Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN POST NATAL CARE

DENGAN KASUS BENDUNGAN ASI

OLEH:

NAMA : ILHAM ALWI

NIM : PO713201181121

KELAS : II.A

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

PRODI DIII KEPERAWATAN

2019/2020
1. KONSEP TEORI
A. Pengertian
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu
karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan
dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams)
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras,
panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan
payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi
simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui
pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol
atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi
ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari
keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat
penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran
ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang
menjadi bendungan. Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan
cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan
tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah
dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun
bendungan ASI pada payudara adalah :
a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI
biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara
spontan.
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara yang
terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap
dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi
sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
B. Etiologi
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika payudara
telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak
lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat
menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya
pembatasan waktu menyusui. (Sarwono, 2009)
Pada bendungan ASI payudara yang terbendung membesar, membengkak dan
sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI
tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1) Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan
produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah
kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat
sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI).
2) Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan
bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan
menimbulkan bendungan ASI).
3) Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah dalam menyusui
dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada
saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi
bendungan ASI).
4) Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam
menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau
menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI).
5) Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada
saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus
laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan
bendungan ASI).
C. Manifestasi klinik
Bedakan antara payudara dengan bendungan ASI dengan payudara bengkak.
Pada payudara bengkak :
a. Payudara udem
b. Sakit
c. Putting susu kencang
d. Kulit mengkilap merah
e. ASI tidak keluar
f. Badan menjadi demam setelah 24 jam.(Vivian nanny, 2011)
Pada payudara dengan bendungan ASI :
a. Payudara terlihat bengkak.
b. Payudara terasa panas.
c. Payudara terasa keras.
d. Terdapat nyeri tekan pada payudara. (Prawirohardjo, 2005)

D. Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun
dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu
hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi
prolaktin oleh hipofisis.
Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air
susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel
mioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut.
Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan baik,
atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu.
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa
panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya mengalir
tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan
sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap
ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam
(wiknjosastro,2005)

E. Komplikasi
a. Payudara bengkak (Engorgement)
Payudara terasa lebih penuh/ tegang dan nyeri sekitar hari ketiga atau keempat sesudah
melahirkan akibat statis di vena dan pembuluh limfe, tanda bahwa ASI mulai banyak
disekresi. Sering terjadi pada payudara yang elastisitasnya kurang. Bila tidak
dikeluarkan, ASI menumpuk pada payudara sehingga aerola mamae menjadi lebih
menonjol, putting lebih datar dan sukar diisap bayi. Kulit payudara Nampak lebih
merah mengkilat, ibu demam, dan payudara terasa nyeri sekali.
b. Saluran ASI tersumbat (Obstruktive Duct)
Terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran air susu yang dapat disebabkan tekanan
jari waktu menyusui .pemakaian BH terlalu ketat, maupun komplikasi payudara
bengakak yang berlanjut sehingga ASI dalam saluran air susu tidak segera dikeluarkan
dan menjadi sumbatan
c. Radang payudara (Mastitis)
Timbul reaksi sistemik seperti demam, terjadi 1-3 minghu setelah persalinan sebagai
komplikasi sumbatan saluran air susu. Biasanya diawali dengan putingsusu lecet/ luka.
Gejala yang biasa diamati kulit merah, payudara lebih keras, serta nyeri dan berbenjol-
benjol
d. Abses payudara
Terjadi sebagai komplikasi mastitis akibat meluasnya peradangan. Sakit ibu tampak
lebih parah, payudara lebih merah mengkilat, benjolan tidak sekeras mastitis, tapi lebih
penuh atau bengkak berisi cairan.
F. Penatalaksanaan
1. Jika ibu menyusui:
a. Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian
perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang
mengeras.
b. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi
dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui
dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa
mengeringkannya dengan efektif.
c. Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai
menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit
tersebut.
d. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara
yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa
kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami
penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu.
e. Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
f. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
g. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
2. Jika ibu tidak menyusui :
a. Gunakan bra yang menopang
b. Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri.
c. Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
d. Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara
e. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya
3. Perawatan Payudara pada Masa Nifas Menurut Depkes, RI (1993) adalah :
Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam
cara :
a. Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut keatas,
terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara,
kemudian lepaskan tangan dari payudara.
b. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan,
kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah
puting,demikian pula payudara kanan.
c. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke – 2 kemudian jari tangan kanan
dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah
puting.
4. Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2005) adalah:
a. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
b. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
c. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin
sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
d. Gunakan BH yang menopang
e. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk
mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk
sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau
dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral
tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan
dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesa
a) Identitas
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, bahasa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan.
b) Keluhan utama
Pada umumnya klien mengeluh payudara terasa tegang dan nyeri.
c) Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan terdahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM,
TBC, Hepatitis, penyakit kelamin atau abortus, riwayat lalu tidak pernah
menderita.
 Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada post partum didapatkan payudaranya terasa tegang dan nyeri
karena belum ditetekan ke bayinya.
 Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti adanya penyakit jantung,
hipertensi, DM, keturunan bayi kembar, TBC, hepatitis, penyakit kelamin dan
abortus. Memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada klien.
 Riwayat psikososial
Pada klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat badan
yang semakin meningkat dan membuat harga dirinya rendah.
d) Pola-pola fungsi kesehatan
 Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang bendungan ASI dan cara
pencegahannya, penanganan serta perawatannya dan kurangnya menjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan tubuhnya
akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.
 Pola nutrisi dan metabolism
Pada klien nifas biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena pengaruh
dari keinginan menyusui bayinya.
 Pola aktifitas
Klien dapat melakuakan aktifitas seperti biasanya, terbatas apa aktifitas ringan,
tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, cepat lesu. Pada klien nifas di
dapatkan keterbatasan aktifitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
 Pola eleminasi
Pada penderita post partum sering terjadi adanya perasaan sering/sudah
kencing selama nifas yang ditimbulkan karenya terjadinya oedema dari trigono
yang menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi
karena penderita takut untuk melakukan BAB.
 Pola tidur dan istirahat
Pada klien nifas terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran bayi dan nyeri epis setelah persalinan.
 Pola hubungan peran
Peran klien dalam keuarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.
 Pola penanggulangan stess
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas atas bendungan ASInya dan
cara menetek yang benar.
 Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien nifas merasakan nyeri pada perineum akibat. Luka jahitan
dan nyeri perut akibat involusi uteri. Pada pola kognitif klien nifas primipara
terjadi kurang pengetahuan tentang cara merawat bayi.
 Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilannya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis, klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain body image dan ideal diri
 Pola produksi seksual
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual/fungsi dari
seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan  nifas.
 Pola tata nilai dan keperawatan
Biasanya saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan
terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedrest totl setelah partus
sehiangga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.
e) Pemeriksaan Fisik
 Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya
closma gravidarum dan apakah ada benjolan.
 Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya pembesaran kelenjar gondok karena dalam
proses menelan yang salah.
 Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena prises persalinan
yang mengalami perdarahan, sclera kuning.
 Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihannya adakah
cairan yang keluar dari telinga.
 Hidung
Ada polip atau tidak dan apabila pada saat ppost partum mengalami pernafasan
cuping hidung.
 Dada
Terdapat adanya pembedaran pada payudara, adanya hipopigmentasi aerola
mamae dan papilla mamae.
 Abdomen
Pada klien nifas, abdomen kendor kadang-kadang striac masih terasa nyeri,
fundus uteri 3 jari bawah pusat.
 Genetalia
Pengeluaran darah campur lender, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekonium yautu feses yang di bentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
 Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture.
 Ekstremitas
Pemeriksaan oedema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, kerenapenyakit jantung/ginjal.
 Muskuluskeletal
Pada klien post partum biasanya tejadi keterbatasan gerak dan aktifitas karena
adanya luka episiotomy.
 Tanda-tanda Vital
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh menurun.
b. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan bendungan ASI
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan 
3. Cemas berhubungan dengan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan
payudara
4. Ketidakefektifan pemberian ASI, berhubungan dengan terhentinya menyusui,
sekunder akibat: bendungan ASI.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kesulitan menjalani posisi biasa,
sekunder akibat: Nyeri pada payudara.

c. Intervensi keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan bendungan ASI
Tujuan :
a. Nyeri berkurang/hilang
b. Ibu dapat menyusui bayinya dengan nyaman
c. Bendungan ASI dapat berkurang/hilang
Intervensi :                                                                                        
a. Ajarkan teknik relasksasi 
b. Kompres pada area nyeri
c. Kolaborasi pemberian obat analgetik
d. Lakukan pengurutan yang dimulai dari puting ke arah korpus mamae untuk
mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam payudara 
Rasional :
a. Teknik relaksasi akan sangat membantu mengurangi rasa nyeri
b.      Kompres hangat akan membantu melancarkan peredaran darah pada area nyeri
c.       Pemberian obat analgetik bekerja mengurangi rasa nyeri
d.      Proses pengurutan akan membantu melancarkan peredaran darah pada area
nyeri.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan 


Tujuan :
a. Intake nutrisi adekuat
b. Tidak terjadi penurunan berat badan khususnya selama masa menyusui
Intervensi :
a.       Anjurkan pemberian makanan/nutrisi dengan porsi kecil tapi sering
b.      Jelaskan pentingnya nutrisi khususnya pada masa menyusui
c.       Jika perlu berikan tambahan multi vitamin
Rasional :
a. Porsi kecil tapi sering akan lebih memberikan banyak kesempatan bagi pasien
untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
b. Pendidikan kesehatan/penkes mengenai nutrisi akan mendorong pasien untuk
lebih memperhatikan pemenuhan kebutuhan nutrisinya
c. Multi vitamin dapat meningkatkan nafsu makan

3. Cemas berhubungan dengan dengan kurangnya pengetahuan tentang


perawatan payudara
Tujuan :
a.       Klien tidak merasakan cemas lagi
b.      Klien mengerti tentang cara perawatan payudara
c.       Klien tidak bertanya-tanya lagi tentang perawatan payudara
Intervensi :
a. Jelaskan pada ibu tentang penyebab dan cara mengatasi bendungan ASI.
b. Anjurkan ibu dan ajari ibu untuk melakukan perawatan payudara.
c. Ajari ibu meneteki yang benar.
d. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya lebih sering pada kedua payudaranya
secara bergantian.
e. Anjurkan ibu untuk memberi kompres hangat pada payudara sebelum
ditetekkan.
Rasional :
a. Pengetahuan yang benar akan menambah kooferatif ibu.
b. Dengan memperaktekkan secara langsung dapar merubah perilaku ibu.
c. Dengan posisi yang benar dapat meningkatkan rangsangan ASI secara
maksimal.
d. Dengan menyusui lebih sering aka merangsang ASi keluar dengan lancar.
e. Dengan kompres hangat merangsang produksi ASI.

4. Ketidakefektifan pemberian ASI, berhubungan dengan terhentinya menyusui,


sekunder akibat: bendungan ASI.
Tujuan :
a. Ibu akan mengaku percaya diri dalam menerapkan aktifitas menyusui yang
memuaskan dan efektif
b. Ibu akan memperlihatkan aktifitas menyusui yang efektif secara mandiri
Intervensi :
a. Kaji adanya faktor penyebab munculnya kesulitan atau ketidakpuasan
b. Ajarkan bagaimana memeras, menangani, menyimpan, dan mengirimkan ASI
dengan aman.
c. Pastikan mulut bayi berada pada posisi yang tepat di payudara.
Rasional :
a. Mengatasi faktor penyebab terlebih dahulu dapat mengurangi ketidakefektifan.
b. Memudahkan dalam pemberian ASI, tanpa menggunakan susu formula.
c. Mencegah ASI terbendung.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kesulitan menjalani posisi biasa,
sekunder akibat: Nyeri pada payudara.
Tujuan :
a.       Individu akan mengatakan keseimbangan optimal antara istirahat dan aktifitas
Intervensi :
a.       kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan istirahat pasien
b.      kaji faktor-faktor penyebab gangguan pola tidur 
c.       berikan lingkungan yang nyaman
d.       beri kesempatan ibu mengungkapkan perasaannya
e.       Ajarkan untuk mandi air hangat sebelum tidur.
Rasional :
a. untuk mengetahui tingkat kebutuhannya sehingga terpenuhi pola istirahatnya.
b. mengetahui penyebab sehingga dapat tidur dengan baik.
c. untuk memberi kenyamanan dan ketenangan pasien
d. Untuk terapi psikis dan mengurangi beban pkiran dan membantu
mengatasimasalahnya
e. Relaksaki dapat membuat tidur lebih nyenyak.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia, 2011, Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas,Jakarta : Salemba Medika 23

Masruroh. 2013, Praktik Keterampilan Asuhan Kebidanan Nifas,Jakarta: Parama Publishing.

Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Jakarta : EGC.

Abdul Bari Saifuddin. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternitas

dan Neonatal . Jakarta: Yayasan Bina Sarwono Prawiroharjo

Carpenito, Linda Juall. (2000).  Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta: EGC

Doenges, E. Marilynn. (2001). Rencana Perawatan Maternal/Bayi: Pedoman untuk  Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Klien.Jakarta: EGCHanifa Wiknjosastro. (2002). Ilmu

Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawiroharjo

Anda mungkin juga menyukai