Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM FISIOLOGIS

DI RUANG MAWAR RS TK. II DUSTIRA CIMAHI

Oleh :
Nama : Nurani Radianti
NIM : 2250321119

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2022

Rumah Sakit Tanggal Tanggal


TK. II
Nilai Nilai Rata - rata
Dustira Paraf CI + Stempel Paraf Dosen
Cimahi
1. Pengertian
Post partum adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas
berlangsung selama ± 6 minggu (Saleha, 2009 dikutip dari Kumalasari, 2015).
Post partum spontan adalah masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran
meliputi minggu-minggu selanjutnya pada waktu saluran reproduksi kembali dalam keadaan
tidak hamil yang normal (Ambarwati, 2010 dikutip dari Kumalasari, 2015).
Post partum spontan adalah masa persalinan dan setelah kelahiran, masa pada waktu
saluran reproduktif kembali ke keadaan semula (tidak hamil) (Bobak, 2004 dalam Aspiani,
2017).
Persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran bayi yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37 - 42 minggu ) melalui jalan lahir dan berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri.
2. Adaptasi Fisiologis
Bobak, Lowdermik (2005), menyatakan bahwa periode post partum ialah masa enam minggu
sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan sebelum hamil. Periode
ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester ke empat kehamilan. Perubahan
fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal dimana proses-proses pada
kehamilan berjalan terbalik. Berikut adalah perubahan atau adaptasi fisiologi serta psikologi
wanita setelah melahirkan.
a. Sistem Reproduksi
a) Involusio Uteri
Involusio adalah pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal setelah kelahiran
bayi(Bobak, Lowdermik, 2005). Involusio terjadi karena masingmasing sel menjadi
lebih kecil karena sitoplasma yang berlebihan dibuang. Involusio disebabkan oleh
proses autolysis, dimana zat protein dinding rahim pecah, diabsorbsi dan kemudian
dibuang sebagai air kencing.
Tinggi fundus uteri menurut masa involusio

Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gr
2 minggu Tidak teraba diatas simpisis 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr
Involusio Tempat Plasenta
Pada pemulaan nifas, bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang
tersumbat oleh trombus. Biasanya luka yang demikian, sembuh dengan menjadi
parut. Hal ini disebabkan karena dilepaskan dari dasar dengan pertumbuhan
endometrium baru di bawah pemukaan luka. Rasa sakit yang disebut after pains
( meriang atau mules-mules ) disebabkan kontraksi rahim biasanya berlangsung 3-4
hari pasca persalinan.(Cunningham, F G, 2005).
b) Lochea yaitu sekret dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas. Lochea dapat
dibagi menjadi beberapa jenis:
- Lochea rubra/cruenta
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa,
lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
- Lochea sanguinolenta
Berwarna merah dan kuning berisi darah dan lendir,yang keluar pada hari ke – 3
sampai ke-7 pasca persalinan.
- Lochea serosa
Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lochia rubra. Lochia ini berbentuk
serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak
berdarah lagi pada hari ke -7 sampai hari ke-14 pasca persalinan.
- Lochea alba
Dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali
berhenti sampai 1 atau 2 minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih
berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua
- Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
- Locheastatis Lochea tidak lancar keluarnya
c) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti corong berwarna
merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan kecil.
Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat
dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
d) Vagina dan perineum
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium merupakan suatu
saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsurangsur luasnya berkurang,
tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae ( lipatan-
lipatan atau kerutan-kerutan ) timbul kembali pada minggu ketiga. Perlukaan
vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering dijumpai.
Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai
akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar.
Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat dengan pemeriksaan
spekulum. Pada perineum terjadi robekan pada hampir semua persalinan pertama
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya
terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat,
sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul
bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada. Sirkumferensia suboksipito
bregmatika. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi lakukanlah
penjahitan dan perawatan dengan baik.
b. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin,
terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut.
a) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap ketiga
persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat
merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus
kembali ke bentuk normal.
b) Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari
bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang
menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada
rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak
menyusui bayinya, tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah
persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan. otak yang mengontrol
ovarium ke arah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal,
pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi.
c) Estrogen dan progesterone
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara
penuh belum dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi
memperbesar hormon antidiuretik yang mengikatkan volume darah. Di samping
itu, progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan
peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran kemih,
ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina.
c. Sistem kardiovaskuler
Pada dasarnya tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali. Tapi
biasanya terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg. Jika ada perubahan
posisi, ini disebut dengan hipotensi orthostatik yang merupakan kompensasi
kardiovaskuler terhadap penurunan resistensi di daerah panggul.
d. Sistem Urinaria
Selama proses persalinan, kandung kemih mengalami trauma yang dapat
mengakibatkan udema dan menurunnya sensitifitas terhadap tekanan cairan,
perubahan ini menyebabkan, tekanan yang berlebihan dan kekosongan kandung
kemih yang tidak tuntas, hal ini bisa mengakibatkan terjadinya infeksi. Biasanya ibu
mengalami kesulitan buang air kecil sampai 2 hari post partum.
e. Sistem Gastrointestinal
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan
karena pada saat melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan
colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan,
kurang makan, haemoroid, dan laserasi jalan lahir.
f. Sistem Muskuloskeletal
a) Ambulasi pada umumnya mulai 1-8 jam setelah ambulasi dini untuk
mempercepat involusio Rahim
b) Otot abdomen terus-menerus terganggu selama kehamilan yang mengakibatkan
berkurangnya tonus otot, yang tampak pada masa post partum dinding perut
terasa lembek, lemah, dan kendor. Selama kehamilan otot abdomen terpisah
disebut distensi recti abdominalis, mudah di palpasi melalui dinding abdomen
bila ibu telentang. Latihan yang ringan seperti senam nifas akan membantu
penyembuhan alamiah dan kembalinya otot pada kondisi normal.
g. Sistem kelenjar mamae
a) Pada hari kedua post partum sejumlah kolostrum, cairan yang disekresi payudara
selama lima hari pertama setelah kelahiran bayi, dapat diperas dari putting susu.
b) Kolostrum
Dibanding dengan susu matur yang akhirnya disekresi oleh payudara, kolostrum
mengandung lebih banyak protein, yang sebagian besar adalah globulin, dan
lebih banyak mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Meskipun demikian
kolostrum mengandung globul lemak agak besar di dalam yang disebut korpustel
kolostrum, yang oleh beberapa ahli dianggap merupakan sel-sel epitel yang telah
mengalami degenerasi lemak dan oleh ahli lain dianggap sebagai fagosit
mononuclear yang mengandung cukup banyak lemak. Sekresi kolostrum
bertahan selama sekitar lima hari, dengan perubahan bertahap menjadi susu
matur. Antibodi mudah ditemukan dalam kolostrum. Kandungan
immunoglobulin A mungkin memberikan perlindungan pada neonatus melawan
infeksi enterik. Faktor-faktor kekebalan hospes lainnya, juga immunoglobulin -
immunoglobulin, terdapat di dalam kolostrum manusia dan air susu. Faktor ini
meliputi komponen komplemen, makrofag, limfosit, laktoferin, laktoperoksidase,
dan lisozim
h. Sistem Integumen
Penurunan melanin setelah persalinan menyebabkan berkurangnya hiperpigmentasi
kulit pada aerola mammae dan linea nigra mungkin menghilang sempurna sesudah
melahirkan.
3. Adaptasi Psikologis
(Menurut Rubin dalam Varney, 2007) adaptasi psikologi ibu post partum dibagi menjadi 3
fase yaitu :
a. Fase Taking In (Fase mengambil) / ketergantungan
Fase ini dapat terjadi pada hari pertama sampai kedua post partum. Ibu sangat
tergantung pada orang lain, adanya tuntutan akan kebutuhan makan dan tidur, ibu
sangat membutuhkan perlindungan dan kenyamanan.
b. Fase Taking Hold / ketergantungan mandiri
Fase ini terjadi pada hari ketiga sampai hari ke sepuluh post partum, secara bertahap
tenaga ibu mulai meningkat dan merasa nyaman, ibu sudah mulai mandiri namun
masih memerlukan bantuan, ibu sudah mulai memperlihatkan perawatan diri dan
keinginan untuk belajar merawat bayinya.
c. Fase Letting Go / kemandirian
Fase ini terjadi pada hari ke sepuluh post partum, ibu sudah mampu merawat diri
sendiri, ibu mulai sibuk dengan tanggung jawabnya.
4. Periode Post Partum
Periode post partum adalah selang waktu antara kelahiran bayi sampai dengan
pulihnya organ reproduksi seperti sebelum hamil. Periode ini sering disebut masa nifas
(puerperium), atau trimester keempat kehamilan, masa nifas biasanya berkisar antara 6
minggu atau lebih bervariasi antara ibu satu dengan ibu yang lainnya (Cashion, Perry, 2013).
Periode post partum dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap immediate post
partum (setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam setelah proses persalinan), tahap early
post partum (24 jam sampai satu minggu setelah persalinan) dan tahap late post partum (satu
minggu sampai lima minggu setelah persalinan) (Saleha, 2009)
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam tiga periode yaitu
sebagai berikut :
1. Periode Taking In
a. Berlangsung 24 - 48 jam setelah melahirkan
b. Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi yang baik
c. Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala sesuatu
kebutuhan dapat dipenuhi orang lain
d. Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
e. Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara
berulang-ulang
f. Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang untuk
memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala
g. Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan kurangnya
nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan
2. Periode Taking Hold
a. Berlangsung tiga sampai 10 hari setelah melahirkan
b. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam merawat
bayi
c. Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu,
ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat
d. Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat
menumbuhkan rasa percaya dirinya
e. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,
misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk mengubah
posisi seperti duduk atau jalan, serta belajar tentang perawatan bagi diri dan
bayinya.
3. Periode Letting Go
a. Berlangsung 10 hari setelah melahirkan
b. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
c. Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya
d. Keinginan untuk merawat bayi meningkat
e. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya,
keadaan ini disebut baby blues
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnosis yang diperlukan selama sebelum proses persalinan antara lain :
a. Darah : Hb, Gula darah Pemeriksaan Hb dilakukan 2 kali selama kehamilan, pada
trimester pertama dan pada kehamilan 30 minggu,karena pada usia 30 minggu terjadi
puncak hemodilusi. Ibu dikatakan anemia ringan Hb < 11 gr% dan anemia berat < 8
gr%. Dilakukan juga pemeriksaan golongan darah, protein dan kadar glukosa pada
urin.
b. USG (Ultrasonografi) Tekhnik diagnostic untuk pengujian struktur badan bagian
yang melibatkan formasi bayangan dua dimensi dengan gelombang ultrasonik.
(Aspiani,2017)
6. Penatalaksanaan Klinik
Penatalaksanaanpost partum spontan menurut Aspiani (2017), setelah melahirkan, ibu
membutuhkan perawatan yang intensif untuk pemulihan kondisinya setelah proses persalinan
yang melelahkan, perawatan post partum antara lain :
1. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal
itu esensial untuk mempertahankan kemandirian, khususnya dilakukan oleh ibu post
partum. Mobilisasi dini adalah kebijakan agar secepat mungkin membimbing ibu post
partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk
berjalan. Jika tidak ada kelainan paska persalinan, mobilisasi dini dapat dilakukan sedini
mungkin yaitu 2 jam paska persalinan. Mobilisasi dinidapat membantu pemulihan dan
mempercepat waktu berada di rumah sakit.
2. Rawat gabung
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama sehingga ibu lebih banyak
memperhatikan bayinya, segera memberikan ASI, sehingga kelancaran pengeluaran ASI
lebih terjamin.
3. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum antara lain kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah
persalinan.
4. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu post partum spontan antara lain :
a) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan.
b) Fundus uteri : Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
c) Payudara : putting susu, pembesaran dan pengeluaran ASI.
d) Lochea : Lochea rubra, lochea sangiolenta, lochea serosa, lochea alba.
e) Luka jahitan episiotomi : apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi.
7. Komplikasi
Berikut komplikasi yang mungkin terjadi pada persalinan normal :
a. Perdarahan post partum Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc
yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 mL setelah persalinan
abdominal. Perdarahan post partum dibagi menjadi :
1) Perdarahan Post Partum Dini (early postpartum hemorrhage), perdarahan post
pasrtum dini adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah kala III
2) Perdarahan pada Masa Nifas (late postpartum hemorrhae), perdarahan pada masa
nifas adalah perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerperium) tidak termasuk
24 jam pertama setelah kala III (Oktarina M, 2016).
b. Atonia uteri
Atonia uteri adalah kegagalan serabut – serabut otot miometrium uterus untuk
berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum yang
paling penting dan bisa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan.
atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebatdan dapat mengarah pada terjadinya
syok hipovolemik (Oktarina M, 2016).
c. Retensio plasenta
Retensio Plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau lebih dari
30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus. Retensio plasenta terdiri dari beberapa jenis
yaitu :
1) Plasenta adhesiva, adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2) Plasenta akreta, adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai sebagian
lapisan miometrium.
3) Plasenta inkreta, adlah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/melewati
lapisan miometrium.
4) Plasenta pekreta, adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan
miometrium hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
5) Plasenta inkarserata, adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan
oleh kontriksi ostium uteri (Oktarina M, 2016).
d. Laserasi jalan lahir
Ruptura perineum dan robekan dinding vagina tingkat perlukaan perineum dapat dibagi
dalam :
1) Derajat pertama : laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.
2) Derajat kedua : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu
dijahit).
3) Derajat ketiga : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
spinkter ani.
4) Derajat empat : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
spinkter ani yang meluas hingga ke rektum . rujuk segera (Oktarina M, 2016).
8. Pengkajian Askep Sesuai Data Fokus
A. Pengkajian
a) Pengumpulan Data
Identitas klien meliputi nama, umur, pendidikan, suku/ bangsa, pekerjaan,
agama, alamat, status perkawinan, nomor medical record, diagnose medic, tanggal
masuk, dan tanggal dikaji (Nugroho et al, 2014
Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat serta hubungan dengan klien.
b) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehtan Sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang di derita ibu, yang timbul pada masa nifas.
Dibagi menjadi 2 yaitu :
(a) Keluhan utama saat masuk
Menguraikan mengenai keluhan yang ibu alami berhubungan dengan masa nifas
seperti mulas pada janin, adanya sakit pada jalan lahir, rasa lelah, dan keluhan
lain yang terjadi. ( Ambarwati & Wulandari, 2010 )
(b) Keluhan utama saat dikaji
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit saat ini
dan keluhan yang dirasakan setelah klien melahirkan
(c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi data yang diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
atau penyakit akut, kronis seperti ; jantung, hipertensi,asma yang dapat
mempengaruhi pada masa nifas ibu ( Ambarwati & Wulandari 2010 )
(d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan klien dan bayinya, yaitu apabila
ada penyakit keluarga yang meyertainya ( Ambarawati & Wulandari 2010).
2) Riwayat Ginekologi dan Obstetri
(a) Riwayat Ginekologi
Riwayat ginekologi pada klien post partum spontan yaitu;
(1) Riwayat Menstruasi
Meliputi umur menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah yang
keluar, siklus haid, masalah selama haid, HPHT, perkiraan tanggal partus
(Nugroho et al, 2014 Riwayat Perkawinan Meliputi usia ayah dan ibu
menikah, berapa kali menikah, lama pernikahan, status menikah syah atau
tidak dan jumlah anak (Nugroho et al, 2014)
(2) Riwayat Keluarga Berencana
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis
kontrasepsi yang pernah digunakan, keluhan yang dirasakan ketika
menggunakan kontrasepsi, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau
rencana penambahan anggota keluarga dimasa mendatang
(b) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dahulu
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara
persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu
(2) Riwayat kehamilan sekarang
Usia kehamilan, keluhan selama hamil, imunisasi TT, perubahan
berat badan selama hamil, tempat pemeriksaan kehamilan dan keterangan
berapa kali ibu memeriksa kehamilannya
(3) Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan
bayi meliputi panjang badan, berat badan, dan penolong persalinan
(4) Riwayat nifas sekarang
Adanya jumlah lochea, kontraksi uterus, konsistensi uterus, dan
tinggi fundus
c) Aktivitas Sehari – hari
Dalam aktifitas sehari-hari dikaji pola aktivitas, selama dirumah dan selama
dirumah sakit, antara lain yaitu:
a. Pola nutrisi
1. Makan : meliputi frekuensi dan jenis makanan, porsi makan yang
dihabiskan, cara dan keluhan saat makan. Pada klien postpartum terdapat
peningkatan nafsu makan dan sering merasa lapar karena banyak
mengeluarkan energi pada prosespersalinan.
2. Minum : meliputi jenis dan jumlah minuman yang dihabiskan, cara dan
keluhan saat minum. Padaklien postpartum terdapat peningkatan
pemasukancairan

