Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

MASA NIFAS

DISUSUN OLEH:
DIAN APRILLIASARI
1601032005

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dengan MASA NIFAS telah disetujui pada tanggal


. Di ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember.

Jember, 2016

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Kepala Ruangan
MASA NIFAS

A. Konsep Masa Nifas


1. Pengertian
Masa nifas (peurpenium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandung kemih sampai pra-hamil.
Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. Masa nifas dimulai sejak 1 jam
setelah lahirnya placenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu
(Khumaira, 2012).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 50% kematian ibu
akibat kematian terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas
terjadi dalam 24 jam pertama (Saifudin, 2009).

2. Tujuan asuhan masa nifas


a. Menjaga kebersihan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikas pada ibu maupun bayi.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi seha.

3. Manifestasi klinik
Periode post partum adalah enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali normal ke keadaan normal sebelum
hamil. Periode ini kadang-kadang disebut purpenium atau trimester
keempat kehamilan (Bobak, 2004).
a. System reproduksi
1) Lochea
a) Lochea rubra: terediri atas darah segar sisa-sisa selaput
ketuban, biasanya akan terjadi selam 2 hari pasca proses
persalinan.
b) Lochea sanguinolenta: lanjutan dari rubra mempunyai warna
kuning yang terdiri dari darah dan lendir, biasanya terjadi
selama 3-7 hari pasca proses persalinan.
c) Lochea serosa: mempunyai warna kuning tetapi sudah tidak
terdapat kandungan darah lagi didalamnya dan biasanya
terjadi pada hari ke 7-14 pasca proses persalinan.
d) Lochea alba: cairan putih yang akan keluar 2 minggu setelah
pasca persalinan yang menandakan bahwa masa nifas seorang
wanita akan segera berkahir.
e) Lochea parulenta: keluarnya cairan nanah dan berbau busuk,
biasanya hal ini terjadi karena adanya infeksi sehingga bila
mengalami lochea parulenta harus segera memeriksakan diri
ke dokter.
2) Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan 18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsentrasinya menjadi lebih
padat dan kembali ke bentuk semula. Serviks menjadi tipis dan
rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
3) Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara
bertahap keukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
Rugae akan kembali terlihat pada minggu keempat, walaupun
tidak akan menonjol pada wanita nulipara.
b. Abdomen
Apabila wanita berada dihari pertama setelah melahirkan,
abdomennya akan menonjol ndan membuat wanita tersebut tampak
seperti hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen
kembali ke keadaan sebelum hamil.
c. System urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira-kira 2-8 minggu supaya hipotonia pada
kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke dalam
keadaan sebelum hamil.
d. System cerna
1) Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, dan keletihan ibu
merasa sangat lapar.
2) Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
3) Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama 2-3 hari
setelah ibu melahirkan.
e. Payudara
1) Ibu tidak menyusui
Kadar proklatin akan menurun dengan cepat pada wanita yang
tidak menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita saat
palpasi dilakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga
atau keempat pasca partum bias terjadi pembekakan. Payudara
terenggang keras, nyeri bila ditekan dan hangat jika diraba.
2) Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan yakni kolostum. Setelah laktasi dmulai, payudara
teraba hangat dank eras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap
Selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari
putting susu.
f. System kardiovaskuler
1) Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pad beberapa vaktor
misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi
serta pengeluaran cairan ekstravaskuler.

2) Curah jantung
Denyut jantung dan curah jantung meningkat sepanjang masa
hamil. Segera setelah wanita melahirkan keadaan ini akan
meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah
yang biasanya melintasi sirkulasi utero plasenta tiba-tiba kembali
ke sirkulasi umum.
3) Tanda-tanda vital
Peningkatan kecil sementara dapat terjadi baik peningkatan
tekanan darah sistol maupun diastole dapat timbul dan
berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan.
g. System neurologi
Perubahan neurologis selama puerpenium merupakan kebalikan
adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebabkan
trauma yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan.
h. System muskulokeletal
Adaptasi system muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil
berlangsung secara tebalik pada masa pasca partum. Adaptasi ini
mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi
dan perubahan pusat berat badan ibu akibat pemasaran rahim.
i. System integument
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah
tersebut akan menutup. Kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha dan panggul mungkin memudar, tapi tidak hilang
seluruhnya.

4. Klasifikasi Masa Nifas


Klasifikasi masa nifas menurut Yulianti (Saifudin, 2009), antara lain
adalah sbb:
a. Puerpenium dini: masa kepulihan adalah saat-saat ibu diperbolehkan
berdiri dan jalan.
b. Puerpenium intermedial: masa kepulihan menyeluruh dari organ-
organ genetal, kira-kira antara 6-8 minggu.
c. Remote purpenium: waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna berminggu-
minggu, bulan atau tahun.

5. Patofisiologi
a. Adaptasi Fisiologis
1) Infolusi uteri
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar
akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Dalam waktu 12 jam,
tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 sampai 2 cm setiap 24 jam.
Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di
pertengahan antara umbilicus dan simpisis pubis.
Uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat
sebelum hamil, berikut tabel tinggi fundus dan berat uteri menurut
infolusi:

Involusi Berat Fundus Tinggi Fundus Uteri


Bayi baru lahir 1000 gram Setingi pusat
Plasenta lahir 750 gram 2 jari dibawah pusat
1 minggu 500 gram Pertengahan pusat dan simpisis
2 minggu 350 gram Tidak teraba diatas simpisis
6 minggu 50 gram Bertambah kecil
8 minggu 30 gram Sebesar normal
2) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intrauteru yang sangat besar, homoestatic
paska partum. Hormone oksigen yang dilepas dari kelenjar
hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi
pembulu darah dan membantu hemostatis. Selama 1-2 jam
pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bias berkurang
dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi
uterus, suntikan oxytosin secara iv atau im diberikan segera
setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya
dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir
karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan
oxytosin.
b. Adaptasi Psikologis
Adaptasi psikologis ibu post partum/nifas dibagi menjadi 3 fase,
yaitu:
1) Fase taking in / ketergantungan
Fase dimulai hari pertama dan kedua setelah melahirkan dimana
ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan.
2) Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan
Dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ke tiga ibu siap
untuk menerima peran barunya dan belajar menjadi sangat
bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan
penyembuhan fisik sehingga ia dapat istrahat dengan baik.
3) Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu ke lima sampai keenam setelah kelahiran.
System keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggotanya
yang baru. Tubuh pasien telah sembuh, perasaan rutinya telah
kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan
kembali.

6. Tanda-tanda bahaya Post Partum/ Masa Nifas


Perubahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan
kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal
dari perlukaan jalan lahir (Depkes RI, 2004). Tanda-tanda yang
mengancam terjadinya robekan perineum antara lain:
a. Kulit perineum mulai meregang dan tegang
b. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilat
c. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan
pada mukosa vagina.

7. Pelaksanaan Medis
a. Keperawatan
1) Diet
Karena setelah habis bersalin, ibu harus istrahat tidur terlentang
selama 6 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring
kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya tromboemboli.
Pada hari ke 2 diperbolehkan pulang. Mobilisasi mempunyai
variasi, terganntung pada komplikasi persalinan, nifas dan
sembuhnya luka-luka.
2) Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup sekali. Sebaiknya
makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-
sayuran dan buah-buahan.
3) Miksi
Hendaknya kencing dilakukan sendiri secepatnya, kadang-kadang
wanita mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan
oleh kepala janin. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit
kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4) Defekasi
Buang air besar dilakukan 3-4 kali pasca persalinan, bila masih
sulit BAB dan terjadi konstipasi apalagi feses keras diberikan
obat laktasif peroral atau perektal. Jika masih belum bias
dilakukan klisma.
5) Perawatan Payudara (mammae)
Perawatan payudara dimulai sejak awal wanita hamil supaya
putting susu lemas, keras dan kering untuk persiapan menyusui
bayi. Apabila bayi meninggal laktasi harus dihentikan dengan
cara: pembalutan mammae sampai tertekan, pemberian obat
estrogen untuk suspense LH.
b. Tes Diagnostik
Uji laboratorium rutin yang harus diperiksa adalah hemoglobin,
hematokrit, sel darah putih (leukosit). Hemoglobin normal 12-14
g/dL, hematokrit normal 37-43 %, leukosit normal 12000/mm3 dan
urine yang normal adalah 1500cc.
c. Therapi Medic
1) Obat analgesic
Digunakan jika klien pusing dan nyeri yang dapat diakibatkan
oleh episitomi.
2) Obat antipiretik
Digunakan jika klien mengalami peningkatan suhu tunuh sebagai
awal dari tanda-tanda infeksi.
3) Antibiotic
Digunakan bila ada inflamasi dari infeksi.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


Adapun pengkajian pada pasien post partum normal menurut Bobak
(2005), meliputi:
1. Pengkajian
a. Identitas klien
1) Identitas klien
Nama, usia, status perkawinan, pekerjaan, agama, pendidikan, suku
bahasa yang digunakan, sumber biaya, tanggal MRS, jam, tanggal
pengkajian dan alamat rumah.
2) Identitas suami
Nama suami, pekerjaan, agama, pendidikan, suku.
b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan
Keluhan utama saat MRS, factor-faktor yang mungkin
mempengaruhi, adapun yang berkaitan dengan diagnose yang perlu
dikaji adalah peningkatan tekanan darah, eliminasi, mual dan
muntah, penambahan berat badan, edema, pusing, sakit kepala,
diplopia, nyeri epigastrik.
2) Riwayat kehamilan
Informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravid, kehamilan yang
direncanakan, masalah saat hamil atau ante natalcare (ANC) dan
imunisasi yang diberikan selama ibu hamil.
3) Riwayat melahirkan
Tanggal melahirkan, lamanya persalinan, posisi fetus, tipe
melahirkan, analgesic, masalah selama melahirkan jahitan
perineum dan perdarahan.
4) Pengkajian masa nifas atau post partum
Keadaan umum, tingkat aktifitas setelah melahirkan, gambaran
lochea, keadaan perineum, abdomen, payudara, episiotomy,
kebersihan menyusui dan respon orang terhadap bayi.
c. Pemeriksaan fisik
1) Rambut
Kaji kekuatan rambut klien karena sebab diet yang baik selama
masa hamil akan membuat rambut kuat dan segar.
2) Muka
Kaji adanya odema pada muka yang dimanifestasikan dengan
kelopak mata yang bengkak atau lipatan kelopak mata bawah
menonjol.
3) Mata
Kaji warna konjungtiva bila berwarna merah dan basah berarti
normal sedangkan bila berwarna pucat berarti ibu mengalami
anemia, dan jika konjungtiva kering maka ibu mengalami
dehidrasi.
4) Payudara
Kaji pembesaran, ukuran, bentuk, konsistensi, warna payudara dan
kaji kondisi putting, kebersihan putting, pengeluaran asi dan
adakan bendungan yang menghambat produksi asi.
5) Uterus
Inspeksi bentuk perut ibu mengetahui adanya distensi pada perut,
palpasi juga tinggi fundus uterus, konsistensi serta kontraksi uterus.
6) Lochea
Keji lochea yang meliputi karakter, jumlah warna, bekuan darah
yang keluar dari baunya.
7) System perkemihan
Kaji kandung kemih dengan palpasi dan perkusi untuk menentukan
adanya distensi pada kandung kemih yang dilakukan pada abdomen
bagian bawah.
8) Perineum
Pengkajian dilakukan pada ibu dengan menempatkan ibu pada
posisi sinus inspeksi adanya tanda-tanda REEDA (Rednes atau
kemerahan, echymosis atau perdarahan bawah kulit, edema atau
bengkak, discharge atau perubahan lochea, approximation atau
pertautan jaringan).
9) Ekstermitas bawah
Ekstermitas atas dan bawah dapat bergerak bebas, kadang
ditemukan odema, varises pada tungkai kaki dan atau tidaknya
tromboflebitis karena penurunan aktivitas dan reflek patella baik.
10) Tanda-tanda vital
Kaji tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, pernafasan dan tekanan
darah Selama 24 jam pertama masa nifas atau pasca partum.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan involuse uteri, nyeri setelah
melahirkan.
b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses
persalinan.
c. Risiko menyusui tidak afektif berhubungan dengan kurang
pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui.
d. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya
konstipasi.
e. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan darah dan intake ke oral.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal
psikologis, proses persalinan dan proses melelahkan.

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan involuse uteri, nyeri setelah
melahirkan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang.
Criteria hasil:
1) Pasien mengatakan nyeri berkurang dalam skala 3-4
2) Klien rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bias tidur nyaman
3) TTV dalam batas normal.
Intervensi:
1) Kaji karateristik nyeri klien mulai dari lokasi, karateristik, durasi
dan fekuensi.
Rasional: untuk mengetahui kondisi nyeri yang dirasakan klien
mulai dari lokasi, karateristik, dan frekuensi terjadinya
rasa nyeri.
2) Kaji factor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap
nyeri.
Rasional: sebagai salah satu dasar untuk memberikan tindakan
atau asuha sesuai dengan respon klien.
3) Berikan posisi yang nyaman dan lingkungan yang tenang
Rasional: membantu klien untuk rileks dan mengurangi rasa nyeri
4) Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukainya dan alihkan
perhatian klien pada hal lain.
Rasional: beraktivitas sesuai kesenangan dapat mengalihkan
perhatian klien dari rasa nyeri.

5) Kolaborasi dalam pemberian analgesic


Rasional: untuk mencegah dan mengurangi rasa nyeri pada klien.

b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses


persalinan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi,
pengethuan bertambah.
Criteria hasil:
1) Klien menyertakan perawatan bagi dirinya
2) Klien membersihkan vagina dan perineum mandiri
3) Perawtan pervagina berkurang
4) Vulva bersih dan tidak infeksi
5) Tidak ada perawatan
6) TTV dalam batas normal.
Intervensi:
1) Pantau TTV pasien
Rasional: peningkatan suhu mengidentifikasi adanya infeksi
2) Kaji daerah perineum dan vulva
Rasional: menentukan adakah tanda peradangan di daerah vulva
dan perineum
3) Kaji pengetahuan pasien mengenai cara perawatan ibu post
partum
Rasional: pasien mengetahui cara merawat vulva bagi dirinya
4) Ajarkan perawatan vulva bagi pasien
Rasional: pasien mengetahui cara merawat vulva bagi dirinya
dengan baik dan benar.
5) Anjurkan klien cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan ke
pasien
Rasional: meminimalkan untuk terjadinya infeksi
6) Lakukan perawatan vukva
Rasional: mencegah terjadinya infeksi dan memberikan rasa
nyaman bagi pasien
c. Risiko menyusui tidak afektif berhubungan dengan kurang
pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui.
Tujuan: pasien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu
menyusui.
Criteria hasil:
1) Klien mengetahui cara oerawatan payudara pada ibu menyusui
2) Asi keluar
3) Payudara bersih dan tidak ada bengkak ataupun nyeri tekan
4) Bayi mau menetek
Intervensi:
1) Kaji pengetahuan pasien mengenai laktasi dan perawatan
payudara
Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan mencegah
terjadinya bengkak pada payudara.
2) Ajarkan cara merawat payuadara dan lakukan breas care
Rasional: meningkatkan pengetahuan pasien dan mencegah
terjadinya bengkak pada payudara
3) Jelaskan manfaat menyusui dan mengenai gizi waktu menyusui
Rasional: memberikan pengetahuan bagi ibu mengenai manfaat
ASI bagi bayi
4) Jelaskan cara menyusui yang benar
Rasional: mencegah terjadinya aspirasi pada wajah.
DAFTAR PUSTAKA

Bobal, Lawdermik. 2005. Buku Ajaran Keperawatan Maternitas. Ed 4. Jakarta:


EGC.

Depkes RI. 2004. Direktorat Keperawatan & Keteknisan Medik, Dasar-dasar


Asuhan Kebidanan. Jakarta.

Khumaira, Marsha. 2012. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Citra Pustaka


Yogyakarta.

Saifudin, Abdul Bari. 2009. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta: YBPSP.

Anda mungkin juga menyukai