Anda di halaman 1dari 45

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Masa Nifas
2.1.1 . Pengertian

1. Menurut Wulandari & Handayani (2020), masa nifas atau

puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali

seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8

minggu.

2. Menurut Prawirohardjo (2018), masa nifas atau puerperium

adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

2.1.2 Tujuan masa nifas

Tujuan masa nifas normal dibagi dua, yaitu:

1. Tujuan Umum

Membantu ibu dan pasangannya selama masa

transisi awal mengasuh anak.

2. Tujuan Khusus

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun

psikologinya.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi

masalah

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang

kesehatan diri, nutrisi, kebersihan

7
8

2.1.3 Tahapan Masa Nifas

Tahapan selama masa nifas, yaitu sebagai berikut :

(Wulandari & Handayani 2020)

1. Immediate puerperium, yaitu waktu 0-24 jam setelah

melahirkan. pemulihan menyeluruh alat-alat reproduksi

berlangsung selama 6- minggu

2. Early puerperium, yaitu waktu 1-7 hari pemulihan setelah

melahirkan. pemulihan menyeluruh alat-alat reproduksi

berlangsung selama 6- minggu

3. Later puerperium, yaitu waktu 1-6 minggu setelah

melahirkan, inilah waktu yang diperlukan oleh ibu untuk

pulih dan sehat

2.1.4 Adaptasi Fisiologi Masa Nifas

Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk

menyesuaikan dengan kondisi post partum. Organ-organ

tubuh ibu yang mengalami perubahan setelah melahirkan

antara lain (Diana Sulis,2019)

1. Uterus

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus

pada kondisi sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui

dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba

dimana Tinggi Fundus Uterinya (TFU).


9

Tabel 1
TFU dan berat uterus menurut masa involusio

Involusio TFU Berat


Uterus
Bayi lahir Setinggi pusar, 2 jari di bawah 1.000 gr
pusat
1 minggu Pertengahan pusar simfisis 750 gr
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gr
4 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal, sebelum hamil 30 r
Sumber : (Diana, 2019)

2. Lochea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa

nifas. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang

berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau

tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea

mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya

proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis:

a. Lokhea rubra

Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4

masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah

karena terisi darah segar, jaringan sisasisa plasenta,

dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi),

b. Lokhea sanguinolenta

Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir,

serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post

partum
10

c. Lokhea serosa

Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena

mengandung serum, leukosit, dan robekan atau

laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari

ke14.

d. Lokhea alba

Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,

selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.

Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu

post partum. Lokhea yang menetap pada awal periode

post partum menunjukkan adanya tanda-tanda

perdarahan sekunder yang mungkindisebabkan oleh

tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba

atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya

endometritis, terutama bila disertai dengan nyeri pada

abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar

cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan

“lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak

lancar disebut “lokhea statis”.

3. Perubahan vagina dan vulva

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta

peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan

bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses


11

tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur.

Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada

keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara

berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia

menjadi lebih menonjol.

4. Perubahan Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur

karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang

bergerak maju. Pada post partum hari ke-5, perinium sudah

mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap

lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil.

5. Perubahan sistem pencernaan

Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah

persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu

melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang

menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan

yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan

makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas

6. Perubahan Sistem Perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu

akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.

Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter

dan edema leher kandung kemih setelah mengalami

kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis


12

selama persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen

yang besifat menahan air akan mengalami penurunan yang

mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”

7. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segerasetelah partus,

pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot

uterus akan terjepit, sehingga akan menghentikan

perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia

yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-

angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara

sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan

8. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Setelah persalinan, shunt akan hilang tibatiba.

Volume darah bertambah, sehingga akan menimbulkan

dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini

dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan

timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali

seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari

ketiga sampai kelima postpartum.

9. Perubahan Tanda-tanda Vital Pada masa nifas, tanda –

tanda vital yang harus dikaji antara lain:

a. Suhu badan Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu

badan akan naik sedikit (37,50 – 38◦ C) akibat dari kerja

keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.


13

Apabila dalam keadaan normal, suhu badan akan menjadi

biasa.13Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi

karena ada pembentukan Air Susu Ibu (ASI). Bila suhu

tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada

endometrium.

b. Denyut nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali

per menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan

lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus

waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan

post partum.

c. Tekanan darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah.

Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah

ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah

tinggi pada saat post partum menandakan terjadinya

preeklampsi post partum.

d. Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan

keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak

normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali

apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila

pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,

kemungkinan ada tanda-tanda syok.


14

2.1.5 Adaptasi Psiklologi Masa Nifas

1. Fase Taking In ( Hari pertama sampai ke tiga)

Fase ini merupakan periode ketergantungan

yang berlangsung dari hari pertama samapi hari

kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, focus

perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.

Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk

mencegah gejala kurant tidur, seperti mudah

tersinggung. Hal ini memebuat ibu cenderung

menjadi pasif terhadap lingkungannya. Komunikasi

yang baik sangat diperlukan pada fase ini.

2. Fase Taking Hold ( Hari ke 3 sampai hari ke 10)

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa

khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung

jawabnya dalam merawat bayi, selain itu perasaannya

sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika

komunikasinya kurang hati-hati. Pada saat ini ibu

memerlukan dukungan karena saat ini merupkan

kesempatan yang baik untuk menerima berbagai

penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga

tumbuh rasa percaya diri.

3. Fase Letting Go (Hari ke-10sampai akhir masa nifas)

Fase ini merupakan fase menerima tanggung


15

jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari

setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan

diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk

merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.

2.2 . Tinjauan Umum Menyusui

2.2.1 Defenisi Menyusi / Laktasi

Menyusui adalah salah satu komponen dari proses

reproduksi yang terdiri atas haid, konsepsi, kehamilan,

persalinan, menyusui, dan penyapihan (Prawirohardjo,

2018).

Menyusui merupakan kegiatan yang menyenangkan

bagi ibu sekaligus memberikan manfaat yang tidak terhingga

pada anak (Yuliarti, .

Laktasi adalah proses produksi, sekresi, dan

pengeluaran ASI. Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh

hormonal, adapun hormonhormon yang berperan adalah :

1. Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan

ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun

sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi

secara besar-besaran.

2. Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI untuk

membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan

tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui.

Sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal


16

berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi

jumlah produksi ASI.

3. Follicle stimulating hormone (FSH)

4. Luteinizing hormone (LH)

5. Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoil dalam

kehamilan.

6. Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam

rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti

halnya juga dalam orgasme. Selain itu, pasca melahirkan,

oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli

untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin

berperan dalam proses turunnya susu let-down/ milk

ejection reflex.

7. Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua

kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang

berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan

areola sebelum melahirkan.

2.2.2. Fisiologi Laktasi

1. Refleks prolaktin

Dalam puting susu terdapat banyak ujung

sensoris. Bila ini dirangsang, timbul impuls yang

menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipofisis

bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan

hormon prolaktin. Hormon inilah yang berperan dalam


17

produksi ASI di tingkat alveoli. Dengan demikian

mudah dipahami bahwa makin sering rangsangan

penyusuan makin banyak pula produksi ASI.

2. Refleks aliran (let down reflex)

Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan

sampai ke kelenjar hipofisis depan, tetapi juga kelenjar

hipofisis bagian belakang, yang mengeluarkan hormon

oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot

polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran,

sehingga ASI dipompa keluar. Makin sering menyusui,

pengosongan alveolus dan saluran makin baik sehingga

kemungkinan terjadinya bendungan susu makin kecil,

dan menyusui akan makin lancar. Saluran ASI yang

mengalami bendungan tidak hanya menganggu

penyusunan, tetapi juga berakibat mudah terkena infeksi

Tiga refleks yang penting dalam mekanisme hisapan

bayi, meliputi :

a. Refleks menangkap (rooting reflex)

Timbul bila bayi baru lahir tersentuh pipinya,

bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Bila bibirnya

dirangsang dengan papilla mammae, maka bayi akan

membuka mulut dan berusaha untuk menangkap

puting susu.

b. Refleks menghisap
18

Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi

tersentuh, biasanya oleh puting. Supaya puting

mencapai bagian belakang palatum, maka sebagaian

besar areola harus tertangkap mulut bayi. Dengan

demikian, maka sinus laktiferus yang berada di

bawah areola akan tertekan antara gusi, lidah, dan

palatum, sehingga ASI terperas keluar.

c. Refleks menelan

Bila mulut bayi terisi ASI, ia akan menelannya

(Perinasia,2018).

2.2.3 Perubahan Anatomi Fisiologi Payudara Selama Masa

Laktasi

1. Pembentukan payudara (mammogenesis)

Mammogenesis adalah istilah yang digunakan

untuk pembentukan kelenjar mammae atau payudara

yang terjadi dalam beberapa tahap berikut ini

a. Embriogenesis

Pembentukan payudara dimulai kira-kira minggu

keempat pada masa kehamilan, baik janin laki-laki

maupun janin perempuan. Pada usia 12 hingga 16

minggu pembentukan puting dan areola jelas

tampak. Saluran-saluran laktiferus membuka ke

dalam cekungan payudara, yang kemudian

terangkat menjadi puting dan areola). Setelah lahir,


19

beberapa bayi yang baru lahir mengeluarkan cairan

yang disebut watch’s milk, yang disebabkan oleh

pengaruh hormon-hormon kehamilan yang

berkaitan dengan produksi air ASI (yang tidak

dijumpai pada bayi yang lahir prematur)

b. Pubertas

Tidak ada pertumbuhan payudara lagi

sampai tingkat pubertas, ketika kadar estrogendan

progesteron mengakibatkan bertumbuhnya saluran-

saluran laktiferus, alveoli, putting dan aerola.

Penambahan ukuran payudara disebabkan oleh

adanya penimbunan jaringan lemak (

c. Kehamilan dan laktogenesis

Pembesaran payudara merupakan salah

satu tanda mungkin kehamilan. Pada minggu

keenam kehamilan estrogen memacu pertumbuhan

saluran-saluran laktiferus, sementara progesteron,

prolaktin dan human placental lactogen (HPL)

menyebabkan timbulnya proliferasi dan

pembesaran alveoli, payudara terasa berat dan

sensitive.

Dengan bertambahnya suplai darah, vena-

vena dapat terlihat pada permukaan payudara.

Pada usia 12 minggu kehamilan terjadi pigmentasi


20

dalam jumlah banyak pada areola dan puting

karena bertambahnya sel-sel melanosit, yang

berubah warna menjadi merah/coklat. Kelenjar

Montgomery juga lebih besar dan mulai

mengeluarkan lubrikan serosa untuk melindungi

puting dan areola. Kira-kira pada 16 minggu,

diproduksi kolustrum (laktogenesis I) di bawah

pengaruh prolaktin dan HPL, tetapi produksi yang

menyeluruh ditekan oleh bertambahnya kadar

estrogen dan progesteron. Laktasi merupakan titik

dimana payudara sudah mencapai

pembentukannya yang sempurna.

2. Struktur Eksternal Payudara

Payudara berada di antara iga kedua dan keenam

dari sternum kearah tengah, melalui otot pektoralis.

Kedua payudara tersebut ditunjang oleh jaringan ikat

fibrosa yang dinamakan ligamen cooper. Setiap

payudara ibu mempunyai ukuran bervariasi, ini

ditentukan oleh banyaknya jaringan lemak, dan bukan

jaringan kelenjar. Ukuran bukanlah indikator kapasitas

penyimpanan rendah air ASI.

Setiap kapasitas penyimpanan ibu juga bervariasi,

meskipun demikian setelah periode 24 jam, semua ibu


21

yang menyusui memproduksi jumlah air ASI yang sama

(rata-rata 798 g/24 jam) (Kent et al.,2006).

Perbedaan utama akan terdapat pada pola

menyusui lebih sering dibandingkan mereka yang

mempunyai kapasitas penyimpanan lebih tinggi (Pollard,

2015). Di bagian tengah permukaan eksterior terdapat

areola, sebuah daerah berpigmen. Rata-rata diameter

areola 15 mm; terdapat areola setiap wanita berbeda

dalam ukuran dan warna. Tuberkel (tonjolan)

montgomery membuka ke arah areola dan

mengeluarkan cairan pelindung yang bersifat sebagai

pelumas (lubrikan) untuk meminyaki puting selama

menyusui.

Daerah areola yang berwarna gelap diperkirakan

diperlukan untuk membantu bayi dalam mencari puting

pada saat lahir dan bau ASI juga diduga memantu

menarik bayi untuk mengisap (suckle) payudara Putting

adalah struktur yang sensitif dan bersifat erektil, terdiri

dari otot-otot polos, kolagen dan jaringan ikat elatis yang

terdapat dalam keduabentuk, yaitu sirkuler dan radial.

Bereaksinya puting dirangsang oleh respon-

responsentuhan dan respon-respon otonom saraf

simpatis.
22

Puting terletak di tengah-tengah areola dari mana

ASI dipancarkan atas permintaan. Stimulasi pada puting

menyebabkan menyemburnya air ASI melalui

hipothalamus, yang merangsang lepasnya oksitosin dari

agian posterior kelenjar pituitari .

Duktus laktiferus merupakan saluran-saluran yang

bercabang-cabang di dalam areola kira-kira 5-8 mm dari

puting. Duktus laktiferus merupakan saluran yang lebih

sempit lebih kurang 2 mm, berada di permukaan dan

mudah dipijat. Duktus laktiferus ini merupakan saluran-

saluran yang mempunyai fungsi utama

dalamtransportasi air ASI daripada fungsinya sebagai

penyimpan air ASI.

Payudara dibentuk oleh jaringan lemak dan

jaringan glanduler yang tidak dapat dipisahkan, kecuali di

daerah subkutan yang hanya terdapat lemak. Rasio atau

perbandingan jaringan glanduler dengan jaringan lemak

meningkat menjadi 2:1 pada payudara yang digunakan

untuk menyusui, dibandingkan dengan 1:1 pada

perempuan yang tidak menyusui, dan 65 persen dari

jaringan glanduler terletak pada jarak 30 mm dari dasar

puting ASI
23

Gambar 2.1
Anatomi Payudara Pada Masa Laktasi

2.2.3 Manfaat ASI

Manfaat ASI Berikut ini terdapat beberapa manfaat asi,

terdiri atas:

1. Manfaat Bagi Bayi

a. Melindungi dari serangan alergi karena mengandung

lgA.

b. Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian

bicara.

c. Membantu pembentukan rahang yang bagus.

d. Mengurangi risiko terkena penyakit diabetes, kanker

pada anak dan diduga mengurangi kemungkinan

menderita penyakit jantung.

e. Menunjang perkembangan motorik bayi.

2. Manfaat Bagi Ibu

a. Mudah, murah, praktis dan tersedia kapan saja.

b. Mempercepat involusi/memulihkan dari proses

persalinan dan dapat mengurangi perdarahan

karena otot-otot di rahim mengerut, otomatis


24

pembuluh darah yang terbuka itu akan terjepit

sehingga pendarahan dapat berhenti

c. Mencegah kehamilan karena kadar prolaktin yang

tinggi menekan hormon FSH sehingga ovulasi dapat

mencapai 99%, apabila ASI diberikan secara terus-

menerus tanpa tambahan selain ASI.

d. Meningkatkan rasa kasih sayang dan rasa nyaman

antara ibu dan anak.

e. Mengurangi risiko penyakit kanker.

f. Membantu ibu menurunkan berat badan setelah

melahirkan. g.Menurunkan risiko DM tipe 2.

3. Manfaat Bagi Keluarga

a. Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk

membeli susu formula, botol susu, serta kayu bakar

atau minyak tanah untuk merebus air, susu dan

peralatannya.

b. Jika bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan lebih

sedikit biaya guna perawatan kesehatan.

c. Penjarangan kelahiran lantaran efek kontrasepsi LAM

“The Lactation Amenorrhea Methods” dari ASI.

d. Jika bayi sehat berarti mengemat waktu dan juga

tenaga keluarga karena ASI selalu siap tersedia dan

keluarga tidak perlu repot membawa botol susu, air

panas dan lain sebagainya ketika berpergian.


25

4. Manfaat Bagi Masyarakat

a. Menghemat devisa negara karena tidak harus

mengimpor susu formula dan peralatan lainnya.

b. Terciptanya negara yang sehat, jika bayi yang lahir

sehat.

c. Penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah

bayi yang sakit hanya sedikit.

d. Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan

menurunkan angka kematian

e. Melindungi lingkungan sebab tidak ada pohon yang

digunakan sebagai kayu bakar untuk merebus air,

susu dan peralatannya

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Untuk Menyusui

Menurut Arbon dan Byme 2001 dalam Munir (2023),

faktor yang mempengaruhi ibu untuk menyusui sebagai

berikut, antara lain :

1. Faktor psikis

Status psikis mendasari ibu dan pendukungnya

untuk keberhasilan menyusui, termasuk percaya diri ibu

dan komitmennya untuk menyusui. Bayi yang merasa

kenyang adalah kepuasan bagi ibu menyusui.

Dukungan orang-orang terdekat juga termasuk ke

dalam faktor psikis.

Dukungan bisa dilakukan dengan banyak cara,


26

diantaranya member informasi atau pengetahuan

tentang keuntungan menyusui dan cara menyusui,

memberi pengertian, membesarkan hati, menyayangi,

dan memberi pertolongan fisik agar ibu dapat menyusui

bayinya. Pemberi dukungan dapat berasal dari mana

saja, mulai dari keluarga, suami, teman, teman dekat,

tenaga kesehatan, sampai lingkungan hidup

2. Faktor tenaga kesehatan

Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan dapat

membangkitkan rasa percaya diri ibu untuk membuat

keputusan menyusui bayinya. Informasi tentang

perawatan payudara selama masa kehamilan, lama

menyusui, keuntungan menyusui, dan inisiasi menyusui

dini merupakan dukungan tenaga kesehatan yang

dapat membantu menyukseskan kelangsungan

pemberian ASI eksklusif.

3. Faktor demografi

Faktor demografi terbagi menjadi dua, yaitu faktor

sosiodemografi dan faktor biomedik. Yang termasuk

faktor sosiodemografi diantaranya usia, pendidikan,

status perkawinan, suku, tingkat sosial, dan

penghasilan. Sementara yang termasuk faktor biomedik

adalah jumlah kelahiran, kesehatan bayi, dan

kesehatan ibu (selama hamil, melahirkan, dan setelah


27

melahirkan)

2.2.5 Masalah Dalam Menyusui

Menurut Rita (2019) masalah-masalah sering terjadi

dalam menyusui adalah Puting susu lecet. Sebanyak

57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita

lecet pada puting. Penyebab lecet tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak

menyusui sampai areola tertutup oleh mulut bayi.

b. Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, atau zat

iritan lainnya untuk mencuci puting susu.

c. Bayi dengan frenulum lingue (lidah yang pendek),

sehingga menyebabkan bayi sulit mengisap sampai

ke kalang payudara dan isapan hanya pada puting

susu saja.

4.3 Tinjauan Umum teknik Menyusui

4.3.1 Pengertian Teknik Menyusui

Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari oleh ibu dan

bayi, dimana keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran

untuk pemenuhan nutrisi pada bayi selama 6 bulan Teknik

menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi

dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar

Manfaat dari teknik menyusui yang benar yaitu putting susu

tidak lecet, perlekatan menyusu pada bayi kuat, bayi menjadi


28

tenang dan tidak terjadi gumoh (Wahyuningsih, 2019).

Hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan teknik

menyusui yaitu cara ibu memberikan ASI kepada anaknya

dengan memperhatikan perlekatan dan posisi yang benar,

sehingga putting susu ibu tidak lecet atau luka saat menyusui

dan bayi menyusu dengan nyaman dan tidak gumoh.

4.3.2 Teknik Menyusi Yang Benar

Teknik menyusui yang benar yang diungkapkan Banowati

(2019) yaitu :

1. Sebelum mulai menyusui putting dan areola mammae

dibersihkan terlebih dahulu dengan kapas basah atau ASI

dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada putting dan

sekitar kalang payudara.

2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu / payudara.

a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, jika duduk akan

lebih baik menggunakan kursi yang rendah (hal ini

bertujuan supaya kaki ibu tidak menggantung) dan

punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan

menggunakan satu lengan, kepala bayi terletak pada siku

ibu (kepala tidak boleh menengadah dan bokong bayi

ditahan dengan telapak tangan).

c. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan

yang satunya di depan.


29

d. Perut bayi menempel pada badan ibu, posisi kepala bayi

menghadap payudara (tidak hanya menoleh atau

membelokkan kepala bayi

e. Telingan dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

f. Ibu menatap bayi dengan kasih saying

3. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain

menopang di bawah, jangan terlalu menekan putting susu

4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (roting refleks)

dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu atau

menyentuh sisi mulut bayi.

5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi

didekatkan ke payudara ibu dan putting susu serta kalang

payudara dimasukkan ke mulut bayi.

a. Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk

kedalam mulut bayi, sehingga putting susu berada di

bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI

keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di

bawah kalang payudara.

b. Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu

dipegang

atau disangga.

c. Melepas isapan bayi Setelah menyusui pada satu

payudara sampai kosong, sebaiknya diganti dengan

payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi yaitu


30

jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut

mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.

6. Menyendawakan bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah untuk mengeluarkan

udaradari lambung supaya bayi tidak muntah setelah

menyusu. Caramenyendawakan bayi adalah bayi digendong

tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian

punggungnya ditepuk secara perlahan atau dengan cara

bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu kemudian punggungnya

ditepuk perlahan-lahan.

Teknik menyusui yang benar yang diungkapkan Rini dan Kumala

(2019) yaitu :

1. Cuci tangan yang bersih dengan menggunakan sabun, perah

sedikit ASI kemudian oleskan disekitar putting, duduk dan

berbaring dengan santai.

2. Posisi ibu harus nyaman, biasanya duduk tegak di tempat

tidur/kursi, ibu harus merasa rileks.

3. Lengan ibu menopang kepala bayi, leher dan seluruh badan

bayi (kepala dan tubuh berada dalam garis lurus), muka bayi

menghadap ke payudara ibu, hidung bayi di depan putting

susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut

bayi menghadap perut ibu. Kepalanya harus sejajar dengan

tubuhnya, tidak melengkung ke belakang/menyamping,

telinga, bahu, dan panggul bayi berada dalam satu garis lurus.
31

4. Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka bayi ke payudara

ibu) dan mengamati bayi yang siap menyusu: membuka

mulut, bergerak mencari dan menoleh. Bayi harus berada

dekat dengan payudara ibu dan ibu tidak harus

mencondongkan badan dan bayi tidak merenggangkan

lehernya untuk mencapai putting susu ibu.

5. Ibu menyentuhkan putting susunya ke bibir bayi, menunggu

hingga mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut

bayi ke putting susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap

putting susu tersebut. Ibu memegang payudara dengan satu

tangan dengan cara meletakkan empat jari di bawah payudara

dan ibu jari di atas payudara. Ibu jari dan telunjuk harus

membentuk huruf “C”.

6. Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk ke dalam mulut

bayi. Dagu rapat ke payudara ibu dan hidungnya menyentuh

bagian atas payudara.

7. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah

seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja,

kepala dan tubuh bayi harus lurus, hadapkan bayi ke dada

ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan putting susu

ibu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi

ke putting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka

lebar.
32

8. Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan putting

dari mulut bayi dengan cara memasukkan jari kelingking ibu di

antara mulut dan payudara.

9. Menyendawakan bayi dengan menyenderkan bayi di pundak

atau menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk-

nepuk punggung bayi

4.3.3 Cara Pengamatan Teknik Menyusuii Yang Benar

Rini dan Kumala (2019) mengungkapkan apabila bayi telah

menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda

sebagai berikut :

1. Bayi nampak tenang.

2. Badan bayi menempel dengan perut ibu.

3. Mulut bayi terbuka lebar.

4. Dagu bayi menempel dengan payudara ibu.

5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi.

6. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara

ibu.

7. Lidah bayi menopang putting dan areola bagian bawah

4.3.4 Dampak Yang Timbul Jika Teknik Menyusui Tidak Benar

Dampak yang Timbul Jika Tidak Menyusui dengan Benar

Wahyuningsih (2019) menyebutkan dampak yang sering terjadi

pada ibu dan bayi jika ibu tidak menyusui dengan benar yaitu

putting susu ibu menjadi lecet, ASI tidak keluar secara optimal
33

sehingga mempengaruhi produksi ASI, bayi enggan menyusu, bayi

menjadi

Kembung.

teknik menyusuiyang tidak benar dapat menyebabkan

putting susu ibu lecet dan ASI tidak keluar secara optimal. Hal ini

dapat menimbulkan gangguan dalam proses menyusui sehingga

pemberian ASI tidak adekuat, pemberian asi yang tidak adekuat

dapat mengakibatkan payudara bengkak karena sisa-sisa ASI pada

duktus.

Hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan dampak yang

timbul jika tidak menyusui dengan benar adalah putting susu ibu

menjadi lecet, ASI tidak keluar secara maksimal sehingga akan

berpengaruh terhadap produksi ASI, bayi akan enggan menyusu,

perut bayi menjadi kembung, pemberian ASI tidak adekuat,

payudara bengkak.

4.3.5 Posisi Menyusui

Posisi menyusui ada beberapa jenis, menurut Mulyani (2013)

menyebutkan posisi menyusui ada 8, antara lain :

1. Posisi Berdiri

Pada posisi berdiri diharapkan bayi merasa nyaman saat

menyusu. Cara menyusui dengan berdiri yaitu :

a. Bayi dapat digendong dengan kain atau alat penggendong

bayi.
34

b. Pada saat menyusui saat berdiri sebaiknya tetap

disanggadengan lengan ibu agar bayi merasa tenang dan

usahakan tidak terputus saat menyusu.

c. Letakkan badan bayi saat menyusu dengan posisi dada ibu

dengan diletakkan di tangan bayi dibelakang atau disamping

ibu agar tubuh ibu tidak mengganjal saat menyusu dan bias

nyaman saat menyusu dengan posisi berdiri.

Gambar 2.2 Posisi Menyusui Berdiri

2. Posisi rebahan

Posisi rebahan bisa dilakukan dengan cara menyusui

sebagai berikut :

a. Saat posisi rebahan ibu dapat duduk di atas tempat tidur dan

punggung bersandar pada sandaran tempat tidur atau dapat

di ganjal dengan bantal.

b. Kaki ibu dengan posisi lurus di atas tempat tidur.

c. Saat menyusui bayi menghadap ke payudara ibu atau perut

ibu.

d. Pada saat menyusui posisi tangan ibu menyangga bayi

secara merata dari kepala, bahu hingga pantatnya.


35

e. Posisikan paha ibu untuk turut membantu menyangga tubuh

bayi, namun kalau kurang dapat ditambah dengan bantal.

Gambar 2.3 Posisi rebahan

3. Posisi duduk

Posisi menyusu dengan duduk dapat dilakukan posisi santai dan

tegak menggunakan kursi yang rendah agar posisi kaki ibu

menapak ke lantai dan punggung ibu bisa bersandar pada

sandaran kursi. Adapun caranya posisi dengan duduk yaitu :

a. Dengan menggunakan bantal atau selimut untuk menopang

bayi, bayi ditidurkan di atas pangkuan ibu.

b. Bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletakkan pada

lengkungan siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan.

Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan

dengan telapak tangan ibu.

c. Posisi lengan bayi satu diletakkan di belakang badan ibu dan

yang satu di depan badan ibu

d. Posisi perut bayi menempel ke badan ibu dan kepala bayi

menghadap ke payudara ibu.

e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.


36

Gambar 2.4 Posisi Duduk

4. Posisi Menggendong

Posisi menggendong sangat baik untuk ibu yang bersalin secara

normal. Posisi menggendong dengan cara :

a. Peluk bayi dan kepala bayi pada lekuk siku tangan.

b. Jika bayi menyusu pada payudara kanan, letakkan kepalanya

pada lekuk siku tangan kanan dan bokongnya pada telapak

tangan kanan.

c. Mengarahkan badan bayi dan kuping bayi berada dengan satu

garis lurus dengan tangan bayi yang ada di atas atau berbaring

menyamping dengan muka, perut dan lutut menempel pada

dada dan perut ibu.

d. Posisi bayi saat menyusui seolah-olah merangkul badan ibu

supaya mempermudah bayi dalam mencapai payudara.

e. Tangan kiri ibu memegang payudara jika diperlukan

Gambar 2.5 Posisi Mengendong

5. Posisi Menggendong Menyilang (Transisi)

Posisi ini baik untuk bayi yang mengalami kesulitan menempelkan

mulutnya ke putting susu karena payudara ibu yang besar


37

sementara mulut bayi yang kecil dan posisi ini juga baik untuk bayi

yang sedang sakit. Cara posisi menggendong menyilang yaitu :

a. Posisi ini dengan cara telapak tangan menyangga kepala bayi.

b. Jika menyusui pada payudara kanan maka menggunakan

tangan kiri untuk memegangi bayi.

c. Memeluk bayi sehingga kepala, dada dan perut bayi untuk

menghadap ibu.

d. Arahkan mulutnya ke putting susu dengan ibu jari dengan

tangan ibu di belakang kepala dan bawah telinga bayi.

e. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang

payudara jika diperlukan.


38

Gambar 2.6 Posisi Menggendong Menyilang

6. Posisi Mengepit (Football)

Posisi football sangat baik untuk ibu yang sedang menjalani operasi

caesar yang berfungsi untuk menghindari bayi berbaring diatas

perut dan posisi ini juga dapat digunakan untuk bayi lahir kecil atau

memiliki kesulitan dalam menyusu, putting susu ibu datar atau flat

nipple dan bisa digunakan untuk posisi menyusui untuk bayi

kembar. Cara menyusui posisi football dengan cara yaitu :

a. Telapak tangan menyangga kepala bayi dan bayi diselipkan ke

bawah tangan ibu seperti memegang bola atau tas pada tangan.

b. Menyusui dengan payudara kanan maka memegang dengan

payudara kanan, demikian pula sebaliknya.

c. Arahkan mulut bayi ke putting susu ibu, mula-mula dagu bayi

atau dengan tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati, jika

mendorong bayinya dengan keras kearah payudara. Bayi akan

menolak menggerakkan kepalanya atau melawan tangan ibu.

d. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi dan bayi

menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara

jika diperlukan.
39

Gambar 2.7 . Posisi Mengepit (Football)

7. Posisi berbaring miring

Posisi berbaring miring ini baik untuk ibu yang pertama kali

menyusui atau ibu merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya

dilakukan pada ibu menyusui yang melahirkan melalui operasi

caesar. Hal yang harus diperhatikan dengan posisi berbaring miring

adalah pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh

payudara ibu. Adapun cara menyusui dengan posisi berbaring

miring adalah :

a. Posisi dilakukan dengan posisi berbaring tempat tidur.

b. Mintalah bantuan pasangan untuk meletakkan bantal dibawah

kepala dan bahu, serta diantara lutut. Hal ini akan membuat

punggung dan pinggul pada posisi yang lurus.

c. Muka ibu dan bayi tidur berhadapan dan bantu menempelkan

mulut bayi ke putting susu.

d. Letakkan bantal kecil atau lipatan selimut di bawah kepala bayi

agar bayi tidak menegangkan lehernya untuk mencapai putting

dan ibu tidak perlu membungkukkan badan kearah bayinya,

sehingga bayi akan tidak cepat lelah.


40

Gambar 2.8 Posisi Berbaring Miring

8. Posisi menyusui dengan kondisi khusus

Posisi-posisi yang dapat dilakukan untuk posisi menyusui dengan

kondisi khusus yaitu :

a. Posisi menyusui pasca operasi caesar bisa menggunakan dua

posisi yaitu :

1) Posisi dengan berbaring miring.

2) Posisi football atau mengepit.

b. Posisi double football atau mengepit sama dengan ibu yang

melahirkan melalui saksio caesaria, posisi football juga tepat

untuk bayi yang kembar, dimana kedua bayi disusui bersamaan

kiri dan kanan, dengan cara :

1) Kedua tangan ibu memeluk masing-masing satu kepala

bayi, seperti memegang bola.

2) Letakkan tepat di bawah payudara ibu.

3) Membiarkan posisikan kaki menjuntai keluar.

4) Untuk memudahkan, kedua bayi diletakkan pada satu bidang

datar yang memiliki ketinggian kurang lebih sepinggang ibu.

5) Dengan demikian, ibu cukup menopang kepala kedua bayi

kembarnya saja.
41

6) Cara lain adalah dengan meletakkan bantal diatas pangkuan

ibu.

Gambar 2.9
Posisi Posisi double football atau mengepit

c. Posisi menyusui dengan ASI berlimpah, biasanya dilakukan untuk

ibu yang memiliki ASI yang berlimpah dan memancar secara penuh

dan alirannya deras, posisi untuk mengurangi resiko tersedak pada

bayi dengan cara ibu tidur terlentang lurus di tempat tidur dan

sementara bayi di atas perut ibu dalam posisi berbaring lurus

dengan kepala menghadap ke payudara ibu atau bayi dengan

posisi tengkurap di atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan

kepala bayi dengan posisi ini bayi tidak akan tersedak.

Gambar 2.10
Posisi Menyusui ASI Berlimpah

2.4 Tinjauan Umum Modul


42

2.4.1 Pengertian

Modul merupakan salah satu media yang menyediakan

sumber informasi dan dirancang untuk membantu individu

mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Penelitian yang telah

dilakukan oleh Ani M et al (2020) Peningkatan Pengetahuan Dan

Ketrampilan Konseling Menyusui Melalui Pelatihan

Menggunakan Media Dukesi (Modul Paket Asi) terbukti bahwa

penggunaan modul lebih efektif dalam meningkatkan

pengetahuan individu, meningkatkan perubahan sikap dan

perilaku individu

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Modul

1. Kelebihan Modul Belajar

a. Modul yang dicetak dapat digunakan oleh semua orang di

mana saja, karena bentuknya sebuah buku modul.

b. Modul efektif untuk meningkatkan kemampuan belajar

setiap orang karena penjelasan lebih detail dan dapat

melakukan evaluasi langsung tanpa membutuhkan tempat

khusus untuk membuat catatan.

2. Kekurangan Modul Belajar

a. Modul hanya dapat menampilkan beberapa animasi

gambar untuk memperjelas arti tulisan namun tidak dapat

menampilkan sebuah video penjelasan

b. Biaya untuk mencetak modul lebih besar dari pada media

elektronik
43

2.5 Tinjauan Umum Pengetahuan

2.5.1 Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari tidak tahu menjadi tahu

dan terjadi setelahorang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia yakni : indera penglihatan, indera penciuman , rasa

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata

dan telinga (Notoatmodjo, 2018).

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang telah di

ketahui. Adapun cara mengetahui sesuatu dapat dilakukan

dengan cara mendengar, melihat, merasa, dan sebagainya,

yang merupakan bagian dari alat indra manusia (Beni, 2018).

2.5.2. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2018)

mempunyai 6 tingkat pengetahuan yaitu :

a. Tahu ( Know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya,termasuk didalam pengetahuan ini

adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

diterima.

b. Memahami (Comprehension)
44

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyelesaikan

secara benar tentang objek yang diketahui yang dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

suatu objek kedalam komponen - komponen ,tetapi masih

didalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Diartikan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian bagian didalam suatu keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan

untuk menyusun komulasi – komulasi yang ada

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek.

2.5.3 Cara Mengukur Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2018) mengukur pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan


45

tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa

berperilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berukuran yakni :

a. Kesadaran (Awarness)

Yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulasi (objek).

b. Merasa tertarik (Interest)

Yakni orang mulai tertarik stimulus atau objek bagi dirinya.

Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik.

c. Menimbang – nimbang (Evaluation)

Terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya hal ini

berarti sikap responden sudah lebih baik.

d. Mencoba (Trial)

Yakni subjek telah mulai mencoba untuk melakukan perilaku

yang baru

e. .Mengadopsi (Adoption)

Subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut Nursalam (2020), pengukuran pengetahuan dengan

jumlah nilai yang diperoleh responden menggunakan

kuesioner, maka pengetahuan dapat dikategorikan menjadi 3

bagian sebagai berikut :


46

1. Apabila nilai 76 – 100 % : Baik

1) Apabila nilai 56 – 75 % : Cukup

2) Apabila nilai < 56 % : Kurang

2.5.4 Faktor – Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2018) Faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan antara lain faktor internal

(pendidikan dan umur) dan faktor eksternal yaitu pekerjaan

dan pengalaman.

1. Faktor Internal

a. Pendidikan

Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang

dikutip oleh Notoatmojo (2018) mendefinisikan bahwa

pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,

perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak

yang tertuju kepada kedewasaan.

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju

kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia

untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan

untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup.

b. Minat
47

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau

keinginan yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya

pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup

dari seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut

akan berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.

c. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami

seseorang (Middle Brook, 1974) yang dikutip dalam

Notoadmojo (2018), mengatakan bahwa tidak adanya

suatu pengalaman sama sekali. suatu objek psikologis

cenderung akan bersikap negatif terhadap objek

tersebut untuk menjadi dasar pembentukan sikap

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang

kuat.

Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk

apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang

melibatkan emosi, penghayatan, pengalaman akan

lebih mendalam dan lama membekas.

d. Usia

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan

sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa


48

akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup

tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari

pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua

seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan

koping terhadap masalah yang dihadapi

2. Faktor Eksternal

Dalam memenuhi kebutuhan primer ataupun sekunder,

keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah

tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status

ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan

akan informai termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat

disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.

a. Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat

diartikan sebagai pemberitahuan seseorang adanya

informasi baru mengenai suatu hal memberikan

landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap

terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa

oleh informasi tersebut apabila arah sikap tertentu.

Pendekatan ini biasanya digunakan untuk

menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu

inovasi yang berpengaruh perubahan perilaku,

biasanya digunakan melalui media masa.


49

b. Kebudayaan/Lingkungan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan

kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya

untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka

sangat mungkin berpengaruh dalam pembentukan

sikap pribadi atau sikap seseorang.

2.6 Tinjauan Variabel Yang Berpengaruh Denganpengetahuan Ibu

Tentang Teknik Menyusui Yang benar Terhadap Kelanacaran ASI

2.6.1 Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor internal yang berpengaruh

terhadap tingkat pengetahuan individu. berpendidikan tinggi

lebih mudah menerima suatu informasi dibandingkan ibu yang

berpendidikan rendah, sehingga informasi lebih mudah dapat

diterima dan dilaksanakan. Pengetahuan yang baik tentang

pentingnya ASI dan teknik menyusui akan membentuk sikap

yang positif, selanjutnya akan terjadi perilaku menyusui yang

benar.

2.6.2 Usia

Usia ibu yang menyusi benrengaruh pada tingkat

pengetahuan ibu terhadap teknik menyusui yang benar, usia ada

kaitannya dengan pengalaman seseorang terhadap suatu

keadaan baik diperoleh dari pengalaman pribadi mauapu yang

diperoleh dari lingkukngan sekitar. Selain itu pada usia


50

seseorang yang memasuki usia dewasa memiliki cara

berfikir akan lebih matang dan lebih siap untuk menikah,

berperan sebagai orang tua dalam melakukan

perawatan pada bayi khususnya pemberian ASI melalui teknik

menyusui yang benar. Sesuai dengan teori Hurlock yang

dikutip oleh Nursalam (2020)

2.6.3 Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan

oleh seorang ibu. Seorang ibu dengan bayi pertamanya

mungkin akan mengalami kesulitan ketika menyusui yang

sebetulnya hanya karena tidak tahu cara yang sebanarnya dan

apabila ibu mendengar ada pengalaman menyusui yang

kurang baik yang dialami orang lain, hal tersebut mungkin ibu

ragu untuk memberikan ASI pada bayinya. Ibu primipara yang

pertama kai melahirkan akan memerlukan lebih banyak

informasi dan dukungan untuk menyusui karena menyusui

merupakan pengalaman pertamanya.

Wulandari (2007) menyatakan bahwa pengalaman

memegang peranan penting dalam meningkatkan pengetahuan.

Pengetahuan dalam hal ini dilihat dari jumlah anak yang

dilahirkan. Ibu yang melahirkan anak lebih dari satu kali

cenderung untuk memiliki tingkat pengetahuan yang lebih

baik dalam hal pemberian ASI eksklusif


51

Anda mungkin juga menyukai