MASA NIFAS
DISUSUN OLEH:
DIAN APRILLIASARI
1601032005
Jember, 2016
Kepala Ruangan
MASA NIFAS
3. Manifestasi klinik
Periode post partum adalah enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali normal ke keadaan normal sebelum
hamil. Periode ini kadang-kadang disebut purpenium atau trimester
keempat kehamilan (Bobak, 2004).
a. System reproduksi
1) Lochea
a) Lochea rubra: terediri atas darah segar sisa-sisa selaput
ketuban, biasanya akan terjadi selam 2 hari pasca proses
persalinan.
b) Lochea sanguinolenta: lanjutan dari rubra mempunyai warna
kuning yang terdiri dari darah dan lendir, biasanya terjadi
selama 3-7 hari pasca proses persalinan.
c) Lochea serosa: mempunyai warna kuning tetapi sudah tidak
terdapat kandungan darah lagi didalamnya dan biasanya
terjadi pada hari ke 7-14 pasca proses persalinan.
d) Lochea alba: cairan putih yang akan keluar 2 minggu setelah
pasca persalinan yang menandakan bahwa masa nifas seorang
wanita akan segera berkahir.
e) Lochea parulenta: keluarnya cairan nanah dan berbau busuk,
biasanya hal ini terjadi karena adanya infeksi sehingga bila
mengalami lochea parulenta harus segera memeriksakan diri
ke dokter.
2) Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan 18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsentrasinya menjadi lebih
padat dan kembali ke bentuk semula. Serviks menjadi tipis dan
rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
3) Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara
bertahap keukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
Rugae akan kembali terlihat pada minggu keempat, walaupun
tidak akan menonjol pada wanita nulipara.
b. Abdomen
Apabila wanita berada dihari pertama setelah melahirkan,
abdomennya akan menonjol ndan membuat wanita tersebut tampak
seperti hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen
kembali ke keadaan sebelum hamil.
c. System urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira-kira 2-8 minggu supaya hipotonia pada
kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke dalam
keadaan sebelum hamil.
d. System cerna
1) Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, dan keletihan ibu
merasa sangat lapar.
2) Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
3) Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama 2-3 hari
setelah ibu melahirkan.
e. Payudara
1) Ibu tidak menyusui
Kadar proklatin akan menurun dengan cepat pada wanita yang
tidak menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita saat
palpasi dilakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga
atau keempat pasca partum bias terjadi pembekakan. Payudara
terenggang keras, nyeri bila ditekan dan hangat jika diraba.
2) Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan yakni kolostum. Setelah laktasi dmulai, payudara
teraba hangat dank eras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap
Selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari
putting susu.
f. System kardiovaskuler
1) Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pad beberapa vaktor
misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi
serta pengeluaran cairan ekstravaskuler.
2) Curah jantung
Denyut jantung dan curah jantung meningkat sepanjang masa
hamil. Segera setelah wanita melahirkan keadaan ini akan
meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah
yang biasanya melintasi sirkulasi utero plasenta tiba-tiba kembali
ke sirkulasi umum.
3) Tanda-tanda vital
Peningkatan kecil sementara dapat terjadi baik peningkatan
tekanan darah sistol maupun diastole dapat timbul dan
berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan.
g. System neurologi
Perubahan neurologis selama puerpenium merupakan kebalikan
adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebabkan
trauma yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan.
h. System muskulokeletal
Adaptasi system muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil
berlangsung secara tebalik pada masa pasca partum. Adaptasi ini
mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi
dan perubahan pusat berat badan ibu akibat pemasaran rahim.
i. System integument
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah
tersebut akan menutup. Kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha dan panggul mungkin memudar, tapi tidak hilang
seluruhnya.
5. Patofisiologi
a. Adaptasi Fisiologis
1) Infolusi uteri
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar
akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Dalam waktu 12 jam,
tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 sampai 2 cm setiap 24 jam.
Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di
pertengahan antara umbilicus dan simpisis pubis.
Uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat
sebelum hamil, berikut tabel tinggi fundus dan berat uteri menurut
infolusi:
7. Pelaksanaan Medis
a. Keperawatan
1) Diet
Karena setelah habis bersalin, ibu harus istrahat tidur terlentang
selama 6 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring
kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya tromboemboli.
Pada hari ke 2 diperbolehkan pulang. Mobilisasi mempunyai
variasi, terganntung pada komplikasi persalinan, nifas dan
sembuhnya luka-luka.
2) Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup sekali. Sebaiknya
makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-
sayuran dan buah-buahan.
3) Miksi
Hendaknya kencing dilakukan sendiri secepatnya, kadang-kadang
wanita mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan
oleh kepala janin. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit
kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4) Defekasi
Buang air besar dilakukan 3-4 kali pasca persalinan, bila masih
sulit BAB dan terjadi konstipasi apalagi feses keras diberikan
obat laktasif peroral atau perektal. Jika masih belum bias
dilakukan klisma.
5) Perawatan Payudara (mammae)
Perawatan payudara dimulai sejak awal wanita hamil supaya
putting susu lemas, keras dan kering untuk persiapan menyusui
bayi. Apabila bayi meninggal laktasi harus dihentikan dengan
cara: pembalutan mammae sampai tertekan, pemberian obat
estrogen untuk suspense LH.
b. Tes Diagnostik
Uji laboratorium rutin yang harus diperiksa adalah hemoglobin,
hematokrit, sel darah putih (leukosit). Hemoglobin normal 12-14
g/dL, hematokrit normal 37-43 %, leukosit normal 12000/mm3 dan
urine yang normal adalah 1500cc.
c. Therapi Medic
1) Obat analgesic
Digunakan jika klien pusing dan nyeri yang dapat diakibatkan
oleh episitomi.
2) Obat antipiretik
Digunakan jika klien mengalami peningkatan suhu tunuh sebagai
awal dari tanda-tanda infeksi.
3) Antibiotic
Digunakan bila ada inflamasi dari infeksi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan involuse uteri, nyeri setelah
melahirkan.
b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses
persalinan.
c. Risiko menyusui tidak afektif berhubungan dengan kurang
pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui.
d. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya
konstipasi.
e. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan darah dan intake ke oral.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal
psikologis, proses persalinan dan proses melelahkan.
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan involuse uteri, nyeri setelah
melahirkan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang.
Criteria hasil:
1) Pasien mengatakan nyeri berkurang dalam skala 3-4
2) Klien rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bias tidur nyaman
3) TTV dalam batas normal.
Intervensi:
1) Kaji karateristik nyeri klien mulai dari lokasi, karateristik, durasi
dan fekuensi.
Rasional: untuk mengetahui kondisi nyeri yang dirasakan klien
mulai dari lokasi, karateristik, dan frekuensi terjadinya
rasa nyeri.
2) Kaji factor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap
nyeri.
Rasional: sebagai salah satu dasar untuk memberikan tindakan
atau asuha sesuai dengan respon klien.
3) Berikan posisi yang nyaman dan lingkungan yang tenang
Rasional: membantu klien untuk rileks dan mengurangi rasa nyeri
4) Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukainya dan alihkan
perhatian klien pada hal lain.
Rasional: beraktivitas sesuai kesenangan dapat mengalihkan
perhatian klien dari rasa nyeri.