Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM NORMAL

A. PENGERTIAN
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau
42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami perubahan
seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka
kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab
banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada wanita post
partum (Maritalia,2013).
Di Negara berkembang seperti indonesia, masa nifas merupakan masa yang kritis bagi ibu
yang sehabis melahirkan. Dirpekirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi setelah persalinan dan
50% diantaranya terjadi dalam selang waktu 24 jam pertama (Prawirardjo,2014). Tingginya
kematian ibu nifas merupakan masalah yang komlpeks yang sulit diatasi. AKI merupakan
sebagai pengukuran untuk menilai keadaan pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih
tinggi berarti pelayanan obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan
WHO di Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per
100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Sementara menurut Depkes tahun 2015, mengalami penurunan menjadi 226 per 100.000
kelahiran hidup. Dari data tersebut didapatkan penurunan angka kematian ibu di Indonesia
tahuentara penyebab kematian ibu post partum di Indonesia dikarenakan oleh infeksi dan
pendarahan pervaginam.
B. ETIOLOGI
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan dengan
faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan
nutrisi (Hafifah, 2015)
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen.
Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh
darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini
digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan
ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
C. TANDA DAN GEJALA
1. Perubahan fisik
a. Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan
sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Setelah plasenta lahir, uterus
merupakan alat yang keras, karena kontraksi ini menyebabkan rasa nyeri/mules-mules
yang disebut after pain post partum terjadi pada hari ke – 2-3 hari.
b. Kontraksi uterus
Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk mengurangi
volume cairan intra uteri. Setelah 1 – 2 jam post partum, kontraksi menurun stabil
berurutan, kontraksi uterus menjepit pembuluh darah pada uteri sehingga perdarahan
setelah plasenta lahir dapat berhenti.
c. After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -3. After pain
meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan gumpalan darah (stoll
cell) dalam cavum uteri .
d. Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum
spunglosum, bagian atas setelah 2 – 3 hari tampak bahwa lapisan atas dari stratum
sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochia. Epitelisasi endometrium
siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu endometrium tumbuh kembali.
e. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi pematangan sel
telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu menyusui mentruasinya terlambat
karena pengaruh hormon prolaktin.
f. Lochia
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas, sifat
lochia alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak. Jumlah lebih
banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi, berbau anyir, tetapi tidak
busuk.
g. Lochia dibagi dalam beberapa jenis :
1) Lochia rubra
Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa chorion, liguor
amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
2) Lochia sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3 – 7 warna merah kecoklatan bercampur lendir, banyak serum
selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati.
3) Lochia serosa
Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna agak kuning cair dan tidak
berdarah lagi.
4) Lochia alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir, mengandung leukosit,
sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit yang telah mati.
h. Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari dan
pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh
1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang lambat laun mencapai ukuran
normal dan tonus otot kembali seperti biasa, pada minggu ke-3 post partum, rugae
mulai nampak kembali.
i. Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena diregang begitu
lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut akan kembali kuat, terdapat striae melipat,
dastosis recti abdominalis (pelebaran otot rectus/perut) akibat janin yang terlalu besar
atau bayi kembar.
j. Perubahan Sistem kardiovaskuler
Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus dan eksresi
cairan extra vasculer. Curah jantung/cardiac output kembali normal setelah partus
k. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan hiperemi
karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang oedema trigonum,
menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urin. Pengaruh
laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi menurun.
l. Perubahan sistem Gastro Intestina;
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3 hari post
partum. Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan perineum
karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut jahitan lepas
m. Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari ketiga
produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang, membengkak, lebut,
hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler)
n. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan kehamilan. Buah
dada belum mengandung susu melainkan colustrum yang dapat dikeluarkan dengan
memijat areola mammae. Colustrum yaitu cairan kuning dengan berat jenis 1.030 –
1,035 reaksi alkalis dan mengandung protein dan garam, juga euglobin yang
mengandung antibodi. bayi yang terbaik dan harus dianjurkan kalau tidak ada kontra
indikasi
o. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal kembali dalam 24
jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui vagina ataupun
keringat, dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina.
p. Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal. Penurunan ini akibat
dari bertambahnya jumlah darah kembali pada sirkulasi seiring lepasnya
placenta. Bertambahnya volume darah menaikkan tekanan darah sebagai mekanisme
kompensasi dari jantung dan akan normal pada akhir minggu pertama.
q. Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat kehamilan ataupun
post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan yang harus diperhatikan secara
serius.
r. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam 24 hari,
setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan prolaktin meningkat
untuk proses laktasi
D. PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat
genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-
perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada
antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah
plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum
bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri
terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua
basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta
fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala.
E. Manifestasi Klinis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki
“bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of
labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang
disebut “false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa bercampur
darah (bloody shoe).
F. Komplikasi Post Partum
1. Klien post partum komplikasi perdarahan
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam
24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH,
1998). Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
a. Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
b. Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi
perdarahan post partum :
a. Menghentikan perdarahan.
b. Mencegah timbulnya syok.
c. Mengganti darah yang hilang.
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
a. Atonia Uteri
b. Retensi Plasenta
d. Sisa Plasenta dan selaput ketuban

- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)

- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)

c. Trauma jalan lahir

- Episiotomi yang lebar

- Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim

- Rupture uteri

d. Penyakit darah

Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.


2. Klien post partum komplikasi infeksi
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang - biaknya mikroorganisme dalam
tubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya (Zulkarnain Iskandar,
1998).
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi
klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan
(Bobak, 2004).
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat
berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum maupun saat
persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya kuman dalam tubuh lewat
rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat yang
tidak steril digunakan pada saat proses persalinan.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
a. Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya
eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan
penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
b. Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya
sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang
menjadi sebab infeksi umum.
c. Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada
perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi
traktus urinarius.
d. Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi
ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun
dari luar rumah sakit.
3. Klien post partum komplikasi penyakit blues
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues
dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam
minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan
memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari
atau dua minggu pasca persalinan.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman
(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan
dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri.
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum
diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum
blues, antara lain:
a. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron,
prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat
berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek
supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan
kejadian depresi.
b. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
c. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
d. Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan,
kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial
ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan
teman).
e. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:
- Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
- Keadaan umum: TTV, selera makan dll
- Payudara: air susu, putting
- Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
- Sekres yang keluar atau lochea
- Keadaan alat kandungan

Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001


- Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
- Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum ( adanya komplikasi perdarahan )
b. 6 – 8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke 1 – 2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian
informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke – 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke – 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
2. Pemeriksaan penunjang. ( Siswosudarmo, 2008 )
a. Pemerikasaan umum: tensi, nadi, keluhan dan sebagainya.
b. Keadaan umum: TTV, selera makan, dll.
c. Payudara: air susu, putting.
d. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum.
e. Sekres yang keluar atau lochea.
f. Keadaan alat kandungan.
3. Pemeriksaan penunjang post partum. ( Manjoer arif dkk, 2001 )
a. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
b. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.
I. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan, meliputi :
a. Keluhan yang dirasakan ibu saat ini, adakah afterpains, nyeri luka jahitan perineum,
adakah perdarahan.
b. Riwayat kehamilan meliputi umur kehamilan serta riwayat penyakit yang menyertai.
c. Riwayat persalinan meliputi lama persalinan, GPA, proses persalinan,
adakah komplikasi, laserasi atau episiotomi.
d. Riwayat obstetric terdahulu, adakah komplikasi saat nifas, apakah ibu menyusui
bayinya secara eksklusif, adakah masalah waktu laktasi.
e. Riwayat KB, rencana ibu untuk KB selanjutnya.
f. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga, adakah penyakit menular maupun menurun.
g. Adakah kesulitan atau gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari – hari misalnya
pola makan, BAK, BAB, personal hygiene, istirahat maupun mobilisasi.
h. Obat / suplemen yang dikonsumsi saat ini misalnya tablet besi.
i. Perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi, penerimaan terhadap peran baru
sebagai orang tua termasuk suasana hati yang dirasakan ibu sekarang, kecemasan,
kekhawatiran.
j. Adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan bayi sehari – hari.
k. Bagaimana rencana menyusui nanti ( ASI eksklusif atau tidak) , rencana merawat bayi
dirumah ( dilakukan ibu sendiri atau dibantu orangtua / mertua )
l. Bagaimana dukungan suami atau keluarga terhadap ibu.
m. Pengetahuan ibu tentang nifas.
n. Adakah adat istiadat yang merugikan kesehatan pada masa nifas.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum pasien dan kesadarannya.
b. Tanda – tanda vital dan Antopometri
- Tanda – tanda vital, meliputi : tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasan.
- Antopometri, meliputi : tinggi badan, berat badan sebelum hamil, berat badan
setelah hamil, dan total kenaikan berat badan.
c. Wajah.
- Pucat atau tidak.
- Chloasma gravidarum.
d. Mata, meliputi kondisi sclera dan konjungtiva.
e. Mulut dan gigi, meliputi adakah bau mulut, sariawan, caries, dan karang gigi.
f. Leher, meliputi adakah kelenjar gondok dan peningkatan tekanan JVP.
g. Payudara.
- Bagaimanakah proses laktasinya.
- Adakah pembesaran kelenjar / abses.
- Bagaimana keadaan putting susu ( menonjol / mendatar, adakah nyeri dan lecet
putting )
- Kebersihan payudara.
- ASI / colostrum apakah sudah keluar.
- Adakah pembengkakan.
- Adakah radang atau benjolan abnormal.
h. Abdomen.
- Palpasi : ukur tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, posisi diastesis rekti.
- Auskultasi : bising usus.
- Kaji keluhan mules – mules ( hisroyen / his pengiring )
- Kaji bentuk abdomen.
- Kaji striae.
- Kaji linea rubra.
- Adakah bekas operasi.
i. Kandung kemih.
- Adakah distensi urine.
- Kandung kemih kosong / penuh.
j. Genetalia dan perineum.
- Pengeluaran lochea ( jenis, warna, jumlah, bau )
- Adakah oedema atau memar pada dinding vagina.
- Adakah peradangan.
- Adakah nyeri.
- Kaji jahitan dan keadaan luka episiotomy.
- Adakah nanah.
- Tanda – tanda infeksi pada luka jahitan.
- Kebersihan perineum.
- Adakah hemorrhoid pada anus.
k. Ekstremitas bawah.
- Pergerakan.
- Adakah gumpalan darah pada otot kaki yang menyebabkan nyeri.
- Adakah oedema dan varises.
- Adakah human’s sign.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b.d pembatasan masukan cairan salama proses persalinan.
2. Menyusui in efektif b.d tingkat pengetahuan, karakteristik fisik payudara ibu.
3. Gangguan eliminasi BAK b.d distensi kandung kemih, perubahan-perubahan jumlah
frekuensi berkemih.
4. Gangguan pola tidur b.d respon hormonal dan psikologis, nyeri atau ketidaknyamanan,
proses persalinan dan kelahiran melelahkan.
5. Kurang pengetahuan b.d kurangnya sumber informasi
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Perencanaan
No Tujuan
keperawatan Intervensi Rasionalisasi
1 Nyeri b/d Tupen : a. kaji sifat, lokasi dan a. membantu mengidentifikasi
adanya luka Nyeri hilang dalam derajat faktor – faktor yang
episiotomi waktu 2×24 jam ketidaknyamanan memperberat
Tupen : b. berikan informasi ketidaknyamanan
Kebutuhan rasa yang tepat tentang
nyaman terpenuhi perawatan rutin
selama post natal
2 Resiko Tupen : a. pantau tanda – a. peningkatan suhu sampai
infeksi b/d Meminimalisasika tanda vital dengan 38.3oC dalam 24 jam pertama
masuknya n resiko infeksi rutin dan sesuai sangat menandakan infeksi
mikroorganis seminimal indikasi catat tanda – b. Diagnosis dini dari infeksi
me mungkin tanda menggigil, lokal dapat mencegah
Tupen : anoreksa atau malaise penyebaran kejaringan
Resiko infeksi b. infeksi sisi c. mencegah infeksi dari
tidak terjadi perbalkan episiotomi penyebaran kejaringan sekitar
setiap 8 jam atau aliran darah
c.kolaborasi dengan
tim dokter dalam
pemberian antibiotik
3 Cemas b/d Tupen : a. kaji pengetahuan a. membantu dalam
perawatan Cemas berkurang dan pengalaman klien mengidentifikasi kebutuhan
luka yang dalam waktu 24 tentang perawatan saat ini dan mengembangkan
tidak efektif jam luka rencana keperawatan
Tupen : b. berikan informasi b. membantu menjamin suplai
Cemas hilang dan perbal dan tertulis perawatan luka yang adekuat
klien mampu mengenai fisiologi dan mencegah komikasi luka
mengatasi rasa dan keuntungan episiotomi
cemas dengan merawat luka c. teknik ang tepat biasanya
bekal pengetahuan episiotomi dan membantu penyembuhan luka
yang cukup tentang menjaga kebersihan episiotomi dengan cepat
merawat luka c. Demostrasikan dan d. informasi yang didapat
tinjau teknik – teknik dapat klien dapat mengurangi
perawatan luka tingkat kecemasan
d. berikan informasi
tentang pentingnya
perawatan luka
episiotomi
DAFTAR PUSTAKA

Retno Setyo, Handayani. 2015. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta :
Gosyen Publishing
Sujiyatini, Nurjanah, Kurniati Ana. 2010. ASUHAN IBU NIFAS ASKEB III. Yogyakarta :
Cyrillus Publisher
Handayani Sri. 2015. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (2015), Obstetri Patologi, Bagian Obstetri dan
Ginekologi FK Unpad, Bandung.
Hacker Moore (2014), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Hanifa Wikyasastro (2016), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
Jakarta.
http://www.slideshare.net/septianraha/asuhan-keperawatan-pada-ny-d-dengan-post-partum-
normal-di-wilayah-kerja-puskesmas-delanggu-klaten diakses pada tanggal 22 Juni 2014

Anda mungkin juga menyukai