TINJAUAN TEORI
5
6
gangguan jiwa berat saja. Hal ini perlu diluruskan untuk memudahkan
penerimaan masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa. Secara
umum, masalah kesehatan mental dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
a. Orang Dengan Gangguan Jiwa
Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) atau psikotik kehilangan
kemampuannya menilai realita sehingga tidak mampu menempatkan
diri pada situasi dan lingkungan. ODGJ meliputi :
1) Waham.
2) Halusinasi.
3) Perilaku kekerasan.
4) Harga diri rendah.
5) Defisit perawatan diri.
b. Orang Dengan Masalah Kejiwaan
Beberapa masalah kejiwaan yang termasuk golongan orang dengan
masalah kejiwaan adalah :
1) Gangguan mood.
2) Ansietas.
3) Depresi.
dirinya dapat menjadi alat yang efektif dalam merawat pasien (Depkes RI,
1998 dalam Yusuf dkk, 2015).
Keperawatan jiwa adalah suatu bidang spesialisasi praktik
keperawatan yang menerapkan teori perilaku sebagai ilmunya dan
penggunaan diri secara terapeutik sebagai kiatnya (Yusuf dkk, 2015).
2. Program Kesehatan Jiwa Masyarakat
Upaya kesehatan jiwa masyarakat meliputi seluruh level dan
tindakan keperawatan kesehatan jiwa. Merupakan pelayanan paripurna,
mulai dari pelayanan kesehatan jiwa spesialistik, integratif, dan pelayanan
yang berfokus masyarakat. Selain itu, memberdayakan seluruh potensi dan
sumber daya di masyarakat sehingga terwujud masyarakat yang mandiri
dalam memelihara kesehatannya (Yusuf dkk, 2015).
Pelayanan kesehatan jiwa integratif merupakan pelayanan kesehatan
jiwa yang dilaksanakan di rumah sakit umum. Pelayanan ini berbentuk
unit perawatan intensif kejiwaan (psychiatric intensive care unit ) dan
konsultan penghubung keperawatan kesehatan mental (consultant liaison
mental health nursing). Unit psikiatri di rumah sakit umum merupakan
sarana pelayanan keperawatan kesehatan jiwa jangka pendek (short term
hospitalization), sedangkan CLMHN (consultant leaison mental health
nursing) merupakan sarana merawat pasien gangguan fisik umum yang
mengalami masalah psikososial (Yusuf dkk, 2015).
Pelayanan kesehatan jiwa berfokus pada masyarakat dimulai dari
pelayanan tingkat kabupaten/kota, puskesmas, kelompok khusus sampai
keluarga. Pelayanan ini dikenal dengan keperawatan kesehatan jiwa
masyarakat (community mental health nursing). Pelayanan kesehatan jiwa
di CMHN ini dimulai dari level lanjut (advance), menengah
(intermediate), dan dasar (basic) (Yusuf dkk, 2015).
3. Tingkatan Program Kesehatan Jiwa Masyarakat
Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang komprehensif
mencakup tiga tingkat pencegahan (Yusuf dkk, 2015), yaitu sebagai
berikut :
9
a. Pencegahan primer.
Fokus pelayanan keperawatan jiwa primer adalah pada peningkatan
kesehatan dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan
pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa, serta
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa. Target pelayanan
yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan sesuai
dengan kelompok umur yaitu anak-anak, remaja, dewasa, dan usia
lanjut.
b. Pencegahan sekunder.
Fokus pelayanan keperawatan jiwa sekunder adalah pada deteksi dini
masalah psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan dengan
segera. Tujuan pelayanan adalah menurunkan kejadian gangguan jiwa.
Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang
berisiko/memperlihatkan tanda-tanda masalah psikososial dan
gangguan jiwa.
c. Pencegahan tersier.
Fokus pelayanan keperawatan pada peningkatan fungsi dan sosialisasi
serta pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Tujuan
pelayanan adalah mengurangi kecacatan/ketidakmampuan akibat
gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang
mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan.
4. Macam-macam Program Kesehatan Jiwa Masyarakat
Macam-macam program kesehatan jiwa komunitas yang dilakukan
tergantung dari tipe program kesehatan jiwa. Macam-macam program
kesehatan jiwa tersebut (Yusuf dkk, 2015), adalah :
a. Pencegahan primer.
1) Program pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan,
program sosialisasi, manajemen stres, dan persiapan menjadi
orang tua. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai
berikut.
(a) Pendidikan kesehatan pada orang tua.
(1) Pendidikan menjadi orang tua.
10
mengalami hal-hal seperti citra tubuh yang positif, ideal diri yang
realistis, konsep diri yang positif, harga diri yang tinggi, performa peran
yang memuaskan, rasa identitas yang jelas. Awalnya individu berada pada
suatu situasi yang penuh stressor (krisis), individu berusaha
menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa
dirinya tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran,
seperti trauma yang tiba-tiba misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja.
Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan
menjalankan fungsi peran adalah kondisi harga diri rendah situasional.
Jika lingkungan tidak memberikan dukungan positif atau justru
menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.
Harga diri rendah kronis juga dipengaruhi beberapa factor seperti
factor biologis, psikologis, social dan cultural. Factor biologis biasanya
karena ada kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon
secara umum yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter di otak, contah kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien
dipengaruhi oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya. Faktor
psikologis berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan individu
menjalankan peran dan fungsi meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak, orang tua tidak percaya pada anak, tekanan teman
sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin dan peran dalam
pekerjaan. Faktor sosial yaitu status ekonomi seperti kemiskinan, tinggal
di daerah kumuh. Faktor kultural seperti tuntutan peran
kebudayaan.seperti wanita sudah harus menikah jika umur mencapai dua
puluhan.
17
6. Pohon Masalah
Risiko tinggi perilaku kekerasan
Isolasi social
7. Penatalaksanaan
a. Chlorpromazine ( CPZ ) : 3 x100 mg
1) Indikasi
Untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial
dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi
mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang
aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan
sehari-hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dam
melakukan kegiatan rutin.
2) Cara kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak
khususnya sistem ekstra piramidal.
3) Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran yang
disebabkan CNS Depresi.
4) Efek samping
a) Sedasi
b) Gangguan otonomik (hypotensi, antikolinergik /
parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi dan
18
2. Diagnosis Keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Harga diri rendah
c. Gangguan citra tubuh
Tgl Dx Perencanaan
keperawaatan Tujuan Kreteria Evaluasi Intervensi
Gangguan TUM: 1. Klien 1. Membina hubungan
konsep diri: Klien memiliki menunjukan saling percaya dengan
harga diri konsep diri ekspresi wajah menggunakan prinsip
bersahabat, komunikasi terapeutik :
rendah yang positif
menunjukan rasa - Sapa klien dengan
TUK: senang, ada ramah baik verbal
1. Klien dapat kontak mata, mau maupun non verbal.
membina berjabat tangan, - Perkenalkan diri
hubungan mau dengan sopan.
saling menyebutkan - Tanyakan nama
percaya nama, mau lengkap dan nama
dengan menjawab salam, panggilan yang
perawat klien mau duduk disukai klien.
berdampingan - Jelaskan tujuan
dengan perawat, pertemuan
mau - Jujur dan menepati
mengutarakan janji
masalah yang - Tunjukan sikap
dihadapi empati dan
menerima klien apa
adanya.
- Beri perhatian dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien.