NIFAS
Oleh:
Bertha Putri Angelica (202107002)
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6
minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003). Wanita yang melalui periode puerperium
disebut puerpura.
Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah
involusi dan laktasi ( Saifuddin, 2006 ).
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan
tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani, 2009).
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi
dalam waktu yang relative pendek darah sudah tidak keluar, sedangkan batasan maksimumnya
adalah 40 hari. Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat
alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari.
e. Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi penambahan
aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari
estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma menurun secara cepat
pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran.
Selama ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi
retensi cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan
(V Ruth B, 1996: 230).
f. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan ekskresi
produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post
partum.( V Ruth B, 1996: 230)
g. System Hormonal:
1. Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus
dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan
pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita
yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin
diamna keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah
placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta
menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
2. Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula hipofise
anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita
yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan.
Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post
partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior
untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron
dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.( V
Ruth B, 1996: 231)
3. Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu
ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi
bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan
bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan
kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua
hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat
merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air
susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan
penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan
menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai
permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting
dari puting susu. Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %,
gula 6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air
susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.
( Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )
h. Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
2. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi interaksi
dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis
honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling
memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung
jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan bayi.
Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang
air kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab
terhadap bayi.(Persis Mary H, 1995:)
Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan
yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola
tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada
hari ke 3-5 post partum
Sedangkan ibu yang status gizinya kurang biasanya akan sedikit menghasilkan ASI.
Pemberian ASI sangatlah penting. Sebab, ini akan membantu bayi tumbuh dengan
sempurna yang menjadikannya sehat dan pintar.
Demi mencukupi nutrisi tersebut, Ibu membutuhkan tambahan protein sebesar 20 gram
per hari dan makanan yang mengandung asam lemak omega 3 yang banyak terdapat pada
ikan. Kandungan asam tersebut akan diubah menjadi DHA yang akan keluar sebagai ASI.
Selain itu, dianjurkan juga makan makanan yang mengandung kalsium, zat besi,
vitamin C, B1, B2, B12, dan D. Bunda juga membutuhkan banyak cairan dengan meminum
banyak air. Dimana kebutuhan cairan sekitar 3 liter sehari atau 1 liter setiap 8 jam.
2. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan bertahap, variasi bergantung pada komplikasi persalinan, nifas
dan status kesehatan ibu. Pada ibu dengan persalinan normal mobilisasi dapat
dilakukan setelah 2 jam postpartum. Ibu dengan persalinan SC atau mendapatkan
anastesi, dapat melakukan mobilisasi dengan miring kanan kiri diatas tempat tidur
setelah 12 jam, duduk, bangun dan turun dari tempat tidur setelah 24-48 jam
postpartum. Pemulihan pascasalin akan lebih cepat pada ibu yang melakukan
mobilisasi dengan benar dan tepat.
5. Istirahat
Ibu postpartum membutuhkan banyak istirahat demi memulihkan kembali keadaan
fisik. Kurang istirahat akan mengakibatkan beberapa masalah seperti:
6. Hubungan seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual ketika pendarahan berhenti dan
ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Namun, tak sedikit budaya dan agama yang melarang sampai masa waktu tertentu
misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah melahirkan. Sehingga, ini tergantung pada pasangan
yang bersangkutan.
7. Senam nifas
Agar proses pemulihan organ-organ berlangsung cepat dan maksimal, Bunda
dianjurkan untuk melakukan senam nifas.
Berikut adalah beberapa contoh gerakan yang dapat dilakukan saat senam nifas, seperti:
Tidur telentang, tangan di samping badan. Tekuk salah satu kaki, kemudian
digerakkan ke atas mendekati perut. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali secara
bergiliran untuk kaki kanan dan kaki kiri. Setelah itu, rileks selama 10 hitungan.
Berbaring telentang, tangan diatas perut, kedua kaki ditekuk. Kerutkan otot bokong
dan perut bersamaan dengan mengangkat kepala, mata memandang ke perut selama
5 kali hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali. Rileks selama 10 hitungan.
Tidur telentang, tangan di samping badan, angkat bokong sambil mengerutkan otot
anus selama 5 hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali. Rileks selama 10
hitungan.
Tidur telentang, tangan di samping badan. Angkat kaki kiri lurus ke atas sambil
menahan otot perut. Lakukan gerakan sebanyak 15 kali hitungan, bergantian
dengan kaki kanan. Rileks selama 10 hitungan.
Tidur telentang, letakan kedua tangan di bawah kepala, kemudian bangun tanpa
mengubah posisi kedua kaki. Lakukan gerakan sebanyak 15 kali hitungan,
kemudian rileks selama 10 hitungan sambil menarik napas panjang lewat hidung,
keluarkan lewat mulut.
Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudut 90 derajat. Gerakan perut
ke atas sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat mungkin, tahan selama 5
hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali, kemudian rileks selama 10
hitungan.
8. Perawatan payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak
keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi
harus dihentikan dengan cara :
1. Pembalutan mamma sampai tertekan.
2. Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan parlodel.
Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan
bayinya.
Perawatan payudara
1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu.
2. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
3. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting
susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu
yang tidak lecet.
4. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan menggunakan sendok.
5. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum selama parasetamol 1 tablet setiap 4-6
jam.
6. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5
menit.
Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir untuk mengurut
payudara dengan arah “Z” menuju puting.
Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi
lunak.
Susukan bayi setiap 2-3 jam, apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya
keluarkan dengan tangan.
Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
9. Keluarga berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil
kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat membantu
merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan.
Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi
haidnya selama meneteki (amenore laktasi), oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat
dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Risiko
cara ini ialah 2% kehamilan.
Meskipun beberapa metode KB mengandung risiko, penggunaan kontrasepsi tetap lebih
aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.
Data Objektif
Dalam menghadapi klien dalam masa nifas ini, bidan harus mengumpukan data untuk memastikan
apakah klien dalam keadaan normal atau tidak. Bagian dari pengkajian data objektif yaitu :
1. Keadaan umum ibu
2. Tanda-tanda vital yaitu : tekanan darah, suhu, nadi, pernapasan
3. Payudara : bagaimanakah keadaan pitting susu ibu apakah menonjol atau tidak, apakah payudara
ibu bernanah atau tidak.
4. Uterus : pemeriksaan tinggi fundus uteri apakah sesuai dengan involusi uteri, apakah kontraksi
uterus baik atau tidak, apakah konsistensinya lunak atau kelars, dari pemeriksaan diatas bertujauan
untuk mengetahui apakah pelebaran otot perut normal atau tidak caranya yaitu dengan memasukan
kedua jari kita yaitu telunjuk dan jari tengah kebagian diagfragma dari perut ibu. Jika jari kita masuk
dua jari berate abnormal.
5. Kandung kemih : jika kandung kemih ibu penuh, maka bantu ibu untuk mengkosongkan kasung
kemihnya dan anjurkan ibu agar tidak menahan apabila terasa ingin BAK. Jika ibu tidak data berkemih
dalam 6 jam postpartum , bantu ibu dengan cara menyiram air hangat dan bersih kevulva perineum
ibu. Bila berbagai cara telah dilakukan namu ibu tetap tidak berkemih, maka mungkin perlu dilakukan
pemasangan katerisasi. Setelah kandung kemih dokosongkan, maka lakukan massase pada fundus
agar uterus berkontasi dengan baik.
6. Ekstremitas bawah : pada pemeriksaan kaki apakah ada: varises, odema, reflex patella, nyeri tekan
atau panas pada betis. Adanya tanda human caranya dengan meletakan 1 tangan pada lutut ibu dan
dilakukan tekanan ringan agar lutut tetap lurus. Bila ibu merasakan nyeri pada betis dengan tindakan
tersebut, tanda Homan (+).
7. Genitalia : Pemeriksaan pengeluaran lochea, warna, baud an jumlahnya, Hematoma vulva
(gumpalan darah), gejala yang paling jelas dan dapat diidentifikasi dengan inspeksi vagina dan serviks
dengan cermat, lihat kebersihan pada genitalia ibu, ibu harus selalu menjaga kebersihan pada alat
genitalianya karena pada masa nifas ini ibu sangat mudah sekali untuk terkenan infeksi.
8. Perineum : pada pemeriksaan perieneum sebaiknya ibu dalam posisi dengan kedua tungkai
dilebarkan. Saat melakukan pemeriksaan perineum periksalah jahitan laserasinya.
9. Lochea : mengalami perubahan karena proses involusi yaitu lochea rubra, serosa, dan alba.
Assasement
Diagnosa yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosa kebidanan yaitu :
a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi.
b. Berhubungan langsung dengan praktisi kebidanan.
c. Memiliki ciri khas kebidanan.
d. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan.
e. Dapat diselesaikan dengan pendekantan manajemen kebidanan.
Diagnosa dapat berkaitan dengan para, abortus, anak hidup umur ibu, dan keadaan nifas.
Kemudian ditegakkan dengan data dasar subjektif dan objektif. Contoh : Seorang P1A0 postpartum
normal hari pertama.
Planning
Pada planning mencakup di dalamnya perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi asuhan.
Perencanaan dan pelaksanaan ditentukan dari hasil kajian pada langkah sebelumnya. Jika ada
informasi/data yang tidak lengkap bisa dilengkapi. Rencana asuhan dibuat berdasarakan pertimbangan
yang tepat, baik dari pengetahuan, teori yang up to date , dan validasikan dengan kebutuhan pasien.
Oleh karena itu perencanaan asuhan sebaiknya melibatkan pasien , dilakukan kesepakatan antara
bidan dan pasien ke dalam informed consent.
Contoh :
1. Anjurkan ibu untuk mengeluarkan ASI
2. Lakukan kompres air hangat dan dingin
3. Lakukan masase pada payudara secara begantian
4. Anjurkan ibu untuk tetapkonsumsi makanan yang bergizi
Evaluasi didasarkan pada harapan pasien yang didefinisikan saat merencanakan asuhan
kebidanan. Untuk mengetahui keberhasilan asuhan, bidan mempunyai pertimbangan tertentu antara
lain: tujuan asuhan kebidanan: efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah dan hasil asuhan
kebidanan.
Contoh :
1. ASI telah keluar, jumlah ASI normal
2. Kompres air hangat dan dingin telah dilakukan, ibu merasa lebih nyaman
3. Telah dilakukan masase, ibu merasa lebih rileks 4. Ibu bersedia mengkonsumsi makanan
yang bergizi
Pathway
Daftar Pustaka
Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC
Dira IKPA, Wahyuni Anak Ayu Sri. Prevalensi dan faktor risiko depresi postpartum di Kota Denpasar
Rukiyah, Yeyen A. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info Media; 2014
Saleha S, Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika; 2009
Sulfianti Nardina, evita., Hutabarat, dkk. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas: