Anda di halaman 1dari 9

A.

PENGERTIAN
a. POST PARTUM
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan
normal sebelum hamil.(Padila.2015).
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai
alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8
minggu (Mochtar, 1998). Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam
waktu 3 bulan (Hanifa, 2002). Selain itu masa nifas / purperium adalah masa partus
selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.

b. BENDUNGAN ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan ASI karena penyempitan duktus
laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak d kosongkan dengan sempurna
atau karena kelainan pada puting susu, payudara yang membengkak ini yang sering
terjadi biasanya terjadi sesudah melahirkan pada hari ketiga atau ke empat
(Bahiyatun, 2008).
Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa
nyeri dan kadang-kadang disertai dengan kenaikan suhu badan. (Sarwono
Prawirohardjo, 2002, hal. 700)
Pembesaran payudara adalah kondisi penuh yang berlebihan pada payudara.
Payudara yang mengalami pembesaran cenderung panas dan nyeri dengan kulit
tegang dan mengkilat. Pada periode postpartum awal, payudara yang membesar
tidak hanya penuh oleh air susu, payudara juga terdiri dari darah ekstra dan limfe
yang tertarik ke payudara karena perubahan hormon yang mempresipitasi produksi
air susu matur (Varney, et al. 2008, hal. 993).
B. ETIOLOGI
a. POST PARTUM
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan
bantuan.
Partusdibagi menjadi 4 kala :
1) kala I : kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung
tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya
kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida
sekitar 8 jam.
2) Kala II : gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2
sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I
ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.
Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
mengejan. Kedua kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala
bayi sehingga kepala membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti
oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar berlangsung kepala dipegang
di bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan bahu belakang. Setelah
kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa badan bayi yang
diikuti dengan sisa air ketuban.
3) Kala III : setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit.
Dengan lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya
plasenta dapat ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke
atas, tali pusat bertambah panjang dan terjadi perdarahan.
4) Kala IV : dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post
partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan
yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi
uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila
jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc. (Bahiyatun.2013)
b. BENDUNGAN ASI
Selama masa kehamilan, hormon estrogen dan progesteron menginduksi
perkembangan alveoli dan duktus lactiferous di dalam payudara, serta
merangsang produksi colostrum. Produksi ASI tidak berlangsung sampai masa
sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen menurun. Penurunan
kadar estrogen ini memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI.
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus ke
sinus lactiferous. Hisapan merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar
hypofisis posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyababkan kontraksi
sel-sel khusus yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus lactiferous.
Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus
lactiferous, tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di
dalam sinus tertekan keluar, ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini
dinamakan let down reflect atau “pelepasan”. Pada akhirnya, let down dapat
dipacu tanpa rangsangan hisapan. Pelepasan dapat terjadi bila ibu mendengar
bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya (Sulistyawati,
2009;10-11).

C. MANIFESTASI KLINIS
a. POST PARTUM
Post Partum adalah suatau masa antara kelahiran sampai dengan organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil. (Reeder, 2011). Post
Partum merupakan masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum kehamilan. Lama
PostPartum ini antara 6-8 minggu. (Solehati & Kosasih, 2015 yang melaporkan
penelitian tahun 2002 oleh Mochtar).
.
b. BENDUNGAN ASI

Pengamatan pada hubungan antara bendungan ASI dan mastitis telah dilakukan
selama beberapa tahun, walaupun kedua kondisi tersebut tidak selalu dapat
dibedakan dengan jelas (WHO, 2000;7). Mastitis merupakan infeksi yang terjadi
pada payudara, ini merupakan kelanjutan dari bendungan payudara. Hal ini dapat
terjadi karena kurangnya perawatan payudara sehingga bakteri Staphylococcus
aureus dapat dengan mudah menginfeksi payudara. Ibu yang terkena mastitis bisa
sampai mengeluarkan nanah dari payudaranya (abses payudara)

D. KOMPLIKASI
Gejala bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan payudara dan secara
palpasi terabakeras, kadang terasa nyeri serta seringkali disertai peningkatan suhu
badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam. (Sarwono,
2008).
E. PENATALAKSANAAN
1. Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.
2. Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan rasa nyeri.
Dapat dilakukan secara bergantian dengan kompres hangat untuk melancarkan
pembuluh darah pada payudara.
3. Menyusui lebih sering dan lebih lama untuk melancarkan aliran ASI dan
menurunkan tegangan payudara

Terapi farmakologis yang digunakan adalah


1. obat anti inflamasi 10 mg 3x sehari
2. bromelain 2500 unit dan tablet yang mengandung enzim protease 20.000 unit.
selain itu menurut amru terapi pembengkakan payudara diberikan secara stimtomatis
yaitu mengurangi rasa sakit/ analgesik seperti :paracetamol atau ibu profen
F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas klien :

nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan
diagnosa keperawatan.
a. Keluhan utama
- Gangguan aktivitas
- Gangguan pola tidur
- Defisit perawatan diri
- Kurang pengetahuan dalam pemberian ASI
b. Riwayat kesehataan
Riwayat kesehatan dahulu : Riwayat kesehatan dahulu: Penyakit kronis atau
menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis,
penyakit kelamin atau abortus, riwayat persalinaan yang lalu
c. Riwayat obstetrik
Riwayat haid ( menarche , siklus, volume, keluhaan,)
d. Riwayat kesehatan sekarang : Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka
cairan ketuban yang keluar pervaginan secara spontan kemudian tidak di
ikuti tanda-tanda persalinan.
e. Riwayat kesehatan keluarga: Adakah penyakit keturunan dalam keluarga
seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin
penyakit tersebut diturunkan kepada klien.

f. Pola-pola fungsi kesehatan


1) Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang merawatan kesehatannya selama masa nifas.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada
klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan
dan nyeri.
4) Pola eliminasi
Meliputi berapa kali BAB, konsistensi, warna,dan bau
5) Pola Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan.
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
7) Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara
terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya.
9) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri.
10) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau
fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan
nifas.
11) Pola keyakinan dan spiritual
Klien yang menganut agama islam selama keluar darah nifas/masa nifas
tidak diperbolehkan melaksanakan ibadah.
g. 1. Pengkajian fisik :
2.Keadaan umum
3.Tingkah laku
4.BB dan TB
5.Pengkajian hand to toe
1) Muka : Terlihat pucat dan tampak menahan sakit.
2) Mata : Anemis atau tidak, dengan melihat konjungtiva merah segar
atau merah pucat, sklera putih atau kuning.
3) Hidung : Ada polip atau tidak, bersih atau kotor.
4) Gigi : Bersih atau kotor, ada karies atau tidak.
5) Lidah : Bersih atau kotor.
6) Bibir : Lembab atau kering.
7) Telinga : Bersih atau kotor, ada benjolan kelenjar tifoid atau tidak.
8) Personal heygine :
Melakukan perawatan payudara secara teratur
Memelihara kesehatan diri
h. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leokusit meningkat,
trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin.
2. Pemeriksaan urine, dipriksa apakah ureum dan kreatin meningkat
3. Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma
mammae adalah sinar x, ultrasonoggrafi, xerpro digrafi, diaphonografi dan
pemeriksaan reseptor hormon.

2. Diagnosa keperawataan
1. Gangguan rasa nyaman b.d bendungan asi
2. Cemas b.d kurangnya pengetahuan tentang perawataan payudara

3. Intervensi keperawataan
1. Gangguan rasa nyaman b.d bendungan asi
Tujuan : nyeri berkurang 1x24 jam
Karekteria hasil : - ibu tampak lebih tenang
- Tidak terjadi komplikasi lanjutan payudara
- Ibu mau menyusui atau menetek
Intervensi :

1. jelaksan pada ibu tentang bendungan asi

2. anjurkan ibu untuk menyusui bayinya lebih sering pada kedua payudara
secara brgantian
3. anjurkan ibu untuk beri kompres hangat pada payudara sebelum ditetekan
4. anjurkan ibu memijat payudara pada permulaan menyusui

5. ajari ibu cara menetekki yang benar

6. anjarkan ibu untuk kompres dingin payudara ai antara waktu menyusui

2. Cemas b.d kekurangnya pengetahuan tentang perawataan payudara

Tujuan : klien tidak merasakan cemas lagi

Karekteristik hasil : -klien mngerti tentang cara perawataan payudara

-Klien tidak bertanya- tanya tentang perawataan payudara

Intervensi :

1. jelaskan pada ibu tentang penyebab dan cara mengatasi bendungan asi

2. anjurkan ibu dan ajari ibu untuk melakukan perawatan payudara

3. ajari ibu meneteki yang benar

4. anjurkan ibu untuk menyusui bayinya lenih sering pada kedua payudara
secara bergantian
DAFTAR PUSTAKA

Saleha, sitti. 2009. Asuhan kebidanaan pada masa nifas. Jakarta : salemba medik
Mochtar, rustam. 1998.sinopsis obstetri. Jakarta : yayasan bina pustaka
Sulistyowati. 2009. Buku ajar asuhan kebidanaan pada ibu nifas.yogyakarta : ANDI

Anda mungkin juga menyukai