DISUSUN OLEH :
STEFANUS KRISMO TABERI
A. Pengertian
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri,
tanpa bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam.(Abdul Bari Saifuddin, 2008).
Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan
plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya disertai
dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan
yang mengalami perubahan seperti perlukaan, keluarnya cairan berupa
lochea dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009).
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut
masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post
partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak, 2010).
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
(Hadijono,2008). Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih
dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam
angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal
dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum
(Maritalia, 2012).
B. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Pitriani, 2014).
a. Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormon
progesteron dan estrogen. Fungsi progesteron sebagai penenang otot-
otot polos Rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesteron turun.
b. Teori plasenta menjadi tua
Turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik
otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang
dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang plekus
frankenhauser, amniotomi (pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
C. Manifestasi Klinis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya
wanita memasuki “bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut
kala pendahuluan (preparatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda
sebagai berikut :
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul terutama pada primigravida pada multipara
tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah
dari uterus, kadang disebut “false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah
dan bisa bercampur darah (bloody shoe).
D. Komplikasi
F. PATOFISIOLOGI/PATHWAY
1. Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap
ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di
bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus
mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-
kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam
fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan
simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum
hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah
melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu
setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu
keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan
progesteron bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus
selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon
menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung
jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intrauterin yang sangat besar. homeostasis
pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah
intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan
pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar
hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi
pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam
pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang
dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi
uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler
diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan
menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara
segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang
pelepasan oksitosin.
2. Adaptasi psikologis
Menurut (Gerry morgan & Hamilton, 2010) adaptasi psikologis ibu
post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan Fase ini dimuai hari pertama dan
hari kedua setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan
perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini
dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu
muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan
fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan Dimulai sekitar minggu
kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah
menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian
telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan
hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.
Pada kasus post partum spontan akan terjadi perubahan fisiologis
dan psikologis pada perubahan fisiologis terjadi proses involusi
menyebabkan terjadi peningkatan kadar ocytosis, peningkatan
kontraks uterus sehingga muncul masalah keperawatan nyeri akut,
dan perubahan pada vagina dan perineum terjadi rupture jaringan
terjadi trauma mekanis, personal hygine yang kurang baik,
pembuluh darah rusak menyebabkan genetalia menjadi kotor dan
terjadi juga perdarahan sehingga muncul masalah keperawatan
resiko infeksi. Pada perubahan psikologis akan muncul taking in
(ketergantungan) taking hold (ketergantungan kemandirian), letting
go (kemandirian) pada perubahan taking in pasien akan
membutuhkan perlindungan dan pelayanan ibu akan cenderung
berfokus pada diri sendiri dan lemas, sehingga muncul masalah
keperawatan gangguan pola tidur. Taking hold pasien akan belajar
mengenai perawatan diri dan bayi, akan cenderung butuh informasi
karena mengalami perubahan kondisi tubuh sehingga muncul
masalah keperawatan kurang pengetahuan. Letting go ibu akan
mulai mengalami perubahan peran, sehingga akan muncul masalah
keperawatan resiko perubahan peran menjadi orang tua.
G. Pathway
B.
C.
D.
E.
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
b. Urine lengkap
I. Penatalaksanaan
Perawatan pasca persalinan antara lain :
a. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh
miring-miring ke kanan dan kiri untuk mencegah terjadinya
thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan
duduk, hari ke-3 jalan-jalan dan hari 4-5 sudah diperbolehkan
pulang.
b. Diet
Makanan harus bermutu, beergizi dan cukup kalori, sebaiknya
makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan,
sayur-sayuran dan buah-buahan.
c. Miksi
Hendaknya kencing dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila
kandung kemih penuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan
kateterisasi. Dengan melakukan mobilisasi secepatnya tak
jarang kesulitan miksi dapat diatasi.
d. Defekasi
Buang air besar, harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila
terjadi obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun
di rectum, mungkin terjadi febris. Lakukan klisma atau berikan
laksan peroral ataupu perektal. Dengan melakukan mobilasasi
sedini mungkin tidak jarang kesulitan defekasi dapat diatasi.
e. Perawatan payudara
1) Dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas,
tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui.
2) Jika putting rata. Sejak hamil ibu dapat menarik-narik
puting susu. Ibu harus tetap menyusui agar putting selalu
sering tertarik
3) Payudara bengkak. Payudara bengkak disebabkan
pengeluaran ASI yang tidak lancar karena bayi tidak
cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.
Penatalaksanaanya dengan menyusui lebih sering, kompres
hangat. Susu dikeluarkan dengan pompa dan pemberian
analgesic oral atau per rectal. Bila masih belum bisa dilakukan
klisma.
f. Defekasi
Dorong air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila
masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak
merah dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal. Bila
masih belum bisa dilakukan klisma.
BAB II
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas pasien (nama, umur, alamat, agama, pekerjaan, suku,bangsa
suami/istri).
2. Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil laboratorium;
USG,Darah, Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi,
emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan
pengobaatan yang diperoleh.
3. Riwayat Persalinan
a. Riwayat persalinan lalu : Jumlah Gravida, jumlah partal, dan
jumlah abortus, umur kehamilan, saat bersalin, jenis persalinan ,
penolong persalinan, BB bayi, kelaianan fisik, kondisi anak saat
ini.
b. Riwayaat nifas pada persalinan lau (masalah nifas dan laktasi
yang pernah dialami, masalah bayi yang pernah dialami.
c. Riwayat KB : Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan setelah
persalinan, jumlah anak yang direncanakaan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara
pengobatan yang dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah
penyakit tersebut pernah diderita sampai saat ini.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan
secara genetic, menular, kelaianan, congenital atau gangguan kejiwaan
yang pernah diderita oleh keluarga.
6. Pengkajian Pola Fungsional
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Menggambarkan persepsi,pemeliharaan, dan penanganan kesehatan
b. Pola Eliminasi
Eliminasi (BAB) dan eliminasi uri (BAK), menggambarkan
keadaan eliminasi klien sebelum sakit dengan saat sakit (saat ini)
yang meliputi frekuensi, konsistensi, warna, bau, adanya darah dan
lain–lain. Bila ditemukan adanya keluhan pada eliminasi
hendaknya dibuatkan deskripsi singkat dan jelas tentang keluhan
yang dimaksud.
c. Pola aktivitas
Menggambarkan aktivitas rutin yang dilakukan klien sebelum sakit
sampai saat sakit mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali
termasuk penggunaaan waktu senggang. Mobilitas selama sakit
dilihat dan aktivitas perawatan diri seperti makan, minum, toileting,
berpakaian, berhias, dan penggunaan instrumen
d. Pola istirahat dan Tidur
Jumlah dan kualitas tidur klien, apakah ada gangguan seperti
(sering terjaga/terbagun, sulit memulai tidur, bangun tidur terlalu
dini dan sulit tidur lagi).
e. Pola kognitif dan persepsi sensori
Menggambarkan kemampuan klien berkomunikasi (berbicara dan
mengerti pembicaraan) status mental dan orientasi, kemampuan
pengindraan, penciuman, perabaan dan pengecapan
f. Pola Konsep Diri
Menggambarkan perasaan yang berhubungan dengan kesadaran
akan dirinya sendiri meliputi : gambaran diri, ideal diri, harga diri,
peran diri, identitas diri.
g. Pola peran – hubungan
Diisi dengan hubungan klien dengan anggota keluarga, masyarakat
pada umumnya, perawat, dan tim kesehatan yang lain. Termasuk
juga pola komunikasi yang digunakan klien dalam berhubungan
dengan orang lain.
2. O artinya data objektif. Data objektif adalah data yang berdasarkan hasil
tindakan yang baru atau sebelumnya tidak ada dapat dilakukan bila
timbul masalah baru, atau rencana tindakan yang ada sudah tidak tidak
DAFTAR PUSTAKA
Geri, Morgan dan Carol Hamilton. 2009. Obstetri dan Ginekoligi Panduan
Praktik. Jakarta: EGC
https://www.academia.edu/41203016/LP_POST_PARTUM_NORMAL
Saifuddin, Abdul Bari, 2002. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni, 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Winkjosastro, G.H., Madjid, O.A., Hadijono, R.S., Adjie, J.S., Primadi,