Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FARMAKOLOGI

DISUSUN OLEH:

Nama : Krisdianto
Nim : PO713201181025
Tingkat : I A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan ridho
serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah FARMAKOLOGI..
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat
keterbatasan waktu, pengetahuan, dan kemampuan yang penulis miliki.Namun demikian, dengan
segala kemampuan yang ada dan dengan rasa tanggung jawab, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan umumnya bagi semua pihak.

Makassar, 29 Maret 2019


DAFTAR ISI

Judul………………………………………………………………………………………………...

Kata pengantar……………………………………………………………………………………...

Daftar isi…………………………………………………………………………………………….

Bab I Pendahuluan………………………………………………………………………………….

a. Latar belakang………………………………………………………………………………
b. Rumusan masalah…………………………………………………………………………..

Bab II Pembahasan…………………………………………………………………………………

a. Pengertian farmakokinetik dan farmakodinamik tentang obat anti mikroba……………….


b. Mekanisme kerja obat anti mikroba………………………………………………………...
c. Hal-hal yang harus diperhatikan perawat dalam pemberian obat anti mikroba…………….
d. Efek samping obat anti mikroba……………………………………………………………
e. Tindakan perawat dalam pemberian obat anti mikroba…………………………………….
f. Pendidikan kesehatan yang harus diberikan pada pasien yang diberikan obat anti
mikroba……………………………………………………………………………………..
g. Obat anti mikroba yang termasuk spektrum luas dan spektrum sempit……………………
h. Obat anti mikroba yang digunakan untuk bakteri gram positif dan gram negatif………….
i. Contoh – contoh obat anti mikroba terbaru………………………………………………...

Bab II Penutup……………………………………………………………………………………...

a. Kesimpulan…………………………………………………………………………………
b. Saran……………………………………………………………………………………......

Daftar pustaka………………………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam arti luas, obat ialah setiap :at kimia yang dapat mempengaruhi proses
hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk
tenaga medis, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk
maksud  pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. selain itu agar mengerti bahwa
penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit. Farmakologi mencakup
pengetahuan tentang sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik, komposisi, efek fisiologi dan
biokimia, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotransformasi, ekskresi dan
penggunaan obat. seiring berkembangnya pengetahuan, beberapa bidang ilmu tersebut
telah berkembang menjadi ilmu tersendiri (setiawati dkk, 1945)
Cabang farmakologi diantaranya farmakognosi ialah cabang ilmu farmakologi
yang memepelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang merupakan sumber obat,
farmasi ialah ilmu yang mempelajari cara membuat, memformulasikan, menyimpan, dan
menyediakan obat. Farmakologi klinik ialah cabang farmakologi yang mempelajari efek
obat pada manusia. Farmakoterapi cabang ilmu yang berhubungan dengan penggunaan
obat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit, toksikologi ialah ilmu yang
mempelajari keracunan zat kimia, termasuk obat, zat yang digunakan dalam rumah
tangga, pestisida dan lain-lain serta farmakokinetik ialah aspek farmakologi yang
mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme, dan
ekskresinya dan farmakodinamik yang mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan
biokimia berbagai oran tubuh serta mekanisme kerjanya.
B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian farmakokinetik dan farmakodinamik tentang obat anti mikroba!
2. Bagaiman Mekanisme kerja obat anti mikroba!
3. Apa Hal-hal yang harus diperhatikan perawat dalam pemberian obat anti mikroba!
4. Apa Efek samping obat anti mikroba!
5. Bagaiman Tindakan perawat dalam pemberian obat anti mikroba!
6. Baagaiman Pendidikan kesehatan yang harus diberikan pada pasien yang diberikan
obat anti mikroba!
7. Apa Obat anti mikroba yang termasuk spektrum luas dan spektrum sempit!
8. Apa Obat anti mikroba yang digunakan untuk bakteri gram positif dan gram negatif!
9. Menyebutkan Contoh – contoh obat anti mikroba terbaru!
BAB II
PEMBAHASAHAN

A. Pengertian farmakokinetik dan farmakodinamik

Farmakokinetik berasal dari bahasa Yunani : “Farmako” yang artinya obat dan
“Kinesis” yang artinya perjalanan. Farmakokinetik menjelaskan tentang apa yang terjadi
dengan suatu zat di dalam organisme, misalnya bagaimana perjalanan obat dalam tubuh.
Farmakokinetik mengamati jenis-jenis proses seperti absorbsi, distribusi,
biotranspormation (metabolisme) dan exresion. Perubahan konsentrasi obat yang terjadi
dalam organisme khususnya dalam plasma di buat grafik terhadap waktu. (Essential of
medical pharmacology.5th edition:2003)

Farmakokinetik mempelajari dinamika obat melewati sistem biologi


meliputiabsorpsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi obat. Informasi farmakokinetik
bergunauntuk memperkirakan dosis obat dengan tepat dan frekuensi pemberiannya,
jugauntuk mengatur dosis obat pada penderita dengan gangguan fungsi ekskresi
(Archer,2005)

Farmakokinetika merupakan aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam


tubuh yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya (ADME). Obat yang
masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umunya mengalami absorpsi,
distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek.
Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari dalam tubuh. Seluruh
proses ini disebut dengan proses farmakokinetika dan berjalan serentak

Farmakodinamik berasal dari bahasa Yunani “Farmako” yaitu obat dan


“Dinamic” yaitu kemampuan (power). Farmakodinamik ilmu yang mempelajari cara
kerja obat, efek obat terhadap fungsi berbagai organ dan pengaruh obat terhadap reaksi
biokimia dan reaksi organ. Singkatnya pengaruh obat terhadap sel hidup.

Farmakodinamika mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai


organ tubuh serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah
untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui
urutan peristiwa serta spektrum efek dan respon yang terjadi.
B. Mekanisme kerja obat anti mikroba

1. Antimikroba yang Menghambat Metabolisme Sel M i k r o b a

Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Mikroba


patogen harus mensintesis sendiri asam folat dari asam amino benzoat (PABA) untuk
kehidupan hidupnya. Koenzim asam folat diperlukan oleh mikroba untuk sintesis
purin dan  pirimidin dan senyawa-senyawa lain yang diperlukan. untuk pertumbuhan
seluler dan replikasi. Apabila asam folat tidak ada, maka sel-sel tidak dapat tumbuh
dan membelah. Melalui mekanisme kerja ini diperoleh efek  bakteriostatik.
Antimikroba seperti sulfonamide secara struktur mirip dengan PABA, asam folat, dan
akan  berkompetisi dengan PABA untuk membentuk asam folat, jika senyawa
antimikroba yang menang bersaing dengan PABA, maka akan terbentuk asam folat
non fungsional yang akan mengganggu kehidupan mikroorganisme. Contoh :
Sulfonamid, trimetoprim, asam  p-aminosalisilat.

2. Antimikroba yang Menghambat Sintesis Dinding Sel M i k r o b a

Antimikroba golongan ini dapat menghambat  biosintesis peptidoglikan,


sintesis mukopeptida atau menghambat sintesis peptide dinding sel, sehingga dinding
sel menjadi lemah dan karena tekanan turgor dari dalam, dinding sel akan pecah atau
lisis sehingga  bakteri akan mati. Contoh : penisilin, sefalosporin, sikloserin,
vankomisin, basitrasin, dan antifungi golongan Azol.

3. Antimikroba yang Menghambat Sintesis Protein Sel M i k r o b a

Sel mikroba memerlukan sintesis berbagai protein untuk kelangsungan


hidupnya. Sintesis protein  berlangsung di ribosom dengan bantuan mRNA dan
tRNA. Ribosom bakteri terdiri atas dua subunit yang  berdasarkan konstanta
sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 3OS dan 5OS. Supaya berfungsi pada
sintesis  protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA
menjadi ribosom 7OS. Antimikroba akan menghambat reaksi transfer antara donor
dengan aseptor atau menghambat translokasi t-RNA peptidil dari situs aseptor ke
situs donor yang menyebabkan sintesis protein terhenti. Contoh : kloramfenikol,
golongan tetrasiklin, eritromisin, klindamisin, dan pristinamisin.

4. Antimikroba yang Menghambat Sintesis Asam Nukleat S e l M i k r o b a

Contoh obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu rifampisin dan golongan
kuinolon. Salah satu derivat rifampisin yaitu rifampisin berikatan dengan enzim
polimerase-RNA (pada subunit) sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA oleh
enzim tersebut. Pada golongan kuinolon dapat menghambat enzim DNA girase pada
mikroba yang berfungsi menata kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk
spiral hingga bisa muat dalam sel mikroba yang kecil.
5. Antimikroba yang Mengganggu Keutuhan Membran Sel M i k r o b a

Obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu  polimiksin, golongan polien
serta berbagai kemoterapeutik lain seperti antiseptik surface active agents. Polimiksin
sebagai senyawa amonium-kuartener dapat merusak membran sel setelah bereaksi
dengan fosfat pada fosfolipid membran sel mikroba. Polimiksin tidak efektif terhadap
bakteri Gram positif karena jumlah fosfor  bakteri ini rendah. Bakteri Gram negatif
menjadi resisten terhadap polimiksin ternyata jumlah fosfornya menurun. Antibiotik
polien bereaksi dengan struktur sterol yang terdapat pada membran sel fungi sehingga
mempengaruhi  permeabilitas selektif membran tersebut. Bakteri tidak sensitif
terhadap polien karena tidak memiliki struktur sterol pada membran selnya.
Antiseptik yang mengubah tegangan permukaan dapat merusak permeabilitas selektif
dari membran sel mikroba. Kerusakan membran sel menyebabkan keluarnya berbagai
komponen penting dari dalam sel mikroba yaitu protein, asam nukleat, nukleotida dan
lain-lain.

C. Hal-hal yang harus diperhatikan perawat dalam pemberian obat anti mikroba
1. Pasien yang Benar
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat
tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika
pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai,
misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat
gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti
menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari
gelang identitasnya.
2. Obat yang Benar
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang
yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila
perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat.
Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus
diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan  botolnya diambil dari
rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat
dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan
harus dikembalikan ke bagian farmasi.Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus
memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu
diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3. Dosis yang Benar
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke
pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada
beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau
tabletnya.
4. Cara/Rute Pemberian yang
Benar Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan
respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang
diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal,
inhalasi.
a. Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga
mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.  
b. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron
berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna,
yaitu melalui vena (perset / perinfus).
c. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya
salep, losion, krim, spray, tetes mata.
d. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang
akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh
efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak
sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih
cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak
semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
e. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki
epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian
obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent,
berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5. Waktu yang Benar
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum
sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam
sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan
bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat
diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6. Dokumentasi yang Benar
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa
obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat
diminum, harus dicatat

D. Efek samping obat anti mikroba


Efek samping penggunaan antimikroba dapat dikelompokkan menurut reaksi alergi,
reaksi idiosikrasi, reaksi toksik, serta  perubahan biologi dan metabolik pada hospes.
1. R e a k s i A l e r g i
Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan melibatkan sistem
imun tubuh hospes.terjadinya tidak  bergantung pada besarnya dosis obat .
Manifestasi gejala dan derajat beratnya reaksi dapat bervariasi.
1. R e a k s i I d i o s i n k r a s i
Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik terhadap
pemberian antimikroba tertentu. Sebagai contoh 10% pria berkulit hitam akan
mengalami anemia hemolitik berat bila mendapat primakulin. Ini disebabkan mereka
kekurangan enzim G6PD.
2. R e a k s i T o k s i k
AM pada umumnya bersifat toksik-selektif , tetapi sifat ini relatif. Efek toksik pada
hospes ditimbulkan oleh semua jenis antimikroba.
3. P e r u b a h a n B i o l o g i k D a n M e t a b o l i k
Pada tubuh hospes, baik yang sehat maupun yang menderita infeksi, terdapat populasi
mikroflora normal.

E. Tindakan perawat dalam pemberian obat anti mikroba


Perawat merupakan tenaga perawatan kesehatan yang paling tepat untuk
memberikan obat dan meluangkan sebagian besar bersama pasien. Hal ini membuat
perawat berada pada posisi yang ideal untuk memantau respon pasien terhadap
pengobatan., memberikan pendidikan untuk pasien dan keluarga tentang program
pengobatan dan menginformasikan dokter kapan obat efektif, tidak efektif atau tidak lagi
dibutuhkan. Peran perawat bukan hanya sekedar memberikan obat kepada pasien.
Perawat harus mnentukan apakah seorang pasien harus menerima obat pada waktunya
dan mengkaji kemampuan pasien untuk menggunakan obat secara mandiri. Perawat
menggunakan proses keperawatan untuk mengintergrasi terapi obat ke dalam perawatan.

F. Pendidikan kesehatan yang harus diberikan pada pasien yang diberikan obat anti
mikroba
Secara moral perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada
pasien dan keluarga. Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencakup informasi
tentang penyakit kemajuan pasien, obat, cara merawat pasien. Pendidikan kesehatan yang
berkaitan dengan peberian obat yaitu informasi tentang obat efek samping cara minum
obat waktu dan dosis.

G. Obat anti mikroba yang termasuk spektrum luas dan spektrum sempit
Antimikroba dengan Sasaran Spesifik Satu jenis antimikroba tidak adakan mampu
membunuh semua bakteri. Dengan demikian, selain klasifikasi menurut modus tindakan,
antimikroba juga diklasifikasikan  berdasarkan kekhususan target. Itu sebabnya,
antimikroba juga bisa diklasifikasikan menjadi antimikroba spektrum luas dan
antimikroba spektrum sempit.
a. Antimikroba Spektrum Luas efektif membunuh jenis  bakteri patogen dan efektif
baik terhadap gram positif maupun gram negatif. (misalnya tetrasiklin, tigesiklin,
dan kloramfenikol).  
b. Antimikroba Spektrum Sempit efektif terhadap satu  jenis mikroba dan
direkomendasikan untuk mengobati jenis tertentu dari bakteri penyebab  penyakit
(misalnya oxazolidinone dan glisilsiklin).

H. Obat anti mikroba yang digunakan untuk bakteri gram positif dan gram negatif
a. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap gram positif.
Contoh : eritromisin, sebagian besar turunan penisilin, dan  beberapa turunan
sefalosporin.
b. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap  bakteri gram negatif.
Contoh : kolkistin, polimiksin B sulfat, dan sulfomisin.

I. Contoh – contoh obat anti mikroba terbaru


1. Golongan pensilin
Deskripsi : pensilin dihasilkan oleh fungi penicilinum chrysognum.memiliki cincin b-
laktan yang diinaktifkan oleh enzim b-laktamase bakteri. Aktif terutama pada bakteri
gram (+) dan beberapa gram (-)
Contoh :
a. Amoksisilin

Nama dagang : Ammoxilin, Amosine


Dosis : Dewasa 250-500 mg 3 kali sehari, anak-anak (7-12 thn) 10 ml
syrup 125 mg/5ml
b. Ampisilin

Nama dagang : Ambiopi, Ampisilin


Dosis : 250-500 mg 4 kali sehari selama 5-10 hari
2. Golongan sefalosporin
Termasuk golongan antibiotika Betalaktam. Sefalosporin aktif terhadap kuman gram
positif maupun gram negatif, tetapi spektrum masing-masing derivat bervariasi.
Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium
Contoh :
a. Sefadroksil

Nama dagang : Biodroxil


Dosis : Dewasa 1-2 gram per hari terbagi menjadi 2 dosis. Pengobatan
dilakukan selama 2-3 hari setelah gejala hilang
b. Sefoperazon

Nama dagang : Biofotik, Cefobid


Dosis : Dewasa 2-4 g per hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam
c. Sefotaksin

Nama dagang : Biocef, Cefoxal


Dosis : Dewasa 1 g setiap 12 jam
3. Golongan Tetracycline
Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens dan Streptomyces rimosus. Khasiatnya
bersifat bakteriostatik, pada pemberian IV dapat dicapai kadar plasma yang bersifat
bakterisid lemah.
Contoh :
a. Tetrasiklin

Nama dagang : Bimatra, Tetrasanbe


Dosis : Dewasa 500 mg 4 kali sehari, anak 25-50 mg/kg/BB/hari terbagi
menjadi 4 dosis

b. Doksisiklin

Nama dagang : Doxin, Doxicor


Dosis : Dewasa hari 1 200 mg, dilanjutkan dengan 100 mg 1 kali sehari
pada hari berikutnya.

4. Golongan Kloramfenikol
Contoh :
a. Tiamfenikol
Nama dagang : Colme, Anicol, Biothicol
Dosis : Dewasa 4 kali sehari 250-500 mg, anak-anak 25-50 mg/kg dalam
dosis terbagi 3-4 kali sehari

5. Golongan Makrolid
Contoh :
a. Klaritromisin

Nama dagang : Abbotic, Binoklar


Dosis : Dewasa 250 – 500 mg 2 kali sehari selama 7 – 14 hari
b. Eritromisin

Nama dagang : Bannthrocin, Duramycin


Dosis : 250 – 500 mg 4 kali sehari

c. Azitromisin

Nama dagang : Mezatrin, Zithromax


Dosis : 500 mg (hari) dilanjutkan 250 mg (hari II- V)

6. Golongan Kuinolon
Contoh :
a. Siprofloksasin

Nama dagang : Bactiprox, Baquinor


Dosis : Dewasa 200 mg setiap 12 jam (infeksi saluran kemih ringan), 400
mg setiap 12 jam (infeksi berat)
b. Ofloksasin

Nama dagang : Akilen, Danoflok


Dosis : Dewasa 100 – 400 mg 1-2 kali sehari selama 10 hari
c. Levofloksasin

Nama dagang : Cravit, Difloxin


Dosis : Oral, Parenteral 250-500 mg 1 kali sehari

7. Golongan Aminoglikosida
Contoh :
a. Amikasina

Nama dagang : Alostil, Amikin


Dosis : 15 mg/kg/BB/hari terbagi dalam 2 dosis (Im)

b. Gentamisin

Nama dagang : Ethigent, Gentamerck


Dosis : Dewasa 3 mg/kg dalam dosis terbagi tiap 8 jam (Im)
c. Kanamisin

Nama dagang : Kanarco, Kanoxin


Dosis : 15 mg/kg/BB/hari terbagi dalam 2-4 dosis

d. Spektinomisin

Nama dagang : Trobicin


Dosis : Dewasa suntik 5 ml larutan yang mengandung 2 g Spektinomisin
(im)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien,
diantaranya : sub kutan, intra kutan, intra muscular, dan intra vena. Dalam pemberian
obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian
obat. Sebab ada jenis-jensi obat tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan dengan cara
yang salah.

b. Saran
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien,
diantaranya : sub kutan, intra kutan, intra muscular, dan intra vena. Dalam pemberian
obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian
obat. Sebab ada jenis-jensi obat tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan dengan cara
yang salah.
DAFTAR PUSTAKA

L, Kee Joyce & R, Hayes evelyn ; farmakologi Pendekatan proses Keperawatan, 1996 ; EGC;
Jakarta.
Priharjo, Robert; Tekhnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, 1995; EGC; Jakarta. Aziz,
Azimul; Kebutuhan dasar manusia II.
Bouwhuizen, M; Ilmu Keperawatan Bagian 1; 1986; EGC; Jakarta.
Mustcler, Ernst.1999. Dinamika Obat Edisi 5. Bandung: penerbit ITB
Syarif, Amir, dkk. 2007. Farmakologi dan terapi Edisi. Jakarta: Badan penerbit FKUI
http://aboelkhair.blogspot.com/2013/05/farmakologi-farmakokinetik-dan. Html

Anda mungkin juga menyukai