Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DENGAN POST PARTUM


SECTIO CESAEREA GVIIP1A4 UK 36-37 MINGGU DENGAN KPD + HDK
DIRUANG MERAK RSUD SLG KAB.KEDIRI

Oleh:
Juliansya Britney Eugene Sudjiman
(01.2.19.00694)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI


PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
T/A 2019-2020
BAB I
TINJAUAN TEORI

1.1 Konsep Nifas


1.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelahplasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selam kira-kira 6 minggu.Wanita yang melalui
periode puerperium disebut puerpura. Nifas berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk
pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Halen Varney,
2007).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulaidari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra
hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu. Batasan waktu nifas yang paling
singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam
batas waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batas
maksimumnya adalah 40 hari.
1.1.2 Tahapan Masa Nifas
Nifas dibagi menjadi 3 tahap:
1. Puerperium dini.
Kepulihan dimanan ibu telah diperbolekan berdiri dan berjalan-
jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
40 hari
2. Puererium intramedial.
Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yanglamanya 6-89 minggu
3. Remote puererium
waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu.
1.1.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
A. Perubahan sistem fisiologis
1. Infolusi
a. Pengertian
Infolusi atau pengurutan uterus merupakan suatu proses
dimana uetus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat
sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta
lahir ekibat kontraksi otot-otot polos uterus.
b. Proses involusi uteri
Pada akhir persalinan kala III, uterus berada di garis tengah,
kirakira 2 cm dibawah umbilicus dengan bagian fundus
bersandar pada promotorium sakralis. Pada saat ini besar
uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia
kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram. Peningkatan
kadar estrogen dan progesteron betanggung jawab untuk
pertumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan
uterus pada masa prenatal bertanggung jawab pada
hyperplasia, peningkatan jumblah sel-sel otot dan hipertropi,
yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa post
partum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan
terjadinya autolisis.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri
yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik dan
memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur
hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar
semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebih
akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro
elastic dalam jumblah renik sebagai bukti kehamilan.
2) Atrofi jaringan
Jarimgan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam
jumblah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi
terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai
pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot
uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas
dengan meninggalkan lapisan basal yang akan
berregenerasi menjadi endometrium yang baru.
3) Efek oksitosin ( kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah bayi lahir, diduga sebagi respon terhadap
penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hormon
oksitosin yang dilepas oleh kelenjar hipofisis memperkuat
dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh
darah yang membantu proses hemostatis. Kontraksi dan
retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke uterus.
Proses ini membantu mengurangi bekas luka tempat
implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka
bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu
untuk sembuh total. Selama 1-2 jam pertama post partum
intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi
teratur. Karena itu penting sekali menjaga dan
mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan
oksitosin biasanya diberikan secara intravena atau
intramuskuler segera setalah bayi lahir pemerian ASI
segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan
oksitosin kareba usapan bayi pada payudara.
c. Bagian bekas implantasi plasenta
1) Bekas implantasi plasenta setelah segera plasenta lahir
seluas 12x 5 cm, permukaankasar, dimana pebuluh darah
besar bermuara.
2) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombosis
disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot
rahim
3) Bekas luka imlantasi dengan cepat mengecil, pada minggu
kedua sebesar 6-8 cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2
cm.
4) Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan
nekrosis bersama dengan lokea
5) Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena
pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan
lapisan basalis endometrium
6) Luka sembuh sempurna pada 6-8 minggu postpartum
d. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum
Tabel peuahan uterus masa nifas
Involusi Tinggi Berat Diameter Palpasi Cerdik
Uteri Fundus Uterus Uterus
Uteri
Plasenta Setinggi 1000 12,5 cm Lembut/Lunak
Lahir Pusat gr
7 Hari Pertengahan 500 gr 7,5 cm 2 cm
(Minggu antara pusat
1) dan
shymphisis
14 Hari Tidak 350 gr 5 cm 1 cm
(Minggu Teraba
2)
6 Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit
Minggu
Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa
fundus uteri dengan cara:
1) Segara setelah persalian, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah
pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan
menurun kira-kira 1 cm setiap hari
2) Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm
dibawah pusat .pada hari ke 3 atau 4 tinggu fundus uteri 2
cm dibawah pusat. Pada hari 5-7 tinggi fundus uteri tidak
teraba.
Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam
proses involusi tersebut dengan subinvolusi. Subinvolusi
dapat disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa
plasenta/perdarahan lanjut.
2. Lochea
Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas.Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi
asam yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau
amis/anyir seperti darah menstruasi, meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda pada setiap wanita. Lochea
yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lochea
mempunyai perubahan karena proses involusi.Proses keluarnya
darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan:
a. Lochea rubra /merah Lochea ini muncul pada hari 1 sampai
hari ke empat masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna
marah karena berisih darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan
mekonium
b. Lochea sanguinolenta Cairan yang keluar berwarna merah
kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke empat
sampai hari ke 7 postpartum
c. Lochea serosa Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta.
Muncul pada hari ke 7 sampai ke 14 postpartum d.
Locheaalba mengandung leukosit,sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati lochea
alba bisa berlangsung selama 2-6 minggu postpartum
Lochea rubra yang menetap pada awal periode postpartum
menunjukan adanya perdaraha postpartum sekunder yang
mungkin disebabkan tertinggalnya sisa/selaput plasenta. Lochea
serosa atau alba yang berlanjut bisa menandakan adanya
endometritis, terutama jika disertai demam, rasa sakit atau nyeri
tekan pada abdomen. Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah
berbau busuk yang disebut dengan lochea purulenta, pengeluaran
lochea yang tida lancar disebut dengan lochea statis
3. Serviks Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan
uterus.Warna serviks sndiri berwarna kehitam-hitaman karena
penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak kadang-kadang
terdapat laserasi /perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang
terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali kepada
keadaan sebelum hamil. Bentuknya seperti corong karena
disebabkan oleh korpus uteri yang mengadakan kontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehinga pada perbatasan
antara korpus uteri dan servikd terbentuk cincin Muara serviks
yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup secara
bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masi bisa masuk rongga
rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6
postpartum serviks menutup.
4. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap
dalam 6-8 minggu postpartum. Penurunan hormon estrogen pada
masa postpartum berperan dalam penipisan mukosa vagina dan
hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar
minggu ke 4.
B. Perubahan sitem pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan
mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong,
pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan
( dehidrasi ), kurang makan, 12 haemoroid, laserasi jalan lahir.
Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau
makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.
C. Perubahan sistem perkemihan
Hendaknya buanga air kecil dapat dilakukan sendiri
secepatnya.Kadang-kadang puerperium mengalami sulit buang air
kecil, karena sfingter ditekan oleh kepala janindan spasme oleh
iritasi muskulus sphinter ani selama persalinan, kadang-kadang
edema dari triogonium menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga
sering terjadi retensio urine.Kandung kemih dalam puerperium
sangat kurang sensitive dan kapasitasnya bertambah, sehingga
kandung kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal
urine residual.( normal kuang lebih 150cc ). Sisa urine dan trauma
pada kandung pada kandung kencing waktu persalinan
memudahkan terjadinya infeksi.Dilatasi reter dan pyelum normal
kembali dalam waktu 2 minggu.Urine biasanya berlebihan
(poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan karena
kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam kehamilan dan
sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri akibat proses
katalitik involusi. Acetonurieterutama setelah partus yang sulit dan
lama yang disebabkan pemecahan karbohidrat yang banyak, karena
kegiatan otot-otot rahim dan karena kelaparan.Proteinurine akibat
dari autolisis sel-sel otot.
D. Perubahan sistem musculoskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut
dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang
dan menjadi retrofleksi, karena rotundum menjadi
kendor.Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah
persalinan.Sebagai akibat putusnya seratserat elastik kulit dan
distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat
hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara
waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan
E. Perubahan endokrin
1. Hormon plasenta
Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang
besar.Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan
hormon-hormon yang diproduksi oleh plasenta.Hormon plasenta
menurun dengan cepat setelah persalinan.
2. Hormon pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak
menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH
meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke 3, dan
LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi
3. Hormon oksitosin
Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian belakang
(posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan
payudara.Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin
menyebabkan pemisahan plasenta.Kemudian seterusnya
bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi tempat
plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih
menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang keluarnya
oksitosin lagi dan ini membantu uterus kembali ke bentuk
normal dan pengeluaran air susu.
4. Hipotalamik pituitari ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan
mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Sering kali
menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakannya
rendah kadar estrogen dan progesteron.
F. Perubahan tanda-tanda vital
1. Suhu badan
24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit ( 37,5o c – 38o
c ) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan kehilangan
cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan
biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan kan naik laik karena ada
pembentukan asi, buah dada akan menjadi bengkak berwarna
merah karena ada banyak asi bila suhu tidak turun kemungkinan
adanya infeksi endometrium, mastitis, traktus urognitalis atau
sistem lain.
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Setiap denut
nadi yang lebih 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin
disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum tertunda.
3. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah kemungkina tekanan darah akan rendah
setelah melahirkan karena adanya perdarahan tekanan darah
tinggi pada post partum menandakan terjadinya prekeklamsi post
partum
4. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal
maka pernapasan juga kan mengikutinya kecuali ada gangguan
kusus di saluran pernapasan.
G. Perubahan sistem kardiovaskuler
Pada persaliana pervaginam kehilangnya darah sekitar 300-400 cc.
bila kelahiran melalui SC kehilangan darah akan dua kali lipat.
Perubahan terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi. Apabila
persalinan pervaginam hemokonsentrasi akan naik dan pada SC
hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4 – 6
minggu.
1.1.4 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
Secara psikologis, setalah melahirkan seorang ibu akan merasakan
gejala-gejala psikiaters, demikian juga pada masa menyusui. Meskipun
demikian ada pula ibu yang tidak mengalami hanl ini.Agar perubahan
psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tenatang
hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan emosi
selama masa nifas sementara ia menyesuaikan didi meenjadi seorang
ibu.
Beberapa penulis berpendapat, dalam minggu pertama setelah
melahirkan, banyak wanita menunjukan gejala psikiatrik, terutama
gejala depresi dari ringan sampai berat serta gejala-gejala neurosis
traumatik. Berikut bebrapa faktor yang berperan antara lain, ketakutan
yang berlebihan dalam masa hamil, struktur perorangan yang tidak
normal sebelumnya, riwayat psikiatrik abnormal,riwayat perkawinan
abnormal, riwayat obstetrik (kandungan) abnormal, riwayat kelahiran
mati atau kelahiran cacat, riwayat penyakit lainnya
Biasanya penderita dapat sembuh kembali tanpa atau dengan
pengobatan. Meskipun demikian, kadang di perlukan terapi oleh ahli
penyakit jiwa .sering pula, kelainan-kelainan psikiatrik ini berulang
setelah persalinan berikutnya. Hal yang perlu diperhatikan yaitu
adapatsi psikososial pada masa pasca persalinan. Bagi keluarga muda,
masa pasca persalinan merupakan “ awal keluarga baru” sehingga
keluarga perlu beradaptasi dengan peran barunya. Tanggung jawab
keluarga bertambah dengan hadirnya bayi beru lahir. Dorongan serta
perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif bagi
ibu.
A. Adaptasi psikologis ibu masa nifas
1. Fase taking in
fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlansung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu,
fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.pengalaman
selama proses persalinan sering berulang diceritakannya.
Kelelahan mebuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala
kurang tidur, seperti muda tersinggung. Hal ini membuat ibu
cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.Oleh kerena itu
kondisi ibu perlu di pahami dengan menjaga komunikasi yang
baik. Pada fase ini perlu di perhatikan pemberian ekstra makanan
untuk proses pemulihannya. Disamping nafsu makan ibu
memang meningkat.
2. Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada
fase taking hold, ibu ibu mersa kuatir akan ketidak mampuan dan
rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu
perasaannya sangat sensitiv sehingga mudah tersinggung jika
komunakinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan
dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya
diri.
3. Fase letting go
Fase ini merupakan fase meneriam tanggung jawab akan peran
barunya yang menerima tanggung jawab peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
B. Post partum blues
Adanya kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan
dengan bayinya. Keadaan ini disebut dengan baby blues, yang di
sebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami .ibu saat hamil
sehinnga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini
merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan.Selain
itu, juga karena perubahan fisik dan emosional selama beberapa
bulan kehamilan.Disini hormone memainkan peran utama dalam
hal bagaimana ibu bereaksi terhadap situasi yang berbeda.Setalah
melahirkan dan lepasnya plasenta dari dinding rahim, tubuh ibu
mengalami perubahan besar dalam jumlah hormone sehingga
membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Di samping
perubahan fisik,hadirnya seorang bayi dapat membuat perbedaan
besar dalam kehidupan ibu dalam hubungannya dengan suami,
orang tua, maupun anggota keluarga lain. Perubahan ini akan
kembali secara perlahan setelah ibu menyesuaikan diri dengan
peran barunya dan tumbuh kembali dalam keadaan normal.
Gejala-gejala baby blues, antara lain menanggis, mengalami
perubahan perasaan, cemas, kesepian, kawatir mengenai sang bayi,
penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri terhadap kemampuan
menjadi seorang ibu. Jika hal ini terjadi, ibu disarankan untuk
melakukan hal-hal berikut :
1. Mintalah bantuan suami atau jika ibu membutuhkan istirahat
untuk menghilangkan kelelahan
2. Beritahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan. Mintalah
dukungan dan dan pertolongannya.
3. Buang rasa cemas dan kawatir akan kemampuan merawat bayi.
4. Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendri.
Ada kalanya ibu merasakan kesedihan karna kebebasan,
otonomi, interaksi social, kemandiriannya berkurang. Hal ini akan
mengakibatkan depresi pasca persalinan (depresi post partum ).
Berikut ini gejala-gejala depresi pasca persalinan:
1. Sulit tidur, bahkan ketika bayi sudah tidur
2. Nafsu makan hilang
3. Perasaan tidak berdaya atau kehilangan control
4. Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi
5. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi
6. Pikiran yang menakutkan mengenai bayi
7. Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi
8. Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernapas atau perasaan
berdebar-debar
Seorang ibu multipara mudah mengalami/ menderita depresi
masa nifas . hal ini di sebabkan oleh kesibukan yang mengurusi
anakanak sebelum kelahiran anakya ini. Ibu yang tidak mengurusi
mengurusi dirinya sendiri, seorang ibu cepat murung, mudah
marahmarah. Hal ini menandakan ibu menderita depresi masa nifas.
Depresi masa nifas adalah keadaan yang amat serius.wanita
memerlukan banyak istirahat dan dukungan. Gejala-gejala lain dari
depresi masa nifas yaitu ibu tidak merawat dirinya ataupun bayinya
dan merasa mendengar suara seseorang yang sesungguhnya tidak
ada. Ibu menderita depresi masa nifas mungkin perlu minum obat.ia
harus di periksa oleh seoarang ahli yang dapat menilainya secara
psikologis, untuk mengetahui apakah ia mebutuhkan pengobatan.
Dan dibutuhkan juga dukungan keluarga, dengan cara
selalumengunjungindan menawarkan bantuan dan dorongan kepada
ibu.
C. Kesedihan dan duka cita
1. Kemurungan masa nifas Kemurungan masa nifas normal saja
dan disebabkan perubahan dalam tubuh seseorang wanita selama
kehamilan serta perubahan dalam irama/cara kehidupannya
sesudah bayi lahir. Seorang ibu lebih beresiko mengalami
kemurungan pasca salin, karena ia muda mempunayai masalah
dalam menyusui bayinya. Kemurungan pada masa nifas
merupakan hal umum, dan bahwa perasaan-perasaan demikian
biasanya hilang sendiri dalam dua minggu sesudah melahirkan.
2. Terciptanya ikatan ibu dan bayi Menciptakan terjadinya ikatan
bayi dan ibudalam jam pertama setalah kelahiran yaitu dengan
cara mendorong pasangan orang tua untuk memegang dan
memriksa bayinya, memberi komentar positif tentang bayinya,
meletakan bayinya disamping ibunya. Berikan privasi kepada
pasangan tersebut untuk sendiri saja bersama bayinya.Redupkan
cahaya lampu ruangan agar bayi membuka matanya.
Tangguhkan perawatan yang tidak begitu penting sampai
sesudah pasangan orang tua bayi dapat berinteraksi dengan
bayinya selama bayi masih dalam keadaan bangun.
Perilaku normal orang tua untuk menyentuh bayi ya ketika
mereka pertama kali melihat bayinya yaitu dengan meraba atau
menyentuh anggota badan bayi serta kepalanya dengan ujung
jari. Mengusap tubuh bayi serta dengan telapak tangan lalu
menggendongnya dilengan dan memposisikan nya sedemikan
rupa sehinnga matanya bertatapan langsung dengan mata bayi.
Berbagai perilaku yang merupakan tanda yang harus di waspadai
dalam kaitannya dengan ikatan antara ibu dan bayi kemungkinan
penatalaksaannya oleh bidan.
3. Tanda dan gejala serta etiologi kemurungan masa nifas dan
klasifikasi atau istilah-istilah local yang dipakai untuk
menggambarkannya.tanda-tanda dan gejalanya : sangat
emosional, sedih, kawatir, mudah tersinggung, cemas merasa
hilang semangat, mudah marah, sedih tanpa ada sebabnya,
menanggis berulang kali.
Etiologi : berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita
selama kehamilan dan perubahan dalam cara hidupnya sesudah
mempunyai bayi. Perubahan hormonal yang cepat terjadi.
Adanya perasaan kehilangan secara fisik sesudah melahirkan
yang menjurus pada suatau perasaan sedih. Kemurungan menjadi
dapat menjadi semakin parah oleh adanya ketidaknyamanan
jasmani, rasa letih,stress atau kecemasan yang yang tak
diharapkan karena adanya ketengangan dalam dalam keluarga
atau adanya cara penanganan yang tidak peka oleh para petugas .
Ibu yang beresiko tinggi yang mempunyai reaksi psikologis lebih
parah dari pada kemurungan massa nifas. Ibu yang sebelumnya
pernah mengalami depresi atau tekanan jiwa.Ibu yang rasa
percaya dirinya (harkatnya) rendah.
Penatalaksanaan : banyak perempuan dia bawah depresi yang
bias menanggapi atau dipengaruhi oleh dorongan atau bujukan
dan dukungan fisik yang berkaitan oleh bidan atau anggota
keluarga. Bila seorang ibu tidak bereaksi positif terhadap
dorongan atau dukungan yang diberikan atau tetap menunjukan
perilaku yang aneh (mendengar, suara-suara, berada diluar
kenyataan, berhalusinasi atau berkhayal,menolak bayinyanya)
atau bila berpikir untuk mencederai dirinya sendiri atau bayinya
ia harus di rujuk ke pada seorang ahli yang mampu mengani
masalah psikologis.
1.2 Konsep Sectio Caesarea
1.2.1 Pengertian
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau
vagina atau suatu histerektomia untuk janin dari dalam rahim.
( Mochtar, 1998 )
Sectio caesaria adalah cara melahirkan janin dengan menggunakan
insisi pada perut dan uterus. (Bobak, 2004) Sectio caesaria adalah
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding uterus. (Wiknjosastro, 2002: 863).
1.2.2 Etiologi
1. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua
disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi
janin / panggul ), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk,
terdapat kesempitan panggul, Plasenta previa terutama pada
primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan
yang disertai penyakit ( jantung, DM ). Gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
2. Etiologi yang berasal dari janin
fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan
janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan
persalinan vakum atau forceps ekstraksi. (Nurarif & Hardhi, 2015).
1.2.3 Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan
persalinan normal tidak memungkinkan dan akhirnya harus diilakukan
tindakan Sectiocaesarea, bahkan sekarang Sectiocaesarea menjadi
salah satu pilihan persalinan (Sugeng, 2010).
Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yyang
menyebabkan bayi tidak dapat dilahirkan secara normal, misalnya
plasenta previa, rupture sentralis dan lateralis, pannggul sempit, partus
tidak maju (partus lama), pre-eklamsi, distokksia service dan mall
presentasi janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan yaitu Sectiocaesarea (SC). Dalam proses
operasinya dilakukan tindakan yang akan menyebabkan pasien
mengalami mobilisasii sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktifitas
perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah deficit
perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah
ansietas pada pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan inkontinuitas jaringan, pembuluh darah dan saraf-saraf
di daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua
proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post operasii, yang bila tidak dirawat dengan baik
akan menimbulkan masalah resiko infeksi
1.2.4 Resiko kelahiran Sectio Caesarea
Melahirkan dengan cara Sectiocaesarea sudah populer. Namun
demikian, demikian, secara obyektif kita perlu menimbang untung dan
ruginya adapun resiko Sectiocaesarea adalah :
1. Resiko jangka pendek
a. Terjadi infeksi
Infeksi luka akibat persalinan Sectiocaesarea beda dengan luka
persalinan normal . luka persalinan normal sedikit dan mudah
terlihat, sedangkan luka Cesar lebih besar dan berlapis-lapis. Ada
sekitar 7 lapisan mulai dari kulit perut sampai dinding Rahim,
yang setelah operasi selesai, masing-masing lapisan dijahit
tersendiri. Jadi bisa ada 3 sampai 5 lapis jahitan. Apabila
penyembuhan tidak sempurna, kuman akan lebih mudah
menginfeksi sehingga luka menjadi lebih parah. Bukan tidak
mungkin dilakukan penjahitan ulang.
Kesterilan yang tidak terjaga akan mengundang bakteri penyebab
infeksi. Apabila infeksi ini tak tertangani, besar kemungkinan
akan menjalar ke organ tubuh lain, bahkan organ- organ penting
seperti otak, hati dan sebagainya bisa terkena infeksi yang
berakibat kematian. Disamping itu infeksi juga dapat terjadi pada
Rahim. Infeksi Rahim terjadijika ibu sudah kena infeksi
sebelumnya, misalnya mengalami pecah ketuban. Ketika
dilakukan operasi, Rahim pun terinfeksi. Apa lagi juka
