. selain itu agar mengerti bahwa
penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit. Farmakologi mencakup
pengetahuan tentang sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik, komposisi, efek fisiologi dan
biokimia, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotransformasi, ekskresi dan
penggunaan obat. seiring berkembangnya pengetahuan, beberapa bidang ilmu tersebut
telah berkembang menjadi ilmu tersendiri (setiawati dkk, 1945)
Cabang farmakologi diantaranya farmakognosi ialah cabang ilmu farmakologi
yang memepelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang merupakan sumber obat,
farmasi ialah ilmu yang mempelajari cara membuat, memformulasikan, menyimpan, dan
menyediakan obat. Farmakologi klinik ialah cabang farmakologi yang mempelajari efek
obat pada manusia. Farmakoterapi cabang ilmu yang berhubungan dengan penggunaan
obat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit, toksikologi ialah ilmu yang
mempelajari keracunan zat kimia, termasuk obat, zat yang digunakan dalam rumah
tangga, pestisida dan lain-lain serta farmakokinetik ialah aspek farmakologi yang
mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme, dan
ekskresinya dan farmakodinamik yang mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan
biokimia berbagai oran tubuh serta mekanisme kerjanya.
B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian farmakokinetik dan farmakodinamik tentang obat anti mikroba!
2. Bagaiman Mekanisme kerja obat anti mikroba!
3. Apa Hal-hal yang harus diperhatikan perawat dalam pemberian obat anti mikroba!
4. Apa Efek samping obat anti mikroba!
5. Bagaiman Tindakan perawat dalam pemberian obat anti mikroba!
6. Baagaiman Pendidikan kesehatan yang harus diberikan pada pasien yang diberikan
obat anti mikroba!
7. Apa Obat anti mikroba yang termasuk spektrum luas dan spektrum sempit!
8. Apa Obat anti mikroba yang digunakan untuk bakteri gram positif dan gram negatif!
9. Menyebutkan Contoh – contoh obat anti mikroba terbaru!
BAB II
PEMBAHASAHAN
Farmakokinetik berasal dari bahasa Yunani : “Farmako” yang artinya obat dan
“Kinesis” yang artinya perjalanan. Farmakokinetik menjelaskan tentang apa yang terjadi
dengan suatu zat di dalam organisme, misalnya bagaimana perjalanan obat dalam tubuh.
Farmakokinetik mengamati jenis-jenis proses seperti absorbsi, distribusi,
biotranspormation (metabolisme) dan exresion. Perubahan konsentrasi obat yang terjadi
dalam organisme khususnya dalam plasma di buat grafik terhadap waktu. (Essential of
medical pharmacology.5th edition:2003)
Contoh obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu rifampisin dan golongan
kuinolon. Salah satu derivat rifampisin yaitu rifampisin berikatan dengan enzim
polimerase-RNA (pada subunit) sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA oleh
enzim tersebut. Pada golongan kuinolon dapat menghambat enzim DNA girase pada
mikroba yang berfungsi menata kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk
spiral hingga bisa muat dalam sel mikroba yang kecil.
5. Antimikroba yang Mengganggu Keutuhan Membran Sel M i k r o b a
Obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu polimiksin, golongan polien
serta berbagai kemoterapeutik lain seperti antiseptik surface active agents. Polimiksin
sebagai senyawa amonium-kuartener dapat merusak membran sel setelah bereaksi
dengan fosfat pada fosfolipid membran sel mikroba. Polimiksin tidak efektif terhadap
bakteri Gram positif karena jumlah fosfor bakteri ini rendah. Bakteri Gram negatif
menjadi resisten terhadap polimiksin ternyata jumlah fosfornya menurun. Antibiotik
polien bereaksi dengan struktur sterol yang terdapat pada membran sel fungi sehingga
mempengaruhi permeabilitas selektif membran tersebut. Bakteri tidak sensitif
terhadap polien karena tidak memiliki struktur sterol pada membran selnya.
Antiseptik yang mengubah tegangan permukaan dapat merusak permeabilitas selektif
dari membran sel mikroba. Kerusakan membran sel menyebabkan keluarnya berbagai
komponen penting dari dalam sel mikroba yaitu protein, asam nukleat, nukleotida dan
lain-lain.
C. Hal-hal yang harus diperhatikan perawat dalam pemberian obat anti mikroba
1. Pasien yang Benar
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat
tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika
pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai,
misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat
gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti
menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari
gelang identitasnya.
2. Obat yang Benar
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang
yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila
perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat.
Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus
diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari
rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat
dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan
harus dikembalikan ke bagian farmasi.Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus
memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu
diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3. Dosis yang Benar
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke
pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada
beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau
tabletnya.
4. Cara/Rute Pemberian yang
Benar Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan
respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang
diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal,
inhalasi.
a. Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga
mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron
berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna,
yaitu melalui vena (perset / perinfus).
c. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya
salep, losion, krim, spray, tetes mata.
d. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang
akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh
efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak
sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih
cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak
semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
e. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki
epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian
obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent,
berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5. Waktu yang Benar
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum
sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam
sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan
bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat
diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6. Dokumentasi yang Benar
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa
obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat
diminum, harus dicatat
F. Pendidikan kesehatan yang harus diberikan pada pasien yang diberikan obat anti
mikroba
Secara moral perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada
pasien dan keluarga. Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencakup informasi
tentang penyakit kemajuan pasien, obat, cara merawat pasien. Pendidikan kesehatan yang
berkaitan dengan peberian obat yaitu informasi tentang obat efek samping cara minum
obat waktu dan dosis.
G. Obat anti mikroba yang termasuk spektrum luas dan spektrum sempit
Antimikroba dengan Sasaran Spesifik Satu jenis antimikroba tidak adakan mampu
membunuh semua bakteri. Dengan demikian, selain klasifikasi menurut modus tindakan,
antimikroba juga diklasifikasikan berdasarkan kekhususan target. Itu sebabnya,
antimikroba juga bisa diklasifikasikan menjadi antimikroba spektrum luas dan
antimikroba spektrum sempit.
a. Antimikroba Spektrum Luas efektif membunuh jenis bakteri patogen dan efektif
baik terhadap gram positif maupun gram negatif. (misalnya tetrasiklin, tigesiklin,
dan kloramfenikol).
b. Antimikroba Spektrum Sempit efektif terhadap satu jenis mikroba dan
direkomendasikan untuk mengobati jenis tertentu dari bakteri penyebab penyakit
(misalnya oxazolidinone dan glisilsiklin).
H. Obat anti mikroba yang digunakan untuk bakteri gram positif dan gram negatif
a. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap gram positif.
Contoh : eritromisin, sebagian besar turunan penisilin, dan beberapa turunan
sefalosporin.
b. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri gram negatif.
Contoh : kolkistin, polimiksin B sulfat, dan sulfomisin.
b. Doksisiklin
4. Golongan Kloramfenikol
Contoh :
a. Tiamfenikol
Nama dagang : Colme, Anicol, Biothicol
Dosis : Dewasa 4 kali sehari 250-500 mg, anak-anak 25-50 mg/kg dalam
dosis terbagi 3-4 kali sehari
5. Golongan Makrolid
Contoh :
a. Klaritromisin
c. Azitromisin
6. Golongan Kuinolon
Contoh :
a. Siprofloksasin
7. Golongan Aminoglikosida
Contoh :
a. Amikasina
b. Gentamisin
d. Spektinomisin
b. Saran
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien,
diantaranya : sub kutan, intra kutan, intra muscular, dan intra vena. Dalam pemberian
obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian
obat. Sebab ada jenis-jensi obat tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan dengan cara
yang salah.
DAFTAR PUSTAKA
L, Kee Joyce & R, Hayes evelyn ; farmakologi Pendekatan proses Keperawatan, 1996 ; EGC;
Jakarta.
Priharjo, Robert; Tekhnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, 1995; EGC; Jakarta. Aziz,
Azimul; Kebutuhan dasar manusia II.
Bouwhuizen, M; Ilmu Keperawatan Bagian 1; 1986; EGC; Jakarta.
Mustcler, Ernst.1999. Dinamika Obat Edisi 5. Bandung: penerbit ITB
Syarif, Amir, dkk. 2007. Farmakologi dan terapi Edisi. Jakarta: Badan penerbit FKUI
http://aboelkhair.blogspot.com/2013/05/farmakologi-farmakokinetik-dan. Html