Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PARTUS SPONTAN

Keperawatan Maternitas

Oleh :

Arief Junaidi Setiawan

202303069

ITEKES CENDEKIA UTAMA KUDUS


PROGRAM STUDI NERS
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUS NORMAL

A. Definisi
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dariuterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilancukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan
dimulai(inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada
serviks(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secaralengkap
(Depkes RI, 2018).
Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas
dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-
organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan
dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2018).
Post partum normal adalah persalinan yang terjadi pada kelahiran aterm ( bukan
premature atau post matur), mempunyai onset yyang spontan (tidak diinduksi), selesai
setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak awitannya, mempunyai janin tunggal dengan
presentasi verteks dan oksiput pada bagian anterior pelvis, terlaksana tanpa bantuan
artifisial (seperti forsep), tidak mencakup komplikasi dan mencakup pelahiran plasenta
yang normal (Farrer. 2019).
Persalinan dibagi dalam empat kala :
Kala I : Dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini
terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7
jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm. Menurut Helen durasi rata-rata kala satu
persalinan adalah 10 sampai 12 jam pada primigravida dan sekitar 4-6 jam pada
multipara.
Kala II : Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
Kala III : Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit
Kala IV : Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum (Saifuddin. 2017)

B. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti atau jelas
terdapat beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar, 2018) :
1. Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan
ketentraman otot rahim.
2. Penurunan kadar progesterone
Pada akhir kehamilan kadar oxytocinbertambah, oleh karena itu timbul kontraksi otot
rahim.
3. Keregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
4. Pengaruh janin
Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh
karena itu pada enencephalus kehamilan sering lebih lama dan biasa.
5. Teori prostaglandin
Teori prostaglandin yang dihasilkan dan decidua, disangka menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan.
C. Klasifikasi
Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut Saleha 2017 adalah sebagai berikut:
a. Priode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam.Pada masa ini sering terdapat
masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri.Oleh karena itu bidan harus tetarur
melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, teknan darah, dan suhu.
b. Priode early post partum antara 24 jam sampai 1 minggu
Pada fase ini dapat memastikan involasi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makan
dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late post partum antara 1 minggu sampai 5 minggu
Pada priode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling keluarga berencana.

D. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap
yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi interaksi
dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai
psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing
saling memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung
jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan
bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya
buang air kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab
terhadap bayi.( Persis Mary H)
Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan
yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola
tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada
hari ke 3-5 post partum

E. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
“involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan lain yakni hemokonsentrasi
dan timbulonya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar
hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh darah yang
ada antara nyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera setelah post partum
entuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri
terbentuk seperti cincin.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis,
degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium
yang kira-kira setebal 2 – 5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan
desisua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi sisa-sisa sel desisua basalis yang
memakai waktu 2 – 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fascia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan partus setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia
kala. Nifas dibagi dalam tiga periode :
1. Post partum dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, berjalan-
jalan.
2. Post partum intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
6-8 minggu.
3. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
F. Pathway
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2018:
a. Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
b. Keadaan umum: TTV, selera makan dan lain-lain
c. Payudara: air susu, putting
d. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
e. Sekres yang keluar atau lochea
f. Keadaan alat kandungan

H. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan: istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2: memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian
informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke- 2: mulai latihan duduk
e. Hari ke- 3: diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian Fokus Keperawatan
a. Riwayat ibu
1) Biodata ibu.
2) Penolong.
3) Jenis persalinan.
4) Masalah-masalah persalinan.
5) Nyeri.
6) Menyusui atau tidak.
7) Keluhan-keluhan saat ini, misalnya : kesedihan/depresi, pengeluaran per
vaginam/perdarahan/lokhia, putting/payudara.
8) Rencana masa datang : kontrasepsi yang akan digunakan.
b. Riwayat sosial ekonomi
1) Respon ibu dan keluarga terhadap bayi.
2) Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu di rumah.
3) Para pembuat keputusan di rumah.
4) Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat.
5) Kepercayaan dan adat istiadat.
c. Riwayat bayi
1) Menyusu.
2) Keadan tali pusat.
3) Vaksinasi.
4) Buang air kecil/besar.
d. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
a) Suhu tubuh.
b) Denyut nadi.
c) Tekanan darah.
d) Tanda-tanda anemia.
e) Tanda-tanda edema/tromboflebitis.
f) Refleks.
g) Varises.
h) CVAT (Contical Vertebral Area Tenderness).
2) Pemeriksaan payudara
a) Putting susu : pecah, pendek, rata.
b) Nyeri tekan.
c) Abses.
d) Pembengkakan/ASI terhenti.
e) Pengeluaran ASI.
3) Pemeriksaan perut / uterus
a) Posisi uterus/tinggi fundus uteri.
b) Kontraksi uterus.
c) Ukuran kandung kemih.
4) Pemeriksaan vulva/perineum
a) Pengeluaran lokhia.
b) Penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
c) Pembengkakan.
d) Luka.
e) Henoroid.
5) Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
6) Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
7) Integritas ego
Peka rangsang, takut / menangis (“post partum blues” sering terlihat kira-kira 3
hari setelah melahirkan).
8) Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima.
9) Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
10) Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ketiga sampai
kelima pasca partum.
11) Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira 1
lebar jari setiap harinya.
Lokhia rubra berlanjut sampai hari kedua sampai ketiga, berlanjut menjadi lokhia
serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal : rekumben versus ambulasi
berdiri) dan aktivitas (misal : menyusui).
Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada suhu matur,
biasanya pada hari ketiga; mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui
dimulai.
J. DIAGNOSA, LUARAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur
(D.0077)
Luaran : Tingkat nyeri menurun ( L.08066)

 Keluhan nyeri menurun


 Meringis menurun
 Sikap protektif menurun
 Gelisah menurun
 Kesulitan tidur menurun
 Frekuensi nadi membaik
Intervensi : Manajemen Nyeri (I.08238)

Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Idenfitikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetic
Terapeutik
 Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis: TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI


dibuktikan dengan kelelahan maternal, ASI tidak menetes/memancar, BAK
bayi kurang dari 8 kali dalam 24 jam, lecet terus menerus setelah minggu kedua
(D.0029).

Luaran : Status menyusui membaik (L.03029)


1. Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat
2. Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar meningkat
3. Miksi bayi lebih dari 8 kali/24 jam meningkat
4. Berat badan bayi meningkat
5. Tetesan/pancaran ASI meningkat
6. Suplai ASI adekuat meningkat
7. Puting tidak lecet setelah 2 minggu melahirkan meningkat
8. Kepercayaan diri ibu meningkat
9. Lecet pada puting menurun
10. Kelelahan maternal menurun
11. Kecemasan maternal menurun

Intervensi : Edukasi Menyusui (I.12393)

Observasi
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
 Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui
Terapeutik
 Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
 Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
 Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui
 Libatkan sistem pendukung: suami, keluarga, tenaga Kesehatan, dan masyarakat
Edukasi
 Berikan konseling menyusui
 Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
 Ajarkan 4 posisi menyusui dan perlekatan (latch on) dengan benar
 Ajarkan perawatan payudara antepartum dengan mengkompres dengan kapas
yang telah diberikan minyak kelapa
 Ajarkan perawatan payudara post partum (mis: memerah ASI, pijat payudara, pijat
oksitosin)
3. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan dibuktikan
dengan menolak melakukan perawatan diri, tidak mampu mandi secara mandiri,
minat melakukan perawatan diri kurang (D.0109).
Luaran : Perawatan diri meningkat (L.11103)
1. Kemampuan mandi meningkat
2. Kemampuan mengenakan pakaian meningkat
3. Kemampuan makan meningkat
4. Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) meningkat
5. Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri meningkat
6. Minat melakukan perawatan diri meningkat
Intervensi : Dukungan Perawatan Diri (I.11348)
Observasi
 Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
 Monitor tingkat kemandirian
 Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan
Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis: suasana hangat, rileks, privasi)
 Siapkan keperluan pribadi (mis: parfum sikat gigi, dan sabun mandi)
 Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
 Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
 Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri
 Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
 Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur dibuktikan
dengan mengeluh sulit tidur, sering terjaga, tidak puas tidur, pola tidur berubah,
istirahat tidak cukup (D.0055)

Luaran : Pola tidur membaik (L.05045)


 Keluhan sulit tidur menurun
 Keluhan sering terjaga menurun
 Keluhan tidak puas tidur menurun
 Keluhan pola tidur berubah menurun
 Keluhan istirahat tidak cukup menurun
Intervensi : Dukungan Tidur (I.05174)
Observasi
 Identifikasi pola aktivitas dan tidur
 Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
 Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis: kopi, teh, alcohol,
makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)
 Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
 Terapeutik
 Modifikasi lingkungan (mis: pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat
tidur)
 Batasi waktu tidur siang, jika perlu
 Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
 Tetapkan jadwal tidur rutin
 Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis: pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur)
 Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau Tindakan untuk menunjang siklus tidur-
terjaga
 Edukasi
 Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
 Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
 Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
 Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur
REM
 Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis:
psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
 Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I. B. G. 2018, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana


untuk pendidikan bidan,EGC, Jakarta.

Halminton P. M. 2015, Dasar-dasar keperawatan maternitas, Edisi 6, Penerbit Buku


Kedokteran, EGC, Jakarta.

Manuaba, I. B. G. 2019, Operasi kebidanan kandungan dan keluarga berencana untuk


dokter umum,EGC, Jakarta.

Mochtar, R. 2018, Sinopsis obstetri, obstetri operatif, obstetri sosial, EGC, Jakarta.

Sarwono.2019, Ilmu bedah kebidanan, Yayasan Sarwono, Jakarta.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Anda mungkin juga menyukai