Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

NIFAS

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah : Asuhan Kebidanan Pada Nifas
Dosen Pengampu: Linda Andri Mustofa, SSiT.M.Keb

Oleh:
Bertha Putri Angelica (202107002)

PRODI SARJANA KEBIDANAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2022/2023
1. Definisi
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Abdul Bari,2000). Masa
nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu : 6 – 8 minggu minggu
(Mochtar, 2001).

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6
minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003). Wanita yang melalui periode puerperium
disebut puerpura.

Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah
involusi dan laktasi ( Saifuddin, 2006 ).

Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan
tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani, 2009).

Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi
dalam waktu yang relative pendek darah sudah tidak keluar, sedangkan batasan maksimumnya
adalah 40 hari. Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat
alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari.

2. Tahapan Masa Nifas


Nifas dibagi menjadi 3 periode :
1. Peurperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan
2. Peurperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu
3. Remote peurperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi ( bisa dalam
berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bertahun-tahun )
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia intena maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam
keseluruhannya involusio. Perubahan-perubahan yang lain yang penting yakni hemokonsentrasi
dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogenik dari kelenjar
hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamma.
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia intena maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam
keseluruhannya involusio. Perubahan-perubahan yang lain yang penting yakni hemokonsentrasi
dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogenik dari kelenjar
hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamma.

3. Perubahan Pada Masa Nifas


Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis yang meliputi
perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
1. Perubahan fisik
a. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau
uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum
hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
1. Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya
hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan
menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai
keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah
melahirkan.
2. Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir
yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan
plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena
kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot
menjadi lebih kecil.
3. Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan
otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:
1. Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya.
Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Involusi Uteri TFU Berat Uterus Diameter Palpasi


Uterus Cervix
Placenta lahir Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm Lembut/lunak

7 hari Pertengahan 500 gr 7,5 cm 2 cm


antara simpisis
dan pusat
14 hari Tidak teraba 350 gr 5 cm 1 cm

6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit

2. Involusi tempat plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar
yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut
karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah
permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar
pada dasar luka. (Sulaiman S, 1983l: 121)
3. Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi
karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka
arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
4. Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada
akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena
karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang
waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post
partum ruggae mulai nampak kembali.

b. After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)


Disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan. Perlu
diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik.
( Cunningham, 430)
c. Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas.
Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau
anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra
berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa
mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.:
1. Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa, lanugo,
mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
2. Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca persalinan.
3. Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4 pasca persalinan.
4. Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
5. Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
6. Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.

d. Dinding perut dan peritonium


Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya akan
pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus
jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk
memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998:
130)

e. Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi penambahan
aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari
estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma menurun secara cepat
pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran.
Selama ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi
retensi cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan
(V Ruth B, 1996: 230).

f. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan ekskresi
produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post
partum.( V Ruth B, 1996: 230)

g. System Hormonal:
1. Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus
dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan
pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita
yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin
diamna keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah
placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta
menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.

2. Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula hipofise
anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita
yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan.
Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post
partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior
untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron
dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.( V
Ruth B, 1996: 231)

3. Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu
ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi
bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan
bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan
kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua
hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat
merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air
susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan
penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan
menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai
permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting
dari puting susu. Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %,
gula 6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air
susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.
( Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )

h. Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:

Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal


Tanda-tanda vital  Tekanan darah  Tekanan darah
<140/90 mmHg, >140/90 mmHg
mungkin bisa naik  Suhu >38o c
dari tingkat disaat  Denyut nadi:
persalinan 1-3 hari >100x/menit
post partum
 Suhu tubuh <38o c
 Denyut nadi: 60-
100x/menit

1. Vital Signs ebelum kelahiran bayi :


a. Suhu :
· saat partus lebih 37,2 derajat celsius
· sesudah partus naik + 0,5 derajat celsius
·12 jam pertama suhu kembali normal
b. Nadi :
· 60 – 80 x/menit
· Segera setelah partus bradikardi
c. Tekanan darah :
TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini akan normal kembali
dalam waktu 1 jam
2. Vital sign setelah kelahiran anak :
a. Temperatur :
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 380C (100,40F)
disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan. Kerja otot yang berlebihan
selama kala II dan fluktuasi hormon setelah 24 jam wanita keluar dari
febris.
b. Nadi :
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik pada
jam pertama. Dalam 8 – 10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke
rata-rata sebelum hamil.
c. Pernapasan :
Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita sebelum persalinan.
d. Tekanan Darah :
Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik hipotensi adalah indikasi
merasa pusing atau pusing tiba-tiba setelah terbangun, dapat terjadi 48 jam
pertama.

Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :


1. Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu menjadi 380C
(100,4F0
2. Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin indikasi
hipovolemik akibat perdarahan.
3. Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena tingginya sub
arachnoid (spinal) blok.
4. Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik sekunder dari
perdarahan, bagaimana tanda
5. Terlambat dan gejala lain dari perdarahan kadang-kadang merupakan sinyal tenaga
medis

2. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi interaksi
dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis
honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling
memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung
jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan bayi.
Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang
air kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab
terhadap bayi.(Persis Mary H, 1995:)
Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan
yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola
tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada
hari ke 3-5 post partum

4. Kebutuhan Dasar Pada Ibu Nifas


1. Nutrisi dan cairan
Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi ternyata sangat mempengaruhi
produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan status gizi yang baik rata-rata dapat
memproduksi ASI sekitar 800 cc, atau mengandung kalori sekitar 600 kkal.

Sedangkan ibu yang status gizinya kurang biasanya akan sedikit menghasilkan ASI.
Pemberian ASI sangatlah penting. Sebab, ini akan membantu bayi tumbuh dengan
sempurna yang menjadikannya sehat dan pintar.
Demi mencukupi nutrisi tersebut, Ibu membutuhkan tambahan protein sebesar 20 gram
per hari dan makanan yang mengandung asam lemak omega 3 yang banyak terdapat pada
ikan. Kandungan asam tersebut akan diubah menjadi DHA yang akan keluar sebagai ASI.
Selain itu, dianjurkan juga makan makanan yang mengandung kalsium, zat besi,
vitamin C, B1, B2, B12, dan D. Bunda juga membutuhkan banyak cairan dengan meminum
banyak air. Dimana kebutuhan cairan sekitar 3 liter sehari atau 1 liter setiap 8 jam.

2. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan bertahap, variasi bergantung pada komplikasi persalinan, nifas
dan status kesehatan ibu. Pada ibu dengan persalinan normal mobilisasi dapat
dilakukan setelah 2 jam postpartum. Ibu dengan persalinan SC atau mendapatkan
anastesi, dapat melakukan mobilisasi dengan miring kanan kiri diatas tempat tidur
setelah 12 jam, duduk, bangun dan turun dari tempat tidur setelah 24-48 jam
postpartum. Pemulihan pascasalin akan lebih cepat pada ibu yang melakukan
mobilisasi dengan benar dan tepat.

3. Buang air kecil dan besar


Buang air kecil setelah melahirkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
komplikasi post partum. Dalam 24 jam pertama, Ibu juga harus dapat buang air besar.
Buang air besar tidak akan memperparah luka jalan lahir. Oleh sebab itu, buang air besar
tidak boleh ditahan-tahan. Untuk memperlancarnya, dianjurkan untuk banyak mengonsumsi
makanan yang tinggi serat dan minum air putih.

4. Menjaga kebersihan diri


Menjaga kebersihan diri sangat penting untuk ibu postpartum, Bunda. Adapun beberapa
langkah dalam melakukan perawatan diri diantaranya:
 Menjaga kebersihan seluruh tubuh demi mencegah infeksi dan alergi kulit pada
bayi.
 Membersihkan area kelamin dengan sabun dan air, yaitu dari daerah depan ke
belakang, baru setelah itu anus.
 Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.
 Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai membersihkan area
kemaluan.
 Jika terdapat luka episiotomi, hindari untuk menyentuh area luka agar terhindar
dari infeksi.

5. Istirahat
Ibu postpartum membutuhkan banyak istirahat demi memulihkan kembali keadaan
fisik. Kurang istirahat akan mengakibatkan beberapa masalah seperti:

 Dapat mengurangi produksi ASI.


 Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
 Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan juga diri
sendiri.
Istirahat yang cukup sebaiknya dilakukan minimal selama 8 jam sehari ya Bunda, yaitu
siang dan malam.

6. Hubungan seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual ketika pendarahan berhenti dan
ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Namun, tak sedikit budaya dan agama yang melarang sampai masa waktu tertentu
misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah melahirkan. Sehingga, ini tergantung pada pasangan
yang bersangkutan.

7. Senam nifas
Agar proses pemulihan organ-organ berlangsung cepat dan maksimal, Bunda
dianjurkan untuk melakukan senam nifas.
Berikut adalah beberapa contoh gerakan yang dapat dilakukan saat senam nifas, seperti:
 Tidur telentang, tangan di samping badan. Tekuk salah satu kaki, kemudian
digerakkan ke atas mendekati perut. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali secara
bergiliran untuk kaki kanan dan kaki kiri. Setelah itu, rileks selama 10 hitungan.
 Berbaring telentang, tangan diatas perut, kedua kaki ditekuk. Kerutkan otot bokong
dan perut bersamaan dengan mengangkat kepala, mata memandang ke perut selama
5 kali hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali. Rileks selama 10 hitungan.
 Tidur telentang, tangan di samping badan, angkat bokong sambil mengerutkan otot
anus selama 5 hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali. Rileks selama 10
hitungan.
 Tidur telentang, tangan di samping badan. Angkat kaki kiri lurus ke atas sambil
menahan otot perut. Lakukan gerakan sebanyak 15 kali hitungan, bergantian
dengan kaki kanan. Rileks selama 10 hitungan.
 Tidur telentang, letakan kedua tangan di bawah kepala, kemudian bangun tanpa
mengubah posisi kedua kaki. Lakukan gerakan sebanyak 15 kali hitungan,
kemudian rileks selama 10 hitungan sambil menarik napas panjang lewat hidung,
keluarkan lewat mulut.
 Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudut 90 derajat. Gerakan perut
ke atas sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat mungkin, tahan selama 5
hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali, kemudian rileks selama 10
hitungan.
8. Perawatan payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak
keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi
harus dihentikan dengan cara :
1. Pembalutan mamma sampai tertekan.
2. Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan parlodel.
Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan
bayinya.
Perawatan payudara
1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu.
2. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
3. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting
susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu
yang tidak lecet.
4. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan menggunakan sendok.
5. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum selama parasetamol 1 tablet setiap 4-6
jam.
6. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
 Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5
menit.
 Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir untuk mengurut
payudara dengan arah “Z” menuju puting.
 Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi
lunak.
 Susukan bayi setiap 2-3 jam, apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya
keluarkan dengan tangan.
 Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

9. Keluarga berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil
kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat membantu
merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan.
Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi
haidnya selama meneteki (amenore laktasi), oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat
dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Risiko
cara ini ialah 2% kehamilan.
Meskipun beberapa metode KB mengandung risiko, penggunaan kontrasepsi tetap lebih
aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.

5. Komplikasi Masa Nifas Dan Cara Mengatasi


1. Perdarahan melalui vagina
Perdarahan melalui vagina pasca persalinan sering disebut sebagai Hemoragi Post
Partum (HPP). Terjadinya HPP dapat dipicu oleh adanya faktor risiko anemia pada ibu
hamil, yaitu kondisi hemoglobin rendah saat hamil.
Peristiwa perdarahan ini dapat terjadi antara persalinan hingga 24 jam setelah
persalinan (HPP Primer) atau antara 24 jam persalinan hingga 40 hari setelah persalinan
(HPP Sekunder).
HPP dapat disebabkan karena trauma ketika proses persalinan (vagina robek, operasi
caesar), penggumpalan dalam pembuluh darah, adanya pengeluaran jaringan mati, adanya
sisa plasenta yan tertahan, serta luka pada rahim yang belum pulih.
Salah satu cara untuk meminimalisasi keluhan sampingan dari perdarahan ini adalah
mengonsumsi makanan yang banyak mengandung protein dan zat besi. Hal ini untuk
menggantikan darah yang hilang serta untuk menjagga stamina ibu.
2. Infeksi
Usai persalinan, ibu harus mewaspadai akan kemungkinan terjadinya infeksi, terutama
jika ibu melahirkan melalui operasi caesar. Kondisi rumah sakit, tangan tenaga medis, juga
alat-alat yang digunakan, masih memiliki kemungkinan mengandung bakteri. Bakteri yang
biasanya menyerang adalah jenis dari Streptococcus. Adanya infeksi ditandai dengan
demam dan nyeri pada area panggul.
Bila ibu melahirkan di rumah sakit umum (bukan khusus untuk bersalin), perlu
diwaspadai pula adanya infeksi nosocomial. Infeksi nosocomial adalah infeksi yang
didapatkan dari rumah sakit.
Ya, rumah sakit bukanlah tempat sesteril yang ada dalam pikiraan kita. Justru di
sanalah tempat berbagai bakteri dan virus berkumpul. Untuk itu berhati-hatilah, tetap jaga
stamina ibu.
3. Terjadinya masalah pada payudara
Setelah 24 hingga 48 jam pasca persalinan, biasanya muncul keluhan pada payudara.
Payudara seolah terasa penuh dan kadang berbenjol-benjol. Kondisi ini bisa saja
disebabkan oleh adanya tumpukan Air Susu Ibu (Bendungan ASI) di dalam payudara. Lalu
apa yang harus dilakukan? Tentu saja dengan cara mengeluarkan ASI dan memberikannya
pada bayi . Pemberian kompres air dingin dan analgesic juga mampu menguraangi keluhan
rasa tidak nyaman pada ibu.
Bila keluhan payudara disertai dengan adanya bercak merah dan sensasi rasa panas,
perlu dicurigai adanya mastitis (inflamasi pada payudara). Maka hubungilah dokter
kandungan ibu dan biarkan dokter yang menentukan pengobatan medis (farmakoterapi) apa
yang cocok diberikan kepada ibu yang bersangkutan.

6. Masalah Psikososial Pada Ibu Nifas


a. Depresi post partum
Postpartum depression tidak disebabkan oleh satu faktor penyebab saja. Biasanya
kondisi ini disebabkan oleh kombinasi faktor fisik dan emosional.
Setelah melahirkan, kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh ibu akan
turun drastis. Hal ini menyebabkan perubahan kimia di otak yang memicu terjadinya
perubahan suasana hati.
Ditambah lagi, kegiatan mengasuh bayi dapat membuat ibu tidak dapat beristirahat
dengan cukup untuk memulihkan dirinya setelah melahirkan. Kurangnya istirahat dapat
menimbulkan kelelahan, baik secara fisik maupun emosional, hingga akhirnya memicu
depresi pasca melahirkan.
Tidak hanya itu, ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang
mengalami depresi postpartum, di antaranya:
a. Pernah menderita depresi sebelum atau selama hamil
b. Kesulitan menyusui anak
c. Hamil di usia muda dan memiliki banyak anak
d. Risiko terjadinya depresi pascapersalinan juga akan meningkat jika ibu yang baru
melahirkan mengalami kejadian yang membuatnya stres, misalnya:
a. Kehilangan pekerjaan
b. Masalah finansial
c. Konflik dalam keluarga
d. Komplikasi kehamilan
Gejala post partum depression
Gejala postpartum depression atau postnatal depression bisa terjadi pada awal
kehamilan, beberapa minggu sesudah melahirkan, atau hingga setahun sesudah bayi lahir.
Ketika mengalami postpartum depression, seseorang akan mengalami gejala-gejala berikut:
a. Merasa cepat lelah atau tidak bertenaga
b. Mudah tersinggung dan marah
c. Menangis terus-menerus
d. Merasa gelisah tanpa alasan yang jelas
e. Mengalami perubahan suasana hati yang drastis
f. Hilang nafsu makan atau justru makan lebih banyak dari biasanya
g. Tidak dapat tidur (insomnia) atau tidur terlalu lama
h. Sulit berpikiran jernih, berkonsentrasi, atau mengambil keputusan
i. Tidak ingin bersosialisasi dengan teman dan keluarga
j. Kehilangan minat terhadap kegiatan yang biasa disukainya
k. Putus asa
l. Berpikir untuk melukai dirinya sendiri atau bayinya

e. Post partum blues


Istilah sindrom baby blues adalah suatu kondisi yang dipakai untuk
menggambarkan kekhawatiran, rasa tidak bahagia, dan kelelahan selama beberapa hari
setelah melahirkan.
Sindrom ini khususnya bisa dialami ibu usai melahirkan anak pertama. Hal ini
merupakan kasus yang sangat umum terjadi.
Gejala baby blues biasanya lebih ringan ketimbang depresi postpartum
(postpartum depression).
Ibu yang mengalami baby blues umumnya memiliki gejala utama berupa
suasana hati (mood) yang mudah berubah, susah tidur, mudah menangis, dan mudah
cemas.
Berbagai gejala baby blues syndrome atau sindrom baby blues adalah sebagai berikut:
a. Ibu mengalami perubahan suasana hati yang cepat
b. Ibu merasa cemas dan kewalahan mengurus bayi
c. Ibu merasa murung dan rewel
d. Ibu merasa sedih dan banyak menangis
e. Ibu susah tidur (insomnia)
f. Ibu mengalami penurunan nafsu makan

f. Post partum psikosa


Psikosis postpartum adalah penyakit mental serius yang kerap dialami ibu
dalam beberapa hari atau minggu usai persalinan.
Gejala psikosis postpartum dapat bervariasi pada setiap ibu yang biasanya
mulai terlihat di sekitar minggu pertama atau kedua setelah melahirkan.
Gejalanya biasanya mencakup suasana hati yang mudah berubah, depresi, kebingungan,
halusinasi, dan delusi.
Awalnya Anda akan merasa gembira, berenergi, tidak bisa tidur, hingga
kemudian berlanjut dengan gejala yang tidak wajar.
Psikosis pascapersalinan lebih mirip dengan gangguan bipolar dan manic
depression dibandingkan dengan depresi.
Setiap kasus psikosis postpartum memiliki gejala yang berbeda, tapi gejala yang
umum terjadi adalah sebagai berikut:
a. Mendengar suara dan melihat hal-hal yang tidak ada (halusinasi)
b. Perubahan mood yang ekstrim (mood swings)
c. Berperilaku manik (mood manic), misalnya bicara atau berpikir terlalu banyak dan
cepat, merasa terlalu senang, dan lainnya
d. Merasa bingung, curiga, dan takut
e. Berkhayal atau percaya pada hal yang tidak benar dan tidak logis (delusi)
f. Menunjukkan tanda depresi, menarik diri dari lingkungan, dan gampang menangis
7. Pemeriksaan Nifas
Untuk pemeriksaan kesehatan ibu semasa nifas terbagi menjadi beberapa tahapan.
Pertama, pada 6 jam - 3 hari sesudah melahirkan. Kedua, pada hari ke 4 sampai 28 hari sesudah
melahirkan. Dan ketiga, pada hari ke 29 - 42 hari sesudah melahirkan.
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk pemulihan
kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post partum
meliputi:
a. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya
trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-
jalan dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas
memiliki variasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-
luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia,
mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan
fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran
darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba,
1998: 193)
b. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih banyak
memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran
pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)
c. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah kesadaran
penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
d. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
1. Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu
2. Fundus uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
3. Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
4. Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia alba
5. Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda
infeksi.
Sedangkan untuk bayi, dilakukan pemeriksaan dengan penilaian APGAR,
pencarian kelainan Kongenital, pemeriksaan cairan amnion, tali pusat, plasenta,
menimbang berat badan serta membandingkannya dengan masa gestasi, pemeriksaan
mulut, anus, garis tengah tubuh dan jenis kelamin.

8. Konsep Asuhan Masa Nifas


Data Subjektif
Untuk memperoleh data subjektif dapat di lakukan dengan cara anamnesa yaitu informasi
yang kita dapatkan bisa langsung dari pasien atau juga bisa dari orang orang terdekat klien.
Data Subjektif ini mencakup :
1. Identitas atau Biodata
Nama : Nama Suami :
Umur : Umur :
Suku / Bangsa : Suku / Bangsa :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
No Telepon : No Telepon :
Alamat Rumah : Alamat Rumah :
2. Keluhan Utama
Yang di kaji adalah apakah ibu ada merasakan keluhan pada masa nifas
3. Riwayat Kesehatan
Yang di kaji adalah :
• Riwayat kesehatan yang lalu
• Riwayat kesehatan sekarang
• Riwayat kesehatan keluarga
4. Riwayat Perkawinan
Yang di kaji adalah menikah sejak umur berapa , berapa lama menikah ,berapa
kali menikah,status pernikahan.
5. Riwayat Obstetric
Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu,riwayat Persalinan sekarang.
6. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah klien pernah ikut KB dengan jenis kontrasepsi apa.
7. Kehidupan social budaya
Untuk mengetahui klien dan keluarganya yang menganut adat istiadat tertentu
dengan budaya yang menguntungkan atau merugikan ibu dalam masa nifas.
8. Data psikososial
• Respons keluarga terhadap ibu dan bayinya
• Respons ibu terhadap dirinya sendiri
• Respons ibu terhadap bayinya
9. Data pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah
melahirkan.
10. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari antara lain: nutrisi dan cairan, personal
hygiene, eliminasi, istirahat, seksual, aktifitas

Data Objektif
Dalam menghadapi klien dalam masa nifas ini, bidan harus mengumpukan data untuk memastikan
apakah klien dalam keadaan normal atau tidak. Bagian dari pengkajian data objektif yaitu :
1. Keadaan umum ibu
2. Tanda-tanda vital yaitu : tekanan darah, suhu, nadi, pernapasan
3. Payudara : bagaimanakah keadaan pitting susu ibu apakah menonjol atau tidak, apakah payudara
ibu bernanah atau tidak.
4. Uterus : pemeriksaan tinggi fundus uteri apakah sesuai dengan involusi uteri, apakah kontraksi
uterus baik atau tidak, apakah konsistensinya lunak atau kelars, dari pemeriksaan diatas bertujauan
untuk mengetahui apakah pelebaran otot perut normal atau tidak caranya yaitu dengan memasukan
kedua jari kita yaitu telunjuk dan jari tengah kebagian diagfragma dari perut ibu. Jika jari kita masuk
dua jari berate abnormal.
5. Kandung kemih : jika kandung kemih ibu penuh, maka bantu ibu untuk mengkosongkan kasung
kemihnya dan anjurkan ibu agar tidak menahan apabila terasa ingin BAK. Jika ibu tidak data berkemih
dalam 6 jam postpartum , bantu ibu dengan cara menyiram air hangat dan bersih kevulva perineum
ibu. Bila berbagai cara telah dilakukan namu ibu tetap tidak berkemih, maka mungkin perlu dilakukan
pemasangan katerisasi. Setelah kandung kemih dokosongkan, maka lakukan massase pada fundus
agar uterus berkontasi dengan baik.
6. Ekstremitas bawah : pada pemeriksaan kaki apakah ada: varises, odema, reflex patella, nyeri tekan
atau panas pada betis. Adanya tanda human caranya dengan meletakan 1 tangan pada lutut ibu dan
dilakukan tekanan ringan agar lutut tetap lurus. Bila ibu merasakan nyeri pada betis dengan tindakan
tersebut, tanda Homan (+).
7. Genitalia : Pemeriksaan pengeluaran lochea, warna, baud an jumlahnya, Hematoma vulva
(gumpalan darah), gejala yang paling jelas dan dapat diidentifikasi dengan inspeksi vagina dan serviks
dengan cermat, lihat kebersihan pada genitalia ibu, ibu harus selalu menjaga kebersihan pada alat
genitalianya karena pada masa nifas ini ibu sangat mudah sekali untuk terkenan infeksi.
8. Perineum : pada pemeriksaan perieneum sebaiknya ibu dalam posisi dengan kedua tungkai
dilebarkan. Saat melakukan pemeriksaan perineum periksalah jahitan laserasinya.
9. Lochea : mengalami perubahan karena proses involusi yaitu lochea rubra, serosa, dan alba.

Assasement
Diagnosa yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosa kebidanan yaitu :
a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi.
b. Berhubungan langsung dengan praktisi kebidanan.
c. Memiliki ciri khas kebidanan.
d. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan.
e. Dapat diselesaikan dengan pendekantan manajemen kebidanan.
Diagnosa dapat berkaitan dengan para, abortus, anak hidup umur ibu, dan keadaan nifas.
Kemudian ditegakkan dengan data dasar subjektif dan objektif. Contoh : Seorang P1A0 postpartum
normal hari pertama.

Planning
Pada planning mencakup di dalamnya perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi asuhan.
Perencanaan dan pelaksanaan ditentukan dari hasil kajian pada langkah sebelumnya. Jika ada
informasi/data yang tidak lengkap bisa dilengkapi. Rencana asuhan dibuat berdasarakan pertimbangan
yang tepat, baik dari pengetahuan, teori yang up to date , dan validasikan dengan kebutuhan pasien.
Oleh karena itu perencanaan asuhan sebaiknya melibatkan pasien , dilakukan kesepakatan antara
bidan dan pasien ke dalam informed consent.
Contoh :
1. Anjurkan ibu untuk mengeluarkan ASI
2. Lakukan kompres air hangat dan dingin
3. Lakukan masase pada payudara secara begantian
4. Anjurkan ibu untuk tetapkonsumsi makanan yang bergizi
Evaluasi didasarkan pada harapan pasien yang didefinisikan saat merencanakan asuhan
kebidanan. Untuk mengetahui keberhasilan asuhan, bidan mempunyai pertimbangan tertentu antara
lain: tujuan asuhan kebidanan: efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah dan hasil asuhan
kebidanan.
Contoh :
1. ASI telah keluar, jumlah ASI normal
2. Kompres air hangat dan dingin telah dilakukan, ibu merasa lebih nyaman
3. Telah dilakukan masase, ibu merasa lebih rileks 4. Ibu bersedia mengkonsumsi makanan
yang bergizi

Pathway
Daftar Pustaka

Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC

Dira IKPA, Wahyuni Anak Ayu Sri. Prevalensi dan faktor risiko depresi postpartum di Kota Denpasar

menggunakan Edinburgh Postnatal Depression Scale. E-jurnal medika. 2016;5(7):1-5.

Fonseca Ana, Pereira Marco, Araújo-Pedrosa Anabela, Gorayeb Ricardo, Ramos

Mariana Moura, Canavarro Maria Cristina. Be a mom: formative evaluation of a

web-based psychological intervention to prevent postpartum depression.

Cognitive and Behavioral Practice. 2018;25(4):473-95.

Machmudah Machmudah. Gangguan Psikologis pada Ibu Postpartum; Postpartum

Blues. Jurnal Keperawatan Maternitas. 2015;3(2):118-25

Rukiyah, Yeyen A. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info Media; 2014

Saleha S, Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika; 2009

Saminem. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: EGC; 2009

Sulfianti Nardina, evita., Hutabarat, dkk. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas:

Yayasan Kita Menulis; 2021

Anda mungkin juga menyukai