antibiotiik yang digunakan dalam operasi tidak cukup kuat.
Infeksi bisa dihindari dengan selalu memberikan informasi yang
akurat kepada dookter sebelum keputusan tindakan cesar
diambil.
b. Kemungkinan terjadi keloid
Keloid atau jaringan parut muncul pada organ tertentu karena
pertumbuhan berlebihan. Sel-sel pembentuk organ tersebut.
Ukuran sel meningkat dan terjadilah tonjolan jaringan parut.
Perempuan yang punya kecenderungan keloid tiap mengalami
luka niscaya mengalami keloid pada sayatan bekas operasinya.
Keloid hanya terjadi pada wanita yang memiliki jenis penyakit
tertentu. Cara mengatasinya adalah dengan memberikan
informasi tentang segala penyakit yang iibu derita sebelum
kepastian tindakan Sectiocaesarea dilakukan. Jika memang harus
menjalani Sectiocaesarea padahal ibu punya potensi penyakit
demikian tentu dokter akan memiliki jalan keluar, misalnya
diberikan obat-obatan tertentu melalui infus atau langsung
diminum sebelum atau sesudah Sectiocaesarea.
c. Perdarahan berlebihan
Resiko lainnya adalah perdarahan. Memang perdarahan tak bisa
dihindari dalam proses persalinan. Misalnya plasenta lengket tak
mau lepas. Bukan tak mungkin setelah plasenta terlepas akan
menyebabkan perdarahan. Darah yang hilang lewat
Sectiocaesarea sebih sedikit dibandingkan lewat persalinan
normal. Namun dengan tekhnik pembedahan dewasa ini
perdarahan bisa ditekan sedemikian rupa sehingga sangat minim
sekali. Darah yang keluar saat Sectiocaesarea adalah darah yang
memang semestinya keluar dalam persalinan normal. Keracunan
darah pada Sectiocaesarea dapat terjadi karena sebelumnya ibu
sudah mengalami infeksi.. ibu yang di awal kahamilan
mengalami infeksi Rahim bagian bawah, berarti air ketubannya
sudah mengandung kuman. Apabila ketuban pecah dan
didiamkan, kuman akan aktif sehingga vagina berbau busuk
karena bernanah. Selanjutnya, kuman masuk ke pembuluh darah
sehingga operasi berlangsung, dan menyebar ke seluruh tubuh.
2. Resiko jangka panjang
Resiko jangka panjang dari Setiocaesarea adalah pembatasan
kehamilan. Dulu, perempuan yang pernah menjalani Setiocaesarea
hanya boleh melahirkan 3 kali. Kini, dengan tekhnik operasi yang
lebih baik, ibu memang boleh melahirkan lebih dari itu, bahkan
smapai 4 kali. Akan tetapi tentu bagi keluarga zaman sekarang
pembatasan itu tidak terlalu bermasalah karena setiap keluarga
memang dituntut membatasi jumlah kelahiran sesuai progam KB
nasional. (Indiarti dan Wahyudi, 2014).
1.2.5 Jenis Operasi Sectio Caesarea
1. Jenis operasi Setiocaesarea :
a. Setio caesarea abdomen
b. Setio caesarea transperitonealis
2. Setio caesarea vaginalis :
Menurut arah sayatan pada Rahim, Setiocaesarea dapat dilakukan
sebagai berikut :
a. Sayatan memanjang (longitudinal) menurut kronis
b. Sayatan melintanng (transversal) menurut kerr
c. Sayatan huruf T (T-Incision)
3. Setiocaesarea klasik (Corporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen
bawah Rahim (low cervical transfersal) kira-kira sepanjang 10 cm
tetapi saat ini tekhnik ini jarang dilakukan karena memiliki bannyak
kekurangan namun pada kasus seperti operasi berullang yang
memiliki banyak perlenketan organ cara ini dapat dipertimbangkan.
4. Setiocaesarea ismika (profunda )
dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen
bawah Rahim (low servical transfersal) kira-kira sepanjang 10 cm.
1.3 Konsep Hipertensi Dalam Kehamilan
1.3.1 Pengertian Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam
kehamilan dimana tekanan darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol
diatas 90 mmHg atau adanya peningkatan tekanan sisstolik sebesar 30
mmHg atau lebih atau peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau
lebih diatas nilai dasar yang mana diukur dalam dua keadaan, minimal
dalam jangka waktu 6 jam (Reeder dkk, 2011).
Hipertensi dalam kehamilan ialah tekanan darah sistolik dan
sistolik ≥140/90 mmHg pengukuran tekanan darah sekurang-
kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah
sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg
sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi (Prawirohardjo,
2013).
1.3.2 Klasifikasi
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum usia
kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali
didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi
menetap sampai 12 minggu pasca persalinan..
2. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria.
3. Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang
sampai dengan koma.
4. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi
kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik
disertai proteinuria
5. Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi
yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan
hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalin atau
kehamilan dengan preeklamsi tetapi tanpa proteinuria
(prawirohardjo, 2013)
1.3.3 Etiologi
Prawirohardjo (2013), menjelaskan penyebab hipertensi dalam
kehamilan belum diketahui secara jelas. Namun ada beberapa faktor
risiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi dan dikelompokkan
dalam faktor risiko. Beberapa faktor risiko sebagai berikut :
Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe 1
a. Primigravida, primipaternitas
b. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel,
diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar.
c. Umur
d. Riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia
e. Penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum
hamil
f. Obesitas
1.3.4 Patofisiologi
Pada ibu hamil normal plasenta menghasilkan progesteron yang
bertambah hal ini menyebabkan ekresi natrium lebih banyak karena
progesteron berfungsi sebagai diuretik ringan.Kehilangan natrium
menyebabakan penyempitan dari vilume darah kompartemen vaskuler,
pada kehamilan dengan pre eklamsi menunjukan adanya peningkatan
resistensi perifer dan vasokontriksi pada ruang vaskuler, bertambahnya
protein serum (albumin dan globulin ) yang lolos dalam urine
disebabkan oleh adanya lesi dalam glomerolus ginjal, sehimgga terjadi
oliguri karena menurunya aliran darah ke ginjal dan menurunya GFR
(glomerulus filtrat rate ) kenaikan berat badan dan oedema yang
disebabka penambahan cairan yang berlebiha dalam ruang intrestisial
mungkin berhubungan dengan adanya retensi air dan garam, terjadinya
pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke intertisialdiikuti oleh
adanya kenaikan hematokrit, peningkatan protei serum menambah
oedem dan menyebabkan volume darah berkurang, visikositas darah
meningkat dan waktu peredaran darah teri menjadi lama.
Prawirohardjo (2013).
Pathway 

Asimtomatik

Invasi tiopabiatik
abnormal

Perusakan pada sel endotel

Gangguan pendarahan
plasenta

Lorong pembuluh lebih sempit Berkurangnya jumlah


lebih sempit darah
Menurunnya kebutuhan
nutrisi dan oksogen

Pada janin Pada ibu


Iskemia
Fetal distress Protein urinaria dan
Vasokontriksi pembuluh
tekanan darah meningkat
Kematian janin darah endotel
didalam rahim
Kejang pada ibu
Peningkatan resistensi

Kematian
Pembuluh darah

PREEKLAMPSIA

Harus dilakukan SC

Kejang pada Fisiologisa Insisi Bedah Ansietas


ibu

Fisiologis Estrogen Terputusnya Pasien lelah


Meningkat Inkontunitas jaringan

Kurangnya Bedress total


Informasi Prolaktin Nyeri
Meningkat
Ibu tidak tau merawat
Ansietas bayi
Pembendungan
Perawatan
laktasi
insisi Defisit pengetahuan
abdomen
Air susu ibu tidak
keluar
Kurang pengetahuan
tentang perawatan
Menyusui tidak
efektif Resiko tinggi infeksi

1.3.5 Manifestasi Klinis


Jhonson (2014), menjelaskan beberapa manifestasi klinis dari
hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut : Gejala yang
timbul akan beragam, sesuai dengan tingkat PIH dan organ.
a. Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang
buruk dapat mengakibatkan kelahiran dengan berat badan dan
kelahiran prematur.
b. Mengalami hipertensi diberbagai level
c. Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4
d. Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan
hiper refleksia mungkin akan terjadi.
e. Berpotensi gagal hati
f. Kemungkinan akan mengalami nyeri di kuadran kanan atas.
g. Meningkatnya enzim hati.
h. Jumlah trombosit menurun.yang dipengaruhi.
Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklampsia
1. Volume plasma
Volume plasma pada kehamilan normal akan meningkat
dengan bermakna guna memenuhi kebutuhan
pertumbuhan janin. Sebaliknya pada preeklampsia terjadi
penurunan volume plasma antara 30-40% dibanding
hamil normal disebut hipovolemia. Hipovolemia
diimbangi dengan vasokonstriksi, sehingga terjadi
hipertensi.
2. Hipertensi
Hipertensi merupakan tanda terpenting dalam
menegakkan diagnosis hipertensi dalam kehamilan.
Tekanan diastolik menggambarkan resistensi perifer,
sedangkan tekanan sistolik menggambarkan besaran
curah jantung.Peningkatan reaktivitas vaskuler pada
preeklampsia terjadi pada umur kehamilan 20 minggu,
tetapi hipertensi dideteksi umumnya pada trimester II.
3. Fungsi ginjal
1) Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal
berikut :
a) Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat
hipovolemia, sehingga terjadi oliguria, bahkan
anuria
b) Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan
meningkatnya permeabilitas membran basalis
sehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan
terjadinya proteinuria.
c) Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus
ginjal. Bila sebagian besar kedua korteks ginjal
mengalami nekrosis, maka terjadi nekrosis
korteks ginjal yang bersifat irreversibel.
d) Dapat terjadi kerusakan intrinsik jaringan ginjal
akibat vasopasme pembuluh darah.
2) Proteinuria
Proteinuria merupakan syarat untuk diagnosis
preeklampsia, tetapi proteinuria umumnya timbul
jauh pada akhir kehamilan, sehingga sering dijumpai
preeklampsia tanpa proteinuria, karena janin sudah
lahir lebih dulu. Pengukuran protein dapat dilakukan
dengan urin dipstik, yaitu 100 mg/l atau +1,
sekurang-kurangnya diperiksa dua kali urin acak
selang 6 jam dan bisa juga dengan pengumpulan
proteinuria dalam 24 jam. Dianggap patologis bila
besaran proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam.
3) Asam urat serum
Umumnya meningkat ≥ 5 mg/cc. Keadaan ini
disebabkan oleh hipovolemia yang menimbulkan
menurunnya aliran darah filtrasi aliran darah,
sehingga menurunnya sekresi asam urat. Peningkatan
asam urat terjadi karena iskemia jaringan.
4) Kreatinin
Kadar kreatinin serum pada preeklampsia juga
meningkat, hal ini disebabkan oleh hipovolemia,
maka aliran darah ginjal menurun, mengakibatkan
menurunnya filtrasi glomerulus, sehingga
menurunnya sekresi kreatinin, disertai peningkatan
kreatinin plasma.

1.3.6 Komplikasi
Purwaningsih & Fatmawati (2010) dan Mitayani (2011), menyebutkan
beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi dalam
kehamilan pada ibu dan janin. Pada ibu :
a. Eklampsia
b. Pre eklampsia berat
c. Solusio plasenta
d. Kelainan ginjal
e. Perdarahan subkapsula hepar
f. Kelainan pembekuan darah
g. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low
platellet count).
h. Ablasio retina.
Pada janin :
a. Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus
b. Kelahiran prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

1.3.7 Penatalaksanaan Medis


Manuaba dkk(2013), menjelaskan beberapa penatalaksanaan yang
dapat dilaukan pada pasien dengan hipertensi dalam kehamilan
diantaranya :
1. Hipertensi ringan
Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi
nasehat untuk menurunkan gejala klinis dengan tirah baring 2x2
jam/hari dengan posisi miring. Untuk mengurangi darah ke vena
kava inferior, terjadi peningkatan darah vena untuk meningkatkan
peredaran darah menuju jantung dan plasenta sehingga
menurunkan iskemia plasenta, menurunkan tekanan darah,
meningkatkan aliran darah menuju ginjal dan meningkatkan
produksi urin.Pasien juga dianjurkan segera berobat jika terdapat
gejala kaki bertambah berat (edema), kepala pusing, gerakan janin
terasa berkurang dan mata makin kabur.
2. Hipertensi Berat
Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat dengan
tirah baring ke satu sisi dalam suasana isolasi. Pemberian
obatobatan untuk menghindari kejang (anti kejang), antihipertensi,
pemberian diuretik, pemberian infus dekstrosa 5%, dan pemberian
antasida.
3. Hipertensi kronis Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di
rumah sakit untuk evaluasi menyeluruh, pemeriksaan laboratorium
lengkap serta kultur,pemeriksaan kardiovaskuler pulmonal (foto
thorax, EKG, fungsi paru). Penatalaksanaan terhadap hipertensi
dalam kehamilan tersebut juga dijelaskan oleh Purwaningsih dan
Fatmawati (2010) dan Prawirohardjo (2013), beberapa
penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
a. Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat
dantirah baring.
b. Hindari kafein, merkok, dan alkohol.
c. Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan
mengkonsumsi makanan yang mengandung cukup protein,
rendah karbohidrat, garam secukupnya, dan rendah lemak.
d. Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara
teratur, yaitu minimal 4 kali selama masa kehamilan. Tetapi
pada ibu hamil dengan hipertensi dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan yang lebih sering, terutama selama
trimester ketiga, yaitu harus dilakukan pemeriksaan setiap 2
minggu selama 2 bulan pertama trimester ketiga, dan
kemudian menjadi sekali seminggu pada bulan terakhir
kehamilan.
e. Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan
janin dengan USG
f. Pembatasan aktivitas fisik.
g. Penggunaan obat - obatan anti hipertensi dalam kehamilan
tidak diharuskan, karena obat anti hipertensi yang biasa
digunakan dapat menurunkan perfusi plasenta dan memiliki
efek yang merugikan bagi janin. Tetapi pada hipertensi berat,
obat-obatan diberikan sebagai tindakan sementara. Terapi anti
hipertensi dengan agen farmakologi memiliki tujuan untuk
mengurangi tekanan darah perifer, mengurangi beban kerja
ventrikel kiri, meningkatkan aliran darah ke uterus dan
sisitem ginjal serta mengurangi resiko cedera serebrovaskular.

1.3.8 Data Penunjang Diagnostik


Manuaba dkk (2013) dan Purwaningsih & Fatmawati(2010)
menyebutkan pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu hamil
dengan hipertensi diantaranyan :
a. Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria
b. Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan kreatinin dan
protein.
c. Fungsi hati : meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine
aminotransferase atau meningkatnya aspartate ).
d. Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan
elektrolit abnormal, karena gangguan fungsi ginjal.
e. Tes non tekanan dengan profil biofisik.
f. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin
g. Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin dan
ibu.
1.4 Asuhan Keperawatan
1.4.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada pasien dengan kasus hipertensi dalam kehamilan
meliputi :
1. Identitas Pasien : (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, agama, suku, alamat, status, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnosa medis). Identitas penanggung jawab (nama,
umur, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien)
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya ibu akan mengalami: sakit kepala di daerah frontal,terasa
sakit di ulu hati/ nyeri epigastrium, bisa terjadi gangguanvisus,
mual dan muntah, tidak nafsu makan, bisa terjadigangguan
serebral, bisa terjadi edema pada wajah danekstermitas, tengkuk
terasa berat, dan terjadi kenaikan berat badan 1 kg/ minggu.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya akan ditemukan riwayat: kemungkinan ibu
menderitapenyakit hipertensi pada kehamilan sebelumnya,
kemungkinanibu mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia
padakehamilan terdahulu, biasanya mudah terjadi pada ibu
denganobesitas, ibu mungkin pernah menderita gagal ginjal
kronis.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat kehamilan denganhipertensi
dalam keluarga.
5. Riwayat Perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20
tahunatau di atas 35 tahun.
6. Riwayat Obstetri Biasanya hipertensi dalam kehamilan paling
sering terjadi pada ibuhamil primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, danmolahidatidosa dan semakin semakin tuanya usia
kehamilan (Prawirohardjo, 2013).
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan
mengalami kelemahan.
b. Tanda-tanda Vital : : Pada ibu hamil dengan hipertensi akan
ditemukan tekanan darah sistol diatal 140 mmHg dan diastol
90 mmHg, Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan
ditemukan denyut nadi yang meningkat, bahkan pada ibu
yang mengalami eklampsia akan ditemukan nadi yang
semakin cepat
c. Nifas : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan
ditemukan nafas pendek, dan pada ibu yangmengalami
eklampsia akan terdengar bunyi nafas yang berisik dan
ngorok
d. Pemeriksaan Kepala dan leher
Kepala : Biasanya ibu hamil akan ditemukan kepala yang
berketombe dan kurang bersih dan pada ibu hamildengan
hipertensi akan mengalami sakit kepala.
Wajah : Biasanya pada ibu hamil yang mengalami
preklampsia/eklampsia wajah tampak edema.
Mata : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan
konjungtiva sub anemis, dan bisa jugaditemukan edema pada
palvebra. Pada ibu hamil yang mengalami preeklampsia atau
eklampsia biasanya akan terjadi gangguan penglihat
yaitupenglihatan kabur.
Hidung : Biasanya pada ibu hamil tidak ditemukan gangguan
Mulut : Biasanya terjadi pembengkakan vaskuler padagusi,
menyebabkan kondisi gusi menjadihi peremik dan lunak,
sehingga gusi bisa mengalami pembengkakan dan perdarahan
Leher : Biasanya akan ditemukan pembesaran pada kelenjer
tiroid
e. Pemeriksaan Dada
Pernafasan : Biasanya akan terjadi peningkatan respirasi,
edema paru dan napas pendek..
Kardiovaskuler : Pada ibu hamil biasanya akan terjadi
palpitasijantung, pada ibu yangmengalami hipertensi dalam
kehamilan, khususnya pada ibu yang mengalami
preeklampsia beratakan terjadi dekompensasi jantung.
f. Pemeriksaan Abdomen
Pada ibu hamil akan ditemukan umbilikus menonjol keluar,
dan membentuk suatu area berwarna gelap di dinding
abdomen, serta akan ditemukan lineaalba dan linea nigra.
Pada ibuhamil dengan hipertensi biasanya akan
ditemukannyeri pada daerah epigastrum, dan akan terjadi
anoreksia, mual dan muntah
g. Pemeriksaan Payudara
Biasanya akan ditemukan payudara membesar,lebih padat dan
lebihkeras,puting menonjol danareola menghitam dan
membesar dari 3 cm menjadi 5cm sampai 6 cm, permukaan
pembuluhdarah menjadi lebihterlihat.
h. Pemeriksaan Ekstremitas
Pada ibu yang mengalami hipertensi dalamkehamilan bisa
ditemukan edema pada kaki dantangan juga pada jari-jari.
i. Sistem Persarafan
Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisaditemukan hiper
refleksia, klonus pada kaki.
j. Genitourinaria
Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akandidapatkan oliguria
dan proteinuria, yaitu pada ibuHamil dengan preeklampsia
(Reeder, 2011;Mitayani, 2011).

1.4.1 Diagnosa keperawatan


Nyeri Akut

Nyeri akut ( D.0077)

Kategori : psikologis

Subkategori : nyeri dan kenyamanan

Definisi :

Pengalaman senseorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan


jaringan actual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulandisebabkan

Penyebab :

1. Agen pencedera fisiologi (mis.inflamasi, iskemia, neoplasma)


2. Agen pencedera kimiawi (mis.terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, proseduroperasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

Gejala dan tanda miyor Objektif :


Subjektif : 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. Waspada posisi
1. Mengeluh nyeri
menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Suli ttidur

Gejala dan tanda minor Objektif :

Subjektif : 1. Tekanan darah meningkat


2. Pola napas berubah
1. Tidak tersedia
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis

KondisiKlinis

1. Kondisi pembedahan 5. Glakoma


2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom coroner akut

SLKI

Tingkat Nyeri (L.08066)

Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstran.

Ekspetasi Menurun

Kriteria Hasil

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


Menuru Meningkat
n

Kemampuan 1 2 3 4 5
menuntaska
n aktivitas

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


Menuru Meningkat
n

Keluhan 1 2 3 4 5
Nyeri

Meringis 1 2 3 4 5

Sikap 1 2 3 4 5
protektif

Gelisah 1 2 3 4 5

Kesulitan 1 2 3 4 5
tidur

Menarik diri 1 2 3 4 5

Berfokus 1 2 3 4 5
pada diri
sendiri

Diaphoresis 1 2 3 4 5

Perasaan 1 2 3 4 5
depresi
(tertekan)

Perasaan 1 2 3 4 5
takut
mengalami
cedera
berulang

Anoreksia 1 2 3 4 5

Periuneum 1 2 3 4 5
terasa
tertekan

Uterus 1 2 3 4 5
teraba
membulat

Ketegangan 1 2 3 4 5
otot
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5

Muntah 1 2 3 4 5

Mual 1 2 3 4 5

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


Menuru Meningkat
n

Frekuensi 1 2 3 4 5
nadi

Pola napas 1 2 3 4 5

Proses 1 2 3 4 5
berpikir

Fokus 1 2 3 4 5

Perilaku 1 2 3 4 5

Nafsu 1 2 3 4 5
makan

Pola tidur 1 2 3 4 5

1.4.3 Intervensi Keperawatan


SIKI

Manajemen Nyeri
(1.08238)

Definisi

Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang


berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.

Tindakan

Observasi

- Indentifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, kualitas,


intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengentahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Indentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgesik

Teraputik

- Berikan Teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TES,


hypnosis, akupuntur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri


- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesic secara tepat
- Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu

Pemberian Analgesik
(1.08243)

Definisi

Menyiapkan dan memberikan agen fisiologis untuk mengurangi atau


menghilangkan rasa sakit.

Tindakan

Observasi

- Identifikasi karakteristik nyero (mis. Pencetus, Pereda, kualitas, lokasi,


intensitas, frekuensi, durasi)
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis analgesic (mis. Narkotika, non-narkotik atau
NSAIO) dengan tingkat keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesic
- Monitor efektivitas analgesik

Terapeutik

- Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesia optimal,


jika perlu
- Pertimbangan penggunaan infus kontinu, atau opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
- Tetapkan target efektifitas anagesik untuk mengoptimalkan respon pasien
- Dokumentasi respon terhadap efek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan

Edukasi

- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, jika perlu

1.4.4 Implementasi keperawatan


Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan
guna membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
1.4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistemastis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Abiee. (2012). Askep Maternitas. Retrieved from


https://galeriabiee.wordpress.com/kumpulan-askep/askep
maternitas/asuhankeperawatan-pada-pasien-dengan-preeklampsia/
Helen, Varney. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume2. Jakarta :
EGC
Bobak. L. J. (2010). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Oxorn, Harry dan Forte W.R. (2010). Ilmu Kebidanan.Jakarta. Yayasan Essentia
Medica
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai