Anda di halaman 1dari 42

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS PADA MASA


NIFAS 1 HARI

1.1 Definisi

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembalin seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas berlangsung kira-
kira 6 minggu. (Prawirohardjo, 2002 : N-23)

Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu.Selama masa ini,
saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (Obtetri
William)

Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti pra persalinan. Lama masa nifas 6-8 minggu.
(Synopsis Obstetri)

1.2 Tujuan asuhan masa nifas


Selama bidan memberikan asuhan sebaiknya bidan mengetahui apa tujuan dari pemberian
asuhan pada ibu masa nifas , tujuan diberikannya asuhan pada ibu selama masa nifas
antara lain untuk :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis dimana dalam
asuhan asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan pemberian
nutrisi, dukungan psikologis maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan harus
melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa nifas secara sistematis
yaitu mulai pengajian data subjektif, obyetif maupun penunjang .
c. Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus menganalisa data
tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat mendeteksi masalah yang
terjadi pada ibu dan bayi.

1
d. Mengobati ataau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, yakni
setelah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk ke langakah berikutnya
sehingga tujuan di atas dapat dilaksanakan.
e. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan
bayi sehat : memberikan pelayanan keluarga berencana (Saifuddin,2006)

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Saifuddin, 2006)

1.3 Perubahan fisiologis pada masa nifas


A. Perubahan Sistem Reproduksi
1. Uterus
a. Pengerutan Rahim( involusi )
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil.
Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta
akan menjadi neurotic (layu/mati).
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi utuk
meraba di mana TFU-nya (tinggi fundus uteri).
1. Pada saat bayi baru lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram.
2. Pada akhir kal III, TFU teraba 2 jari di bawah pusat.
3. Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat simpisis dengan
berat 500 gram.
4. Pada 2 minggu post partum, TFU teraba di atas simpisis dengan berat 350
gram.
5. Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak teraba) dengan berat 50
gram.
 Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara lain:
1. Autolysis

2
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
didalam otot uteri. Enzim proteolitik akan mamendekkan jaringan otot
yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan
lima kali lembarnya dari sebelum hamil. Sitoplasma sel yang berlebih
akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibrio elastic dalam
jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
2. Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah
besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian
produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan
atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan
terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan bergenerasi
menjadi endometrium yang baru.
3. Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir.Hal tersebut diduga terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intrauterine yang sangat besar. Hormon oksitosin yang
dilepas dari kelenjar hypoofisis memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus, mengompres pembuluh darah, dan membantu proses hemostatic.
Kontraksi dan retraksi otot uteri akan mengurangi suplai darah ke uterus.
Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi
plasenta dan mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta
memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.
Selama 1-2 jam pertama post partum, intensitas kontraksi uterus
dapat berkurang dan menjadi teratur. Oleh karena itu, penting sekali untuk
menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini.Suntikan
oksitosin biasanya diberikan secara intravena atau intramuskuler, segera
setelah kepala bayi lahir. Pemberin ASI segera setelah lahir akan
merangsang pelepasan oksitosin karena isapan bayi pada payudara.

3
b. Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.Lokhea mengandung
darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.Lokhea mempunyai
reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada
kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan
volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume
karena adanya proses involusi.
Lokhea dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya:
1. Lokhea rubra/ merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum. Cairan
yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi lanugo (rambut bayi), dan meconium.
2. Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari
ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
3. Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan
robekan atau laserasi plasenta.Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
4. Lokhea alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks,
dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6
minggu post partum.

Lokhea yang menetap pada awal periode post partum menunjukan tanda-
tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebbkan oleh tertinggalnya sisa atau
selaput plasenta. Lokhe alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya
endometritis terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam.bila
terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan
“lokhea purulenta”. Pengeluaran lokea yang tidak lancer disebut dengan lokhea
statis.

4
c. Perubahan pada serviks.
Perubahan pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga seperti corong segera
setelah bayi lahir.Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontaksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada pembatasan
antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.
Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh
darah.Konsistensinya lunak, kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena
robekan kecil yang terjadi selama berlidatasi maka serviks tidak akan pernah kembali
lagi keadaan seperti sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup
secar perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan data masuk kedalam rongga
rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pda minggu ke-6 post partum
serviks dapat kembali.
2. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yag sangat besar
selama proses melahirkan. Dalam beberapa hari pertama sedudah prses tersebut, kedua
ini dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu koma vulva kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali. Sementara
labia menjadi lebih menonjol.
Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka pada vagina
umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara perpriman (sembuh dengan
sendirnya) kecuali apabila terjadi infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan sellulitis yang
dapat menjara sampai terjadi sepsis.
3. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
terengang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5 perineum
sudah mendapatkan kembali sebagian tolusnya, sekalipun tetap lebih kendur dari pada
keadaan sebelum lahir.
B. Perubahan sistem pencernaan
Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ii disebabkan pada
persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi

5
kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan norma, kurang asupan cairan
dan makanan, serta kurangya aktifitas tubuh.
Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat,
peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari
dapat diberikan obat laksansia. Selain konstipsi, ibu juga mengalami anoreksia akibat
penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan dari sekresi,
serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan.
C. Perubahan sistem perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air
kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat
spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi
tekanan antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
Urine dalam jumlah besar akan dihasil dalam 12-36 jam post partum. Kadar
hormone ekstrogen yang bersifat menahan air akan mengalamipenurunan yang mencolok.
Keadaan tersebut disebut “diuresis”. Ureter yang dilatasi akan kembali normal dalam 6
minggu. Dinding kandung kemih memperlihatkan odema dan hyperemia, kadang-kadang
odeme trigonum yang menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga menjadi retensio
urine.Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang sensitive dan kapasitas
bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine residua (normal kurang
lebih 15 cc).dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung kemih sewaktu persalinan
dapat menyebabkan infeksi.
D. Perubahan sistem musculoskeletal

Otot – otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh darah


yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.

Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu


persalinan, secara berangsur- angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang
uterus jatuh kebelakang dan menjadi retro fleksi karena ligamentum retundum menjadi
kendor.Tidak jarng pula wanita mengeluh kandungannya tuun setelah melahirkan karena

6
ligament, fasia jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor.Stabilsasi secara
sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

Sebagai akibat putusnya serat-serat elastis kulit dan distensi yang berlangsung
lama akibar bersarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunakdan
kendor untuk sementara waktu.untuk memulihkan kembali jaringan penunjang alat
genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan melakukan latiha-
latihan tertentu. Pada 2 hari post partum sudah dapat di fisioterapi.

E. Perubahan sistem endokrin


1. Hormone plasenta
Hormone plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan HCG menurun
dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum
dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
2. Hormone pituitary
Prolactin darah akan meningkat denga cepat. Pada waktu tidak menyusui,
prolactin menurun akan menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan
meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga
ovulasi terjadi.
3. Hypotalamik pitutari ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor
menyusui. Sering kali mentruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya
kadar ekstrogen dan progesterone.
4. Kadar ekstrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar ekstrogen yang bermakna sehingga
aktifitas prolaktin yag juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae
dalam menghasilkan ASI.
F. Perubahan Tanda Vital
1. Suhu Badan
Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikir (37,5°- 38° C) sebagi
akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila
keadaan normal, suhu badan menjadi biasa.Biasanya, pada hari ke-3 suhu badan naik lagi

7
karena adanya pembentukan ASI.Payudara menjadi bengkak dan berwarna merah karena
banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya insfeksi pada endometrium
(mastitis tractus genetalis atau sistem lain)
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis
melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nai yang melebihi 100 kali per menit
adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.
3. Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah
setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi saat post partum
dapat menandakan terjadinya pre eklampsi post partum.
4. Pernafasan
Keadaan penafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi
tidak normal maka pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus
pada saluran pencernaan.
G. Perubahan Kardiovaskuler

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menanpung alira darah
yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri.Penarikan
kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi
volume plasma kembali pada proposi normal.Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama
setelah kelahiran bayi.Selama masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah
urine.Hilangnya pengesteran mengurangi retensi cairan yang melekat dengan
meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan
trauma masa persalinan.Pada persalinan vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml,
sedangkan pada persalinan dengan SC, pengeluaran dua kali lipat. Perubahan terdiri dari
volume darag dan kadar Hmt (haematokrit).

Setelah persalinan , shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relative
akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan akan
menimbulkan decompensatio codis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat

8
diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tubuhnya haemokonsentrasi sehingga
volume darah kembali sepereti sediakala.Umumnya, ini terjadi pada 3-5 hari post partum.

1.4 Deteksi dini komplikasi pada ibu masa nifas


A. Perdarahan pervaginam postpartum
Definisi perdarahan pervaginam 500 ml atau lebih, sesudah anak lahir atau setelah kala
III.Perdarahan ini bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan. Terutama di dua jam
pertama, kalau terjadi perdarahan, maka tinggi Rahim akan bertambah naik, tekanan
darah menurun , dan denyut nadi ibu menjadi cepat.
1. Klasifikasi klinis
Perdarahan pasca persalinan primer yakni perdarahan yang terjadi dalam 24 jam
pertama, penyebab : atoni uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan
lahir.
Perdarahan pasca persalinan sekunder, yakni perdarahan yang terjadi setelah 24 jam
pertama, penyebab: robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membrane.
2. Etiologi dan faktor predisposisi
Penyebabperdarahan pasca persalinan ada beberapabsebab antara lain:
a. Atoni uteri (> 75%), atau uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan pemijatan fumdus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR. Asuhan
Persalinan Normal, Depkes Jakarta; 2002)
b. Robekan (laserasi,luka) jalan lahir atau robekan yang terjadi pada jalan lahir bisa
disebabkan oleh robekan spontan atau memang sengaja dilakukan episiotomy,
robekan jalan lahir dapat terjadi di tempat: robekan serviks, perlukaan vagina,
robekan perineum.
c. Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan diidalam Rahim baik
sebagian atau seluruhnya)
d. Inversion uterus (uterus keluar dari rahim)
e. Gangguan pembekuan darah (koagulopati)

Penanganan umum

a. Hentikan perdarahan
b. Cegah/atasi syok

9
c. Ganti darah yang hilang : diberi infus cairan (larutan garam fisiologis, plasma
ekspanfder, dextran-L, dan sebagainya), tranfusi darah, kalau perlu oksigen.
B. Infeksi masa nifas
Infeksi masa nifas merupakan masuknya bakteri pada traktus genetalia, terjadi sesudah
melahirkan, kenaikkan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10
hari pwrtama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.

Etiologi
Organisme pada bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat persalinan adalah.
 Kuman anaerob: kokus gram positif (peptostreptokok, peptokok, bakterodes dan
clostridium).
 Kuman aerob : gram positif dan E. coli.

Faktor predisposisi

1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh.


2. Partus lama dengan ketuban pecah lama .
3. Tertinggalnya plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah.
4. Teknik aseptic yang tidak baik dan benar.
5. Pemeriksaan vagina selama persalinan.
6. Manipulasi intrauterus.
7. Trauma/ luka terbuka.
8. Hematom dan hemorogi (darah hilang lebih dari ml)
9. Perawatan perineum yang tidak tepat.
10. Infeksi vagina/ servik atau penyakit menular seksual yang tidak ditangani.

 Macam-macam infeksi masa nifas


1. Infeksi perineum, vulova, vagina, dan serviks :
Nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-kadang perih bila kencing.Bila
getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu 38oC dan nadi
dibawahnya 100 per menit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang
tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39-40oC, disertai menggigil.

10
2. Endometritis:
Tanda-tanda dan gejala : takikardi, suhu 38oC-40oC, menggigil, nyeri tekan
uterus,subinvolusi, distensi abdomen, lokea sedikit dan tidak berbau, atau banyak ,
berbau busuk, mengandung darah, dan seropurulen, jumlah sel darah putih
meningkat.
Penanganan endomemetritis : rujuk ke rumah sakit, konsultasi dokter, diberikan
obatantimikroba spectrum luas atau terapi antibiotic tripel, biasanya secara IV,
pulangkan jika dalam 24 jam tidak terjadi panas.
1.5 Penatalaksanaan
1. Perawatan dalam Nifas

Pengawasan kala IV yang sebetulnya jam peratama dari nifas telah diuraikan secara
singkat meliputinya :

- Pemeriksaan placenta, supaya tidak ada bagian – bagian placenta yang tertinggal.
- Pengawasan tingginya fundus uteri.
- Pengawasan perdarahan dari vagina.
- Pengawassan konsistensi rahim.
- Pengawasan keadaan umum ibu.

Kalau placenta ternyata tidak lengkap, maka cavum uteri harus diperiksa dengan tangan
dan sisa placenta dikeluarkan.Kalau kontraksi rahim kurang baik, dilakukan massage dan
diberi 10 U pitocin dan 0.2 mg methergin intramusculer. Kalau perlu dilanjutkan dengan
0,2 mg methergin intravenosa dan pitocin infus ialah pemberian infus glucose 5 % 500 cc
di mana telah dicampurkan 5-20 U pitocin.

Kalau pasien berdarah juga, sedangkan kontraksi rahim baik, maka harus dilakukan
pemeriksaan in speculo, karena perdarahan dengan uterus yang keras biasanya
disebabkan oleh luka – luka jalan lahir, terutama robekan servix,

Luka yang berdarah kemudian dijahit.

Kalau kontraksi uterus baik, masih perlu pengawasan yang teliti sampai 1
jam postpartum (kala IV) ; tetapi kalau kontraksi rahim kurang baik,

11
mungkin harus diawasi beberapa jam ialah sampai kita yakin bahwa
bahaya perdarahan telah berlalu.

Setelah kala III selesei perineum dimana perlu dijahit, maka biasanya penderita
dibersihkan dan diberi T verband dengan maksudsupaya fundus uteri tidak naik sehingga
kalau ada perdarahan maka perdarahan tampak keluar dari vagina.Vulva biasanya ditutup
dengan kain haid yang steril.

Kain pada vulva mengabsobsi lochia, menghalangi ibu untuk memegang alat kemaluan
luarnya dan mencegah kontaminasi dari luar ke dalam tetapi juga dari dalam keluar,
karena orang yang tidak memakai kain akan mengotori temapat – tempat di mana ibu
duduk dan tidur.

Setelah segalanya selesei maka penting sekali ibu mendapat istirahat yang cukup, karena
istirahat ini memulihkan kembali kekuatan fisik dan mentalnya dan juga memmpercepat
penyembuhan.

Pada umumnya dari sudut kedokteranan tidak dianggap perlu memakai gurita, tetapi
karena banyak penderita merasa lebih enak memakainya, maka kita tidak melarangnya.

Memakai gurita itu hanya perlu pada :

- Penderita yang perutnya sangat longgar


- Pada penderita yang tekanan intra abdominalnya sangat menurun setelah
persalinan, misalnya pada hydramnion, kehamilan kembar.
- Penderita dengan vitium Cordis

Dalam hal ini pemakaian gurita adalah untuk mencegah shock.Penggunaan gurita tak
perlu lama, kira-kira seminggu sudah cukup.His pengiring terutama dirasakan oleh
multiparae dan perlu diberi analgetica seperti aspirin, codein, dll.Supaya pasien dapat
beristirahat dengan baik.

1. Early ambulation :
Yang dimaksudkan dengan early ambulation ialah :

12
Kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat
tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan.

Sekarang tidak dianggap perlu lagi menahan penderita terlentang ditempat tidurnya
selama 7-14 hari setelah melahirkan.Penderita sudah diperbolehkan bangun dari
tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.

 Keuntungan dari early ambulation ialah :


- Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat dengan early ambulation
- Faal usus dan kandung kemih lebih baik
- Early ambulation memungkinkan kita mengajari ibu memelihara anaknya;
memandikan, mengganti pakaian, memberi makanan dll. Selama ibu masih
di rumah sakit.
- Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis)

Menurut penelitian – penelitian yang seksama early ambulation tidak mempunyai


pengaruh yang buruk; tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak
mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut, tidak memperbesar
kemungkinan prolaps atau retroflexio.

Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada penderita dengan penyulit, misalnya :
anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dll.

Lagi pula penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-angsur,


jadi bukan maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci, masak, dll.

2. Dieet
Dieet harus sangat emndapat perhatian dalam nifas karena makanan yang baik
mempercepat penyembuhan ibu, lagi pula makanan ibu sangat mempengaruhi
susunan air susu.
3. Suhu
Harus diawasi terutama dalam minggu pertama dari masa nifas karena kenaikan suhu
adalah tanda pertama infeksi.
4. Mictie

13
Tiap penderita disuruh kencing 6 jam postpartum. Kalau dalam 8 jam post partum
beum dapay kencing atau sekali kencing belum melebihi 100cc, maka dilakukan
kateterisasi; akan tetapi kalau ternyata bahwa kandung kemih penuh, tidak usah
menunggu sampai 8 jam untuk kateterisasi.
Jika penderita sesudahnya belum dapat kencing atau banyaknya kencing belum
memuaskan kateterisasi dilakukan saban 8 jam. Sebagai sebab-sebab relentio urinae
postpartum dikemukakan :
- Tekanan intra abdominal berkurang
- Otot-otot perut masih lemah.
- Oedema dari urethra
- Dinding kandung kencing kurang sensitif
5. Puting susu
Puting susu harus diperhatikan kebersihannya dan rhagade (luka pecah) harus segera
diobati, karena kerusakan puting susu merupakan porte d’entree dan dapat
menimbulkan mastitis.
Air susu yang menjadi kering merupakan kerakdan dapat merangsang kulit sehingga
timbul eczema; maka sebaiknya puting susu dibersihkan denga air yang telah
dimasak, tiap kali sebelum dan sesudahnya menyusukan bayi. Rhagade diobati
dengan salep penicillin, lanolin dll.

6. Perawatan payudara dan meningkatkan produksi ASI


1. Melakukan perawatan payudara yaitu :
- Masase payudara untuk pemeliharaan payudara
- Menstimulasi reflek oksitosin dengan mendekatkan bayi
- Payudara dibiarkan menggantung tanpa BH
- Payudara dibersihkan setelah menyusui
- Jika lecet segera olesi dengan ASI sedikit pada putting
- Gunakan posisi menyusui yang benar
2. Upaya untuk meningkatkan produksi ASI
- Makan dengan menu yang seimbang
- Cukup istirahat

14
- Banyak minum air putih
- Menyusui bayi secara rutin

7. Cara perawatan perinium yaitu :


- Anjurkan ibu untuk tidak menggunakan tampon pascapartum karena resiko
infeksi
- Jelaskan perkembangan perubahan lokhea dari rubra ke serosa hingga menjadi
lokhea alba.
- Anjurkan ibu untuk menyimpan dan melaporkan bekuan darah yang berlebihan
serta pembalut yang dipenuhi banyak darah
- Ajari ibu untuk mengganti pembalut setiap kali berkemih atau defekasi,dan
setelah mandi.
- Jelaskan untuk membersihkan perinium dari depan ke belakang
1.6 Intervensi Teori

Dx/Mx/Kebutuhan Rencana Rasional


Dx : Tujuan :
GIP10001 Ibu post Ibu dapat merawat bayi
partum kelahiran setelah kelahiran normal
spontan hari ke-1 hari ke-1

Kriteria Hasil :
- Bayi dapat tumbuh
dengan baik.
- Ibu dapat
memberikan ASI
dengan baik.
- Tercipta bonding
atechment antara
ibu dan bayi

15
Intervensi :
- Jelaskan kepada ibu - Ibu dan keluarga
dan keluarga mengerti tentang cara
tentang cara merawat bayi dengan
merawat bayi baik dan benar dan juga
seperti perawatan cara perawatan tali
tali pusat, cara pusat agar tetap kering
memandikan bayi. dan tidak terjadi
infeksi. Cara
memandikan bayi yang
benar dengan menjaga
suhu air dan
memastikan tidak ada
luka lecet pada lipatan-
lipatan kulit.

- Libatkan keluarga - Membantu memudahkan


dalam kegiatan ibu aktivitas ibu sehari – hari.
merawat bayi Sehingga ibu tidak
kewalahan merawat bayi
yang dapat menyebabkan
ibu depresi atau stress.

- Memberi waktu - Untuk menciptakan


bayi dan ibu ikatan batin antara ibu
bersama dalam dan bayi dan
waktu 24 jam merangsang oksitosin
yang dapat
mempengaruhi
pengeluaran ASI.

16
Mx: Tujuan :
Nyeri pada luka Mengatasi nyeri luka
jahitan jahitan

Kriteria Hasil :
Nyeri berkurang atau
hilang.

Intervensi :
- Berikan alternatif - Agar ibu mengerti cara
cara untuk mengurangi rasa nyeri
mengatasi nyeri. yang terjadi pada luka
jahitan
- Anjurkan ibu untuk - Agar ibu mengerti
melakukan bagaimana cara
perawatan luka merawat luka jahitan
jahitan supaya tetap kering dan
menghindari
menyentuh daerah luka.
- Agar ibu dapat
- Ajari ibu bagaimana
mengetahui bagaimana
cara merawat
cara merawat daerah
daerah kewanitaan.
kewanitaan dengan
mengganti pembalut
setidaknya 2 kali sehari
dan membersihkan
daerah kelamin dengan
sabun dan air.

17
Kebutuhan :
Perawatan payudara Tujuan :
Ibu dapat menyusui dan
ASI dapat keluar

Kriteria Hasil :
Ibu dapat merawat
payudara sendiri dan ASI
dapat keluar dengan lancar

Intervensi :
- Jelaskan pada ibu - Apabila ibu
tentang cara mengetahui cara
merawat payudara perawatan payudara
yang benar. yang benar, maka
payudara ibu terhindar
dari lecet dan bengkak.
- Anjurkan ibu untuk - Jika ibu mengetahui
mengatur posisi saat posisi yang benar saat
menyusui menyusui, maka akan
terhindar dari saluran
susu yang tersumbat.

18
BAB II

POHON MASALAH

2.1 Pohon Masalah

Partus spontan hari


pertama

Perubahan fisiologis
masa nifas

Perubahan Perubahan Perubahan


sistem sistem TTV
reproduksi perkemihan

uterus Diuresis Suhu,


pernafasan,
nadi, TD
vulva dan
vagina

perineium Nyeri

Karena Jika nyeri


Nyeri
bekas tidak
puerpuralis
jahitan ditangani

19
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyawati,Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi.

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Suherni,dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

Rukiyah,Ai Yeyeh.2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media.

Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.


1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Eleman.

Walsh,Linda V.1999.Midwifery Community Based Care During the Childbearing Year.


America: W.B. Saunders Company.

20
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN

PADA IBU POST PARTUM KELAHIRAN SPONTAN HARI KE-1

No. Register : 135.798877

Tanggal MRS : 28 Oktober 2014

Tanggal Pengkajian : 28 Oktober 2014

Jam : 08.00 WIB

Tempat : Rumah Sakit Cepaka-Kediri

Ruang : Mawar

I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Pasien
Nama Ibu : Ny. D enis Nama Suami : Tn. Dana

Umur : 26 Tahun Umur : 29 Tahun

Suku : Jawa Suku : Jawa

Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : S1 Pendidikan : S1

Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta

Penghasilan : R. 2.000.000,-/bln Penghasilan :Rp. 3.500.000,-/bln

Alamat Rumah : Perumahan Permata Hijau, Blok D No.12, Kota Kediri

21
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan setelah melahirkan dan ASI tidak keluar setelah
melahirkan.

3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun

Lama haid : 8 hari

Banyaknya : 2x ganti pembalut

Siklus : 28 hari

HPHT : 17 januari 2014

Teratur/Tidak : Teratur

Dismenorhoe : Ya, kadang - kadang

Jumlah : Banyak di hari ke-2 dan ke-3

Warna/ Bau : Jernih/ khas darah

4. Pola Makan dan Minum Saat ini


Pola Makan

1) Menu : Nasi, sayur, tahu, tempe, ikan,buah


2) Frekuensi : 2-3x sehari , nafsu makan berkurang setelah melahirkan
3) Banyanknya : Porsi sedikit
4) Pantangan : Dalam keluarga tidak ada kepercayaan untuk berpantang terhadap
makanan tertentu
Pola Minum

1) Frekuensi : 8-10 kali sehari

2) Jumlah per hari: ± 8 gelas/ hari, ibu sering merasa haus

3) Jenis minuman : Air putih,kadang diselingi jus buah dan susu

22
5. Pola Istirahat
Istirahat malam : 6 jam per hari

Istirahat siang : Minimal 1 jam sehari

Keluhan : Tidak ada

6. Pola aktivitas sehari-hari


Pasien sehari-harinya bekerja sebagai karyawati di sebuah kantor di bagian manajemen
keuangan,tapi sudah mengajukan cuti sejak 2 minggu sebelum HPL.
Aktivitas dirumah pasien seperti ibu rumah tangga yang lain. Pasien tidak mempunyai
pembantu.
7. Pola Eliminasi
BAB : Setelah melahirkan ibu mengatakan takut untuk BAB dan menahannya hingga
terjadi sembelit.

BAK : 3-4x/hari (warna kuning jernih, bau khas, nyeri saat BAK)

8. Riwayat KB
Kontrasepsi yang pernah digunakan : Tidak ada

Rencana Kontrasepsi yang akan di gunakan : Belum ada rencana

9. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu


Penyulit Anak
Tgl/Bln Tempat Jenis Kehamilan
No UK Penolong Nifas
Pers Pers Pers / Jk BB PB
Persalinan

Rumah Spont
27 48 Normal
sakit an 3000
1. Oktober 9bl Bidan Tidak ada L diberi
Cepaka- norma gr
2014 tablet Fe
Kediri l

23
10. Status Perkawaninan
1) Usia nikah pertama kali : 23 tahun
2) Status pernikahan : sah menurut agama dan negara
3) Lama pernikahan : 3 tahun
11. Riwayat Kesehatan
Penyakit Yang Sedang Diderita :

Ibu mengatakan tidak menderita penyakit apapun.

Riwayat Penyakit Yang Lalu :

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang lalu seperti DM, hipertensi dan lain-
lain

Riwayat Penyakit Keturunan :

Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan, seperti DM, hipertensi dan lainnya.

12. Personal Hygiene


1) Mandi
Sehari 2 kali,pagi dan sore hari. Setelah persalinan ibu belum mampu untuk mandi
sendiri
2) Keramas
Seminggu 3-4 kali,tapi selama hamil tiap hari keramas karena selalu berkeringat.
3) Ganti celana dalam
Sehari minimal 3 kali, kadang memakai panty liner karena keputihan
4) Keputihan kuku
Kuku bersih,tapi ia senang memanjangkan kuku tangan kiri untuk menunjang
penampilan.
13. Aktivitas seksual
1) Frekuensi
Sebelum hamil rutin 3 kali seminggu,tapi sejak hamil frekuensi berkurang menjadi 2 kali
seminggu.
2) Keluhan

24
Sebelum hamil tidak ada keluhan,tapi selama hamil merasa kurang nyaman karena
keputihan banyak.
14. Keadaan lingkungan tempat tinggal
1) Fasilitas MCK
Telah tersedia MCK dirumah pasien
2) Letak rumah
Letak rumah pasien tidak dekat dengan pemelihara kucing maupun ternak ayam dan
sebagainya karena berada di kota.
3) Polusi udara
Tingkat polusi udara tidak cukup tinggi
4) Keadaan kamar
Pencahayaan dan ventilasi cukup.
15. Perilaku Kesehatan
Minum alkohol : tidak pernah

Obat-obatan, jamu : tidak pernah

Merokok, minum kopi dan sirih : tidak pernah

Ganti pakaian dalam : 2-3x sehari

16. Keadaan Psikososial


Hubungan dengan keluarga : Baik, periksa ke rumah sakit diantar suami

Hubungan dengan masyarakat : Baik, ibu mampu berkomunikasi dengan baik dengan
tenaga kesehatan.

17. Pengetahuan ibu tentang perawatan bayi


1) Ibu mengatakan tidak tahu bagaimana cara merawat bayi baru lahir dan kurang percaya
diri dengan kemampuannya untuk merawat bayi.
2) Ibu mengatakan masih canggung untuk menggendong bayinya
18. Pengetahuan ibu tentang keadaannya dan perawatannya
1) ibu belum tahu cara merawat luka jahitan periniumnya,serta bagaimana teknik yang benar
ketika buang air besar dan kecil supaya luka jahitannya tidak membuka.

25
2) Ibu menanyakan bagaimana cara supaya ASI cepat keluar karena khawatir bayinya akan
kehausan.
3) Ibu menanyakan tentang nyeri pada luka jahitan.
19. adat istiadat setempat yang berhubungan dengan masa nifas
1) dalam keluarga percaya bahwa selama masa nifas tidak boleh memakan makanan yang
bisa menyebapkan gatal karena bisa memperlambat keringnya luka jahitan.
B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik

Kesadaran : Composmentis

Keadaan Emosional : Stabil

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Suhu tubuh : 37,5°C

Nadi : 89 x/menit

Pernafasan : 22 x/menit

Tinggi badan : 155 cm

BB : 50 kg

2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
1) Kepala
 Warna rambut : hitam
 Benjolan : tidak ada
 Rontok : tidak
 Ketombe : tidak ada

2) Muka
 Cloasma Gravidarum : tidak ada
 Pucat : tidak

26
3) Mata
 Kelopak Mata : tidak edema kanan/kiri
 Konjungtiva : merah muda kanan/kiri
 Sklera : putih keabuan kanan/kiri

4) Hidung
 Simetris : iya kanan/kiri
 Sekret : tidak ada kanan/kiri
 Polip : tidak ada kanan/kiri
 Serumen : tidak ada kanan/kiri

5) Mulut dan Gigi


 Lidah : bersih
 Gigi : tidak karies
 Gusi : tidak epulis

6) Telinga
 Serumen : tidak ada kanan/kiri
 Sekret : tidak ada kanan/kiri

7) Leher
 Kelenjar Tiroid : tidak ada pembengkakan
 Kelenjar Limfe : tidak ada pembengkakan
 Vena Jugularis : tidak ada pembengkakan

8) Mammae
 Inspeksi
- Areola mengalami hiperpigmentasi
- tidak keluar ASI
- Payudara simetris ka/ ki

- puting susu menonjol ka/ki,

 Palpasi
- Payudara teraba penuh
- Konsistensi payudara lembek

9) Abdomen
tidak ada bekas operasi, konsistensi keras, tinggi fundus uteri 3 jari bawah
pusat, kontraksi baik.

27
10) Anogenital
tidak ada oedem dan varises, terdapat bekas luka jahitan perineum derajat II,
terdapat pengeluaran lochea sanguinolenta, perdarahan 2x ganti
pembalut/hari.
Anus: tidak hemoroid
11) Ekstermitas
Atas

 Oedema : tidak ada


 Varises : tidak ada
 Simetris : iya

Bawah

 Oedema : tidak ada


 Varises : tidak ada
 Simetris : iya

A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada

B. TERAPI YANG DIPEROLEH


Tidak ada

II. INTERPRETASI DATA DASAR

No. Data Dasar Diagnosa/ Masalah/


Kebutuhan

Tanggal 27-10-2014 / 08.05 WIB

1. DS: Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertamanya secara Dx:


normal dengan jenis kelamin laki-laki.
GIP1001 postpartum
kelahiran spontan
hari ke-1
DO: Keadaan Umum : baik

Kesadaran : Composmentis

Keadaan Emosional : Stabil

28
Tekanan darah : 120/80 mmHg

Suhu tubuh : 37,5°C

Nadi : 89 x/menit

Pernafasan : 22 x/menit

Tinggi badan : 155 cm

BB : 50 kg

2. Mx : Nyeri pada luka


DS : Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan setelah melahirkan.
jahitan
DO : KU : baik

Nyeri pada luka jahitan

3.
DS: Ibu mengatakan ASI tidak keluar
Kebutuhan :
DO: perawatan payudara

- KU ibu : baik

- Mammae
 Inspeksi
- Areola mengalami hiperpigmentasi
- tidak keluar ASI
- Payudara simetris ka/ ki

- puting susu menonjol ka/ki,

 Palpasi
- Payudara teraba penuh
- Konsistensi payudara lembek

29
III. INTERVENSI

Dx/Mx/Keb Intervensi Rasional

Tanggal 27 Oktober Tujuan :


2014 jam 08.15
Ibu dapat merawat bayi setelah
WIB
kelahiran normal hari ke-1
G1P1001 ibu post
Kriteria Hasil :
partum kelahiran
spontan hari ke-1 KU : Baik

Nadi : 60-80 x/menit

RR : 16-20x/menit

Suhu : 36,5-37,5oC

Dapat merawat bayi

Intervensi :

1. lakukan KIE pada ibu tentang


1. pasien dan keluarga
cara merawat bayi yang benar.
mengetahui cara merawat bayi
yang benar.

Mx : Nyeri pada
luka jahitan Tujuan : Nyeri pada luka jahitan
teratasi

Kriteria Hasil :

KU : Baik

Nadi : 60-80 x/menit

30
RR : 16-20x/menit

Suhu : 36,5-37,5oC

Nyeri pada luka teratasi

Intervensi :

1. Beritahu kondisi ibu kepada 1. Pasien dan keluarga


pasien dan keluarga mengetahui kondisi yang
2. Anjurkan ibu untuk terjadi dan lebih kooperatif
melakukan perawatan luka 2. Dengan mampunya pasien
jahitan merawat luka jahitan sendiri
akan mengurangi rasa nyeri
dan rasa trauma setelah
melahirkan

Kebutuhan :
Tujuan : ibu dapat menyusui dan
perawatan payudara
ASI dapat keluar

Kriteria Hasil :

KU : Baik

Nadi : 60-80 x/menit

RR : 16-20x/menit

Suhu : 36,5-37,5oC

Dapat merawat payudara dan


ASI keluar

Intervensi :

31
1. Lakukan KIE tentang
1. dengan kemampuan pasien
perawatan payudara
merawat payudara dapat
meningkatkan produksi ASI
dan mempercepat
pengeluaran ASI tersebut.

2.Lakukan bimbingan cara 2. Dengan cara menyusui yang

menyusui yang benar pada ibu benar proses laktasi dan


pengeluaran ASI secara fisi

IV. IMPLEMENTASI

No. Dx/ Masalah/ Kebutuhan Implementasi

Tanggal/jam :

27-10-2014/07. 08.30 WIB

1. Dx:
1. memberikan KIE tentang cara perawatan bayi baru lahir
G1P1001 postpartum yang benar
kelahiran spontan hari ke-
1

1. Memberikan KIE tentang :


2. Mx : nyeri pada luka a. keadaannya nyeri pada luka jahitan bahwa :
jahitan
- Hal itu adalah normal karena luka masih
termasuk luka baru dan masih dalam masa
penyembuhan
- Ibu tidak perlu khawatir jahitan akan terbuka
jika digunakan untuk jongkok ketika buang
air besar dan kecil.
b. cara perawatan perinium yaitu :

32
- Anjurkan ibu untuk tidak menggunakan
tampon pascapartum karena resiko infeksi
- Jelaskan perkembangan perubahan lokhea
dari rubra ke serosa hingga menjadi lokhea alba.
- Anjurkan ibu untuk menyimpan dan
melaporkan bekuan darah yang berlebihan serta
pembalut yang dipenuhi banyak darah
- Ajari ibu untuk mengganti pembalut setiap
kali berkemih atau defekasi,dan setelah mandi.
- Jelaskan untuk membersihkan perinium dari
depan ke belakang

3. Kebutuhan : perawatan
payudara 1. Melakukan perawatan payudara yaitu :
- Masase payudara untuk pemeliharaan
payudara
- Menstimulasi reflek oksitosin dengan
mendekatkan bayi
- Payudara dibiarkan menggantung tanpa BH
- Payudara dibersihkan setelah menyusui
- Jika lecet segera olesi dengan ASI sedikit
pada puting
- Gunakan posisi menyusui yang benar
Upaya untuk meningkatkan produksi ASI
- Makan dengan menu yang seimbang
- Cukup istirahat
- Banyak minum air putih
- Menyusui bayi secara rutin

33
V. EVALUASI

Tanggal/Jam Dx/Mx/Keb Evaluasi

27-10-2014 Dx : S:
09.00 WIB
G1P1001 postpartum Ibu mengatakan bisa merawat bayi
kelahiran spontan hari di awal proses setelah melahirkan
ke-1
O:

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV

TD : 120/80 mmHg

RR : 22 x/menit
Nadi : 89 x/menit

Suhu : 37, 50 C

A:

G1P1001 postpartum kelahiran


spontan hari ke-1

P:

Melanjutkan intervensi yang telah


diberikan.

Mx : nyeri pada luka


S:
jahitan
- Ibu mengatakan bisa merawat
luka jahitan

- ibu mengatakan sekarang rasa


nyeri sudah berkurang

O:

Keadaan umum : Baik

34
Kesadaran : Composmentis

TTV

TD : 120/80 mmHg

RR : 22 x/menit
Nadi : 89 x/menit

Suhu : 37, 50 C

Nyeri berkurang

A:

Mx : Nyeri pada luka jahitan

P:

Melanjutkan intervensi yang telah


diberikan

Kebutuhan : perawatan S :
payudara - Ibu mengatakan ASI keluar
sedikit demi sedikit
- ibu mengatakan dapat merawat
payudara
O:
KU : baik
Mammae :
- ASI keluar sedikit
- konsistensi payudara baik
- puting bersih
A:
Kebutuhan : perawatan payudara
P : melanjtkan intervensi yang telah
diberikan

35
BAB IV

DOKUMENTASI SOAP

1. S : Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertamanya secara normal dengan jenis
kelamin laki-laki.

O: Keadaan Umum : baik

Kesadaran : Composmentis

Keadaan Emosional : Stabil

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Suhu tubuh : 37,5°C

Nadi : 89 x/menit

Pernafasan : 22 x/menit

Tinggi badan : 155 cm

BB : 50 kg

A: Dx: GIP1001 postpartum kelahiran spontan hari ke-1

P:

a. Intervensi
-Tujuan :
Ibu dapat merawat bayi setelah kelahiran normal hari ke-1

-Kriteria Hasil :
KU : Baik

Nadi : 60-80 x/menit

RR : 16-20x/menit

Suhu : 36,5-37,5oC

36
Dapat merawat bayi

- Intervensi :
1.KIE tentang cara merawat bayi
-Rasional :
1.pasien dan keluarga mengetahui cara merawat bayi yang benar dan
baik

b.Implementasi

1. KIE pada pasien tentang perawatan bayi sehari-hari yaitu :


- menjaga kebersihan bayi diantaranya memandikan bayi,memberi pakaian bersih
pada bayi,higiene personal pada bayi.
- Menyusui bayi
- Perawatan tali pusat yang benar
- Imunisasi sesuai jadwal
C. Evaluasi

S : Ibu mengatakan bisa merawat bayi di awal proses setelah melahirkan


O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 120/80 mmHg
RR : 22 x/menit
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 37, 50 C
A : G1P1001 postpartum kelahiran spontan hari ke-1
P : Melanjutkan intervensi yang telah diberikan.

2. S : Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan

O: Keadaan Umum : baik

Nyeri pada luka jahitan

A: Mx : Nyeri pada luka jahitan

37
P:

a.Intervensi

-Tujuan :
Nyeri pada luka jahitan teratasi

-Kriteria Hasil :
KU : Baik

Nadi : 60-80 x/menit

RR : 16-20x/menit

Suhu : 36,5-37,5oC

Nyeri pada luka jahitan berkurang

-Intervensi :
1. Beritahu kondisi ibu kepada pasien dan keluarga
2. Lakukan bimbingan perawatan bayi sehari-hari
3. Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan luka jahitan
-Rasional :
1. Pasien dan keluarga mengetahui kondisi yang terjadi dan lebih kooperatif
terhadap intervensi yang akan diberikan
2. Dengan mampunya pasien merawat bayi sendiri mempercepat masa
pemulihan masa nifas
3. Dengan mampunya pasien merawat luka jahitan sendiri akan mengurangi
rasa nyeri dan rasa trauma setelah melahirkan
b.Implementasi

1.Memberikan KIE tentang :


a.keadaannya nyeri pada luka jahitan bahwa :
- Hal itu adalah normal karena luka masih termasuk luka baru dan masih dalam
masa penyembuhan

38
- Ibu tidak perlu khawatir jahitan akan terbuka jika digunakan untuk jongkok ketika
buang air besar dan kecil.
b.cara perawatan perinium yaitu :
- Anjurkan ibu untuk tidak menggunakan tampon pascapartum karena resiko
infeksi
- Jelaskan perkembangan perubahan lokhea dari rubra ke serosa hingga menjadi
lokhea alba.
- Anjurkan ibu untuk menyimpan dan melaporkan bekuan darah yang berlebihan
serta pembalut yang dipenuhi banyak darah
- Ajari ibu untuk mengganti pembalut setiap kali berkemih atau defekasi,dan
setelah mandi.
- Jelaskan untuk membersihkan perinium dari depan ke belakang
c.Evaluasi

S:

- Ibu mengatakan bisa merawat luka jahitan

- ibu mengatakan sekarang rasa nyeri sudah berkurang

O:

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV

TD : 120/80 mmHg

RR : 22 x/menit
Nadi : 89 x/menit

Suhu : 37, 50 C

Nyeri berkurang

A:

Mx : Nyeri pada luka jahitan

39
P:

Melanjutkan intervensi yang telah diberikan

3. S : ibu mengatakan ASI tidak keluar

O:

- KU ibu : baik

- Mammae
 Inspeksi
- Areola mengalami hiperpigmentasi
- tidak keluar ASI
- Payudara simetris ka/ ki

- puting susu menonjol ka/ki,

 Palpasi
- Payudara teraba penuh
- Konsistensi payudara lembek

A: Kebutuhan : perawatan payudara

P:

a.Intervensi

- Tujuan : ibu dapat menyusui dan ASI dapat keluar

Kriteria Hasil :

KU : Baik

Nadi : 60-80 x/menit

RR : 16-20x/menit

Suhu : 36,5-37,5oC

Dapat merawat payudara dan ASI keluar

40
-Intervensi :
1. Lakukan KIE tentang perawatan payudara
2.Lakukan bimbingan cara menyusui yang benar pada ibu

-Rasional :
1. dengan kemampuan pasien merawat payudara dapat meningkatkan produksi ASI
dan mempercepat pengeluaran ASI tersebut.
2. Dengan cara menyusui yang benar proses laktasi dan pengeluaran ASI secara fisik

b.Implementasi

 Melakukan perawatan payudara yaitu :


- Masase payudara untuk pemeliharaan payudara
- Menstimulasi reflek oksitosin dengan mendekatkan bayi
- Payudara dibiarkan menggantung tanpa BH
- Payudara dibersihkan setelah menyusui
- Jika lecet segera olesi dengan ASI sedikit pada puting
- Gunakan posisi menyusui yang benar
 Upaya untuk meningkatkan produksi ASI
- Makan dengan menu yang seimbang
- Cukup istirahat
- Banyak minum air putih
- Menyusui bayi secara rutin

41
c.Evaluasi

S:
- Ibu mengatakan ASI keluar sedikit demi sedikit
- ibu mengatakan dapat merawat payudara
O:
KU : baik
Mammae :
- ASI keluar sedikit
- konsistensi payudara baik
- puting bersih
A:
Kebutuhan : perawatan payudara
P : melanjtkan intervensi yang telah diberikan

42

Anda mungkin juga menyukai