TINJAUAN TEORI
1. Definisi Postpartum
Postpartum atau masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat kandungan kembali dalam kondisi normal seperti keadaan
sebelum hamil dan berlangsungnya masa postpartum adalah 6 minggu atau 42 hari
(WHO, 2014).
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan
mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat
perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas.
Dalam Angka Kematian Ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal
dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum (Maritalia,
2012).
Dari beberapa pengertian diatas, post partum atau masa nifas didefinisikan
sebagai proses pemulihan setelah ibu menjalani proses persalinan ditandai dengan
Anggraini (2010) menjelaskan bahwa masa nifas terdiri dari 3 fase yaitu:
a. Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu kepulihan
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih
c. Remote purperium, waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila selama hamil dan waktu
(payudara), Uterus (rahim), Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung kemih), Lochia
a. Involusi Rahim
Melalui proses katabolisme jaringan, berat rahim dengan cepat menurun dari
sekitar 1000gm pada saat kelahiran menjadi 50 gm pada sekitar 3 minggu masa
nifas. Serviks juga kehilangan elastisnya dan kembali kaku seperti sebelum
(lokhia) tampak merah (lokhia rubra) karena adanya eritrosit. Setelah 3 sampai 4
hari lokhia menjadi lebih pucat (lokhia serosa), dan dihari ke sepuluh lokhea
1. Lochia rubra, lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa
postpartum, warnanya merah karena berisi darah segar dari jaringan sisa-sisa
plasenta.
2. Lochia sanguilenta, berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari keempat
3. Lochia serosa, lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai hari keempat belas
4. Lochia alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6 minggu post partum.
Munculnya kembali perdarahan merah segar setelah lokia menjadi alba atau
serosa menandakan adanya infeksi atau hemoragi yang lambat. Bau lokia sama
dengan bau darah menstruasi normal dan seharusnya tidak berbau busuk atau
tidak enak. Lokhia rubra yang banyak, lama, dan berbau busuk, khususnya jika
yang tertinggal. Jika lokia serosa atau alba terus berlanjut melebihi rentang waktu
normal dan disertai dengan rabas kecoklatan dan berbau busuk, demam, serta
b. Uterus
padat.
Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling menutup, yang
menyebabkan rongga bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap sama
selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun kemudian secara cepat ukurannya
berkurang oleh involusi. Proses involusi uteri menurut Martin, Reeder, G.,
1) Iskemia Miometrium: Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus
otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan
c. Afterpains
yang mengeluarkan kolostrum atau air susu, dan menyebabkan otot otot uterus
berkontraksi. Sensasi afterpains dapat terjadi selama kontraksi uterus aktif untuk
mengeluarkan bekuan bekuan darah dari rongga uterus (Martin, Reeder, G.,
Koniak, 2014).
d. Vagina
kehamilan, jaringan suportif pada lantai pelvis berangsur angsur kembali pada
tonus semula.
menjadi kosong, kurang makan, dan laserasi jalan lahir. (Dessy, T., dkk. 2009)
f. Sistem kardiovaskuler
bertekanan rendah. Kerja jantung dan volume plasma secara berangsur angsur
edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami tekanan kepala janin selama
persalinan. Protein dapat muncul dalam urine akibat perubahan otolitik di uterus.
h. Perubahan psikososial
kelahiran. “perasaan sedih pada masa nifas” mungkin akibat faktor faktor
emosional dan hormonal. Dengan rasa pengertian dan penentraman dari keluarga
Pada wanita yang tidak menyusui bayi, aliran haid biasanya akan kembali
Meskipun ovulasi mungkin tidak terjadi selama beberapa bulan, terutama ibu ibu
1) Suhu tubuh: Pada 24 jam setelah melahirkan subu badan naik sedikit (37,5oC-
38oC) sebagai dampak dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan
2) Nadi: Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat dari denyut
3) Tekanan darah, biasanya tidak berubah, kemungkinan bila tekanan darah tinggi
4) Pernafasan, frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 16-24 kali per
menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Bila
pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada
l. Perubahan psikologis
Ibu postpartum akan mengalami depresi ringan sampai berat pada minggu
a. Fase taking-in
Fase ini berlangsung selama 1- 2 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu
hanya fokus terhadap drinya sendiri. Ibu berfokus pada apa yang masih
mengalami kurang tidur, mengakibatkan ibu mudah tersinggung. Hal ini dapat
Fase ini berlangsung selama 3 – 10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu
dari suami dan keluarga untuk membantu ibu untuk memenuhi kebutuhannya.
Bagi tenaga kesehatan dapat memberikan informasi tentang merawat diri dan
c. Fase letting go
Pada fase ini ibu sudah bisa menerima tanggung jawab akan peran barunya
fase yaitu:
1) Fase inflamasi, terjadi sejak terjadinya injuri hingga sekitar hari kelima. Pada
pembekuan darah
lokasi luka. Proses penghancuran bakteri dan benda asing dari luka oleh
sekitar 3 minggu. Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia, dan terdiri
dari proses:
daerah luka.
(3) Kontraksi, pada fase ini tepi-tepi luka akan tertarik ke arah tengah luka
epitel baru pada permukaan luka. Sel-sel epitel bermigrasi dari tepi
luka melintasi permukaan luka. EGF berperan utama dalam proses ini.
Fase ini terjadi sejak akhir fase proliferasi dan dapat berlangsung
baru serta pemecahan kolagen yang berlebih. Jaringan parut pada luka yang
sembuh tidak akan mencapai kekuatan regang kulit normal, tetapi hanya
sempurna.
5. Penatalaksanaan
pada bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik antara ibu dan
anak.
mingisi peran barunya sebagai seorang Ibu, baik dengan orang, keluarga baru,
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dilakukan pada ibu postpartum (Nurarif & Kusuma, 2015)
adalah:
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
b. Riwayat Kesehatan
pasien terhadap kelahiran bayinya serta penyesuaian selama masa post partum.
4) Respon janin pada saat persalinan dan kondisi bayi baru lahir (nilai APGAR)
6) Medikasi lain yang diterima selama persalinan atau periode immediate post
partum
7) Komplikasi yang terjadi pada periode immediate post partum seperti atonia
Lochia
d. Pengkajian Fisik
1) Tanda-tanda vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada Ibu. Periksa tanda-
tanda vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan
a) Tekanan darah, normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa
meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum. Setelah persalinan
waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari. Bila tekanan
b) Suhu, suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38oC. Pada hari ke 4 setelah
persalinan suhu Ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas
payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38oC pada hari kedua sampai
c) Nadi, nadi normal pada Ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi Ibu
minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-
kira 110x/mnt. Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi khususnya
respirasi lambat atau bahkan normal. Bila ada respirasi cepat post partum (>
b) Wajah, adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji adanya flek hitam
d) Hidung, kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita pilek atau
e) Mulut dan gigi, tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis, atau
adanya infeksi, ditunjang dengan adanya data yang lain seperti hipertermi,
g) Telinga, kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan pada telinga.
b. Pemeriksaan Thorak
1) Inspeksi payudara
a) Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi asi, perlu
b) Kaji kondisi permukaan, permukaan yang tidak rata seperti adanya depresi,
c) Warna kulit, kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat menunjukan
adanya peradangan.
2) Palpasi Payudara
bentuk, warna dan kesimetrisan serta palpasi apakah ada nyeri tekan guna
menentukan status laktasi. Pada 1 sampai 2 hari pertama post partum, payudara
tidak banyak berubah kecil kecuali sekresi kolostrum yang banyak. Ketika
areola apakah ada tanda tanda kemerahan dan pecah, serta menanyakan ke ibu
apakah ada nyeri tekan. Payudara yang penuh dan bengkak akan menjadi
c. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi Abdomen
2) Palpasi Abdomen
hari. Hari kedua post partum TFU 1 cm dibawah pusat. Hari ke 3 - 4 post
c) Posisi, posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi lateral biasanya
hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling
akan tetap sama selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun kemudian
G.,Koniak, 2014).
dengan meminta ibu untuk tidur terlentang tanpa bantal dan mengangkat
yang bulat dan lembut menunjukan jumlah urine yang tertapung banyak
dan hal ini dapat mengganggu involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan.
1) Varises, melihat apakah ibu mengalami varises atau tidak. Pemeriksaan varises
mengalami varises pada beberapa pembuluh darahnya. Hal ini disebabkan oleh
perubahan hormonal.
didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu mengalami nyeri pada betis, jika
nyeri maka tanda homan positif dan ibu harus dimotivasi untuk mobilisasi dini
agar sirkulasi lancar. Refleks patella mintalah ibu duduk dengan tungkainya
tergantung bebas dan jelaskan apa yang akan dilakukan. Rabalah tendon
lutut bagian depan. Tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon
diketuk. Bila reflek lutut negative kemungkinan pasien mengalami kekurangan
vitamin B1. Bila gerakannya berlebihan dan capat maka hal ini mungkin
f. Perineum
penyembuhan luka. Serta adanya hemoroid derajat 1 normal untuk ibu hamil dan
pasca persalinan.
1) REEDA
pada episiotomi dan luka namun jika ada rasa sakit yang signifikan, diperlukan
2) Lochia
Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhia pada ibu post partum.
Perubahan warna harus sesuai. Misalnya Ibu postpartum hari ke tujuh harus
memiliki lokhia yang sudah berwarna merah muda atau keputihan. Jika warna
3) Varieses
Perhatikan apakah terjadinya varises di dalam vagina dan vulva. Jika ada yang
Pengkajian awal status nutrisi pada periode post partum didasarkan pada data ibu
saat sebelum hamil dan berat badan saat hamil, bukti simpanan besi yang
memadai
(misal: konjungtiva) dan riwayat diet yang adekuat atau penampilan. Perawat juga
Perawat harus mengkaji jumlah istirahat dan tidur, dan menanyakan apa yang
rumah sakit. Ibu mungkin tidak bisa mengantisipasi kesulitan tidur setelah
persalinan.
i. Emosi
Emosi merupakan elemen penting dari penilaian post partum. Pasien post partum
kelelahan fisik, dan penyesuaian peran ibu. Ini adalah bagian normal dari
pengalaman post partum. Namun, jika gejala ini berlangsung lebih lama dari
beberapa minggu atau jika pasien post partum menjadi nonfungsional atau
mengungkapkan keinginan untuk menyakiti bayinya atau diri sendiri, pasien harus
diajari untuk segera melaporkan hal ini pada perawat, bidan atau dokter.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian
klinis untuk mencapai luaran yang diharapkan (SIKI, 2019). Intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan diagnosis keperawatan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Nyeri (1.08238)
pencedera fisik: episiotomi selama 1 x 24 jam, maka tingkat nyeri Observasi
(D.0077) menurun dengan kriteria hasil: - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
- Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
- Ekspresi meringis menurun - Identifikasi skala nyeri
- Gelisah menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal
- Kesulitan tidur berkurang - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Frekuensi nadi membaik Terapeutik
- Tekanan darah membaik - Berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis:
hipnosis, terapi musik, terapi pijat, aromaterapi, imajinasi
terbimbing, terapi bermain, kompres dingin/hangat)
- Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan intervensi keperawatan Dukungan Ambulasi (1.06171)
b.d nyeri selama 3 x 24 jam, maka mobilitas fisik Observasi
(D.0054) meingkat dengan kriteria hasil: - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Pergerakan ekstremitas meningkat - Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
- Kekuatan otot meningkat Terapeutik
- Rentang gerak (ROM) meningkat - Fasilitasi aktifitas ambulasi dengan alat bantu (mis: tongkat, kruk)
- Nyeri menurun - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam melakukan
- Gerakan terbatas menurun ambulasi
- Kelemahan fisik menurun Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi dini
Ajarkan ambulasi sederhana yang dapat dilakukan (mis: berjalan
dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar
mandi)
Risiko infeksi d.d luka Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pencegahan Infeksi (1.14539)
episiotomi selama 3 x 24 jam diharapkan resiko Observasi
(D.0142) infeksi dapat berkurang dengan kriteria - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
hasil sebagai berikut: Terapeutik
- Mengenali tanda dan gejala yang - Batasi jumlah pengunjung
mengindikasikan risiko dalam - Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan pasien dan
penyebaran infeksi lingkungan pasien
- Mengetahui caranmengurangi - Pertahankan teknik aseptik
penularan infeksi Edukasi
- Mengetahui aktivitas yang dapat - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
meningkatkan infeksi Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan cairan
4. Implementasi Keperawatan
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012). Dalam
penanganan ibu post partum, tindakan yang dilakukan harus konsisten dengan rencana
dilakukan dengan kompeten dan efisien di lingkungan yang sesuai serta keamanan fisik
dan psikologis pasien dan mendokumentasikan segala bentuk respon selama dilakukan
tindakan keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
2011). Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan, apabila dalam penilaian ternyata tujuan
tidak tercapai, maka perlu dicari penyebabnya. Hal tersebut dapat terjadi karena
beberapa faktor seperti adanya tujuan tidak realistis, tindakan keperawatan yang tidak
Aggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jogjakarta: Pustaka Rihana
Hacker NFH, Moore JG. (2016). Esensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. Alih Bahasa:
Edi Nugroho. Jakarta: Hipokrates
Maritalia D, (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.Yogyakarta: 55167
Masriroh, Siti. 2013. Keperawatan Obstetri dan Ginekologi, Yogyakarta: Imperium
Murray & McKinney, 2014, Foundations Of Maternal-Newborn and Women's. Health
Nursing, Edisi 6, America: Elsevier
Nurarif. A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan.
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction
Reeder, SJ, Martin, LL & Koniak-Griffin, D. (2014). Keperawatan Maternitas: Kesehatan
Wanita, Bayi, & Keluarga, Volume 2, Edisi 18. Jakarta: EGC
Reeder, Sharon j. 2011. Keperawatan Maternitas Vol 2. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta: PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta: PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta: PPNI
World Health Organization (WHO). (2014). WHO, UNICEF, UNFPA, The World Bank.
Trends in maternal mortality: 1990 to 2013. Geneva: World Health Organization