“IBU NIFAS”
Oleh :
Yoga Gustiva,S.Kep
2041312002
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
1. Peurperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan
2. Peurperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu
3. Remote peurperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi ( bisa dalam berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bertahun-
tahun )
c. Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4
pasca persalinan.
d. Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
e. Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
f. Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
4. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya
akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang
pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih
kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan
latihan-latihan pasca persalinan.
5. Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi
penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uterus.
Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma
menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada 24 sampai 48
jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami sering kencing.
Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan sehubungan dengan
penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan.
6. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan
ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari
pertama post partum.
F. Perubahan psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam
3 tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini
terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal
ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan
hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya
dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk
menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu
berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air
kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi.Sedangkan stres emosional pada ibu
nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan
mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur
terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana
terjadi pada hari ke 3-5 post partum.
G. Pathway
H. Pemeriksaan penunjang
a. Kondisi uterus: palpasi fundus, kontraksi, TFU.
b. Jumlah perdarahan: inspeksi perineum, laserasi, hematoma.
c. Pengeluaran lochea.
d. Kandung kemih: distensi bladder.
e. Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam pertama setelah partus, TD dan
Nadi terhadap penyimpangan cardiovaskuler.
I. Penatalaksanaan
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan
khusus. Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan
dengan penyulit, terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan
pemberian anti biotic dan obat-obat roboransia seperti suplemen vitamin,
demikian juga pada bayi obat-obatan biasanya diberikan untuk tindakan
profolatif, misalnya vit K untuk mencegah perdarahan, antibiotik untuk
mencegah infeksi.
J. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran
kemih.
4. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet
yang tidak seimbang; trauma persalinan.
5. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
6. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
7. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang
cara merawat bayi.
K. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
(PQRST)
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
d. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
e. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
f. Motivasi untuk meningkatkan asupan nutrisi yang bergizi.
g. Tingkatkan istirahat
h. Latih mobilisasi miring kanan miring kiri jika kondisi klien mulai
membaik
i. Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri.
j. Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat
sebelum berkemih.
k. Anjurkan dan latih pasien cara merawat payudara secara teratur.
l. Jelaskan pada ibu tetang teknik merawat luka perineum dan
mengganti PAD secara teratur setiap 3 kali sehari atau setiap kali
lochea keluar banyak.
m. Kolaborasi dokter tentang pemberian analgesik.
2. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
a. Obs Tanda-tanda vital setiap 4 jam.
b. Obs Warna urine.
c. Status umum setiap 8 jam.
d. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
e. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
f. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
g. Lakukan terapi IV
h. Dorong masukan oral
i. Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia,
gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap.
j. Konsultasi dokter bila manifestasi kelebihan cairan terjadi.
k. Pantau: cairan masuk dan cairan keluar setiap 8 jam.
3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran
kemih.
a. Kaji haluaran urine, keluhan serta keteraturan pola berkemih.
b. Anjurkan pasien melakukan ambulasi dini.
c. Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat
sebelum berkemih.
d. Anjurkan pasien untuk berkemih secara teratur.
e. Anjurkan pasien untuk minum 2500-3000 ml/24 jam.
f. Kolaborasi untuk melakukan kateterisasi bila pasien kesulitan
berkemih.
4. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet
yang tidak seimbang; trauma persalinan.
a. Kaji pola BAB, kesulitan BAB, warna, bau, konsistensi dan jumlah.
b. Anjurkan ambulasi dini.
c. Anjurkan pasien untuk minum banyak 2500-3000 ml/24 jam.
d. Kaji bising usus setiap 8 jam.
e. Pantau berat badan setiap hari.
f. Anjurkan pasien makan banyak serat seperti buah-buahan dan sayur-
sayuran hijau.
5. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
a. Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter
berikut: nadi 20/mnt di atas frek nadi istirahat, catat peningaktan TD,
dispnea, nyeri dada, kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing
atau pinsan.
b. Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas pada dasar nyeri/respon
hemodinamik, berikan aktifitas senggang yang tidak berat.
c. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contoh: penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek nadi, peningaktan perhatian pada
aktifitas dan perawatan diri.
d. Dorong memajukan aktifitas/toleransi perawatan diri.
e. Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan ADL
pasien.
f. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk
ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari
tempat tidur, belajar berdiri.
6. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
a. Pantau: vital sign, tanda infeksi.
b. Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah.
c. Kaji luka perineum, keadaan jahitan.
d. Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih dengan cara
yang benar dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari atau setiap kali
pengeluaran lochea banyak.
e. Pertahnakan teknik septik aseptik dalam merawat pasien (merawat
luka perineum, merawat payudara, merawat bayi).
7. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang
cara merawat bayi.
a. Beri kesempatan ibu untuk melakuakn perawatan bayi secara mandiri.
b. Libatkan suami dalam perawatan bayi.
c. Latih ibu untuk perawatan payudara secara mandiri dan teratur.
d. Motivasi ibu untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP.
e. Lakukan rawat gabung sesegera mungkin bila tidak terdapat
komplikasi pada ibu atau bayi.
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS
I. PENGKAJIAN
Hari/ tanggal : 07 Januari 2021
Oleh : Yoga Gustiva,S.Kep
A. Identitas
Nama : Ny. R
Umur : 34 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Komplek Karya Rei Belimbing
Tanggal Partus: 21 November 2020
Jenis Partus : Pervaginam
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan 3 hari setelah melahirkan papilla kiri dan kanan
lecet. Pasien mengatakan bayi tidak mau menyusui karena papilla
lecet dan berdarah.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan 3 hari setelah melahirkan papilla kiri dan kanan
lecet. Pasien mengatakan bayi tidak mau menyusui karena papilla
lecet dan berdarah. Pasien mengatakan bayi menangis ketika
disusui. Pasien mengatakan anak diberi susu formula pengganti
ASI sementara.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit turunan ataupun
penyakit menular.
C. Riwayat Obstetri P ? A ?
G4P4A0H4
E. Riwayat persalinan
1. Jenis persalinan : Pervaginam
2. Lama persalinan : 7 jam
3. Jumlah perdarahan:
4. Keadaan umum :
F. Riwayat Kontrasepsi
1. Jadi akseptor / tidak : Akseptor
2. Jenis kontrasepsi : KB suntik
3. Lama : Tidak diketahui
4. Keluhan selama menjadi akseptor : tidak ada
G. Data Psikologis
1. Empati Sensitivitas terhadap Isyarat Bayi : baik
2. Respon ibu ketika bayi menangis : klien langsung menggendong
dan menyusui
3.Konsep diri
a. Kepuasan ibu terhadap kelahiran : ibu mmerasa puas
b. Penerimaan diri ibu : ibu melakukan perannya sebagai ibu
c. Harga diri :
1. Perubahan apa yang ibu rasakan setelah mengalami
persalinan
Klien mengatakan lebih sabar dan bahagia saat melihat
bayinya
2. Apakah ada hal penting yang dipikirkan saat ini
Klien mengatakan pikirannya saat ini bagaimana dia
bisa focus dalam mengurus bayinya.
3. Kesesuaian antara harapan dan kenyataan
Sesuai
4. Sikap ibu terhadap persalinan dan merawat bayi
Klien mengatakan puas dengan kelahiran anak
ketiganya karena lahir dengan keadaan anggota tubuh
lengkap dan sehat Klien focus dalam merawat dan
memberikan asi kepada bayinya.
4. Pengalaman melahirkan: Bagaimana persepsi ibu terhadap
pengalaman melahirkan : klien merasakan senang setelah
melahirkan anaknya dan ini merupakan anak ketiga klien.
5. Kecemasan.
a. Apa respon ibu jika bayi sakit : cemas
b. Perilaku ibu saat bayi sakit : memberikan asi secukupnya
dan memeriksakan ke dokter
6. Depresi
a. Apakah ibu tampak diam dan menarik diri : tidak
b. Apakah ibu tampak menangis : tidak
7. Konflik peran.
a. Apakah ibu menerima peran sebagai ibu : iya
b. Bagaimana dengan pekerjaan ibu: klien tidak bekerja
c. Bagaimana menjalankan tugas sebagai istri : klien masih
bisa menjalankan perannya sebagai seorang istri.
8. Dukungan Sosial ( suami dan keluarga): keluarga dan suami sangat
mendukung dan peduli kepada klien dan bayinya.
9. Bonding Attachment: score gray
I. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :
Kesadaran : compos mentis
BB : 69 kg
TB : 163 cm
TTV
TD : 120/80 mmhg
N : 22x/i
RR : 80x/i
T : 36,5°C
2. Mata : Konjungtiva / sclera normal
3. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
4. Dada/ mammae
a. Inspeksi : bersih, simetris, hiperpigmentasi, papilla kiri dan
kanan menonjol, tidak ada pembengkakan, terdapat bekas
lecet pada daerah sekitar papilla.
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, ASI ada
5. Abdomen
a. Inspeksi
Bentuk : Normal
Kebersihan : Bersih
Striae : Ada
Hiperpigmentasi : Tidak ada
Linea nigra : Ada
b. Palpasi :
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
TFU : tidak teraba
Kontraksi : tidak ada
ada / tidak luka post oprasi : tidak ada
6. Genetalia
a. Vagina :
lokhea : berwarna coklat
jumlah : sedikit
konsistensi : cair
b. Perineum : utuh
1) Episiotomi : tipe, jumlah jahitan : 12 jahitan
2) Ruptur : jumlah jahitan : 12 jahitan
3) Keadaan jahitan : REEDA : tidak ada
kemerahan, tidak ada edema, tidak ada bercak
perdarahan, tidak ada pengeluaran, ada penyatuan luka.
7. Ektrimitas
a. Edema : tidak ada
b. Tanda Homan : tidak ada
c. Ada/ tidak infus, keadaan, jenis cairan, jumlah tetes : tidak
ada
DO :
- Papilla/putting tampak lecet
2 DS : Periode Gangguan pola tidur
Pasca
- Pasien mengatakan pada
Partum
hanya tidur 3-5 jam per hari
yang biasanya 7-8 jam
perhari.
- Pasien mengatakan tidurnya
tidak puas karena harus
bangun untuk menyusui
bayinya.
- Pasien mengatakan pada
saat bangun pasien tidak
merasa segar dan masih
kelelahan.
-
DO :
- Pasien tampak sedikit lelah
IV. INTERVENSI
N SDKI SLKI SIKI
O
1 Status menyusui Konseling laktasi
Menyusui
a. Perlekatan bayi pada Tindakan :
tidak efektif
payudara ibu Observasi :
berhubungan
b. Kemampuan ibu 1. Identifikasi keadaan
dengan
memposisikan bayi emosional ibu saat
Anomali
dengan benar akan dilakukan
payudara ibu
c. Miksi bayi lebih dari konseling menyusui
(puting ibu
8kali/24 jam 2. Identifikasi
lecet)
d. Berat abdan bayi keinginan dan
e. Tetesan/pancaran tujuan menyusui
ASI 3. Identifikasi
f. Suplau ASI adekuat permasalahan yang
g. Putting tidak lecet ibu alami selama
setelah 2 minggu proses menyusui
melahirkan Terapeutik
h. Kepercayaan diri ibu - Gunakan teknik
i. Kelelahan maternal mengdengarkan
j. Kecemasan maternal aktif
Edukasi
- Ajarkan teknik
menyusui yang
tepat sesuai
kebutuhan ibu
2 Pola tidur Dukungan tidur
Gangguan
pola tidur Kriteria hasil : Observasi :
berhubungan
a. Keluhan sulit tidur - Identifikasi pola
dengan
tidak ada aktivitas dan tidur
periode pasca
partum b. Keluhan sering - Identifikasi faktor
terjaga tidak ada pengganggu tidur
(fisik dan atau
c. Keluhan pola tidur
psikologis)
berubah tidak ada
- Modifikasi
lingkungan (misal,
pencahayaan,
kebisingan, suhu,
matras, dan tempat
tidur)
- Fasilitasi
menghilangkan
stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal
tidur rutin
- Lakukan prosedur
untuk
meningkatkan
kenyamanan (mis,
pijat, pengaturan
posisi, terapi,
akupressure)
- Jelaskan
pentingnya tidur
cukup
- Ajarkan relaksasi
otor autogenik atau
cara non
farmakologi
lainnya
Terapi relaksasi
- Identifikasi
penurunan tingkat
energi
- Identifikas teknik
relaksasi yang
pernah efektif
digunakan
- Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
- Gunakan pakaian
longgar
- Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan
dan jenis relaksasi
yang tersedia
- Anjurkan
mengambil posisi
yang nyaman
- Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
- Anjurkan sering
melatih teknik yang
dipilih
- Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi