Anda di halaman 1dari 17

perawatan payudara pada bendungan asi

Sering terdapat ibu-ibu yang menyusui datang ke tempat-tempat kesehatan dengan keluhan
bahwa payudaranya bengkak dan terasa sakit. Terlebih lagi apabila ibu tersebut tidak menyusui
bayi setelah melahirkan. Setelah dilakukan pemeriksaan rupanya si ibu mengalami bendungan
ASI. Banyak factor yang bisa menyebabkan hal tersebut. Diantaranya adalah karena adanya
penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna
atau karena kelainan pada putting susu (seperti putting susu yang tidak menonjol) sehingga ibu
tidak bisa menyusui bayinya.

Di sini saya mempunyai beberapa tips untuk mengatasi masalah bendungan ASI diantaranya
adalah:

1. Lakukan perawatan payudara yang meliputi proses massage payudara untuk lebih
melancarkan ASI.
2. Kompres payudara dengan air hangat dan dingin secara bergantian.
3. Kosongkan payudara dengan cara menetekkan pada bayinya ataupun dengan dipompa.
4. Pakailah BH yang bisa menyokong payudara yang dianjurkan untuk para ibu menyusui.
5. Segera periksakan diri ke bidan atau dokter apabila payudara tidak kunjung sembuh dari
bendungan ASI. Karena bidan atau dokter biasanya akan memberikan terapi berupa
pemberian analgetik (anti nyeri), antibiotic untuk mencegah infeksi, dan obat-obat yang
mengandung stil bestrol atau lynoral untuk membendung sementara produksi ASI.

asuhan kebidanan pada ibu dengan bendungan ASI

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau
karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams)

Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan nyeri.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya
kelainan.

Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan
payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu
berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara
produksi ASI.

TUJUAN ASUHAN BENDUNGAN ASI

Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui segala Sesutu yang
berhubungan dengan tindak lanjut asuhan pada pembendungan ASI

Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan khusus dari penulisan ini adalah:

 Mengetahui pengertian pengertian dari bendungan ASI

 Mengetahui bagaimana perawatan payudara pada masa nifas

 Mengetahui therapy pengobatan pada bendungan ASI

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Definisi

Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau
karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams)

Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan nyeri.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya
kelainan.
Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan
payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu
berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara
produksi ASI.

Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari keenam
setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat
fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih
dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan.

Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena
limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli
meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.

Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI pada
payudara adalah :

a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI biasanya
mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan.
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara yang
terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting
susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI
sampai bengkak berkurang.

2. Perawatan Payudara pada Masa Nifas Menurut Depkes, RI (1993) adalah


Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara :

a. Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut keatas, terus
kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian
lepaskan tangan dari payudara.
b. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan,
kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting,
demikian pula payudara kanan.
c. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke – 2 kemudian jari tangan kanan
dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.

3. Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2005) adalah


a. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
b. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
c. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah
menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
d. Gunakan BH yang menopang
e. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.

Bendungan ASI dan Infeksi Payudara

PENDAHULUAN

Menyusui merupakan suatu proses alamiah. Berjuta juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui
bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI, seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sehingga pengetahuan lama yang
mendasar seperti menyusui justru kadang terlupakan, menyusui adalah suatu pengetahuan yang selama
berjuta-juta tahun mempunyai peranan yang penting dalam mempertahankan kehidupan manusia. Pada
masa nifas, masalah yang sering timbul antara lain kelainan putting, payudara bengkak, terjadinya
pembendungan ASI. Terjadinya masalah tersebut karena beberapa faktor antara lain kurangnya
perawatan payudara pada ibu menyusui. Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil
dan menyusui.

Berdasarkan laporan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) diusia lebih
dari 25 tahun sepertiga wanita di Dunia (38%) didapati tidak menyusui bayinya karena terjadi
pembengkakan payudara, dan di Indonesia angka cakupan ASI eksklusif mencapai 32,3% ibu yang
memberikan ASI eksklusif pada anak mereka.Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami mastitis dan putting susu lecet,
kemungkinan hal tersebut disebabkan karena kurangnya perawatan payudara selama kehamilan.

Untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah melakukan perawatan payudara pada
kehamilan dan melakukan Helth Education melalui penyuluhan- penyuluhan pada ibu post partum hari
ke 3-6 yang disertai demontrasi cara perawatan payudara setelah melahirkan dengan benar, serta
penyuluhan dan peragaan tentang perawatan payudara pada kunjungan masa nifas, dimana penyuluhan
tepat pada waktu ibu mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan
informasi keterpaduan menalar ilmiah dan sistematis. Upaya ini dapat meningkatkan kemampuan ibu
dalam perawatan payudara secara baik dan benar sebagai upaya preventif terhadap masalah menyusui
sehingga proses menyusui dapat berjalan dengan lancar dan merupakan upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan ibu dan bayi.

BENDUNGAN ASI

Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan
pada puting susu (Buku Obstetri Williams). Pada versi lain bendungan air susu diartikan sebagai
pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan
bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Sarwono, 2005:700).

Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari keenam
setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat
fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih
dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan. Pada bendungan, payudara terisi sangat
penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat
dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan
mengkilap. Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI pada
payudara adalah:
1. Pada kepenuhan fisiologis: payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat
mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancer dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan.

2. Pada bendungan ASI: payudara yang tebendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara
terlihat mengkilap dan putting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi
sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.

Gejala Bendungan ASI

 Payudara terlihat bengkak

 Payudara terasa keras

 Payudara terasa panas

 Terdapat nyeri tekan


Penyebab terjadinya bendungan ASI
1. Faktor frekuensi menyusui

Bahwa insiden bendungan payudara dapat dikurangi hingga setengahnya bila bayi disusui tanpa batas.
Sejumlah penelitian lainnya mengamati bahwa bila waktu untuk menyusui dijadwal lebih sering terjadi
bendungan yang sering diikuti dengan mastitis dan kegagalan laktasi(WHO, 2003). Menyusui yang
dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan ASI
selanjutnya.

2. Faktor isapan bayi yang tidak aktif

Pentingnya isapan bayi yang baik pada payudara untuk mengeluarkan ASI yang efektif. Isapan yang
buruk sebagai penyebab pengeluaran ASI yang tidak efisien saat ini dianggap sebagai faktor predisposisi
utama mastitis. Selain itu, nyeri putting susu akan menyebabkan ibu menghindar untuk menyusui pada
payudara yang sakit dan karena itulah terbentuknya statis ASI dan bendungan ASI (WHO).

3. Faktor posisi menyusui yang tidak benar

Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet dan menimbulkan
rasa nyeri pada saat menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.
Selain itu, banyak ibu merasa lebih mudah untuk menyusui bayinya pada satu sisi payudara
dibandingkan dengan payudara yang lain (WHO).
Teknik menyusui yang benar adalah sebagai berikut:

a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya.
Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. Bayi diletakkan
menghadap perut atau payudara ibu

b. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (kaki ibu
tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi

c. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan)

a. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu didepan

b. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payyudara (tidak hanya membelokkan
kepala bayi)
c. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
d. Ibu menatap bayi dengan kasih saying
e. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah, jangan menekan
putting susu atau areolanya saja.
1. Produksi ASI yang meningkat

Apabila ASI berlebihan, sampai keluar memancar maka sebelum menyusui sebaiknya ASI dikeluarkan
terlebih dahulu untuk menghindari bayi tersedak dan menghilangkan bendungan atau memacu produksi
ASI saat ibu sakit dan tidak dapat langsung menyusui bayinya.

2. Pengosongan mamae yang tidak sempurna

Bila tidak dikeluarkan saat ASI terbentuk, maka volume ASI dalam payudara akan melebihi kapasitas
alveoli untuk penyimpanannya sehingga bila situasi ini tidak di atasi, maka akan menyebabkan
bendungan dan mastitis dalam waktu singkat, dan mempengaruhi kelanjutan produksi ASI dalam jangka
panjang (WHO).

3. Pakaian yang ketat


BH yang ketat juga bisa menyebabkan segmental engorgement. Selama masa menyusui sebaiknya ibu
menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.

4. Putting susu terbenam

Putting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap
puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.

5. Putting susu terlalu panjang

Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat
menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan
menimbulkan bendungan ASI.

Dampak Bendungan ASI

Statis pada pembuluh limfe akan mengakibatkan tekanan intraduktal yang akan mempengaruhi berbagai
segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat, akibatnya payudara sering
terasa penuh, tegang, dan nyeri (WHO), walaupun tidak disertai dengan demam. Terlihat kalang
payudara lebih lebar sehingga sukar dihisap oleh bayi. Bendungan ASI yang tidak disusukan secara
adekuat akhinya terjadi mastitis.

Penanganan
1. Jika ibu menyusui
a. Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak
ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras
b. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit
jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi
menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif
c. Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-
benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut
d. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali
dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar
area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu
e. Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui
f. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
2. Jika ibu tidak menyusui

a. Gunakan BH yang menopang


b. Kompres dingin pada payudara utuk mengurangi bengkak dan nyeri
c. Berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
d. Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara
e. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya
Terapi dan pengobatan (Prawirohardjo, 2005):

 Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya

 Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care

 Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres air dingin sesudah
menyusui untuk mengurangi rasa nyeri

 Gunakan BH yang menopang payudara

 Berikan paracetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas

Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya
kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan
payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu
berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu
mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.

Bendungan ASI dan Infeksi Payudara

PENDAHULUAN

Menyusui merupakan suatu proses alamiah. Berjuta juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui
bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI, seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sehingga pengetahuan lama yang
mendasar seperti menyusui justru kadang terlupakan, menyusui adalah suatu pengetahuan yang selama
berjuta-juta tahun mempunyai peranan yang penting dalam mempertahankan kehidupan manusia. Pada
masa nifas, masalah yang sering timbul antara lain kelainan putting, payudara bengkak, terjadinya
pembendungan ASI. Terjadinya masalah tersebut karena beberapa faktor antara lain kurangnya
perawatan payudara pada ibu menyusui. Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil
dan menyusui.

Berdasarkan laporan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) diusia lebih
dari 25 tahun sepertiga wanita di Dunia (38%) didapati tidak menyusui bayinya karena terjadi
pembengkakan payudara, dan di Indonesia angka cakupan ASI eksklusif mencapai 32,3% ibu yang
memberikan ASI eksklusif pada anak mereka.Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami mastitis dan putting susu lecet,
kemungkinan hal tersebut disebabkan karena kurangnya perawatan payudara selama kehamilan.

Untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah melakukan perawatan payudara pada
kehamilan dan melakukan Helth Education melalui penyuluhan- penyuluhan pada ibu post partum hari
ke 3-6 yang disertai demontrasi cara perawatan payudara setelah melahirkan dengan benar, serta
penyuluhan dan peragaan tentang perawatan payudara pada kunjungan masa nifas, dimana penyuluhan
tepat pada waktu ibu mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan
informasi keterpaduan menalar ilmiah dan sistematis. Upaya ini dapat meningkatkan kemampuan ibu
dalam perawatan payudara secara baik dan benar sebagai upaya preventif terhadap masalah menyusui
sehingga proses menyusui dapat berjalan dengan lancar dan merupakan upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan ibu dan bayi.

BENDUNGAN ASI

Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan
pada puting susu (Buku Obstetri Williams). Pada versi lain bendungan air susu diartikan sebagai
pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan
bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Sarwono, 2005:700).
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari keenam
setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat
fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih
dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan. Pada bendungan, payudara terisi sangat
penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat
dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan
mengkilap. Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI pada
payudara adalah:

1. Pada kepenuhan fisiologis: payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat
mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancer dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan.

2. Pada bendungan ASI: payudara yang tebendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara
terlihat mengkilap dan putting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi
sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.

Gejala Bendungan ASI

 Payudara terlihat bengkak

 Payudara terasa keras

 Payudara terasa panas

 Terdapat nyeri tekan


Penyebab terjadinya bendungan ASI
1. Faktor frekuensi menyusui

Bahwa insiden bendungan payudara dapat dikurangi hingga setengahnya bila bayi disusui tanpa batas.
Sejumlah penelitian lainnya mengamati bahwa bila waktu untuk menyusui dijadwal lebih sering terjadi
bendungan yang sering diikuti dengan mastitis dan kegagalan laktasi(WHO, 2003). Menyusui yang
dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan ASI
selanjutnya.

2. Faktor isapan bayi yang tidak aktif


Pentingnya isapan bayi yang baik pada payudara untuk mengeluarkan ASI yang efektif. Isapan yang
buruk sebagai penyebab pengeluaran ASI yang tidak efisien saat ini dianggap sebagai faktor predisposisi
utama mastitis. Selain itu, nyeri putting susu akan menyebabkan ibu menghindar untuk menyusui pada
payudara yang sakit dan karena itulah terbentuknya statis ASI dan bendungan ASI (WHO).

3. Faktor posisi menyusui yang tidak benar

Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet dan menimbulkan
rasa nyeri pada saat menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.
Selain itu, banyak ibu merasa lebih mudah untuk menyusui bayinya pada satu sisi payudara
dibandingkan dengan payudara yang lain (WHO).

Teknik menyusui yang benar adalah sebagai berikut:

a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya.
Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. Bayi diletakkan
menghadap perut atau payudara ibu

b. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (kaki ibu
tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi

c. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan)

a. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu didepan

b. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payyudara (tidak hanya membelokkan
kepala bayi)
c. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
d. Ibu menatap bayi dengan kasih saying
e. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah, jangan menekan
putting susu atau areolanya saja.
1. Produksi ASI yang meningkat
Apabila ASI berlebihan, sampai keluar memancar maka sebelum menyusui sebaiknya ASI dikeluarkan
terlebih dahulu untuk menghindari bayi tersedak dan menghilangkan bendungan atau memacu produksi
ASI saat ibu sakit dan tidak dapat langsung menyusui bayinya.

2. Pengosongan mamae yang tidak sempurna

Bila tidak dikeluarkan saat ASI terbentuk, maka volume ASI dalam payudara akan melebihi kapasitas
alveoli untuk penyimpanannya sehingga bila situasi ini tidak di atasi, maka akan menyebabkan
bendungan dan mastitis dalam waktu singkat, dan mempengaruhi kelanjutan produksi ASI dalam jangka
panjang (WHO).

3. Pakaian yang ketat

BH yang ketat juga bisa menyebabkan segmental engorgement. Selama masa menyusui sebaiknya ibu
menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.

4. Putting susu terbenam

Putting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap
puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.

5. Putting susu terlalu panjang

Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat
menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan
menimbulkan bendungan ASI.

Dampak Bendungan ASI

Statis pada pembuluh limfe akan mengakibatkan tekanan intraduktal yang akan mempengaruhi berbagai
segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat, akibatnya payudara sering
terasa penuh, tegang, dan nyeri (WHO), walaupun tidak disertai dengan demam. Terlihat kalang
payudara lebih lebar sehingga sukar dihisap oleh bayi. Bendungan ASI yang tidak disusukan secara
adekuat akhinya terjadi mastitis.

Penanganan
1. Jika ibu menyusui
a. Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak
ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras
b. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit
jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi
menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif
c. Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-
benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut
d. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali
dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar
area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu
e. Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui
f. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
2. Jika ibu tidak menyusui

a. Gunakan BH yang menopang


b. Kompres dingin pada payudara utuk mengurangi bengkak dan nyeri
c. Berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
d. Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara
e. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya
Terapi dan pengobatan (Prawirohardjo, 2005):

 Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya

 Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care

 Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres air dingin sesudah
menyusui untuk mengurangi rasa nyeri

 Gunakan BH yang menopang payudara

 Berikan paracetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas

Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya
kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan
payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu
berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu
mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.

Anda mungkin juga menyukai