Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Medis
A. Post Partum
1. Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,
2012).
Periode pascapartum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil (Bobak, 2013)
Masa puerpurium atau masa nifas dimulai setelah selesainya partus
dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu atau 40 hari, pada periode ini tubuh
terus mengalami perubahan dan pemulihan kembali ke keadaan sebelum
hamil.
Periode dibagi menjadi 3 periode yaitu :
a. Immediately Post Partum : 4 jam pertama
b. Early Post Partum : minggu pertama
c. Late Post Partum : minggu kedua sampai dengan minggu
keenam
Nifas juga dibagi dalam 3 periode yaitu :
a. Puerpurium dini
Kepulihan dimana telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari.
b. Puerpurium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6 – 8 minggu

1
c. Remote Puerpurium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
atau waktu peralihan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat
sempurna bila berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

2. Etiologi
Penyebab perdarahan dibagi dua sesuai dengan jenis perdarahan yaitu :
a. Penyebab perdarahan paska persalinan dini :
1) Perlukaan jalan lahir : ruptur uteri, robekan serviks, vagina dan
perineum, luka episiotomi.
2) Perdarahan pada tempat menempelnya plasenta karena : atonia
uteri, retensi plasenta, inversio uteri.
3) Gangguan mekanisme pembekuan darah.
Penyebab perdarahan paska persalinan terlambat biasanya disebabkan
oleh sisa plasenta atau bekuan darah, infeksi akibat retensi produk
pembuangan dalam uterus sehingga terjadi sub involusi

3. Perubahan Fisiologi Pada Post Partum


a. Involusio
Setelah bayi dihirkan kemudian placenta uterus menjadi keras
karena kontraksi dan relaksasi otot-ototnya.
1) Tinggi funsus uteri
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uteri
Bayi lahir Setinggi pusat 100 gram
Placenta lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas 350 gram

2
simpisis
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 80 gram

Uteri menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran


panjang lebih kurang 15 cm, lebar lebih kurang 12 cm, dan tebal
lebih kurang 10 cm, dinding uterus lebih kurang 5 cm. Bekas
inplantasi placenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol
kedalam cavum uteri segera setelah pesalinan, penonjolan tersebut
diameternya  7,5 cm setelah 2 minggu diameter 3,5 cm dan pada 6
minggu mencapai 2,4 mm.
Pada keadaan normal berat uterus lebih kurang 30 gram,
perubahan ini berhubungan erat dengan keadaan momentum yang
mengalami perubahan yang bersifat proteolisis. Otot-otot jelas
berkontraksi segera pada post partum, pembuluh-pembuluh darah
yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses
ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir.
2) Serviks
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks adalah segera
postpartum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ni
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah dan pada
perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam
cincin.
Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh
darah, konsistensinya lunak.
a) Setelah janin lahir : dapat dimasukkan tangan
pemeriksa

3
b) Setelah 2 jam postpartum : 2 – 3 jari pemeriksa
c) Setelah 1 minggu : 1 jari pemeriksa
Pada saat post partum pinggir ostium eksternum tidak rata tapi
retak-retak karena robekan pada saat persalinan. Pada akhir minggu
pertama lingkaran retraksi berhubungan bagian atas dari canalis
servikalis, oleh karena hyperplasia dan retraksi serviks, robekan
serviks menjadi sembuh, tapi masih terdapat retakan pada pinggir
ostium eksternum. Vagina pada minggu ke-3 post partum mulai
kembali normal.
3) Endometrium
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis terutama ditempat
implantasi placenta.
a) Pada hari I tebalnya 2 – 5 mm, pemukaan kasar akibat pelepasan
desidua dan selaput janin.
b) Setelah 3 hari permukaan mulai rata akibat lepasnya sel-sel dan
bagian yang mengalami degenerasi sebagian besar endometrium
terlepas.
c) Regenerasi endometrium terjadi dan sisa-sisa sel desidua basalis
yang memakan waktu 2 – 3 minggu, jaringan-jaringan di tempat
implantasi placenta mengalami proses yang sama ialah
degenerasi dan kemudian terlepas. Pelepasan jaringan
berdegenerasi ini berlangsung lengkap. Dengan demikian tidak
ada pembentukan jaringan parut pada bekas impalntasi placenta.
4) Ligamentum-ligamentum, diafragma pelvis, fascia berangsur-
angsur Cepat kembali seperti semula.
Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur
mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita
mengeluh ‘ kandungannya turun’, setelah melahirkan oleh karena

4
ligamentum fascia jaringan penunjang alat desidua tersebut juga
otot-otot dinding perut dengan dasar panggul dianjurkan untuk
melakukan latihan-latihan tertentu. Pada hari ke-2 post partum
setelah dapat diberikan fisioterapi.
5) Luka-luka jalan lahir
Luka-luka jalan lahir seperti episiotomi yang telah dijahit, luka
pada vagina dan serviks umumnya bila tidak seberapa luas akan
sembuh permanent, kecuali bila terdapat infeksi, infeksi mungkin
mengakibatkan salulitis yang dapat menjalar ke sentral terjadi
keadaan sepsis.
b. Hemokonsentrasi
Pada masa hamil didapt hubungan pendek yang dikenal sebagai
shunt antara sirkulasi ibu dan plasenta, setelah melahirkan, shunt akan
hilang dengan tiba-tiba. Volume darah pada ibu relative akan
bertambah, keadaan ini menimbulkan beban pada jantung, sehingga
dapat menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitium
kordis, keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi
dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali
seperti sedia kala. Hal ini terjadi pada hari-hari ke-3 sampai 15 hari
post partum.
c. Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada
kelenjar-kelenjar mamma untuk menghadapi laktasi ini, perubahan
yang terdapat pada kedua mammae antara lain sebagai berikut.
1) Proliferasi jaringan terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus
mammae dan lemak.
2) Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat
dikeluarkan berwarna kuning (kolostrum).

5
3) Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian
dalam mammae, pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan
jelas.
4) Setelah partus, permukaan menekan estrogen dan progesterone
terhadap hipofisis hilang, timbul pengaruh hormone-hormon
hipofisis kembali, antara lain laktogenik hormone (prolaktin) yang
akan mengakibatkan kelenjar-kelenjar terisi air susu pengaruh
hormone oksitosin mengakibatkan miophthelium kelenjar-kelenjar
susu berkontraksi sehingga terjadi pengeluaran susu.
Umumnya produksi air susu baru berlangsung benar pada hari
ke-2 sampai ke-3 post partum. Pada hari-hari pertama air susu
mengandung kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental
daripada air susu, mengandung banyak protein, albumin dan
globulin dan benda-benda kolostrum dengan diameter 0,001 – 0,025
mm. Karena mengandung banyak protein dan mudah dicerna maka
sebaiknya kolostrum jangan dibuang. Selain pengaruh hormonal
tersebut, salah satu rangsangan terbaik untuk mengeluarkan air susu
adalah dengan menyusui bagi ibu sendiri.
Kadar prolaktin akan meningkat dengan perangsangan fisik
pada putting mammae sendiri dan gonadotropin menurun pada
laktasi, tetapi meningkat lagi pada waktu frekuensi menetekkan.
Rangsangan psikis merupakan refleks dari mata ibu ke atas,
mengakibatkan oksitosin dihasilkan sehingga air susu dapat
dikeluarkan dan pula, sebagai efek sampingan.
Memperbaiki involusi uterus. Keuntungan lain menyusui bayi
sendiri ialah akan menjelmanya rasa kasih saying sehingga
bertumbuh suatu pertalian yang intim antara ibu dan anak. Air susu
ibu (ASI) mempunyai sidat melindungi bayi terhadap infeksi seperti
gastroenteritis, radang jalan pernapasan dan paru-paru, ototos

6
media. Sambungan air susu ibu mengandung lactoferin, lysozyme,
dan immuno globulin A.
4. Perubahan lain Saat Nifas
a. After pain atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus,
kadang-kadang sangat menganggu selama 2 -3 hari post partum,
perasaan mules ini lebih terasa bila wanita tersebut sedang menyusui,
perasaan sakit ibu pun timbul bila masih terdapat sisa-sisa dan selaput
ketuban, sisa placenta atau gumpalan darah di dalam kavum uteri.
b. Vital Sign
1) Suhu
a) Saat partus lebih 37,2 C
b) Sesudah partus naik 0,5 C
c) 12 jari pertama suhu kembali normal
d) suhu lebih 38 C mungkin ada infeksi.
2) Nadi
a) 60 – 80 kali/menit
b) segera setelah partus bradikardi.
3) Tekanan darah
Tekanan darah meningkat karena upaya persalinan dan keletihan,
hal ini akan normal kembali dalam waktu 1 jam.
c. Pengeluaran pervaginam
Lokhea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas.
1) Hari 1 – 3 : lokhea rubra
Terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-
sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
Dalam keadaan abnormal ; bekuan banyak, bau agak busuk,
mengganti pembalut terus menerus.

7
2) Hari 3 – 7 : lokhea sanguinolenta
Berwarna merah kuning, berisi darah dan lender.
3) Hari 7 – 14 : lokhea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi.
4) Setelah 2 minggu : lokhea alba
Cairan putih, bau agak sedikit amis.
Keadaan abnormal dari pengeluaran lokhea yaitu :
1) Perdarahan berkepanjangan
2) Pengeluaran lokhea tertahan (lokheastatis)
3) Lokhea purulenta, berisi nanah, dan berbau busuk
4) Rasa nyeri yang berlebihan
5) Dengan memperhatikan bentuk perubahan, dapat diduga
6) Terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan
7) Terjadi infeksi intrauteri.
d. Vital sign setelah kelahiran anak
1) Temperature
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 38 C
(100,4F) disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan, kerja
otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormone. Setelah
24 jam wanita keluara dari febris.
2) Nadi
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiac output, sisa
kenaikan pada jam pertama atau demikian setelah melahirkan
anak. Kemudian mulai berkurang rata-rata yang tidak diketahui.
Dalam 8 sampai 10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke
rata-rata sebelum hamil.
3) Pernapasan

8
Pernapasan akan jauh ke dalam keadaan normal wanita sebelum
persalinan.
4) Tekanan darah
Tekanan darah berubah rendah semua. Atosiatik hipotensi adalah
indikasi merasa pusing atau pusing tiba-tiba setelah bangun, dapat
terjadi 48 jam pertama dihasilkan oleh spraichnic engorgement
yang mungkin terjadi setelah persalinan.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
b. Urine lengkap
6. Manifestasi Klinik
Segera setelah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu badan, tetapi
tidak lebihd ari 38 C. Bila terjadi peningkatan lebih dari 38 C berturut-turut
selama 2 hari, kemungkinan terjadi infeksi.
Uterus yang telah menyelesaikan tugasnya akan menjadi keras karena
kontraksinya. Sehingga terdapat penutupan pembuluh darah. Kontraksi
uterus yang diikuti his pengiring menimbulkan rasa nyeri disebut “nyeri
ikutan” (after pain) terutama pada multipara. Masa puerperium diskusi
pengeluaran cairan sisa lapisan endometrium dan sisa tempat implantasi
plasenta disebut “Lochea”.
7. Perawatan Post Partum
a. Mobilisasi
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Ibu harus
istirahat , tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan kemudian
boleh miring-miring kekiri dan kekanan untuk mencegah adanya
trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk dan
latihan-latihan senam, hari ke-3 jalan-jalan, hari ke-4 atau 5 boleh
dipulangkan. Mobolisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada
komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.

9
b. Diet
Makanan harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori.
Sebaiknya makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan,
sayur-sayuran dan buah-buahan.
c. Miksi
Berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Kadang-
kadang wanita mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan
oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincter ani selama
persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang
terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit
kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
d. Defekasi
Dorong air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila
masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak merah
dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal. Bila masih belum
bisa dilakukan klisma.
e. Perawatan Mammae
Kedua mammae harus sudah dirawat selama kehamilan, areolam
mammae dan putting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi
minyak atau cream, agar tetap lemas, jangan sampai mudah lecet atau
pecah-pecah sebelum menyusui mamae harus dibuat lemas dengan
melakukan massage secara menyeluruh. Setelah areola mammae dan
putting susu dibersihkan, barulah bayi dususui, bila bayi meninggal,
laktasi harus dihentikan dengan cara :
1) Pembalutan mammae sampai tertekan
2) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral
dan periodel, etomocryptin sehingga pengeluaran LH berlebihan

10
8. Pemeriksaan Post Natal
Ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh
keluar rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari. Bagi wanita dengan
persalinan normal ini baik dan dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu
setelah persalinan normal bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus
kembali untuk control seminggu kemudian.
Pemeriksaan post natal antara lain meliputi :
a. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan dan sebagainya.
b. Keadaan umum : suhu badan, selera makan, dan lain-lain.
c. Payudara : ASI dan putting susu.
d. Dinding perut apakah ada hernia
e. Keadaan perineum
f. Kandung kemih, apakah ada sistokel dan uretrokel.
g. Rectum, apakah ada rektrokel dan pemeriksaan tonus muskulus
spingter ani
h. Adanya flour albus
i. Keadaan serviks, uterus dan adneksa.

Nasehat untuk ibu post natal :


a. Fisioterapi postnatal sangat baik bila diberikan
b. Sebaiknya bayi disusui
c. Kerjakan gymnastic (senam nifas)
d. Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB
untuk menjarangkan anak
e. Bawalah bayi anda untuk memperoleh informasi.

11
9. Komplikasi Post partum
a. Perdarahan
1) Peradarahan dini < 24 jam otonia uteri, trauma, laserasi,
hematoma.
2) Perdarahan lambat > 24 jam: Sisa placenta, infeksi subinvolusion
b. Infeksi
Merupakan penyebab meningkatnya angka kesakitan dan kematian
ibu, bagian yang terinfeksi:rongga panggul, perineum, mammae,
saluran kemih, system vena, diman asuhu tubuh diatas >38 derajat
celcius selama 2-3 hari berturut-turut pada 10 hari post partum.
1) Faktor Resiko:
a) Antenatal:Nutrisi yang kurang, status social ekonomi rendah:
ANC<, infeksi/penyakit,obesitas,anemia.
b) Intrapartum: Partus lama dan KPD, Tekhnik aseptif <, Trauma
jalan lahir, kateterisasi urine, secsio caesura
c) Post Partum:Plasenta manual perdarahan
2) Tanda-tanda infeksi:
a) Suhu meningkat
b) Nyeri
c) Lemah
d) Lokhea berbau busuk
c. Tromboplebitis Dan Trombosis
1) Tanda dan Gejala:
a) Nyeri pada gastrocnemius
b) Tegang
c) Vena mengeras
d) Mudah Diraba
2) Faktor Predisposisi
a) Riwayat Tromboplebitis obesitas

12
b) Secsio caeseria,lahir dengan tindakan
c) Usia tua Paritas sering,infeksi
d) Supresi laktasi dengan estrogen
e) Varises dan enemi

B. Preeklamsi
1. Definisi Preeklamsi
Preeklmpsia adalah gangguan multi system dengan etiologi kompleks
yang khusus terjadi selama kehamilan. Preeklamsi biasanya didefinisikan
sebagai peningkatan tekanan darah atau proteinuria yang terjadi setelah
usia kehamilan 20 minggu (Bothamley, 2011).
Preeklamsi atau toksemia preeklamatik (per-eclamptictoxemia, PET)
adalah sindrom yang ditadai dengan hipertensi dan proteinuria yang baru
muncul di trimester kedua kehamilan yang selalu pulih di periode post
natal (Robsn, 2011).

2. Etiologi Preeklamsi
Bothamley (2011) mengemukakan bahwa faktor risiko preeklampsi
adalah sebagai berikut :
a. Primigravida atau > 10 tahun sejak kelahiran terakir
b. Kehamilan pertama dengan pasangan bau
c. Riwayat peeklamsia sebelumnya
d. Riwayat keluarga dengan preeklamsia, khususnya pada ibu atau
saudara perampuan (baik wanita hamil atau pasangannya)
e. Kehamilan kembar
f. Kondisi medis tertentu seperti ipertensi esensial, penyakit ginjal,
diabetes
g. Adanya proteinuria saat mendaftar untuk pemeriksaa (> 1+ pada lebih
dari satu pemeriksaan atau > 0,3 g/ 24 jam)

13
h. Umur ≥ 40 tahun
i. Obesitas (IMT > 35)
j. IVF (fertilisasi in vivo)

3. Patofiiologi
Pada preeklamsi terjadi spasme pembuluh darah dengan retensi garam
dan air. Padabiopsy ginjal ditemukan spasme heat arteriola glomerulus.
Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga
hanya dapat dilalui sati sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam
tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sehingga usaha
untyk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jarigan dapat
dicukupi. Seangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan
penimbunan air yang berlebih dalam ruagan interstisial belum diketahui
sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat
disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus.
4. Tanda dan gejala
Menurut Bothamley (2011), menerangkan bahwa kemungkinan tanda
dan gejala preeklamsia adalah sebagai berikut :
a. Sakit kepala
b. Gangguan penglihatan
c. Nyeri epigastrik
d. Muntah
e. Penurunan gerakan janin
f. Ukuran janin kecil tidak sesuai usia kehamilan

Preeklampsi digolongkan preeklampsi berat bila ditemukansatu atau


lebih gejala sebagai berikut:

14
a. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah iastolik ≥ 110 mmHg.
Tekanan darah ini tidak turub meskipun ibu hamil sudah dirawat dirumah sakit dan
sudah menjalani tirah baring.
b. Proteinuria ≥ 5 gr/ 24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif
c. Oiguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/ 24 jam
d. Keneikan kadar kreatinin plasma
e. Gangguan visus dan serebral: peneurunan kesadaran, nyeri kepela,
skotoma dan pandangan kabur
f. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
teregangnaya kapsula Glisson)
g. Edema paru-paru dan sianosis
h. Hemolisis mikroangopatik
i. Trombositopenia berat <100.000 sel/mm atau penuruan thrombosis
dengan cepat
j. Gngguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular) : peningkatan kadar
alanine dan aspartate aminotransferase
k. Pertumbuhan janin intrauteri yang terhambat (sindrom HELLP)
(Prawirohardjo, 2009).

5. Komplikasi
Menurut Robson (2011) terdapat beragam komplikasi preeklamsi
termaksuk abrupsio plasenta, keterbatasan pertumbuhan intrauteri, sindrom
HELLP (Haemolysis, Elevated Liver enzymes, Low Pletelet count),
koagulasi itra vasculas diseminata (disseminated coagulationintravascular.
DIC), gagal ginjal, janin lahir premature, kegagalan multi-organ, eklampsia
(kejang grand mal pada preekamsia), bahkan kematian.

15
II. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat klien
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku, bangsa, riwayat persalinan, nama suami, usia.
b. Riwayat kesehatan
Hal yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan adalah:
1) keluhan yang dirasakan ibu saat ini
2) adakah kesulitan dan gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari,
misalnya pola makan, buang air kecil atau buang air besar, kebutuhan
istirahat dan mobilisasi
c. riwayat tentang persalinan
d. obat atau sublemen yang dikonsumsi
e. perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi, penerimaan terhadap
peran baru sebagai orang tua termasuk suasana hati yang dirasakan ibu
sekarang, kecemasan dan kekhawatiran
f. adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan bayi sehari-hari
g. bagaimana rencana menyusui nanti (ASI eksklusif atau tidak), rencana
merawat bayi dirumah (dilakukan ibu sendiri atau dibantu orang tua atau
mertua)
h. bagaimana dukungan suami atau keluarga terhadap ibu
i. pengetahuan ibu tentang nifas
j. Pemeriksaan fisik
pada pemeriksaan fisik, perawat harus melakukan pemeriksaan menyeluruh
dan terutama berfokus pada masa nifas, yaitu:
1) keadaan umum, kesadaran
2) tanda-tanda vital : T/D, suhu, nadi, pernafasan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan episiotomi, trauma jalan lahir, after pain,
ketidanyamanan payudara.

16
b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan isapan bayi kurang, tingkat
pengetahuan pengalaman.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan atau
kerusakaan kulit, penurunan HB, prosedur invasive dan atau peningkatan
pemajanan lingkungan .
d. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek-efek hormonal
(perpindahan cairan/peningkatan aliran plasma ginjal), trauma mekanis,
edema jaringan, efek-efek anastesia.
e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan
masukan/pergantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan (diaforesia,
hemoragi, peningkatan haluaran urin, muntah.)
f. Resiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan
cairan setelah kelahiran plasenta, ketidakadekuatan pergantian cairan, efek-
efek infuse oksitosin.
g. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek-efek
progesterone, dehidrasi, kelebihan analgetik atau anstesia, diare prapersalinan,
kurang masukan, nyeri perineal.
h. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan
kurang dukungan dari orang terdekat, kurang pengetahuan, stressor.
i. Gangguan pola tidur berhubungan dengan repsons hormonal dan psikologis,
nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melahirkan.
j. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan interpretasi, tidak
mengenal sumber-sumber (informasi).

17
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang
diinginkan dalam hasil yang diharapkan.
Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat
lakukan atas nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang diprakarsai
oleh perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif.

4. Impementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang.
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait
dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,
pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah
kesehatan yang muncul dikemudian hari.

5. Evaluasi
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan
pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada
setiap tahap proses keperawatan.

18

Anda mungkin juga menyukai