TINJAUAN PUSTAKA
plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum
patologis bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim,
2020).
minggu
waktu yang diperlukan oleh ibu untuk pulih dan sehat sempurna. Waktu
6
7
2) Lokhea Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea
berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap
wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.
Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses
involusi.
9
b. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) adalah kebijaksanaan agar
secepatnya tenaga kesehatan membimbing ibu post partum bangun dari
tempat tidur membimbing secepat mungkin untuk berjalan. Ibu post
partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24 - 48 jam
postpartum. Hal ini dilakukan bertahap. Ambulasi dini tidak dibenarkan
pada ibu post partum dengan penyulit misalnya anemia, penyakit jantung
penyakit paru-paru, demam dan sebagainya.
Keuntungan dari ambulasi dini:
12
d. Kebersihan diri
Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Oleh karena itu kebersihan tubuh pakaian, tempat tidur, dan lingkungan
sangat penting untuk tetap terjaga. Langkah langkah yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perineum
2) Mengajarkan ibu cara memberikan alat kelamin dengan sabun dan air
dari depan ke belakang
3) Sarankan ibu ganti pembalut setidaknya dua kali sehari
4) Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan alat kelamin
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi luka jahit pada alat
kelamin, menyarankan untuk tidak menyentuh daerah
tersebut(Elisabeth Siwi Walyani,2017).
13
1) Infeksi Lokal
Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna
kulit, pengeluaran lokhea bercampur nanah, mobilitasi terbatas karena rasa
nyeri, temperatur badan dapat meningkat.
2) Infeksi Umum
Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat, tekanan darah
menurun dan nadi meningkat, pernapasan dapat meningkat dan terasa
sesak, kesadaran gelisah sampai menurundan koma, terjadi gangguan
involusi uterus, lokhea berbaudan bernanah kotor.
b. Faktor Penyebab Infeksi
1) Persalinan lama, khususnya dengan kasus pecah ketuban terlebih
dahulu.
2) Pecah ketuban sudah lama sebelum persalinan.
3) Pemeriksaan vagina berulang-ulang selama persalinan,
khususnya untukkasus pecah ketuban.
4) Teknik aseptik tidak sempurna.
5) Tidak memperhatikan teknik cuci tangan.
6) Manipulasi intrauteri (misal: eksplorasi uteri, penge
luaran plasenta manual).
7) Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka seperti
laseri yang tidakdiperbaiki.
8) Hematoma.
9) Hemorargia, khususnya jika kehilangan darah lebih dari 1.000 ml.
10) Pelahiran operatif, terutama pelahiran melalui SC.
11) Retensi sisa plasenta atau membran janin.
12) Perawatan perineum tidak memadai.
13) Infeksi vagina atau serviks yang tidak ditangani.
B. Perawatan Ibu Nifas (Post Partum)
1. Tujuan Perawatan Nifas (Post Partum)
Dalam masa nifas ini, ibu memerlukan perawatan dan pengawasan
yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah keluar dari
rumah sakit. Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah Sri
Wahyuningsih, (2019)
a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas Tujuan perawatan masa
nitas adalah untuk mendeteksi adanya kemungkinan adanya
pendarahan post partum, dan infeksi, penolong persalinan harus
waspada, sekurang-kurangnya satu jam post partum untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya wanita
sangat lemah setelah melahirkan, lebih lebih bila partus berlangsung
lama.
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya Menjaga kesehatan ibu dan
bayinya baik fisik maupun psikologis harus diberikan oleh penolong
persalinan ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan,
mengajarkan ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air bersihkan daerah di sekitar vulva dahulu, dari
depan ke belakang dan baru sekitar anus. Sarankan ibu mencuci tangan
dengan sabun dan air sebelum dan sesudahnya. Jika ibu mempunyai
luka episiotomi atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari
menyentuh daerah luka.
c. Melaksanakan skrining secara komprehensif
Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah,
mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. Bidan
bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan
placenta, pengawasan TFU, pengawasan PPV, pengawasan konsistensi rahim
dan pengawasan KU ibu. Bila ditemukan permasalahan maka segera
melakukan tindakan sesuai dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan
masa nifas.
16
Tujuan kunjungan:
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan
tanda-tandapenyulit
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusatmenjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
d. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)Tujuan kunjungan:
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit - penyulit yang ia atau bayi
alam
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini(Wahyuni, 2018)
2. Air Susu Ibu ( ASI )
a. Pengertian ASI
Air susu ibu (ASI) merupakan cairan kehidupan terbaik yang
sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung berbagai zat yang
penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya.
ASI adalah Air Susu Ibu yang merupakan sumber gizi bagi bagi yang
belum bisa mengonsumsi makanan padat. Pemberian ASI untuk bayi
disarankan hingga usia 2 tahun. Setelah menginjak usia 6 bulan,
biasanya bayi diberi makanan pendamping ASI (MPASI). Meski
demikian, pemberian ASI disarankan terus berlanjut hingga usia 2
tahun. (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018: 479).
18
b. Anatomi Payudara
b) Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar,
akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam
dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila
berkontraksi dapat memompa ASI keluar (Roesli, 2012).
c) Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar,
panjang dan terbenam (inverted) (Maryunani, 2009).
c. Fisiologi Payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui pubertas,
masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan monoupause. Perubahan
kedua ialah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Perubahan ketiga
terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi
besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan
tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior
memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia, 2018: 469).
e. Pengaruh Hormonal
Proses menyusui tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun
hormon-hormon yang berperan aktif adalah:
1) Progesteron berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran
alveoli. Tingkat progeteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal
ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.
2) Estrogen berfungi menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar.
Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk
beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu menyusui
menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat
mengurangi jumlah produksi ASI.
3) Follicle stimulating hormon (FSH).
4) Luteinizing hormon (LH).
5) Prolaktin berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan.
6) Oksitosin berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Selain
itu, pasca melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus disekitar alveoli
22
untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turun
nya susu let down atau milk ejection reflex.
7) Human placental lactogen (HPL), sejak bulan kedua kehamilan, plasenta
mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara,
puting dan areola sebelum melahirkan (Yanti, 2014: 10).
2) ASI stadium II
ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI peralihan adalah
ASI yangkeluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang
matang atau matur.
Ciri dari air susu pada masa peralihan adalah sebagai berikut:
a) ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur.
b) Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari maa laktasi.
Jumlah volume ASI semakin meningkat tetapi komposisi protein
semakin rendah, sedangkan lemak dan karbohidrat semakin
tinggi. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan bayi karena aktifitas
bayi yang mulai aktif dan bayi sudah mulai beradaptasi dengan
ligkungan. Pada masa ini pengeluaran ASI mulai stabil.
3) ASI stadium III
ASI stadium III adalah ASI matur. Berikut ciri-ciri dari ASI matur:
a) ASI yang disekresikan pada hari ke-10 dan seterusnya. Kandungan
ASI matur relative konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan.
b) ASI matur tampak berwarna putih kekuning-kuningan kerana
mengandung Ca-caseinant, riboflaum, dan karotin yang terdapat
didalamnya.
c) Pada ibu yang sehat, produksi ASI untuk bayi akan tercukupi .Hal
ini dikarenakan ASI merupakan satu-satunya yang diberikan
selama enam bulan pertama bagi bayi.
d) Terdapat faktor antimikrobakterial.
e) ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan
dengan perkembangan bayi sampai enam bulan. Setelah enam
bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan pendaping selain ASI
(Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018: 471).
b. Kandungan ASI
ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna
untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi atau anak.
Kandungan ASI berdasarkan zat gizi yang utama terdiri dari
karbohidrat, oligosakarida, protein, lemak, vitamin dan mineral.
26
1) Karbohidrat
Laktosa merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI yang
berperanpenting sebagai sumber energi, dan merupakan 40% dari total
energi ASI. Laktosa ini dapat diserap secara efisien oleh bayi yaitu
lebih dari 90%. Selain itu laktosa juga akan diolah menjadi glukosa
dan galaktosa yang berperan dalam perkembangan sistem saraf. Zat
ini membantu penyerapan kalsium dan magnesium di masa
pertumbuhan bayi. Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang
penting untuk pertumbuhan sel saraf otak dan pemberi energi untuk
kerja sel-sel saraf.
2) Lemak
Lemak merupakan zat gizi terbesar kedua dalam ASI dan
menjadi sumber energi utama bayi serta berperan dalam pengaturan
suhu tubuh bayi. Lemak dalam ASI mengadung komponen asam
lemak esensial yaitu asam linoleat dan asam alda linolenat yang
akan diolah oleh tubuh bayi menjadi AA dan DHA. AA dan DHA
sangat penting untuk perkembangan otak bayi. Kandungan asam
lemak esensial dan asam lemak tidak jenuh akan membantu
perkembangan saraf dan penglihatan. Jenis lemak yang ada dalam
ASI mengandung lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel
jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung enzim
lipase.
3) Oligosakarida
Oligosakarida merupakan komponen bioaktif dalam ASI yang
berfungsi sebagai prebiotik karena terbukti meningkatkan jumlah
bakteri sehat yang secara alami hidup dalam sistem pencernaan bayi.
4) Protein
Komposisi protein dalam ASI terdiri dari:
a) Laktoferin protein berfungsi untuk mengikat zat besi (Fe)dan
mempermudah absorpsi Fe ke usus.
b) Laktoglobulin yang diperlukan untuk produksi lactose (sumber
energiutama).
27
kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol
dan dot yang harus dibersihkan serta minta pertolongan orang lain
(Walyani, 2015: 18-19).
d. Hambatan Menyusui Pada Ibu
1) Sindrom ASI kurang
Masalah sindrom ASI kurang diakibatkan oleh kecukupan bayi akan
ASI tidak terpenuhi sehingga bayi mengalami ketidakpuasan setelah
menyusu, bayi sering menangis atau rewel, tinja bayi keras dan payudara
tidak terasa membesar. Namun kenyataannya, ASI sebenarnya tidak
kurang. Sehingga terkadang timbul masalah bahwa ibu merasa AS Inya
tidak mencukupi dan ada keinginan untuk menambah dengan susu
formula. Kecukupan ASI dapat dinilai dari penambahan berat badan bayi
secara teratur, frekuensi BAK paling sedikit 6 kali sehari.
Cara mengatasi masalah tersebut, sebaiknya disesuaikan dengan
penyebabnya. Hal yang dapat menyebabkan sindrom kekurangan ASI
antara lain:
a) Faktor teknik menyusui, antara lain masalah frekuensi, perletakan,
penggunanaan dot atau botol, tidak mengosongkan payudara.
b) Faktor psikologis, antara lain ibu kurang percaya diri dan stress.
c) Faktor fisik, antara lain penggunaan kontrasepsi, hamil, merokok,
kurang gizi
d) Faktor bayi, antara lain penyakit, abnormalitas, kelainan kongenital.
2) Ibu bekerja
Ibu yang bekerja bukan menjadi alasan tidak dapat menyusui bayinya.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut, antara lain:
a) Membawa bayi jika tempat kerja ibu memungkinkan
b) Menyusui sebelum berangkat kerja
c) Memerah ASI sebagai persedian dirumah
d) Pada saat ibu dirumah, susuilah bayi sesering mungkin.
e) Minum dan makan-makanan yang bergizi serta cukup istirahat selama
bekerja dan menyusui (Yanti, 2014: 38-39).
31
atau tidak bisa dilihat dari beberapa indikator dimana indikator ini juga
Indikator tersebut adalah (UNICEF, 2011; Astuti 2013; dan Wigati, 2015)
Bayi kehilangan berat badan 8% dari berat lahir 3-4 hari paska lahir.
Berat badan bayi akan meningkat lagi dan beratnya sama dengan berat
badan lahir pada hari ke 10. Selanjutnya berat badan bayi meningkat
200-250gram perminggu.
2) Frekuensi BAK
Hari pertama setelah lahir 6x dalam 24 jam, urin tanpa warna dan
32
3) Frekuensi BAB
Hari pertama 1-2 kali dalam 24 jam, dengan warna kehitaman. Pada
4) Pijat Akupresur
Pijat akupresur merupakan salah satu metode pengobatan atau penekanan
jari dipermukaan kulit dimana pemijatan tersebut akan mengurangi
ketegangan, meningkatkan sirkulasi darah dan merangsang kekuatan
energi tubuh untuk menyehatkan (Dewi, 2017: 7).
3. Pijat
a. Pijat Woolwich
• Pengertian
Metode pijat woolwich adalah metode pijat yang akan
memengaruhi saraf vegetative dan jaringan bawah kulit yang dapat
melemaskan jaringan sehingga memperlancar aliran darah pada sistem
duktus, sisa-sisa sel sistem duktus akan dibuang agar tidak menghambat
aliran ASI melalui ductus lactiferus sehingga aliran ASI akan menjadi
lancar. pijat woolwich memicu rangsangan sel-sel mioepitel di sekitar
kelenjar payudara, rangsangan tersebut diteruskan ke hipotalamus
sehingga memicu hipofisis anterior untuk memeroduksi hormon
prolaktin. Di samping itu, peradangan atau bendungan pada payudara
dapat dicegah (Kusumastuti, 2017: 23).
• Tujuan
Pijat Woolwich bertujuan untuk mengeluarkan ASI yang ada pada
sinus laktiferus. Pemijatan tersebut akan merangsang sel saraf pada
payudara. Rangsangan tersebut diteruskan ke hipotalamus dan direspon
oleh hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin yang akan
dialirkan oleh darah ke sel mioepitel payudara untuk memproduksi ASI
(Kusumastuti, 2017: 23).
• Manfaat
Manfaat pemijatan metode woolwich adalah meningkatkan
pengeluaran ASI, meningkatkan sekresi ASI, dan mencegah peradangan
payudara atau mastitis(Kusumastuti, 2017: 23).
36
3. Memasangan handuk
4. Mencuci tangan
5. Memberi baby oil pada kedua tangan untuk memijat.
6. Gerakan pertama memijat payudara dengan menggunakan tiga jari
kana dan kiri yaitu jadi telinjuk, tengan, dan manis. Lalu melakukan
gerakan maju kedepan dan melengkung sehingga jari menyentuh
putting susu. Gerakan ini dilakukan sebanyak 15 kali.
Gerakan kedua yaitu dengan kedua ibu jari kanan dan kiri yang
• Masa Persalinan.
• Masa Pasca Keguguran.
• Masa Nifas.
• Masa Antara.
• Masa Klimakterium.
• Pelayanan Keluarga Berencana.
• Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Perempuan.
b. Area Kompetensi, Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan Masa Nifas.
• Perubahan fisik dan psikologis pada ibu nifas.
• Masa laktasi.
• Asuhan kebidanan pada masa nifas.
• Deteksi dini, komplikasi dan penyulit masa nifas.
• Tatalaksana kegawatdaruratan pada masa nifas dan rujukan.
D. Kerangka Teori
Produksi
ASI
Dampak
ASI
Terpenuhi