b. Pola eliminasi
1. Buang Air Besar (BAB) : Frekuensi BAB, waktu, konsistensi feses, warna
feses, cara dan keluhan saat BAB. Pada klien postpartum BAB terjadi 2-3
hari kemudian.
2. Buang Air Kecil (BAK) : Frekuensi BAK, warna kuning jernih, jumlah, cara
dan keluhan saat BAK. PadaklienpostpartumharipertamaBAKseringsakit
atau sering terjadi kesulitankencing.
c. Pola istirahat dan tidur
Kaji kuantitas, kualitas dan keluhan mengenai tidur siang dan malam. Pada
klien postpartum terkadang pola istirahat terganggu karena rasa nyeri
padaperineum.
d. Personal Hygiene
Kaji frekuensi mandi, gosok gigi, keramas dan menggunting kuku, ganti
pakaian dan cara melakukannya. Pada klien postpartum personal hygiene tidak
terawat dikarenakan rasa kelelahan sehabis proses melahirkan
e. Pola aktivitas
Kaji kegiatan mobilisasi. Pada klien postpartum jarang terjadi gangguan
aktivitas dan jika terjadi gangguan aktivitas lebih biasanya terjadi pada klien
dengan episiotomi.
d) Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan fisik ibu
a) Keadaan umum, meliputi tentang kesadaran, nilai glasgow coma scale (GCS)
yang berisi penilaian eye, movement, verbal. Mencakup juga penampilan ibu
seperti baik, kotor, lusuh.
b) Tanda-tanda vital, meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi.
c) Antropometri, meliputi tinggi badan, berat badan sebelum hamil, berat badan
saat hamil dan berat badan setelah melahirkan
d) Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1. Kepala, observasi bentuk kepala, apakah terdapat lesi atau tidak, persebaran
pertumbuhan rambut, apakah terdapat pembengkakan abnormal, warna
rambut dan nyeri tekan.
2. Wajah, pada wajah ibu postpartum biasanya terdapat cloasma gravidarum
sebagai ciri khas perempuan yang pernah mengandung, apakah terdapat lesi
atau tidak, nyeri pada sinus, terdapat edema atau tidak.
3. Mata, observasi apakah pada konjungtiva merah mudah atau pucat, ibu yang
baru mengalami persalinan biasanya banyak kehilangan cairan, bentuk mata
kiri dan kanan apakah simetris, warna sklera, warna pupil dan fungsi
penglihatan.
4. Telinga, dilihat apakah ada serumen, lesi, nyeri tekan pada tulang mastoid dan
tes pendengaran.
5. Hidung, observasi apakah ada pernafasan cuping hidung, terdapat secret atau
tidak, nyeri tekat pada tulang hidung, tes penciuman.
6. Mulut, dilihat apakah ada perdarahan pada gusi, jumlah gigi ada berapa,
terdapat lesi atau tidak, warna bibir dan tes pengecapan.
7. Leher, pada leher dilihat apakah bentuknya proporsional, apakah terdapat
pembengkakan kelenjar getah bening atau pembengkakan kelenjar tiroid.
8. Dada, observasi apakah bentuk dada simetris atau tidak, auskultasi suara
nafas pada paru-paru dan frekuensi pernafasan, auskultasi suara jantung
apakah ada suara jantung tambahan dan observasi pada payudara, biasanya
pada ibu post partum payudara akan mengalami pembesaran dan aerola
menghitam serta normalnya ASI akan keluar.
9. Abdomen, pada abdomen observasi bentuk abdomen apakah cembung,
cekung atau datar. Observasi celah pada diastasis recti, tinggi fundus uteri
pasca persalinan, pada ibu yang mengalami kehamilan tanda khas pada
abdomen terdapat linia nigra, observasi juga pada blas apakah teraba penuh
atau tidak.
10.Punggung dan bokong, dilihat apakah ada kelainan pada tulang belakang,
apakah terdapat nyeri tekan.
11.Genetalia, observasi perdarahan pervaginam, apakah terpasang dower cateter,
observasi apakah terdapat luka ruptur, episiotomi bagaimana keadaan luka,
bersih atau tidak.
12. Anus, observasi apakah ada pembengkakan, terdapat lesi atau tidak, apakah
terdapat hemoroid.
13.Ekstremitas Atas : pada ekstremitas atas dilihat tangan kiri dan kanan simetris
atau tidak, terdapat lesi atau tidak, edema, observasi juga apakah ada nyeri
tekan serta ROM. Bawah : pada ekstremitas bawah diobservasi apakah
terdapat varises, edema, pergerakan kaki serta ROM.
e) Data Psikologis
1. Adaptasi psikologis post partum
Klien telah berada pada tahap taking in, fase dimana yang berlangsung pada hari
pertama dan kedua setelah melahirkan, periode ketergantungan dimana klien masih
membutuhkan bantuan keluarga atau perawat untuk mendekatkan bayinya saat klien
ingin menyusui.
2. Konsep diri
Gambaran diri kaji klien bagaimana dengan perubahan badanya selama kehamilan
dan setelah persalinan.
Peran diri : kaji kesadaran diri klien mengenai jenis kelaminnya, dan kaji apakah
klien mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan.
Identitas diri : tanyakan kepada klien tentang fungsinya sebagai wanita.
Ideal diri: kaji persepsi klien tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan
standar pribadi.
Harga diri : kaji penilaian pribadi klien dalam memenuhi ideal diri klien.
f) Data sosial
Hubungan dan pola interaksi klien dengan keluarga, masyarakat dan lingkungan saat
sakit.
g) kebutuhan Bounding Attachment mengidentifikasi kebutuhan klien terhadap interaksi
dengan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori.
h) Kebutuhan pemenuhan seksual
Mengidentifikasi kebutuhan klien terhadap pemenuhan seksual pada masa
postpartum/nifas.
i) Data spiritual
Menghidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme kesembuhan penyakit, gangguan
dalam melaksanakan ibadah.
j) Pengetahuan tentang perawatan diri
Mengidentifikasi pengetahuan tentang perawatan diri; breast care, perawatan luka
perineum, perawatan luka dirumah, senam nifas, KB dan lain lain.
9. Analisa Data

Data Menyimpang Etiologi Masalah Keperawatan


DS: Mengeluh nyeri Proses persalinan normal Ketidaknyamanan pasca
DO: ↓ partum (D.0075)
1. Tampak meringis Pasca bersalin

2. Bersikap protektif
Perubahan fisik
3. Gelisah ↓
4. Frekuensi nadi meningkat Trauma perineum selama
5. Sulit tidur persalinan dan kelahiran

Ketidaknyamanan
pascapartum
DS : Adaptasi post partum Menyusui tidak efektif
Kelelahan maternal ↓ (D.0029)
Kecemasan maternal ↓
DO : Fisiologis
Bayi tidak mampu melekat ↓
Laktasi
pada payudara ibu

ASI tidak menetes/memancar Prolactin menurun

Ketidakadekuatan suplai ASI

Menyusui tidak efektif
DS : - Proses persalinan normal Risiko infeksi (D.0142)
DO : ↓
1. Efek prosedur invasive Pasca bersalin

Perubahan fisik

Luka jalan lahir dan inisiasi
perineum

Efek prosedur invasif

Risiko infeksi

10. Diagnosa Keperawatan (Sesuai Teori)


a. Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin
b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI
c. Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif
11. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan (SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI) Rasional


Ketidaknyamanan pasca partum Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238) Manajemen nyeri (I.08238)
(D. 0075) Setelah dilakukan Tindakan Observasi : Observasi
keperawatan selama x jam, 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui daerah yang
diharapkan tingkat nyeri durasi, frekuensi, kualitas dan mengalami nyeri, lama waktu yang
menurun dengan kriteria hasil : intensitas nyeri dirasakan serta kualitas
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui derajat nyeri
2. Meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri non yang dirasakan
3. Gelisah menurun verbal 3. Melihat respon nyeri tanpa bantuan
4. Frekuensi nadi membaik suara
5. Pola napas membaik Terapeutik
Tekanan darah membaik 1. Berikan Teknik non Terapeutik
farmakologis dalam menangani 1. Membantu pasien mengurangi nyeri
nyeri tanpa bantuan obat analgetic
2. Control lingkungan yang 2. Membantu pola istirahat pasien
memperberat rasa nyeri dalam mengurangi nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur 3. Guna mengurangi nyeri yang
dirasakan
Edukasi
1. Jelaskan strategi mengurangi Edukasi
nyeri 1. Menjelas Teknik meredakan nyeri
2. anjurkan memonitor nyeri secara 2. Memonitor kualitas nyeri secara
mandiri mandiri secara berkala
3. ajarkan Teknik non farmakologis 3. Untuk mengurangi rasa nyeri

kolaborasi Kolaborasi
1. kolaboratif pemberian analgetic 1. Berkolaborasi dengan tenaga medis
sesuai order lainnya untuk penentuan analgetik
Menyusui tidak efektif (D.0029) Status menyusui (L.03029) Edukasi menyusui (I.12393) Edukasi menyusui (I.12393)
Setelah dilakukan Tindakan Observasi Observasi
keperawatan selama x jam 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Agar timbulnya kesepakatan tanpa
diharapkan status menyusui kemampuan menerima informasi adanya paksaan
klien membaik dengan kriteria 2. Identifikasi tujuan atau keinginan 2. Untuk mencapai tujuan yang
hasil : menyusui diinginkan
1. Perlekatan bayi pada Terapeutik Terapeutik
payudara ibu meningkat 1. Sediakan materi dan media 1. Agar memudahkan dalam
pendkes penyampaian materi
2. Kemampuan ibu
2. Jadwalkan pendkes sesuai 2. Agar mengefektifkan waktu
memposisikan bayi dengan kesepakatan 3. Untuk mengetahui pemahaman klien
benar 3. Berikan kesempatan untuk 4. Untuk membangun kepercyaan diri
3. Tetesan/pancaran ASI bertanya 5. Untuk membantu ibu dalam
meningkat 4. Dukung ibu meningkatkan menyusui
4. Suplai ASI adekuat kepercyaan diri dalam menyusui Edukasi
5. Libatkan sistem pendukung 1. Agar ibu memahami tentang
(suami, keluarga) menyusui
Edukasi 2. Agar ibu mengetahui manfaat
1. Berikan edukasi menyusui menyusui
2. Jelaskan manfaat menyusui bagi 3. Agar ibu mengetahui posisi
ibu dan bayi menyusui dan perlekatan
3. Ajarkan 4 posisi menyusui dan 4. Agar ibu memahami cara perawatan
perlekatan payudara post partum (pijat
4. Ajarkan perawatan payudara post oksitosin)
partum (pijat oksitosin)
12. Daftar Pustaka

Ambarwati R, Sunarsih D. 2011. KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Aspiani, Reny Yuli. 2017. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Aplikasi NANDA, NIC dan NOC.
Jakarta : CV. Trans Info Media.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai