Anda di halaman 1dari 25

BAB II TINJAUAN TEORI

A. NIFAS
1. Definisi
Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat reproduksi pulih
seperti sebelum hamil dan secara normal, masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari
(Ambarwati, 2009).
Nifas disebut uga post partum atau puerpurium adalah masa atau waktu sejak bayi lahir
dan plasenta keluar sampai enam minggu disertai dengan pulihnya kembali organ-organ
kandungan (Suherni, Widyasih & Rahmawati, 2008).
Menurut (Sarwono, 2002) masa mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira kira
6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali sebelum ada kehamilan dalam
waktu 3bulan.

BENDUNGAN AIR SUSU

BENDUNGAN AIR SUSU

A.    Pengertian
1.      Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran
vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan. (Sarwono, 2002)
2.      Bendungan air susu ibu adalah suatu kondisi yang terjadi akibat adanya bendungan pada
pembuluh darah di payudara sebagai tanda asi mulai diproduksi (Danuatmaja, 2003).
3.      Bendungan air susu ibu adalah di sebabkan karena pengeluaran air susu ibu tidak lancar karena
ibu tidak cukup menyusui/terlalu cepat disapih. Dapat pula disebabkan karena adanya gangguan
let-down reflex (Wiknjosastro, 2002).

B.     Etiologi
Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban seorang ibu yang
mengasuh anaknya. Karena ASI merupakan makanan utama untuk bayi umur 0-6 bulan pertama
kehidupannya. Proses alami untuk memberikan ASI sudah dimulai saat terjadi kehamilan, karena
bersama dengan hamil, payudara telah disiapkan sehingga setelah bayi lahir ibu bisa segera
memberikan ASI pada bayinya. Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika
ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan
dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih
dengan cepat. Namun keadaan ini bisa menjadi bendungan, pada bendungan payudara terisi
sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik tersumbat, aliran susu
menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat. Payudara yang
terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Payudara dapat terlihat mengkilat dan
edema dengan daerah eritema difus. Puting susu teregang menjadi rata, ASI tidak mengalir
dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Wanita kadang- kadang menjadi
demam(Sarwono, 2002).
Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lakteal, payudara sering
mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini yang disebut dengan
bendungan air susu atau “caked breast” , sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan
bisa disertai dengan kenaikan suhu.
Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena normal yang berlebihan dan
penggembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor regular untuk terjadinya
laktasi. Keadaan ini bukan merupakan overdestensi sistem lacteal oleh air susu.
Demam nifas akibat distensi payudara sering terjadi. Demam tersebut mengkawatirkan
terutama bila kemungkinan infeksi tidak dapat disingkirkan pada wanita yanga baru saja
menjalani seksio sesarea. Roser (1966) mengamati bahwa 18% wanita yang normal akan
mengalami demam postpartum akibat pembendungan air susu. Lamnya panas yang terjadi
berkisar dari 37,8 hingga 39 C. pada kedua penelitian tersebut, insiden dan intensitas
pembendungan air susu serta panas yang menyertainya lebih rendah bila diberikan pengobatan
untuk menekan laktasi. Ditegaskan bahwa penyebab panas yang lain, khususnya panas yang
disebabkan oleh infeksi, harus disingkirkan dahulu(Suherni, 2009).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
Ø  Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya
berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan,
maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI.
Ø  Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi
tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.
Ø  Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan
menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya
dan terjadi bendungan ASI.

Ø  Puting susu terbenam


Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat
menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
Ø  Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi
tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI.
Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.

C.    Patofisiologi
Apabila terjadi penghisapan payudara oleh bayi, pelepasan prolaktin tidak terjadi dan pada
hari ketiga dan keempat setelah melahirkan, bendungan pembuluh darah akan membesar
pembuluh laktiferus dan air susu ibu harusbdiperas dengan hati-hati. Jika payudara tidak
dikosongkan, maka alveoli akan mengalami kongestiti (bendungan dan terjadi pembengkakan
karena air susu (Suherni, 2009)
D.    Gambaran klinis bendungan ASI
Gejala yang sering timbul pada bendungan air susu ibu antara lain:
1.      Nyeri payudara dan tegang, kadang payudara mengeras dan membesar (pada kedua payudara)
besarnya terjadi antara hari 3-5 pasca persalinan
2.      Biasanya bilateral muncul bertahap menyebabkan demam dan tidak berhubungan dengan
gejala sistemik. Payudara biasanya hangat saat disentuh
3.      Payudara terasa lebih penuh atau tegang dan terjadi sekitar hari ke- 3 atau ke- 4 setelah
melahirkan. (Depkes RI, 2005)

Penatalaksanaan Bendungan ASI


v  Bila ibu menyusui
§  Susukan sesering mungkin
§  Susukan kedua payudara
§  Kompres kedua payudara sebelum disusukan
§  Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
§  Sangga payudara
§  Kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui
§  Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
v  Bila tidak menyusui
§  Menyangga payudara dengan BH yang menyokong
§  Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit
§  Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
§  Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara(Sarwono, 2002).

 DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta


Suherni. 2009. Perawatan Masa Nifas. Fitramaya. Yogyakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun banyinya. Dimana masa nifas ini
berlangsung ± 6 minggu setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Bagi banyak wanita pemulihan adalah suatu yang
berlangsung terjadi dan menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal, walauipun
terkadang mengalami beberapa keluhan fisiologis seperti perut mules akibat proses involusi
uterus (Sarwono, 2002).
Namun, beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah kesehatan jangka
panjang yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui dan dapat
berlangsung dalam waktu lama. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama, angaka mobiditas
pada ibu nifas salah satunga disebabkan oleh bendungan ASI, pada tahun 2009 ditemukan ibu
nifas dengan bendungan ASI sebanyak 28 orang dari 50 ibu nifas (Depkes, 2009).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya terjadinya bendungan ASI yaitu puting susu datar
sehingga dapat menyukarkan bayi menyusu, kadang – kadang pengeluaran susu juga terhalang
sebab duktuli laktiferi menyempit karena pembesaran vena serta pembuluh limfe (Manuaba,
I.Gde (2002) : 254)
Oleh karena itu, pengetahuan menyeluruh tentang perubahan fisiologis dan psikologis pada
masa Puerpurium adalah sangat penting untuk dimiliki oleh bidan/ petugas kesehatan yang
menilai kesehatan ibu secara akurat dan memastikan bahwa pemulihan sesuai dengan standar
yang diharapkan.

1.2  Tujuan Penulisan
1.2.1        Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan Asuhan Kebidanan pad ibu nifas Fisiologis.
1.2.2        Tujuan Khusus
1)   Melaksanakan pengkajian pada klien
2)   Menginterpretasikan data dasar klien
3)   Antisipasi maslah potensial pada klien
4)   Mengidentifiaksi kebutuhan segera klien
5)   Membuat rencana tindakan yang akan dilakukan
6)   Membuat tindakan perawatan pada klien
7)   Mengevaluasi Asuhan Kebdianan yang telah dilakukan.
8)   Mendokumentasikan Asuhan Kebudanan yang telah dilakukan
1.3    Metode penulisan
1.3.1   Metode penulisan ini adalah suatu kepustakaan dalam bentuk study kasus yaitu mencari
gambaran jelas dari proses kebidanan yang terjadi saat ini.
1.3.2   Teknik pengumpulan data
1.3.3   Wawancara / anamnesa
1.3.4   Pemeriksaan
1.3.5   Pengkajian catatan medik dan kepustakaan
                                                                                              
1.4    Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah Asuhan Kebidanan, disusun sebagi berikut :
BAB I      : Pendahuluan
BAB II     : Tinjauan Pustaka
BAB III   : Tinjauan Kasus
BAB IV   : Pembahasan
BAB V     : Penutup

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Nifas


Masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari partus selesai sampai alat – alat
kandungan kembali seperti pra hamil, lamanya 6-8 minggu.
Pembagian pada masa nifas, ada 3 periode :
1. Puerpurium dini adalah kepulihan dimana ibu telah dibolehkan berdiri dan berjalan –
jalan.
2. Puerpurium intermedial adalah kepulihan menyeluruh alat alat genetalia yang lamanya 6-
8 minggu.
3. Remote puerpurium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu- minggu, bulanan, dan tahunan.

2.2 Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas


Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim dari
1000 gram habis bersalin menjadi 40-60 gr selama 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini
kurang baik atau terganggu disebut sub- involusi.
            Faktor – faktor penyebab antara lain : infeksi, sisa uri, mioma uteri, dan bekuan – bekuan
darah. Diagnosanya pada palpasi uterus masih besar, fundus masih tinggi, lochia berbau dan
terjadi perdarahan. Dan Pengobatannya berikan injeksi methergin setiap hari ditambah dengan
ergometrin peroral. Bila ada sisa plasenta dilakukan kuretase. Berikan antibiotik sebagai
pelindung infeksi.
1. Uterus. Uterus secara berangsur – angsur menjadi kecil sehingga akan kembali seperti
sebelum hamil.

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

2.  Bekas implantasi uteri, plasental bed mengecil karena kontraksi menonjol ke vakum
uteri dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm dan pada minggu ke-6 2,4 cm
dan akhirnya pulih.
3. Luka – luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam waktu 6-7 hari.
4. After pains disebabkan kontraksi uterus, berlangsung 2-4 hari PP.
5. Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa
nifas.Macam – macam lochea, antara lain :
-          lochea rubra: berisi darah segar dan sisa- sisa selaput ketuban, sel- sel desidua, vernik
kaseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari PP.
-          lochea sanguinolenta: berwarna merah, kuning berisi darah dan lender hari ke 3-7 PP
-          lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7 – 14 PP
-          lochea alba: cairan putih setelah 2 minggu
-          lochea purulenta: terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
-          Lochiostasi:lochea tidak lancar keluarnya.
6. Servik, setelah partus bentuk servik agak menganga seperti corong berwarna merah
kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang- kadang terdapat perlukaan – perlukaan kecil. Setelah
bayi lahir tangan dapat masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat melalui 2-3 jari dan setelah 7
hari terbuka 1 jari.
7. Ligamen: ligament, fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus,
setelah bayi lahir secara berangsur – angsur ciut dan pulih kembali.

2.3. Perawatan Post Partum


1. Mobilisasi: karena lelah habis bersalin ibu harus beristirahat, tidur terlentang selama 8
jam PP.Kemudian boleh miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli. Hari ke 2 duduk kemudian jalan-jalan, pada hari ke 4 atau 5 pulang. Mobilisasi
mempunyai variasi tergantung adanya komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka.
2. Diit : Makanlah makanan yang mengandung protein, menandung banyak cairan, buah
dan sayur.
3. Miksi : Hendaknya dilakukan secara sendiri, kadang-kadang beberapa wanita mengalami
kesulitan karena spinter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi M.
Spinter ani selama.
4. Defekasi : BAB harus ada 3-4 hari PP bila belum dan terjadi konstipasi maka berikan
laksan per oral atau per rectal. Bila belum berikan klisma.
5. Perawatan payudara : dilakukan sejak hamil supaya puting lemas, tidak keras dan kering
untuk persiapan menyusui. Bila bayi meninggal maka lakukan pembalutan mamae sampai
tertekan dan pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti linoral dan perodel.
6. Laktasi : dalam menghadapi masa laktasi sejak kehamilan telah terjadi perubahan-
perubahan pada kelenjar mamae, yaitu :
-          Proliferasi jaringan pada kelenjar dan aveoli dan jaringan lemak bertambah.
-          Keluar cairan susu jolong dari duktus laktiverus yang disebut colostrums, berwarna kuning
putih susu.
-          Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena berdilatasi sehingga
tampak lebih jelas.
-          Setelah persalinan pengaruh supresi esterogen dan progesterone hilang maka timbul pengaruh
LH atau prolaktin yang merangsang air susu. Oksitosin menyebabkan mioepitel kelenjar susu
berkontraksi sehingga air susu keluar, produksi ASI 2-3 hari PP. Bila bayi ditetekkan, isapan
pada putting susu merupakan rangsangan yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin
dikeluarkan oleh hipovisa sehingga keluarlah ASI, selain itu akan menyebabkan involusi uteri
akan lebih sempurna. ASI merupakan makanan yang bagus buat bayi dan menjelmakan rasa
kasih saynag ibu dan anaknya.
7. Cuti hamil dan bersalin.
Undang –undang memberikan cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan bagi wanita pekerja yaitu 1
bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah partus.
8. Pemeriksaan pasca persalinan : control kembali 6 minggu setelah partus bagi wanita yang
melahirkan secara normal dan 1 minggu setelah partus bagi wanita dengan persalinan yang luar
biasa.

2.4. Pemeriksaan Post natal antara lain:


a. Pemeriksaan umum: tensi,nadi, keluhan dan sebagainya.
b. Keadaan umum : suhu badan, selera makan dll.
c. Payudara : Asi, putting susu.
d. Dinding perut,perineum,kandung kemih,rectum.
e. Secret yang keluar (lochia,flour albus ).
f. Keadaan alat-alat kandungan.

2.5. Nasehat Untuk Ibu Postnatal


1. Fisioterapi postnatal sangat baik bila diberikan
2. Sebaiknya bayi disusui
4. Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB untuk  menjarangkan anak
5. Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi

2.6 Kunjungan Masa Nifas


Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir,
dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam * Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
setelah * Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan:
persalinan rujuk bila perdarahan berlanjut
* Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri
* Pemberian ASI awal
* Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
* Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil.
2 6 hari setelah* Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus
persalinan berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
* Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal.
* Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan
dan istirahat.
* Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
* Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari.
3 2 minggu Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)
setelah
persalinan
4 6 minggu* Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia
setelah atau bayi alami.
persalinan * Memberikan konseling untuk KB secara dini.

2.7 Tindakan Yang Baik Untuk Asuhan Masa Nifas Normal Pada Ibu
Tindakan Deskripisi dan Keterangan
Kebersihan  Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
diri  Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk
membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke
belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai BAK
atau BAB.

 Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua


kali sehari.

 Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air


sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

 Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan


kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
Istirahat  Anjurkan  ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan.
 Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah
tangga biasa perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau
beristirahat selagi bayi tidur.

 Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa


hal:
-     Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
          Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan.
          Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri.
Latihan  Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan
panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini
menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi
rasa sakit pada punggung.

 Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari


sangat membantu, seperti:
          Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot
perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu
ke dada: tahan satu hitungan sampai 5. rileks dan ulangi 10 kali.
          Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel).
 Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot,
pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan
ulangi latihan sebanyak 5 kali.
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan.
Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada
minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap
gerakan sebanyak 30 kali.
Gizi Ibu menyusui harus:
 Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

 Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,


mineral dan vitamin yang cukup.

 Minu sedikitnya 3 liter air setiap pagi (anjurkan ibu untuk


minum setiap kali menyusui).

 Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi


setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.

 Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa


memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
Perawatan  Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
payudara  Menggunakan BH yang menyokong payudara.

 Apabila putting susu lecet oleskan colostrums atau ASI


yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai
menyusui.menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting susu yang
tidak lecet.

 Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24


jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan
sendok.

 Untuk menghilangkan nyeri dapat minum paracetamol 1


tablet setiap 4-6 jam.

 Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI,


lakukan:
          Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hangat selama 5 menit.
          Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan
sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
          Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga
putting susu menjadi lunak.
          Susukan bayi selama 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat
mengisap seluruh ASI keluarkan dengan tangan.
          Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
          Payudara dikeringkan.
Hubungan  Secara fisik aman untuk memulai hubungan sexual begitu
perkawinan/ darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua
rumah tangga jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah
berhenti dan dia tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk
memulai melakukan hubungan ssexual kapan saja ibu siap.

 Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda


hubungan sexual sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari
atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada
pasangan yang bersangjutan.
KB  Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2
tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus
menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan
dapat membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan
kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan.

 Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi)


sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh
karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid
pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru.
Resiko cara ini adalah 2% kehamilan.

 Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko,


menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu
sudah haid lagi.

 Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut


sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu:
          Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan
efektivitasnya
          Kelebihan/ keuntungannya
          Efek samping
          Bagaimana menggunakan metode itu
          Kapan metode itu dapat digunakan untuk wanita pascasalin
yang menyusui.
 Jika seorang ibu/ pasangan telah memilih metode KB
tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam dua
minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh
ibu/ pasangan itu dan untuk melihat apakah metode tersebut
bekerja dengan baik.

2.2  Bendungan ASI
2.2.1 Pengertian
            Bendungan ASI adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara yang
menyebabkan pengeluaran susu terhalang karna duktus lactiferus menyempit (Saifudin, AB.
2002).
               Pembendungan air susu adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus
laktiferus atau oleh kelenjar – kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan
pada putting susu (Mochtar, Rustam. 1998).
               Bendungan ASI adalah masalah atau kelainan yang terjadi pada masa nifas yang
disebabkan oleh produksi ASI yang meningkat, adanya sumbatan pada saluran susu, dan ASI
kurang di hisap.(Wiknjosastro, Hanifa. 2007).

2.2.2 Etiologi
Progesteron dan estrogen turun selama 2-3 hari Setelah bayi lahir dan placenta lahir, oleh
karena itu  hipotalamus yang menghalangi keluarnya hormon prolactin waktu hamil, dan sangat
di pengaruhi oleh hormon yang tidak di keluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolactin oleh
hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi air susu, tetapi
untuk mengeluarkannya di butuhkan rangsangan menghisap yang menyebabkan sel-sel
mioepitel, dan reflek ini akan timbul jika bayi menyusu.pada permulaan masa nifas, bayi belum
dapat menyusu dengan baik dan apabila kelenjar ini tidak segera di kosongkan dengan sempurna
akan menyebabkan terjadinya benduingan ASI (Wiknjosastro, Hanifa. 2002).
2.2.3        Tanda dan gejala
Mamae panas serta keras pada perabaan dan nyeri, suhu badan tidak naik. Putting susu bisa
mendatar dan hal ini dapat menyukarkan bayi untuk menyusu. Kadang – kadang pengeluaran
susu juga terhalang sebab duktus laktiferi menyempit karena pembesaran vena serta pembuluh
limfe (Wiknjosastro, Hanifa. 2007).
Ibu biasa mengeluh payudara bengkak, keras, panas dan nyeri (Mochtar, Rustam. 1998).
Kadang juga diikuti peningkatan suhu tubuh (Manuaba, IBG. 1998).

2.2.4 Penganganan
Penanganan pembendungan ASI dilakukan dengan jalan menyokong mamae dengan
kutang dan memberikan analgetika. Sebelum bayi menyusu, pengeluaran ASI dengan pijatan
yang ringan dapat diusahakan, kadang – kadang perlu diberikan Stilbestrol 3x1/hari selama 2-3
hari untuk sementara waktu, untuk mengurangi pembendungan dan memungkinkan ASI
dikeluarkan dengan pijatan (Wiknjosastro, Hanifa. 2007).
Menurut Saifuddin, AB (2002), penanganan pada bendungan ASI adalah :
Menyusui
1.    Jika ibu menyusui dan bayi tidak menetek, bantulah memerah air susu dengan tangan dan
pompa
2.    Jika bayi menyusui dan bayi mampu menetek :
1)   Bantu ibu agar meneteki lebih sering pada kedua payudara tiap kali meneteki
2)   Berikan penyuluhan cara meneteki yang baik
3)   Mengurangi nyeri setelah meneteki :
(1)     Berikan kompres hangat pada dada sebelum meneteki atau mandi air hangat
(2)     Pijat punggung dan leher
(3)     Memeras susu cara manual sebelum meneteki dan basahi putting agar bayi mudah menetek
3.    Mengurangi nyeri sebelum meneteki :
1)   Gunakan bebat atau kutang
2)   Kompres dingin pada dada untuk mengurangi bengkak
3)   Terapi Paracetamol 500 mg/oral
2.1.1   Tidak menyusui
1.    Jika ibu tidak meneteki
1)   Berikan bebat dan kutang ketat
2)   Kompres dingin pada dada untuk mengurangi bengkak dan nyeri
3)   Hindari pijat atau kompres hangat
4)   Berikan Paracetamol 500 mg/hari
2.    Evaluasi 3 hari

2.5 MANEJEMEN ASKEB
I. PENGKAJIAN
Tgl MRS                                                                           Jam :
Tgl Pengkajian                                                                  Jam :
A.  Data Subyektif
1.      Identitas
1)      Nama istri dan suami
Dikaji untuk menjalin keakraban antara bidan dan pasien, serta mengetahui status pasien
(Varney, (2007) : 153).
2)      Umur istri
Dikaji untuk mengetahui berapa usia ibu yang wajar telah melahirkan dan termasuk usia resiko
atau tidak dalam melahirkan(Varney, (2007) : 153).  
3)      Pekerjaan istri dan suami
Untuk mengetahui tingkat penghasilan istri dan suami sehingga dapat diprediksi dalam
pemenuhan nutrisi dan kebutuhan bayi(Varney, (2007) : 153).
4)      Agama
Untuk mengetahui tingkat kepercayaan/ tradisi dari suatu agama tentang masa nifas (Varney,
(2007) : 153).  
5)   Suku bangsa
Untuk mengetahui bagaimana cara menghadapi pasien sehingga mempengaruhi HE yang
diberikan terutama dalam bahasa (Varney, (2007) : 153).
6)   Pendidikan suami dan istri
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang pasien sehingga mempengaruhi HE yang
diberikan, terutama pendidikan istri (Varney, (2007) : 153).
7)   Alamat
Untuk mengetahui dimana lokasi tempat tinggal pasien sehingga dapat dipantau setiap saat dan
memprediksi jauh/tidak saat kunjungan rumah yang dilakukan oleh bidan (Varney, (2007) : 153).
8)   Status perkawinan
Untuk mengetahui jarak melahirkan dengan pernikahan, apakah terjadi perkawinan yang sah/
tidak yang dapat mempengaruhi psikis klien. Usia saat perkawiann untuk mengetahui apakah
usia saat kawin alat-alat reproduksinya sudah matang/belum mempengaruhi resiko  terjadi tanda
bahaya nifas (Varney, (2007) : 153).
2.    Keluhan Utama
1)      Nyeri perut/mules
Diakibatkan intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volum intravterin yang sangat besar. (Bobak,
2004 : 493)
2)      After Pain
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang.
Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri
yang bertahan sepanjang masa awal perindum. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata
selain ibu melahirkan di tempat terus terlalu teregang (misalnya pada bayi besar, kembar).
Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini karena ke-2nya merangsang
kontraksi uterus. (Bobak, 2004:493)
3)      Nyeri Luka Perineum
Akibat luka episiotomi/laserasi jalan lahir. (Bobak, 2004:496)
4)   Deuresis Pascapartum
Diakibatkan oleh penurunan kadar esterogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tungkai
bawah, dan hilangnya peningkatan volum darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme lain
tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan
jumlah urine menyebabkan penurunan BB sekitar 2,5 kg selama masa pascapartum. (Bobak,
2004:498)
5)   Keinginan berkemih menurun
Rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau
episiotomi menurunkan atau mengubah reflek berkemih. Penurunan berkemih, seiring deurisis
pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih yang muncul segera setelah wanita
melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebihan karena keadaan ini bisa menghambat
uterus berkontraksi dengan baik. (Bobak, 2004:498)
6)   Tertundanya Defekasi
BAB secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini
disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa
pascapartum atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defikasi, nyeri dirasakan di
perineum akibat episiotomi. Laserasi, atau hemaroid. Kebiasaan buang air yang beratur perlu
dicapai kembali ke normal.(Bobak, 2004:498)
7)   Diaforesis (Keluar keringat secara berlebihan)
Merupakan mekanisme lain tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan.(Bobak, 2004:498)
3.    Riwayat Keluhan Utama
P   :         Provokatif/Paliatif
Apa yang menyebabkan gejala dan apa saja yang dapat mengurangi atau memperbaiki gejala.
Q :         Quality
Bagaimana gejala dirasakan, nampak/terdengar sejauh mana pasien merasakannya sekarang.
R :         Regional
Dimana gejala terasa.
S   :         Skala keadaan
Seberapa parah yang dialami klien.
T   :         Timing
Waktu, sejak kapan keluhan terjadinya dan sampai kapan.
(Varney, (2007) : 153).
4.    Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi yang lalu
Untuk mengetahui riwayat kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi sebelumnya yang nantinya
mempengaruhi kemampuan ibu dalam perawatan bayinya.
5.    Riwayat Persalinan dan Keadaan bayi
1)      Untuk mengetahui persiapan ibu dan keluarga dalam menyambut kelahiran bayinya dan
tingkatan fase ke fase.
2)   Keadaan air ketuban dan placenta
Untuk mengetahui apakah bayi/janin dalam keadaan baik atau distrees sehingga memudahkan
petugas dalam memberikan pelayanan yang cepat dan tepat dan apakah bayi mengalami kelainan
atau tidak.
3)   Keadaan bayi
Untuk mengetahui jenis kelamin, tingkat adaptasi bayi, hidup/mati, BB/PB, dan apakah ada
kelainan atau tidak.

6.    Kebutuhan sehari-hari
1)      Untuk mengetahui pola nutrisi, cairan, eliminasi, istirahat/tidur, aktivitas/senam nifas, personal
hygiene, dan hubungan seksual yang nantinya berhubungan/mempengaruhi masa nifas.
2)   Untuk mempermudah petugas dalam memberikan HE pada klien tentang kebutuhan sehari-hari.
7.    Riwayat Psikososial
Untuk mengetahi psikis ibu yang nantinya berhubungan dengan rasa takut untuk mengasuh dan
membesarkan anak, serta ancaman pada gaya hidup yang dijalani jika menjadi orang tua dan
kemampuan ibu dalam perawatan dan rencanakan membesarkan bayi/anaknya.
8.    Latar Belakang Sosial Budaya
Untuk mengetahui tentang pemikiran dan tradisi yang dilakukan/dianut ibu tentang masa nifas,
seperti : adakah pantangan/tidak serta bagaimana penerimaan dan dukungan keuarga dalam
kehadiran bayinya yang nantinya berhubungan dengan perawatan pada bayi yang dilakukan oleh
ibu serta proses penyembuhan ibu.
9.    Pengetahuan dan Kemampuan Ibu
Untuk mengetahui kemampuan ibu dalam perawatan diri sehabis melahirkan, perawatan bayi,
tali pusat, memandikan bayi, cara menyusui, perawatan perineum, hubungan seksual, kunjungan
ulang, tanda-tanda bahaya nifas dan bayi serta rencana pemakaian KB.Sehingga mempermudah
bidan dalam memberikan HE dan anjuran kepada klien dan klien juga lebih kooperatif dalam
menangani tanda-tanda bahaya yang terjadi.

B.  Data Obyektif
          1. Pemeriksaan Umum
KU : Untuk mengetahui keadaan umum dan kesaran ibu.
1)  .Komposmentis     : Kesadaran penuh dengan memberikan respon yang cukup
                                               terhadap stimulus yang diberikan.
2) Apatis                  : Acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya.
mnolen            : Kesadaran yang lebih rendah ditandai dengan tampak mengantuk, tidak responsive terhadap
rangsangan yang kuat.
opor                   : Tidak memberikan respon ringan maupun sedang tetap masih memberikan respon sedikit
terhadap rangsangan yang kuat dengan adanya reflek pupil terhadap cahaya yang masih positif
oma                  : Tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan apapun sehingga reflek pupil terhapat
cahaya tidak ada.
irium              :   Tingkat keadaran yang paling bawah ditandai dengan disorientasi yang sangat inaktif, kacau,
salah persepsi terhadap rangsangan seksorik
       2. Pemeriksaan TTV
1)     Tekanan darah
Terkadang ditemukan hipertensi post partum, tetapi ini akan menghilang dengan sendirinya bila
tidak terdapat penyakit lain yang menyertainya.
N : 110/70-120/80 mmHg. (Bobak, 2004:501)
2)     Nadi
Normal 60-80 x/mnt. Segera setelah partus, terjadi bradikardia. Nadi cepat/takhikardia terhadap
pada ibu yang nervous, yang banyak kehilangan darah, atau persalinan lama. (Bobak, 2004:501)
3)   Suhu
Setelah partus dapat naik 0,5oC dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38 oC. Setelah 12 jam
melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 oCkemungkinan
terjadi infeksi. Normal 36,5oC – 37,5oC . (bobak, 2004 : 301)
4)   RR
Normal dewasa 16 20 x/mnt
Takpinea  bila pernafasan lebih dari 24 x/mnt
Bradipnea  bila pernafasan kurang dari 10 x/mnt
3.    Pemeriksaan fisik
1)      Kepala
a.Rambut yang kering, rapuh dan kekurangan pigmen dapat menunjukkan adanya kemungkinan
kekurangan gizi.
b.      Rambut yang jarang atau tumbuh kurang subur, menunjukkan adanya mainutrisi, penyakit
hipotiroidisme, efek obat, dan lain-lain.
c.Kerontokan rambut dapat terjadi akbita penyakit kulit kepala, gangguan fungsi tubuh seperti
demam, pemberian anestesi atau pengobatan kemotrapi.
2)      Wajah
a.Cloasma gravidarium terjadi akibat peningkatan hormone pada saat hamil.
b.      Mata
a)      Normal warna sklera adalah putih, terdapat gambaran tipis pembuluh darah, sclera berwarna
coklat kemungkinan perokok, sclera kuning (ikterik) kemungkinan terjadi kelainan hepar, dan
jika sclera berwarna merah kemungkinan infeksi.
b)   Normal warna kongjungtiva adalah merah muda, jika berwarna putih (pucat) kemungkinan
anemia.
c)    Apabila warna kornea tampak keruh kemungkinan terdapat radang.
d)   Warna putih pada pupil menunjukkan adanya katarak.
c.Hidung
Adalah polip, sianosis, secret/ingus.
d.      Mulut
a)      Labioskisis (bibir sumbing), labio palatoskisis (sumbing sampai palatum) atau tidak
b)      Bibir kering, pucat menunjukkan adanya nyeri atau kurangnya asupan cairan.
e.Telinga
Warna membran timpani putih mengkilat, jika berwarna merah kemungkinan terdapat
peradangan.
f.       Leher
Jika ada bendungan/benjolan abnormal kemungkinan terjadi kelainan/gangguan kelenjar limfe/
tiroid.
g.      Pemeriksaan Dada/Payudara
Kemerahan, bengkak menunjukkan terjadi mastitis atau bendungan ASI, mengetahui apakah
kolostrum sudah keluar/belum (bermanfaat bagi kekebalan tubuh bayi), apakah ada tumor.
h.      Abdomen
a)      Adakah riwayat pembedahan SC yang berhubungan dengan proses persalinan yang telah
dilaksanakan.
b)      Setelah persalinan dinding perut longgar karena direnggang begitu lama, biasanya putih dalam
6 minggu.
c)      Dinding kandung kemih memperlihatkan adem.
d)     TFU segera setelah placenta lahir kira-kira 2 jari dibawah pusat.
e)      Hari ke-5 post partum kira-kira 7 cm atas symphysis atau ½ sympisis pusat
f)       Setelah 12 hari uterus tidak teraba lagi diatas sympisis.
i.  Genetalia
a)      Biasanya masih keluar Lochea
b)      Terdapat bekas jahitan episiotomi
j.  Ekstremitas
a)      Thromboflebitis perluasan/invasi mikroorganisme pathogen yang mengikuti aliran darah
sepanjang vena dan cabang-cabangnya.
b)      Flegmasia Alba Dolens (Thromboflebitis Femulalis),tanda-tandanya yaitu satu kaki biasanya
kaki kiri, Kaki sedikit fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, Lebih panas dari kaki
satunya, Paha bagian atas terasa tegang dan keras, Nyeri hebat pada paha dan lipat paha, Nyeri
pada betis (tanda homan).
4.    Pemeriksaan Penunjang

II.  INTERPRETASI DATA DASAR


Dx        : Pxxxx (aterm, preterm, abortus, hidup) post partum hari ke .... dengan keluhan.....
Ds   :           Untuk mengetahui data-data dari klien, seperti : keluhan yang dirasakan, kelahiran, dan aktifitas
yang dilakukan ibu setelah melahirkan yang dapat mendukung diagnosa.
Do :           Berisi hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada ibu, meliputi : TTV, TFU, Lochea,
Pemeriksaan fisik (payudara, abdomen, perineum), dll yang dapat mendukung diagnosa.
Kebutuhan Post Partum
Untuk mengetahui kebutuhan ibu setelah melahikan dalam pemberian HE sehingga bidan mudah
dalam memberikan HE.

III.             ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


1.    Infeksi
2.    Subinvolusi uterus
3.    Perdarahan kala nifas sekunder
4.    Flegmasia alba dolens infeksi puerpuralis yang mengenai pembuluh darah vena femoralis
5.    Keadaan abnormak pada payudara : bendungan ASI, mastitis dan abses mamae (Manuaba,
(2007) : 317)

IV.             IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Untuk mengetahui langkah-langkah atau tindakan selanjutnya apabila terjadi masalah potensial
(Varney, (2007) : 153).

V.  INTERVENSI
         Tanggal     : -                                                                              Jam :
         1. Tujuan Jangka Panjang
                     Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 4 minggu diharapkan ibu mengerti dan faham
tentang keadaan masa nifas dengan criteria hasil :
                           K (pengetahuan)                     : -
                           A (emosinya)                           : -
                           P (tingkah laku)                       : -
                           P (perubahan fungsi tubuh)     : -
         2. Tujuan Jangka Pendek
               Setelah dalakukan asuhan kebidanan selama 1x 60 menit diharapkan ibu mengerti dan faham
dengan kriteria hasil :
                           K (pengetahuan)                     : -
                           A (emosinya)                           : -
                           P (tingkah laku)                       : -
                           P (perubahan fungsi tubuh)     : -

         PLANNING
         Rencana asuhan yang akan diberikan pada klien.
         ( Buku Ajar Asuhan Kebidanan volume 2, Varney : 104)
VI. IMPLEMENTASI
Tgl/ jam Tindakan paraf

VII.  EVALUASI
Tanggal     : -                                                                              Jam :
byaktif)         :  Mengganbarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai
langkah I  Varney.
byektif)          :  Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan uji
diagnostic lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan sebagai langkah
I  Varney.
assessment)      :  Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subyektif dan
obyektifdalam suatu identifikasi:
                         a. Diagnosis/ masalah
                         b. Antisipasi diagnosis/ masalah potensial
                      c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/ kolaborasi dan/ atau rujukan
sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney.
an)                  :  Menggambarkan pendokumentasian dan tindakan (1) dan evaluasi perencanaan berdasarkan
assessment sebagai langkah 5, 6, dan 7  Varney.
( Buku Ajar Asuhan Kebidanan volume 1, Varney : 36 )

Anda mungkin juga menyukai