Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

‘’NIFAS’’

OLEH
ARINDA RIZKY FEBYANTARI

202006040012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITS KADIRI
TAHUN 2020/2021
BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 DEFINISI

Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang


diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi ( Saifuddin,
2006 ).

Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu


kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota
keluarga baru (Mitayani, 2009).

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah


lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2005).
Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura.

Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta


sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa
nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.

1.2 ETIOLOGI
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia internal maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-
perubahan alat genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi
(winknjosastro,2006:237).
Setelah bayi lahir, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi
dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar
yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga lapis
otot membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna,
dengan demikian terhindari dari perdarahan post partum
1.3 TAHAPAN MASA NIFAS
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri.
Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi
uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.

b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)


Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)


Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-
hari serta konseling KB (Saleha, 2009).

1.4 TUJUAN PERAWATAN MASA NIFAS


Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan
yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari
rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
2. Melaksanakan skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan
perawatan bayi sehat.
4. Untuk mendapatkan kesehatan emosi. (Bari Abdul, 2006).
1.5 PERIODE MASA NIFAS

Nifas dibagi menjadi 3 periode

1. Peurperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan
2. Peurperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu
3. Remote peurperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi ( bisa dalam berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bertahun-
tahun )

Dalam masa nifas, alat-alat genitalia intena maupun eksterna akan


berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-
perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhannya involusio. Perubahan-
perubahan yang lain yang penting yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. 
Yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogenik dari kelenjar hipofisis
terhadap kelenjar-kelenjar mamma.

1.6 PERUBAHAN MASA NIFAS


1) Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai
keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
a. Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena  adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi
lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari
sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.
Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser
kencing setelah melahirkan.
b. Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot
setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah
yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan
retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga
ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
c. Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan
atropi pada jaringan otot uterus.
2) After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)

Disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca


persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila
terlalu mengganggu analgesik.( Cunningham, 430).

3) Lochia

Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam
masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah
menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.

Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan  jumlah dan warnanya yaitu


lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa,
rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama
sampai hari ketiga.

A. Lochea rubra (cruenta)

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,


vernik caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.

B. Lochea sanguinolenta

Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca
persalinan.
C. Lochea serosa

Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4 pasca
persalinan.

D. Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
E. Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
F. Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.

4) Dinding perut dan peritonium

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,


biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis
yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur
mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang  menjadi
retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan
kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.

5) Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah  untuk
mengakomodasi   penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan
pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan  diuresis yang
menyebabkan  volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal.
Keadaan ini terjadi pada  24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama
ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu 
mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi
jaringan selama kehamilan.
6) Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume
darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini
terjadi pada hari pertama post partum.
7) Perubahan psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi
dalam 3 tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari
persalinan.Dalam masa ini terjadi  interaksi dan kontak yang
lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai
psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan
menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum.
Ibu berusaha bertanggung jawab terhadap bayinya dengan
berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada
periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu
mengambil tanggung jawab terhadap bayi.Sedangkan stres 
emosional pada ibu nifas kadang-kadang  dikarenakan
kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan
terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu.
Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana
terjadi pada hari ke 3-5 post partum.
1.7 Pathway

1.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Kondisi uterus: palpasi fundus, kontraksi, TFU.
 Jumlah perdarahan: inspeksi perineum, laserasi, hematoma.
 Pengeluaran lochea.
 Kandung kemih: distensi bladder.
 Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam pertama setelah partus, TD dan Nadi
terhadap penyimpangan cardiovaskuler.

1.9 PENATALKSANAAN MEDIS


Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan
khusus. Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan
penyulit, terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan pemberian anti
biotic dan obat-obat roboransia seperti suplemen vitamin, demikian juga pada
bayi obat-obatan biasanya diberikan untuk tindakan profolatif, misalnya vit K
untuk mencegah perdarahan, antibiotik untuk mencegah infeksi.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN
a. Biodata klien

Biodata yang mencakup identitas klien tentang : nama, umur, pendidikan,

pekerjaan, suku/bangsa, agama, alamat, no. medical record, nama suami,

umur suami, pendidikan suami, pekerjaan suami, suku/bangsa suami, alamat

dan tanggal pengkajian (Nugroho et al., 2014)

b. Keluhan utama

Keluhan utama diperlukan untuk mengetahui masalah yang berkaitan

dengan masa nifas, misalnya klien merasa mulas, sakit pada jalan lahir karena

adanya jahitan pada perineum (Ambarwati & Wulandari, 2010)

c. Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan yang lalu

Data yang diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, hipertensi, asma, yang

dapat mempengaruhi pada masa nifas ibu.


2. Riwayat kesehatan sekarang

Data-data kesehatan sekarang pada ibu nifas diperlukan untuk

mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini

yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.

3. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan padien dan

bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya

(Ambarwati & Wulandari, 2010)

d. Riwayat haid

Umur menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,

siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus (Nugroho et

al., 2014)

e. Riwayat perkawinan

Berapa kali menikah? status menikah syah atau tidak? (Nugroho et al., 2014)

f. Riwayat obstetrik

1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara

persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu

(Ambarwati & Wulandari, 2010).

2) Riwayat persalinan sekarang

Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi

meliputi panjang badan, berat badan, penolong persalinan (Ambarwati &

Wulandari, 2010)
g. Riwayat KB

Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis

kontrasepsi yang pernah digunakan, keluhan yang dirasakan ketika

menggunakan kontrasepsi,kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau

rencana penambahan anggota keluarga dimasa mendatang (Ambarwati &

Wulandari, 2010).

h. Data pengetahuan

Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan

setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas

(Ambarwati & Wulandari, 2010)

i. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

1) Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum yang meliputi nafsu makan,

frekuensi, banyak, jenis makanan dan juga makanan pantangan.

2) Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar dan

kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, warna dan baru,

apakah terjadi diuresis setelah melahirkan, apakah terjadi retensi urine karena

takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan, dan kebiasaan penggunaan toilet.

3) Istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur,

kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, kebiasaan tidur siang, penggunaan

waktu luang.

4) Personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh


terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan

lochea.

5) Aktivitas

Pada pola ini dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Apakah ibu

melakukan ambulansi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau

sendiri (Ambarwati & Wulandari, 2010)

j. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum : tingkat kesadaran.

2) BB, TB, LLA, tanda vital normal (RR konsisten, nadi cenderung bradikardi,

suhu 36,5-37,5 derajat celcius, respirasi 16-24x/menit)

3) Kepala : rambut, wajah, mata (conjungtiva), hidung, mulut, fungsi

pengecapan, pendengaran, dan leher.

4) Payudara : pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan

putting susu, stimulation nepple erexi, kepenuhan atau pembengkakan,

benjolan, nyeri, produksi laktasi atau kolostrum, perabaan pembesaran

kelenjar getah bening di ketiak.

5) Abdomen : teraba lembut, kenyal, muskulus rektus abdominal untuh atau

terdapat diastasis, distensi, striae, tinggi fundus uteri, konsistensi, lokasi,

kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi blas.

6) Anogenital : lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina

(licin, kencur), adalah hematom, nyeri, tegang. Perineum : keadaan luka

episiotomy, ekimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochea (warna,

jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi), anus : hemoroid dan thrombosis

pada anus.

7) Muskuloskeletal : tanda human, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi, dan
kekuatan otot.
2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan;
diuresis; keringat berlebihan.
3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran
kemih.
4. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet
yang tidak seimbang; trauma persalinan.
5. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
6. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
7. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang
cara merawat bayi.

2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi (PQRST)
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
d. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
e. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
f. Motivasi untuk meningkatkan asupan nutrisi yang bergizi.
g. Tingkatkan istirahat
h. Latih mobilisasi miring kanan miring kiri jika kondisi klien mulai membaik
i. Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri.
j. Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum
berkemih.
k. Anjurkan dan latih pasien cara merawat payudara secara teratur.
l. Jelaskan pada ibu tetang teknik merawat luka perineum dan mengganti PAD
secara teratur setiap 3 kali sehari atau setiap kali lochea keluar banyak.
m. Kolaborasi dokter tentang pemberian analgesik.
2. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan;
diuresis; keringat berlebihan.
a. Obs Tanda-tanda vital setiap 4 jam.
b. Obs Warna urine.
c. Status umum setiap 8 jam.
d. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
e. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik ), jika diperlukan
f. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
g. Lakukan terapi IV
h. Dorong masukan oral
i. Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia, gelisah, TD
di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap.
j. Konsultasi dokter bila manifestasi kelebihan cairan terjadi.
k. Pantau: cairan masuk dan cairan keluar setiap 8 jam.
3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
a. Kaji haluaran urine, keluhan serta keteraturan pola berkemih.
b. Anjurkan pasien melakukan ambulasi dini.
c. Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum
berkemih.
d. Anjurkan pasien untuk berkemih secara teratur.
e. Anjurkan pasien untuk minum 2500-3000 ml/24 jam.
f. Kolaborasi untuk melakukan kateterisasi bila pasien kesulitan berkemih.
4. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang
tidak seimbang; trauma persalinan.
a. Kaji pola BAB, kesulitan BAB, warna, bau, konsistensi dan jumlah.
b. Anjurkan ambulasi dini.
c. Anjurkan pasien untuk minum banyak 2500-3000 ml/24 jam.
d. Kaji bising usus setiap 8 jam.
e. Pantau berat badan setiap hari.
f. Anjurkan pasien makan banyak serat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran
hijau.
5. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
a. Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut: nadi
20/mnt di atas frek nadi istirahat, catat peningaktan TD, dispnea, nyeri dada,
kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pinsan.
b. Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas pada dasar nyeri/respon hemodinamik,
berikan aktifitas senggang yang tidak berat.
c. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contoh: penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek nadi, peningaktan perhatian pada aktifitas
dan perawatan diri.
d. Dorong memajukan aktifitas/toleransi perawatan diri.
e. Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasien.
f. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk
ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat tidur,
belajar berdiri.
6. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
a. Pantau: vital sign, tanda infeksi.
b. Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah.
c. Kaji luka perineum, keadaan jahitan.
d. Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih dengan cara yang
benar dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari atau setiap kali pengeluaran
lochea banyak.
e. Pertahnakan teknik septik aseptik dalam merawat pasien (merawat luka
perineum, merawat payudara, merawat bayi).
7. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara
merawat bayi.
a. Beri kesempatan ibu untuk melakuakn perawatan bayi secara mandiri.
b. Libatkan suami dalam perawatan bayi.
c. Latih ibu untuk perawatan payudara secara mandiri dan teratur.
d. Motivasi ibu untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP.
e. Lakukan rawat gabung sesegera mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada
ibu atau bayi.
Daftar pustaka

Carpenito, L.J. 2005. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi VIII,


Philadelphia, Lippincot Company, USA

Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2007. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman
untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC, Jakarta.

Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2001-


2008,Philadelphia,USA.

Hacker Moore. 2005. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Hanifa Wikyasastro.2007. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Mc Closky & Bulechek. (2008). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America: Mosby.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai