1.1 Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembalin seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas berlangsung kira-
kira 6 minggu. (Prawirohardjo, 2002 : N-23)
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu.Selama masa ini,
saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (Obtetri
William)
Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti pra persalinan. Lama masa nifas 6-8 minggu.
(Synopsis Obstetri)
1
d. Mengobati ataau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, yakni
setelah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk ke langakah berikutnya
sehingga tujuan di atas dapat dilaksanakan.
e. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan
bayi sehat : memberikan pelayanan keluarga berencana (Saifuddin,2006)
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Saifuddin, 2006)
2
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
didalam otot uteri. Enzim proteolitik akan mamendekkan jaringan otot
yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan
lima kali lembarnya dari sebelum hamil. Sitoplasma sel yang berlebih
akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibrio elastic dalam
jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
2. Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah
besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian
produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan
atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan
terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan bergenerasi
menjadi endometrium yang baru.
3. Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir.Hal tersebut diduga terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intrauterine yang sangat besar. Hormon oksitosin yang
dilepas dari kelenjar hypoofisis memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus, mengompres pembuluh darah, dan membantu proses hemostatic.
Kontraksi dan retraksi otot uteri akan mengurangi suplai darah ke uterus.
Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi
plasenta dan mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta
memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.
Selama 1-2 jam pertama post partum, intensitas kontraksi uterus
dapat berkurang dan menjadi teratur. Oleh karena itu, penting sekali untuk
menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini.Suntikan
oksitosin biasanya diberikan secara intravena atau intramuskuler, segera
setelah kepala bayi lahir. Pemberin ASI segera setelah lahir akan
merangsang pelepasan oksitosin karena isapan bayi pada payudara.
3
b. Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.Lokhea mengandung
darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.Lokhea mempunyai
reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada
kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan
volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume
karena adanya proses involusi.
Lokhea dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya:
1. Lokhea rubra/ merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum. Cairan
yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi lanugo (rambut bayi), dan meconium.
2. Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari
ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
3. Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan
robekan atau laserasi plasenta.Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
4. Lokhea alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks,
dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6
minggu post partum.
Lokhea yang menetap pada awal periode post partum menunjukan tanda-
tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebbkan oleh tertinggalnya sisa atau
selaput plasenta. Lokhe alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya
endometritis terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam.bila
terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan
“lokhea purulenta”. Pengeluaran lokea yang tidak lancer disebut dengan lokhea
statis.
4
c. Perubahan pada serviks.
Perubahan pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga seperti corong segera
setelah bayi lahir.Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontaksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada pembatasan
antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.
Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh
darah.Konsistensinya lunak, kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena
robekan kecil yang terjadi selama berlidatasi maka serviks tidak akan pernah kembali
lagi keadaan seperti sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup
secar perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan data masuk kedalam rongga
rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pda minggu ke-6 post partum
serviks dapat kembali.
2. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yag sangat besar
selama proses melahirkan. Dalam beberapa hari pertama sedudah prses tersebut, kedua
ini dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu koma vulva kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali. Sementara
labia menjadi lebih menonjol.
Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka pada vagina
umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara perpriman (sembuh dengan
sendirnya) kecuali apabila terjadi infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan sellulitis yang
dapat menjara sampai terjadi sepsis.
3. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
terengang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5 perineum
sudah mendapatkan kembali sebagian tolusnya, sekalipun tetap lebih kendur dari pada
keadaan sebelum lahir.
B. Perubahan sistem pencernaan
Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ii disebabkan pada
persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi
5
kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan norma, kurang asupan cairan
dan makanan, serta kurangya aktifitas tubuh.
Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat,
peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari
dapat diberikan obat laksansia. Selain konstipsi, ibu juga mengalami anoreksia akibat
penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan dari sekresi,
serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan.
C. Perubahan sistem perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air
kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat
spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi
tekanan antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
Urine dalam jumlah besar akan dihasil dalam 12-36 jam post partum. Kadar
hormone ekstrogen yang bersifat menahan air akan mengalamipenurunan yang mencolok.
Keadaan tersebut disebut “diuresis”. Ureter yang dilatasi akan kembali normal dalam 6
minggu. Dinding kandung kemih memperlihatkan odema dan hyperemia, kadang-kadang
odeme trigonum yang menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga menjadi retensio
urine.Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang sensitive dan kapasitas
bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine residua (normal kurang
lebih 15 cc).dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung kemih sewaktu persalinan
dapat menyebabkan infeksi.
D. Perubahan sistem musculoskeletal
6
ligament, fasia jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor.Stabilsasi secara
sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastis kulit dan distensi yang berlangsung
lama akibar bersarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunakdan
kendor untuk sementara waktu.untuk memulihkan kembali jaringan penunjang alat
genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan melakukan latiha-
latihan tertentu. Pada 2 hari post partum sudah dapat di fisioterapi.
7
karena adanya pembentukan ASI.Payudara menjadi bengkak dan berwarna merah karena
banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya insfeksi pada endometrium
(mastitis tractus genetalis atau sistem lain)
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis
melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nai yang melebihi 100 kali per menit
adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.
3. Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah
setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi saat post partum
dapat menandakan terjadinya pre eklampsi post partum.
4. Pernafasan
Keadaan penafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi
tidak normal maka pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus
pada saluran pencernaan.
G. Perubahan Kardiovaskuler
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menanpung alira darah
yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri.Penarikan
kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi
volume plasma kembali pada proposi normal.Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama
setelah kelahiran bayi.Selama masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah
urine.Hilangnya pengesteran mengurangi retensi cairan yang melekat dengan
meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan
trauma masa persalinan.Pada persalinan vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml,
sedangkan pada persalinan dengan SC, pengeluaran dua kali lipat. Perubahan terdiri dari
volume darag dan kadar Hmt (haematokrit).
Setelah persalinan , shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relative
akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan akan
menimbulkan decompensatio codis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat
8
diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tubuhnya haemokonsentrasi sehingga
volume darah kembali sepereti sediakala.Umumnya, ini terjadi pada 3-5 hari post partum.
Penanganan umum
a. Hentikan perdarahan
b. Cegah/atasi syok
9
c. Ganti darah yang hilang : diberi infus cairan (larutan garam fisiologis, plasma
ekspanfder, dextran-L, dan sebagainya), tranfusi darah, kalau perlu oksigen.
B. Infeksi masa nifas
Infeksi masa nifas merupakan masuknya bakteri pada traktus genetalia, terjadi sesudah
melahirkan, kenaikkan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10
hari pwrtama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Etiologi
Organisme pada bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat persalinan adalah.
Kuman anaerob: kokus gram positif (peptostreptokok, peptokok, bakterodes dan
clostridium).
Kuman aerob : gram positif dan E. coli.
Faktor predisposisi
10
2. Endometritis:
Tanda-tanda dan gejala : takikardi, suhu 38oC-40oC, menggigil, nyeri tekan
uterus,subinvolusi, distensi abdomen, lokea sedikit dan tidak berbau, atau banyak ,
berbau busuk, mengandung darah, dan seropurulen, jumlah sel darah putih
meningkat.
Penanganan endomemetritis : rujuk ke rumah sakit, konsultasi dokter, diberikan
obatantimikroba spectrum luas atau terapi antibiotic tripel, biasanya secara IV,
pulangkan jika dalam 24 jam tidak terjadi panas.
1.5 Penatalaksanaan
1. Perawatan dalam Nifas
Pengawasan kala IV yang sebetulnya jam peratama dari nifas telah diuraikan secara
singkat meliputinya :
- Pemeriksaan placenta, supaya tidak ada bagian – bagian placenta yang tertinggal.
- Pengawasan tingginya fundus uteri.
- Pengawasan perdarahan dari vagina.
- Pengawassan konsistensi rahim.
- Pengawasan keadaan umum ibu.
Kalau placenta ternyata tidak lengkap, maka cavum uteri harus diperiksa dengan tangan
dan sisa placenta dikeluarkan.Kalau kontraksi rahim kurang baik, dilakukan massage dan
diberi 10 U pitocin dan 0.2 mg methergin intramusculer. Kalau perlu dilanjutkan dengan
0,2 mg methergin intravenosa dan pitocin infus ialah pemberian infus glucose 5 % 500 cc
di mana telah dicampurkan 5-20 U pitocin.
Kalau pasien berdarah juga, sedangkan kontraksi rahim baik, maka harus dilakukan
pemeriksaan in speculo, karena perdarahan dengan uterus yang keras biasanya
disebabkan oleh luka – luka jalan lahir, terutama robekan servix,
Kalau kontraksi uterus baik, masih perlu pengawasan yang teliti sampai 1
jam postpartum (kala IV) ; tetapi kalau kontraksi rahim kurang baik,
11
mungkin harus diawasi beberapa jam ialah sampai kita yakin bahwa
bahaya perdarahan telah berlalu.
Setelah kala III selesei perineum dimana perlu dijahit, maka biasanya penderita
dibersihkan dan diberi T verband dengan maksudsupaya fundus uteri tidak naik sehingga
kalau ada perdarahan maka perdarahan tampak keluar dari vagina.Vulva biasanya ditutup
dengan kain haid yang steril.
Kain pada vulva mengabsobsi lochia, menghalangi ibu untuk memegang alat kemaluan
luarnya dan mencegah kontaminasi dari luar ke dalam tetapi juga dari dalam keluar,
karena orang yang tidak memakai kain akan mengotori temapat – tempat di mana ibu
duduk dan tidur.
Setelah segalanya selesei maka penting sekali ibu mendapat istirahat yang cukup, karena
istirahat ini memulihkan kembali kekuatan fisik dan mentalnya dan juga memmpercepat
penyembuhan.
Pada umumnya dari sudut kedokteranan tidak dianggap perlu memakai gurita, tetapi
karena banyak penderita merasa lebih enak memakainya, maka kita tidak melarangnya.
Dalam hal ini pemakaian gurita adalah untuk mencegah shock.Penggunaan gurita tak
perlu lama, kira-kira seminggu sudah cukup.His pengiring terutama dirasakan oleh
multiparae dan perlu diberi analgetica seperti aspirin, codein, dll.Supaya pasien dapat
beristirahat dengan baik.
1. Early ambulation :
Yang dimaksudkan dengan early ambulation ialah :
12
Kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat
tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan.
Sekarang tidak dianggap perlu lagi menahan penderita terlentang ditempat tidurnya
selama 7-14 hari setelah melahirkan.Penderita sudah diperbolehkan bangun dari
tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.
Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada penderita dengan penyulit, misalnya :
anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dll.
2. Dieet
Dieet harus sangat emndapat perhatian dalam nifas karena makanan yang baik
mempercepat penyembuhan ibu, lagi pula makanan ibu sangat mempengaruhi
susunan air susu.
3. Suhu
Harus diawasi terutama dalam minggu pertama dari masa nifas karena kenaikan suhu
adalah tanda pertama infeksi.
4. Mictie
13
Tiap penderita disuruh kencing 6 jam postpartum. Kalau dalam 8 jam post partum
beum dapay kencing atau sekali kencing belum melebihi 100cc, maka dilakukan
kateterisasi; akan tetapi kalau ternyata bahwa kandung kemih penuh, tidak usah
menunggu sampai 8 jam untuk kateterisasi.
Jika penderita sesudahnya belum dapat kencing atau banyaknya kencing belum
memuaskan kateterisasi dilakukan saban 8 jam. Sebagai sebab-sebab relentio urinae
postpartum dikemukakan :
- Tekanan intra abdominal berkurang
- Otot-otot perut masih lemah.
- Oedema dari urethra
- Dinding kandung kencing kurang sensitif
5. Puting susu
Puting susu harus diperhatikan kebersihannya dan rhagade (luka pecah) harus segera
diobati, karena kerusakan puting susu merupakan porte d’entree dan dapat
menimbulkan mastitis.
Air susu yang menjadi kering merupakan kerakdan dapat merangsang kulit sehingga
timbul eczema; maka sebaiknya puting susu dibersihkan denga air yang telah
dimasak, tiap kali sebelum dan sesudahnya menyusukan bayi. Rhagade diobati
dengan salep penicillin, lanolin dll.
14
- Banyak minum air putih
- Menyusui bayi secara rutin
Kriteria Hasil :
- Bayi dapat tumbuh
dengan baik.
- Ibu dapat
memberikan ASI
dengan baik.
- Tercipta bonding
atechment antara
ibu dan bayi
15
Intervensi :
- Jelaskan kepada ibu - Ibu dan keluarga
dan keluarga mengerti tentang cara
tentang cara merawat bayi dengan
merawat bayi baik dan benar dan juga
seperti perawatan cara perawatan tali
tali pusat, cara pusat agar tetap kering
memandikan bayi. dan tidak terjadi
infeksi. Cara
memandikan bayi yang
benar dengan menjaga
suhu air dan
memastikan tidak ada
luka lecet pada lipatan-
lipatan kulit.
16
Mx: Tujuan :
Nyeri pada luka Mengatasi nyeri luka
jahitan jahitan
Kriteria Hasil :
Nyeri berkurang atau
hilang.
Intervensi :
- Berikan alternatif - Agar ibu mengerti cara
cara untuk mengurangi rasa nyeri
mengatasi nyeri. yang terjadi pada luka
jahitan
- Anjurkan ibu untuk - Agar ibu mengerti
melakukan bagaimana cara
perawatan luka merawat luka jahitan
jahitan supaya tetap kering dan
menghindari
menyentuh daerah luka.
- Agar ibu dapat
- Ajari ibu bagaimana
mengetahui bagaimana
cara merawat
cara merawat daerah
daerah kewanitaan.
kewanitaan dengan
mengganti pembalut
setidaknya 2 kali sehari
dan membersihkan
daerah kelamin dengan
sabun dan air.
17
Kebutuhan :
Perawatan payudara Tujuan :
Ibu dapat menyusui dan
ASI dapat keluar
Kriteria Hasil :
Ibu dapat merawat
payudara sendiri dan ASI
dapat keluar dengan lancar
Intervensi :
- Jelaskan pada ibu - Apabila ibu
tentang cara mengetahui cara
merawat payudara perawatan payudara
yang benar. yang benar, maka
payudara ibu terhindar
dari lecet dan bengkak.
- Anjurkan ibu untuk - Jika ibu mengetahui
mengatur posisi saat posisi yang benar saat
menyusui menyusui, maka akan
terhindar dari saluran
susu yang tersumbat.
18
BAB II
POHON MASALAH
Perubahan fisiologis
masa nifas
perineium Nyeri
19
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyawati,Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi.
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Rukiyah,Ai Yeyeh.2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media.
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
Ruang : Mawar
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Pasien
Nama Ibu : Ny. D enis Nama Suami : Tn. Dana
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
21
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan setelah melahirkan dan ASI tidak keluar setelah
melahirkan.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Teratur/Tidak : Teratur
22
5. Pola Istirahat
Istirahat malam : 6 jam per hari
BAK : 3-4x/hari (warna kuning jernih, bau khas, nyeri saat BAK)
8. Riwayat KB
Kontrasepsi yang pernah digunakan : Tidak ada
Rumah Spont
27 48 Normal
sakit an 3000
1. Oktober 9bl Bidan Tidak ada L diberi
Cepaka- norma gr
2014 tablet Fe
Kediri l
23
10. Status Perkawaninan
1) Usia nikah pertama kali : 23 tahun
2) Status pernikahan : sah menurut agama dan negara
3) Lama pernikahan : 3 tahun
11. Riwayat Kesehatan
Penyakit Yang Sedang Diderita :
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang lalu seperti DM, hipertensi dan lain-
lain
Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan, seperti DM, hipertensi dan lainnya.
24
Sebelum hamil tidak ada keluhan,tapi selama hamil merasa kurang nyaman karena
keputihan banyak.
14. Keadaan lingkungan tempat tinggal
1) Fasilitas MCK
Telah tersedia MCK dirumah pasien
2) Letak rumah
Letak rumah pasien tidak dekat dengan pemelihara kucing maupun ternak ayam dan
sebagainya karena berada di kota.
3) Polusi udara
Tingkat polusi udara tidak cukup tinggi
4) Keadaan kamar
Pencahayaan dan ventilasi cukup.
15. Perilaku Kesehatan
Minum alkohol : tidak pernah
Hubungan dengan masyarakat : Baik, ibu mampu berkomunikasi dengan baik dengan
tenaga kesehatan.
25
2) Ibu menanyakan bagaimana cara supaya ASI cepat keluar karena khawatir bayinya akan
kehausan.
3) Ibu menanyakan tentang nyeri pada luka jahitan.
19. adat istiadat setempat yang berhubungan dengan masa nifas
1) dalam keluarga percaya bahwa selama masa nifas tidak boleh memakan makanan yang
bisa menyebapkan gatal karena bisa memperlambat keringnya luka jahitan.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 89 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
BB : 50 kg
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
1) Kepala
Warna rambut : hitam
Benjolan : tidak ada
Rontok : tidak
Ketombe : tidak ada
2) Muka
Cloasma Gravidarum : tidak ada
Pucat : tidak
26
3) Mata
Kelopak Mata : tidak edema kanan/kiri
Konjungtiva : merah muda kanan/kiri
Sklera : putih keabuan kanan/kiri
4) Hidung
Simetris : iya kanan/kiri
Sekret : tidak ada kanan/kiri
Polip : tidak ada kanan/kiri
Serumen : tidak ada kanan/kiri
6) Telinga
Serumen : tidak ada kanan/kiri
Sekret : tidak ada kanan/kiri
7) Leher
Kelenjar Tiroid : tidak ada pembengkakan
Kelenjar Limfe : tidak ada pembengkakan
Vena Jugularis : tidak ada pembengkakan
8) Mammae
Inspeksi
- Areola mengalami hiperpigmentasi
- tidak keluar ASI
- Payudara simetris ka/ ki
Palpasi
- Payudara teraba penuh
- Konsistensi payudara lembek
9) Abdomen
tidak ada bekas operasi, konsistensi keras, tinggi fundus uteri 3 jari bawah
pusat, kontraksi baik.
27
10) Anogenital
tidak ada oedem dan varises, terdapat bekas luka jahitan perineum derajat II,
terdapat pengeluaran lochea sanguinolenta, perdarahan 2x ganti
pembalut/hari.
Anus: tidak hemoroid
11) Ekstermitas
Atas
Bawah
A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada
Kesadaran : Composmentis
28
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
BB : 50 kg
3.
DS: Ibu mengatakan ASI tidak keluar
Kebutuhan :
DO: perawatan payudara
- KU ibu : baik
- Mammae
Inspeksi
- Areola mengalami hiperpigmentasi
- tidak keluar ASI
- Payudara simetris ka/ ki
Palpasi
- Payudara teraba penuh
- Konsistensi payudara lembek
29
III. INTERVENSI
RR : 16-20x/menit
Suhu : 36,5-37,5oC
Intervensi :
Mx : Nyeri pada
luka jahitan Tujuan : Nyeri pada luka jahitan
teratasi
Kriteria Hasil :
KU : Baik
30
RR : 16-20x/menit
Suhu : 36,5-37,5oC
Intervensi :
Kebutuhan :
Tujuan : ibu dapat menyusui dan
perawatan payudara
ASI dapat keluar
Kriteria Hasil :
KU : Baik
RR : 16-20x/menit
Suhu : 36,5-37,5oC
Intervensi :
31
1. Lakukan KIE tentang
1. dengan kemampuan pasien
perawatan payudara
merawat payudara dapat
meningkatkan produksi ASI
dan mempercepat
pengeluaran ASI tersebut.
IV. IMPLEMENTASI
Tanggal/jam :
1. Dx:
1. memberikan KIE tentang cara perawatan bayi baru lahir
G1P1001 postpartum yang benar
kelahiran spontan hari ke-
1
32
- Anjurkan ibu untuk tidak menggunakan
tampon pascapartum karena resiko infeksi
- Jelaskan perkembangan perubahan lokhea
dari rubra ke serosa hingga menjadi lokhea alba.
- Anjurkan ibu untuk menyimpan dan
melaporkan bekuan darah yang berlebihan serta
pembalut yang dipenuhi banyak darah
- Ajari ibu untuk mengganti pembalut setiap
kali berkemih atau defekasi,dan setelah mandi.
- Jelaskan untuk membersihkan perinium dari
depan ke belakang
3. Kebutuhan : perawatan
payudara 1. Melakukan perawatan payudara yaitu :
- Masase payudara untuk pemeliharaan
payudara
- Menstimulasi reflek oksitosin dengan
mendekatkan bayi
- Payudara dibiarkan menggantung tanpa BH
- Payudara dibersihkan setelah menyusui
- Jika lecet segera olesi dengan ASI sedikit
pada puting
- Gunakan posisi menyusui yang benar
Upaya untuk meningkatkan produksi ASI
- Makan dengan menu yang seimbang
- Cukup istirahat
- Banyak minum air putih
- Menyusui bayi secara rutin
33
V. EVALUASI
27-10-2014 Dx : S:
09.00 WIB
G1P1001 postpartum Ibu mengatakan bisa merawat bayi
kelahiran spontan hari di awal proses setelah melahirkan
ke-1
O:
Kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 120/80 mmHg
RR : 22 x/menit
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 37, 50 C
A:
P:
O:
34
Kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 120/80 mmHg
RR : 22 x/menit
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 37, 50 C
Nyeri berkurang
A:
P:
Kebutuhan : perawatan S :
payudara - Ibu mengatakan ASI keluar
sedikit demi sedikit
- ibu mengatakan dapat merawat
payudara
O:
KU : baik
Mammae :
- ASI keluar sedikit
- konsistensi payudara baik
- puting bersih
A:
Kebutuhan : perawatan payudara
P : melanjtkan intervensi yang telah
diberikan
35
BAB IV
DOKUMENTASI SOAP
1. S : Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertamanya secara normal dengan jenis
kelamin laki-laki.
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 89 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
BB : 50 kg
P:
a. Intervensi
-Tujuan :
Ibu dapat merawat bayi setelah kelahiran normal hari ke-1
-Kriteria Hasil :
KU : Baik
RR : 16-20x/menit
Suhu : 36,5-37,5oC
36
Dapat merawat bayi
- Intervensi :
1.KIE tentang cara merawat bayi
-Rasional :
1.pasien dan keluarga mengetahui cara merawat bayi yang benar dan
baik
b.Implementasi
37
P:
a.Intervensi
-Tujuan :
Nyeri pada luka jahitan teratasi
-Kriteria Hasil :
KU : Baik
RR : 16-20x/menit
Suhu : 36,5-37,5oC
-Intervensi :
1. Beritahu kondisi ibu kepada pasien dan keluarga
2. Lakukan bimbingan perawatan bayi sehari-hari
3. Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan luka jahitan
-Rasional :
1. Pasien dan keluarga mengetahui kondisi yang terjadi dan lebih kooperatif
terhadap intervensi yang akan diberikan
2. Dengan mampunya pasien merawat bayi sendiri mempercepat masa
pemulihan masa nifas
3. Dengan mampunya pasien merawat luka jahitan sendiri akan mengurangi
rasa nyeri dan rasa trauma setelah melahirkan
b.Implementasi
38
- Ibu tidak perlu khawatir jahitan akan terbuka jika digunakan untuk jongkok ketika
buang air besar dan kecil.
b.cara perawatan perinium yaitu :
- Anjurkan ibu untuk tidak menggunakan tampon pascapartum karena resiko
infeksi
- Jelaskan perkembangan perubahan lokhea dari rubra ke serosa hingga menjadi
lokhea alba.
- Anjurkan ibu untuk menyimpan dan melaporkan bekuan darah yang berlebihan
serta pembalut yang dipenuhi banyak darah
- Ajari ibu untuk mengganti pembalut setiap kali berkemih atau defekasi,dan
setelah mandi.
- Jelaskan untuk membersihkan perinium dari depan ke belakang
c.Evaluasi
S:
O:
Kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 120/80 mmHg
RR : 22 x/menit
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 37, 50 C
Nyeri berkurang
A:
39
P:
O:
- KU ibu : baik
- Mammae
Inspeksi
- Areola mengalami hiperpigmentasi
- tidak keluar ASI
- Payudara simetris ka/ ki
Palpasi
- Payudara teraba penuh
- Konsistensi payudara lembek
P:
a.Intervensi
Kriteria Hasil :
KU : Baik
RR : 16-20x/menit
Suhu : 36,5-37,5oC
40
-Intervensi :
1. Lakukan KIE tentang perawatan payudara
2.Lakukan bimbingan cara menyusui yang benar pada ibu
-Rasional :
1. dengan kemampuan pasien merawat payudara dapat meningkatkan produksi ASI
dan mempercepat pengeluaran ASI tersebut.
2. Dengan cara menyusui yang benar proses laktasi dan pengeluaran ASI secara fisik
b.Implementasi
41
c.Evaluasi
S:
- Ibu mengatakan ASI keluar sedikit demi sedikit
- ibu mengatakan dapat merawat payudara
O:
KU : baik
Mammae :
- ASI keluar sedikit
- konsistensi payudara baik
- puting bersih
A:
Kebutuhan : perawatan payudara
P : melanjtkan intervensi yang telah diberikan
42