Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri,
tanpa bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam.(Abdul Bari Saifuddin, 2008). Post partum
adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas
dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya disertai dengan pulihnya kembali
organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami
perubahan seperti perlukaan, keluarnya cairan berupa lochea dan lain
sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009).
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut
masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post
partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak, 2010). Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam
setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
(Hadijono,2008)

B. Manifestasi Klinis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu
sebelumnya wanita memasuki “bulannya atau minggunya atau harinya”
yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor) ini
memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul terutama pada primigravida pada multipara tidak
begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari
uterus, kadang disebut “false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan
bisa bercampur darah (bloody shoe).
C. Klasifikasi
Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut (Saleha, 2009) adalah
sebagai berikut:
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat masalah, misalnya perdarahan pada atonia uteri. Oleh karena
itu, bidan harus teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
Pengeluaran lokhea, tekanan darah dan suhu.
b. Periode early postpartum antara 24 jam sampai 1 minggu
Pada fase ini bisa memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, Tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak
demam, ibu cukup mendapatkan makan dan cairan, serta ibu dapat
menyusui dengan baik.
c. Periode late postpartum antara 1 minggu sampai 5 minggu
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling keluarga berencana.

D. Patofisiologi (Pathway)
1. Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap
ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di
bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus
mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun
kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum
keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara
umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat
sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu
setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu
setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu
keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan
progesteron bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus
selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon
menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung
jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intrauterin yang sangat besar. homeostasis
pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah
intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan
bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh
darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi
tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera
setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya,
dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir
karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan
oksitosin.
2. Adaptasi psikologis
Menurut (Gerry morgan & Hamilton, 2010) adaptasi psikologis ibu
post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan Fase ini dimuai hari pertama dan
hari kedua setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan
perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini
dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu
muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan
fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan Dimulai sekitar minggu
kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah
menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian
telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan
hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.
Pada kasus post partum spontan akan terjadi perubahan fisiologis dan
psikologis pada perubahan fisiologis terjadi proses involusi menyebabkan
terjadi peningkatan kadar ocytosis, peningkatan kontraks uterus sehingga
muncul masalah keperawatan nyeri akut, dan perubahan pada vagina dan
perineum terjadi rupture jaringan terjadi trauma mekanis, personal hygine
yang kurang baik, pembuluh darah rusak menyebabkan genetalia menjadi
kotor dan terjadi juga perdarahan sehingga muncul masalah keperawatan
resiko infeksi. Pada perubahan psikologis akan muncul taking in
(ketergantungan) taking hold ( ketergantungan kemandirian), letting go
(kemandirian) pada perubahan taking in pasien akan membutuhkan
perlindungan dan pelayanan ibu akan cenderung berfokus pada diri sendiri
dan lemas, sehingga muncul masalah keperawatan gangguan pola tidur.
Taking hold pasien akan belajar mengenai perawatan diri dan bayi, akan
cenderung butuh informasi karena mengalami perubahan kondisi tubuh
sehingga muncul masalah keperawatan kurang pengetahuan. Letting go
ibu akan mulai mengalami perubahan peran, sehingga akan muncul
masalah keperawatan resiko perubahan peran menjadi orang tua.

Post partum normal

Perubahan fisiologi Perubahan Psikologi


E. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
3. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riway.at penyakit menyetai
4. Riwayat Persalinan
- Tempat persalinan
- Normal atau terdapat komplikasi
- Keadaan bayi
- Keadaan ibu
5. Riwayat Nifas Yang Lalu
- Pengeluaran ASI lancar / tidak
- BB bayi
- Riwayat ber KB / tidak
6. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum pasien
- Abdomen
- Saluran cerna
- Alat kemih
- Lochea
- Vagina
- Perinium dan rectum
- Ekstremitas
- Kemampuan perawatan diri

7. Pemeriksaan psikososial

- Respon dan persepsi keluarga

- Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi


F. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah
melahirkan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
perawatan vulva

G. Rencana Tindakan Keperawatan (Intervensi)


1. Nyeri akut berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah
melahirkan
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu
berkurang.
Intervensi:
a. Kaji karakteristik nyeri klien
b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri
c. Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, terang dan tenang
d. Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional:

a. Untuk menentukan jenis skala, dan tempat nyeri


b. Sebagai salah satu dasar untuk memberikan tindakan atau asuhan
keperawatan sesuai dengan respon klien.
c. Membantu klien rileks dan mengurang nyeri
d. Untuk menekan atau mengurangi nyeri
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan perawatan
vulva
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi
infeksi dan pengetahuan bertambah
Intervensi:
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Kaji daerah perineum dan vulva
c. Kaji pengetahuan pasien mengenai cara perawatan ibu post partum
d. Ajarkan perawatan vulva bagi pasien
e. Anjurkan pasien cuci tangan sebelum memegang daerah vulvanya

Rasional:

a. Peningkatan suhu dapat mengidentifikasi adanya infeksi


b. Menentukan adakah tanda peradangan didaerah perineum dan
vulva
c. Pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
d. Meminimalkan terjadinya infeksi
DAFTAR PUSTAKA

A.,Fadiyana, E, 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: EGC

Bobak, L. J. 2010. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.

Geri, Morgan dan Carol Hamilton. 2009. Obstetri dan Ginekoligi Panduan

Praktik. Jakarta: EGC

Saifuddin, Abdul Bari, 2002. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Suherni, 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

Winkjosastro, G.H., Madjid, O.A., Hadijono, R.S., Adjie, J.S., Primadi,

Anda mungkin juga menyukai