Disusun Oleh
SN211019
TAHUN AKADEMIK
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM SPONTAN/ NORMAL
A. DEFINISI
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-
alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam
(Mansjoer, 2007)
Sedangkan, Marmi, (2012) menjelaskan post partum yaitu masa beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta sampai minggu keenam setelah melahirkan. Masa post partum dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pada masa
sebelum hamil yang berlangsung kira-kira enam minggu.
Kontraksi uterus
Intensitas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk mengurangi
volume cairan intra uteri. Setelah 1-2 jam post partum, kontraksi menurun stabil
berurutan, kontraksi uterus menjepit pembuluh darah pada uteri sehingga perdarahan
setelah plasenta lahir dapat berhenti.
After Pain
terjadi karena ada pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke-3. After pain
meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan gumpalan darah dalam
cavum uteri.
Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum
spunglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochia. Epitelisasi
endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu endometrium tumbuh
kembali.
Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifas terjadi pematangan sel
telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi menstruasi, ibu menyusui menstruasinya terlambat
karena pengaruh hormon prolaktin.
Menurut Bobak ( 2014 ) klasifikasi masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
1. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah diperbolehkan
berdiri dan berjalan
2. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara menyeluruh
dengan lama ± 6-8 minggu
3. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu yang diperlukan
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan ataupun tahunan.
Gejala Klinis (Fisiologi Nifas) pada masa puerperium atau nifas tampak perubahan dari
alat – alat / organ reproduksi yaitu :
1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan pengecilan ukuran
(involusi) dari uterus itu sendiri.
Adapun tinggi fundus uteri (TFU) post partum menurut masa involusi :
TFU menurut masa involusi
b. Vagina dan Perineum, pada post partum terdapat lochia yaitu cairan/sekret yang
berasal dari kavum uteri dan vagina. Macam – macam lochia :
1) Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, terjadi selama
2 hari pasca persalinan
2) Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, terjadi
hari ke 3 – 7 pasca persalinan
3) Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning. Terjadi hari
ke 7 – 14 hari pasca persalinan
4) Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan
c. Payudara, pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon
laktogen (prolaktin) terhadap kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi mulai di
akhir masa kehamilan sampai hari ke 3-5 post partum dimana kolostrum
mengandung lebih banyak protein dan mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit.
Produksi ASI akan meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena menetek
merupakan suatu rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI. Makin sering
menetek, maka ASI akan makin banyak diproduksi.
d. Sistem Pencernaan
1) Nafsu Makan, setelah benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan keletihan,
kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan
dua kali dari jumlah biasa dikonsumsi diserta konsumsi camilan yang sering
ditemukan.
2) Motilitas, secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selamawaktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan
ansthesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan
normal.
3) Defekasi, ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defeksi karena nyeri yang
dirasakannya diperineum akibat episiotomi, laserasi, hemorid. Kebiasan buang
air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.
e. Sistem Perkemihan
Uretra dan kandung kemih, trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih
selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding
kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali diserti daerah-
daerah kecil hemoragi.
f. Sistem Integumen, hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang
seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara,abdomen, paha,
dan panggul mungkin memudar tetapi tidak hilang seluruhnya.
PATHWAY
(Estiwidani, 2008).
b. 6 – 8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
F. KOMPLIKASI
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc
dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH,
1998). Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi
perdarahan post partum :
Menghentikan perdarahan.
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi
klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau
persalinan.
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat
berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum
maupun saat persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya kuman
dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong persalinan
sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril digunakan pada saat proses persalinan.
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues
dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak
dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung
akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang
waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman
(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang
berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum pasien dan kesadarannya.
2) TTV dan antopometri
Tanda – tanda vital, meliputi : tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasan.
Antopometri, meliputi : tinggi badan, berat badan sebelum hamil, berat badan
setelah hamil, dan total kenaikan berat badan.
3) Wajah.
Pucat atau tidak.
Chloasma gravidarum.
4) Mata, meliputi kondisi sclera dan konjungtiva.
5) Mulut dan gigi, meliputi adakah bau mulut, sariawan, caries, dan karang gigi.
6) Leher, meliputi adakah kelenjar gondok dan peningkatan tekanan JVP.
7) Payudara.
Bagaimanakah proses laktasinya.
Adakah pembesaran kelenjar / abses.
Bagaimana keadaan putting susu ( menonjol / mendatar, adakah nyeri dan
lecet putting )
Kebersihan payudara.
ASI / colostrum apakah sudah keluar.
Adakah pembengkakan.
Adakah radang atau benjolan abnormal.
8) Abdomen.
Palpasi : ukur tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, posisi diastesis rekti.
Auskultasi : bising usus.
Kaji keluhan mules – mules ( hisroyen / his pengiring )
Kaji bentuk abdomen.
Kaji striae.
Kaji linea rubra.
Adakah bekas operasi.
9) Kandung kemih.
Adakah distensi urine.
Kandung kemih kosong / penuh.
10) Genetalia dan perineum.
Pengeluaran lochea ( jenis, warna, jumlah, bau )
Adakah oedema atau memar pada dinding vagina.
Adakah peradangan.
Adakah nyeri.
Kaji jahitan dan keadaan luka episiotomy.
Adakah nanah.
Tanda – tanda infeksi pada luka jahitan.
Kebersihan perineum.
Adakah hemorrhoid pada anus.
11) Ekstremitas bawah.
Pergerakan.
Adakah gumpalan darah pada otot kaki yang menyebabkan nyeri.
Adakah oedema dan varises.
NO INTERVENSI
DX
1 Manajemen Nyeri (1.08238)
5) Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan, dan kualitas
data, teratasi atau tidaknya masalah klien, serta pencapaian tujuan serta ketepatan
intervensi keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk memberiakn umpan balik
rencana keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
melalui perbandingan pelayanan keperawatan yang diberikan serta hasilnya
dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan terlebih dahulu. Kemudahan atau
kesulitan evaluasi dipengaruhi oleh kejelasan tujuan dan bisa tidaknya tujuan tersebut
diukur. Disamping evaluasi yang dilakukan oleh perawat yang bertanggung jawab
pada klien, pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien dapat dinilai juga
oleh klien sendiri, teman kerja perawat. Evaluasi menunjang tanggung gugat
pelayanan keperawatan serta menentukan tindakan yang efektif dan yang tidak
efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, dkk. 2015 .Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC.
Edisi revisi jilid I,II,III. Jogyakarta
Bulechek M.G dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi keenam.
Indonesia.
Bobak .(2014). Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisis Data .Jakarta. Salemba
Medika
Estiwidani Dwana, DKK. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
Marmi, 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Jogyakarta: Pustaka
Pelajar
Mansjoer, Arief. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III jilid I. Jakarta: Media
Moorhead, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classificatio (NOC). Edisi kelima. Indonesia
Nanda-I. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Edisi 11. Jakarta:
EGC