Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN POST PERSALINAN NORMAL (PARTUS


SPONTAN)

A. Konsep Medis Partus Normal


1. Definisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. (Prawirohardjo, 2001).
Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2001).
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam.(Abdul Bari Saifuddin, 2002)

2. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
a. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone
dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan
akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
progesterone turun.
b. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori iritasi mekanik

Post Natal Care (PNC) Page 1


Muhammad syahrul, S.Kep
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi
uterus.
e. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut
tetesan perinfus.

3. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi
dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogen dari
kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah
yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks
ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang
terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis
ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-
5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai
waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala.

4. Manifestasi Klinis
a. Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah
bayi dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Setelah
plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi ini

Post Natal Care (PNC) Page 2


Muhammad syahrul, S.Kep
menyebabkan rasa nyeri/mules-mules yang disebut after pain post partum terjadi
pada hari ke – 2-3 hari.
b. Kontraksi uterus
Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk
mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1 – 2 jam post partum, kontraksi
menurun stabil berurutan, kontraksi uterus menjepit pembuluh darah pada uteri
sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat berhenti.
c. After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -3. After
pain meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan gumpalan darah
(stoll cell) dalam cavum uteri .
d. Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum
spunglosum, bagian atas setelah 2 – 3 hari tampak bahwa lapisan atas dari stratum
sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochia. Epitelisasi
endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu endometrium tumbuh
kembali.
Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak menimbulkan jaringan parut,
tetapi endometrium baru, tumbuh di bawah permukaan dari pinggir luka.
e. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi
pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu menyusui
mentruasinya terlambat karena pengaruh hormon prolaktin.
f. Lochia
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa
nifas, sifat lochia alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak.
Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi, berbau
anyir, tetapi tidak busuk.
Lochia dibagi dalam beberapa jenis :
1) Lochia rubra
Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa chorion,
liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
2) Lochia sanguinolenta

Post Natal Care (PNC) Page 3


Muhammad syahrul, S.Kep
Dikeluarkan hari ke 3 – 7 warna merah kecoklatan bercampur lendir,
banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati.
3) Lochia serosa
Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna agak kuning cair
dan tidak berdarah lagi.
4) Lochia alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir, mengandung
leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit yang telah mati.
g. Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari
dan pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya dapat
dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang lambat laun
mencapai ukuran normal dan tonus otot kembali seperti biasa, pada minggu ke-3
post partum, rugae mulai nampak kembali.
h. Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena
diregang begitu lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut akan kembali kuat,
terdapat striae melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot rectus/perut)
akibat janin yang terlalu besar atau bayi kembar.
i. Perubahan Sistem kardiovaskuler
Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus dan
eksresi cairan extra vasculer. Curah jantung/cardiac output kembali normal setelah
partus
j. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan
hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang oedema
trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urin.
Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi menurun.
k. Perubahan sistem Gastro Intestina;
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3 hari post partum.
Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan perineum
karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut jahitan lepas
l. Perubahan pada mammae

Post Natal Care (PNC) Page 4


Muhammad syahrul, S.Kep
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari
ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang,
membengkak, lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler)
m. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum yang dapat
dikeluarkan dengan memijat areola mammae.
Colustrum yaitu cairan kuning dengan berat jenis 1.030 – 1,035 reaksi
alkalis dan mengandung protein dan garam, juga euglobin yang mengandung
antibodi. Bayi yang terbaik dan harus dianjurkan kalau tidak ada kontra indikasi
n. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal kembali
dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui
vagina ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina.
o. Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal. Penurunan
ini akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada sirkulasi seiring lepasnya
placenta. Bertambahnya volume darah menaikkan tekanan darah sebagai
mekanisme kompensasi dari jantung dan akan normal pada akhir minggu pertama.
p. Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat
kehamilan ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan yang harus
diperhatikan secara serius.
q. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam 24
hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan prolaktin
meningkat untuk proses laktasi.

5. Komplikasi Post Partum


a. Klien post partum komplikasi perdarahan
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600
cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH,
1998). Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
b. Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir

Post Natal Care (PNC) Page 5


Muhammad syahrul, S.Kep
c. Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
       Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi
perdarahan post partum :
a. Menghentikan perdarahan.
b. Mencegah timbulnya syok.
c. Mengganti darah yang hilang.
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
a. Atonia Uteri
b. Retensi Plasenta
c. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
1) Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
2) Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
d. Trauma jalan lahir
1) Episiotomi yang lebar
2) Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan Rahim
3) Rupture uteri
e. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.
f. Klien post partum komplikasi infeksi
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang - biaknya mikroorganisme
dalam tubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya (Zulkarnain
Iskandar, 1998).
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah
infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau
persalinan (Bobak, 2004).
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat
berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum
maupun saat persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya kuman
dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong persalinan
sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril digunakan pada saat proses persalinan.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1) Streptococcus haemoliticus anaerobic

Post Natal Care (PNC) Page 6


Muhammad syahrul, S.Kep
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini
biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama,
tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2) Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang
nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun
kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3) Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi
terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab
penting dari infeksi traktus urinarius.
4) Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus
yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
g. Klien post partum komplikasi penyakit blues
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby
blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak
dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung
akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang
waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak
nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan,
yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya
sendiri.
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini
belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya
postpartum blues, antara lain:
1) Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah
melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena
estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu

Post Natal Care (PNC) Page 7


Muhammad syahrul, S.Kep
enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang
berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
2) Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4) Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan,
kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya,
sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami,
keluarga dan teman).
5) Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:
1) Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
2) Keadaan umum: TTV, selera makan dll
3) Payudara: air susu, putting
4) Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5) Sekres yang keluar atau lochea
6) Keadaan alat kandungan
b. Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
1) Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
2) Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.

7. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Medis
1) Observasi ketat 2 jam post partum ( adanya komplikasi perdarahan )
2) 6 – 8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan
kiri
3) Hari ke 1 – 2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
4) Hari ke – 2 : mulai latihan duduk
5) Hari ke – 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
b. Pemeriksaan penunjang. ( Siswosudarmo, 2008 )
1) Pemerikasaan umum: tensi, nadi, keluhan dan sebagainya.

Post Natal Care (PNC) Page 8


Muhammad syahrul, S.Kep
2) Keadaan umum: TTV, selera makan, dll.
3) Payudara: air susu, putting.
4) Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum.
5) Sekres yang keluar atau lochea.
6) Keadaan alat kandungan.
7) Pemeriksaan penunjang post partum. ( Manjoer arif dkk, 2001 )
8) Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
9) Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Fokus Keperawatan
a. Riwayat ibu
1) Biodata ibu.
2) Penolong.
3) Jenis persalinan.
4) Masalah-masalah persalinan.
5) Nyeri.
6) Menyusui atau tidak.
7) Keluhan-keluhan saat ini, misalnya : kesedihan/depresi, pengeluaran per
vaginam/perdarahan/lokhia, putting/payudara.
8) Rencana masa datang : kontrasepsi yang akan digunakan.
b. Riwayat sosial ekonomi
1) Respon ibu dan keluarga terhadap bayi.
2) Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu di rumah.
3) Para pembuat keputusan di rumah.
4) Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat.
5) Kepercayaan dan adat istiadat.
c. Riwayat bayi
1) Menyusu.
2) Keadan tali pusat.
3) Vaksinasi.
4) Buang air kecil/besar.
d. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum

Post Natal Care (PNC) Page 9


Muhammad syahrul, S.Kep
a) Suhu tubuh.
b) Denyut nadi.
c) Tekanan darah.
d) Tanda-tanda anemia.
e) Tanda-tanda edema/tromboflebitis.
f) Refleks.
g) Varises.
h) CVAT (Contical Vertebral Area Tenderness).
2) Pemeriksaan payudara
a) Putting susu : pecah, pendek, rata.
b) Nyeri tekan.
c) Abses.
d) Pembengkakan/ASI terhenti.
e) Pengeluaran ASI.
3) Pemeriksaan perut / uterus
a) Posisi uterus/tinggi fundus uteri.
b) Kontraksi uterus.
c) Ukuran kandung kemih.
4) Pemeriksaan vulva/perineum
a) Pengeluaran lokhia.
b) Penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
c) Pembengkakan.
d) Luka.
e) Henoroid.
5) Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
6) Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
7) Integritas ego
Peka rangsang, takut / menangis (“post partum blues” sering terlihat kira-kira 3
hari setelah melahirkan).
8) Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima.
9) Makanan/cairan

Post Natal Care (PNC) Page 10


Muhammad syahrul, S.Kep
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
10) Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ketiga sampai
kelima pasca partum.
11) Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun
kira-kira 1 lebar jari setiap harinya.
Lokhia rubra berlanjut sampai hari kedua sampai ketiga, berlanjut menjadi
lokhia serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal : rekumben versus
ambulasi berdiri) dan aktivitas (misal : menyusui).
Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada suhu
matur, biasanya pada hari ketiga; mungkin lebih dini, tergantung kapan
menyusui dimulai.

2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan perineum; luka
episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara
b. Resiko defisit volume cairan berubungan dengan pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
c. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) berhubungan dengan trauma perineum
dan saluran kemih
d. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya
mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir.
f. Resiko gangguan proses parenting berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang cara merawat bayi.

Post Natal Care (PNC) Page 11


Muhammad syahrul, S.Kep
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


. Hasil
1. Gangguan rasa nyaman Pasien mendemonstrasikan a. Kaji tingkat nyeri pasien a. Menentukan intervensi keperawatan sesuai
(nyeri) b/d peregangan tidak adanya nyeri. skala nyeri.
perineum; luka Kriteria hasil: vital sign b. Kaji kontraksi uterus, b. Mengidentifikasi penyimpangan dan
episiotomi; involusi uteri; dalam batas normal, proses involusi uteri kemajuan berdasarkan involusi uteri.
hemoroid; pembengkakan pasien menunjukkan c. Anjurkan pasien untuk c. Mengurangi ketegangan pada luka
payudara. peningkatan aktifitas, membasahi perineum perineum.
keluhan nyeri terkontrol, dengan air hangat sebelum
payudara lembek, tidak berkemih
ada bendungan ASI. d. Anjurkan dan latih pasien d. Melatih ibu mengurangi bendungan ASI
cara merawat payudara dan memperlancar pengeluaran ASI.
secara teratur.
e. Jelaskan pada ibu tetang e. Mencegah infeksi dan kontrol nyeri pada
teknik merawat luka luka perineum.
perineum dan mengganti
PAD secara teratur setiap 3

Post Natal Care (PNC) Page 12


Muhammad syahrul, S.Kep
kali sehari atau setiap kali
lochea keluar banyak.
f. Kolaborasi dokter tentang f. Mengurangi intensitas nyeri denagn
pemberian analgesik bial menekan rangsnag nyeri pada nosiseptor.
nyeri skala 7 ke atas.

2. Resiko defisit volume Pasien dapat a. Pantau: a. Mengidentifikasi penyimpangan indikasi


cairan b/d pengeluaran mendemostrasikan status  Tanda-tanda vital setiap kemajuan atau penyimpangan dari hasil
yang berlebihan; cairan membaik. 4 jam. yang diharapkan.
perdarahan; diuresis; Kriteria evaluasi: tak ada  Warna urine.
keringat berlebihan. manifestasi dehidrasi,  Berat badan setiap hari.
resolusi oedema, haluaran  Status umum setiap 8
urine di atas 30 ml/jam, jam
kulit kenyal/turgor kulit
b. Pantau: cairan masuk dan
baik. b. Mengidentifikasi keseimbangan cairan
cairan keluar setiap 8 jam.
pasien secara adekuat dan teratur.
c. Beritahu dokter bila:
c. Temuan-temuan ini mennadakan
haluaran urine < 30 ml/jam,
hipovolemia dan perlunya peningkatan
haus, takikardia, gelisah,
cairan.
TD di bawah rentang

Post Natal Care (PNC) Page 13


Muhammad syahrul, S.Kep
normal, urine gelap atau
encer gelap
d. Konsultasi dokter bila
manifestasi kelebihan d. Mencegah pasien jatuh ke dalam kondisi
cairan terjadi. kelebihan cairan yang beresiko terjadinya
oedem paru.
3. Perubahan pola eleminasi Pola eleminasi (BAK) a. Kaji haluaran urine, a. Mengidentifikasi penyimpangan dalam
BAK (disuria) b/d trauma pasien teratur. keluhan serta keteraturan pola berkemih pasien.
perineum dan saluran Kriteria hasil: eleminasi pola berkemih.
kemih. BAK lancar, disuria tidak b. Anjurkan pasien melakukan b. Ambulasi dini memberikan rangsangan
ada, bladder kosong, ambulasi dini. untuk pengeluaran urine dan pengosongan
keluhan kencing tidak ada. bladder.
c. Anjurkan pasien untuk c. Membasahi bladder dengan air hangat
membasahi perineum dapat mengurangi ketegangan akibat
dengan air hangat sebelum adanya luka pada bladder.
berkemih.
d. Anjurkan pasien untuk d. Menerapkan pola berkemih secara teratur
berkemih secara teratur. akan melatih pengosongan bladder secara
teratur.
e. Anjurkan pasien untuk e. Minum banyak mempercepat filtrasi pada

Post Natal Care (PNC) Page 14


Muhammad syahrul, S.Kep
minum 2500-3000 ml/24 glomerolus dan mempercepat pengeluaran
jam. urine.

f. Kolaborasi untuk f. Kateterisasi memabnatu pengeluaran urine


melakukan kateterisasi bila untuk mencegah stasis urine.
pasien kesulitan berkemih.
4. Perubahan pola eleminasi Pola eleminasi (BAB) a. Kaji pola BAB, kesulitan a. Mengidentifikasi penyimpangan serta
BAB (konstipasi) b/d teratur. BAB, warna, bau, kemajuan dalam pola eleminasi (BAB).
kurangnya mobilisasi; diet Kriteria hasil: pola konsistensi dan jumlah
yang tidak seimbang; eleminasi teratur, feses b. Anjurkan ambulasi dini. b. Ambulasi dini merangsang pengosongan
trauma persalinan. lunak dan warna khas rektum secara lebih cepat.
feses, bau khas feses, tidak c. Anjurkan pasien untuk c. Cairan dalam jumlah cukup mencegah
ada kesulitan BAB, tidak minum banyak 2500-3000 terjadinya penyerapan cairan dalam rektum
ada feses bercampur darah ml/24 jam. yang dapat menyebabkan feses menjadi
dan lendir, konstipasi tidak keras.
ada. d. Kaji bising usus setiap 8 d. Bising usus mengidentifikasikan
jam. pencernaan dalam kondisi baik.
e. Mengidentifiakis adanya penurunan BB
e. Pantau berat badan setiap secara dini.
hari.

Post Natal Care (PNC) Page 15


Muhammad syahrul, S.Kep
f. Anjurkan pasien makan f. Meningkatkan pengosongan feses dalam
banyak serat seperti buah- rektum.
buahan dan sayur-sayuran
hijau.
6. Resiko infeksi b/d trauma Infeksi tidak terjadi. a. Pantau: vital sign, tanda a. Mengidentifikasi penyimpangan dan
jalan lahir. Kriteria hasil: tanda infeksi. kemajuan sesuai intervensi yang dilakukan.
infeksi tidak ada, luka b. Kaji pengeluaran lochea, b. Mengidentifikasi kelainan pengeluaran
episiotomi kering dan warna, bau dan jumlah. lochea secara dini.
bersih, takut berkemih dan c. Kaji luka perineum, c. Keadaan luka perineum berdekatan dengan
BAB tidak ada. keadaan jahitan. daerah basah mengakibatkan
kecenderunagn luka untuk selalu kotor dan
d. Anjurkan pasien membasuh mudah terkena infeksi
vulva setiap habis berkemih d. Mencegah infeksi secara dini.
dengan cara yang benar dan
mengganti PAD setiap 3
kali perhari atau setiap kali
pengeluaran lochea banyak.
e. Pertahnakan teknik septik
aseptik dalam merawat e. Mencegah kontaminasi silang terhadap
pasien (merawat luka

Post Natal Care (PNC) Page 16


Muhammad syahrul, S.Kep
perineum, merawat infeksi.
payudara, merawat bayi).

7. Resiko gangguan proses Gangguan proses a. Beri kesempatan ibu untuk a. Meningkatkan kemandirian ibu dalam
parenting b/d kurangnya parenting tidak ada. melakukan perawatan bayi perawatan bayi.
pengetahuan tentang cara Kriteria hasil: ibu dapat secara mandiri.
merawat bayi. merawat bayi secara b. Libatkan suami dalam b. Keterlibatan bapak/suami dalam perawatan
mandiri (memandikan, perawatan bayi. bayi akan membantu meningkatkan
menyusui, merawat tali keterikatan batih ibu dengan bayi.
pusat).
c. Latih ibu untuk perawatan c. Perawatan payudara secara teratur akan
payudara secara mandiri mempertahankan produksi ASI secara
dan teratur. kontinyu sehingga kebutuhan bayi akan
ASI tercukupi.
d. Motivasi ibu untuk d. Meningkatkan produksi ASI.
meningkatkan intake cairan
dan diet TKTP.
e. Lakukan rawat gabung
5.   e. Meningkatkan hubungan ibu dan bayi sedini
sesegera mungkin bila tidak

Post Natal Care (PNC) Page 17


Muhammad syahrul, S.Kep
terdapat komplikasi pada mungkin.
ibu atau bayi.

Post Natal Care (PNC) Page 18


Muhammad syahrul, S.Kep
DAFTAR PUSTAKA

Retno Setyo, Handayani. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta :
Gosyen    Publishing
Sujiyatini, Nurjanah, Kurniati Ana. 2010. ASUHAN IBU NIFAS ASKEB III.
Yogyakarta : Cyrillus Publisher
Handayani Sri. 2011. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri Patologi, Bagian
Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.
Hacker Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, Jakarta.
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000),
Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
http://www.slideshare.net/septianraha/asuhan-keperawatan-pada-ny-d-dengan-
post-partum-normal-di-wilayah-kerja-puskesmas-delanggu-klaten diakses pada
tanggal 22 Juni 2014

Post Natal Care (PNC) Page 19


Muhammad syahrul, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai