Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN NY.M DENGAN KASUS POST PARTUM


DI RUANG BERSALIN RSUD Dr. R SOEDARSONO PASURUAN

Disusun Oleh:

Melania Ernesta Mikku

2021611042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN NY.L DENGAN KASUS TUMOR MAMAE
DI RUANG BEDAH RSUD Dr. R SOEDARSONO PASURUAN

Mengetahui Mahasiswa

(Melania Ernesta Mikku)

Menyetujui :

CI Lahan Ruangan Bedah CI Intitusi Unitri

( ) (Errick Endra Cita,Ns, M.


Kep)
A. Pengertian
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
kembali sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama
masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998). Akan tetapi seluruh alat
genital akan kembali dalam waktu 3 bulan. Selain itu masa nifas/purperium
adalah masa partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
Post patum spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37 s.d. 42 minggu), lahi spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin.
 Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode :
 Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
 Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya mencapainya 6 -8 minggu.
 Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil/waktu persalinan
mempunyai komplikasi.

B. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –
otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesterone turun.
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss).
Bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan
timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.

C. Klasifikasi
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut (Hafifah, 2011).
1. Priode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena
itu bidan harus teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lochea, teknan darah, dan suhu.
2. Priode early post partum antara 24 jam sampai 1 minggu
Pada fase ini dapat memastikan involasi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Periode late post partum antara 1 minggu sampai 5 minggu
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling keluarga berencana.
D. Manifestasi Klinis
1. Perubahan fisik
a. Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir
setelah bayi dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum
hamil. Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras,
karena kontraksi ini menyebabkan rasa nyeri/mules-mules yang
disebut after pain post partum terjadi pada hari ke 2-3 hari.
b. Kontraksi uterus
Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna
untuk mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1 – 2 jam post
partum, kontraksi menurun stabil berurutan, kontraksi uterus
menjepit pembuluh darah pada uteri sehingga perdarahan setelah
plasenta lahir dapat berhenti.
c. After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -3.
After pain meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri,
dan gumpalan darah (stoll cell) dalam cavum uteri .
d. Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada
stratum spunglosum, bagian atas setelah 2 – 3 hari tampak bahwa
lapisan atas dari stratum sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis
keluar dari lochea. Epitelisasi endometrium siap dalam 10 hari, dan
setelah 8 minggu endometrium tumbuh kembali.
Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak menimbulkan jaringan
parut, tetapi endometrium baru, tumbuh di bawah permukaan dari
pinggir luka.
e. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi
pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu
menyusui mentruasinya terlambat karena pengaruh hormon
prolaktin.
f. Lochea
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam
masa nifas, sifat lochea alkalis sehingga memudahkan kuman
penyakit berkembang biak. Jumlah lebih banyak dari pengeluaran
darah dan lendir waktu menstruasi, berbau anyir, tetapi tidak busuk.
Lochea dibagi dalam beberapa jenis :
1) Lochea rubra
Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa
chorion, liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah
merah.
2) Lochea sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3-7 warna merah kecoklatan bercampur
lendir, banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman
penyakit yang mati.
3) Lochea serosa
Dikeluarkan hari ke 7-10, setelah satu minggu berwarna agak
kuning cair dan tidak berdarah lagi.
4) Lochea alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir,
mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman
penyakit yang telah mati.
g. Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh
2 jari dan pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu
pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan
sangat diregang lambat laun mencapai ukuran normal dan tonus otot
kembali seperti biasa, pada minggu ke-3 post partum, rugae mulai
nampak kembali.
h. Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena
diregang begitu lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut akan
kembali kuat, terdapat striae melipat, dastosis recti abdominalis
(pelebaran otot rectus/perut) akibat janin yang terlalu besar atau bayi
kembar.
i. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan
oedema dan hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan.
Kadang-kadang oedema trigonum, menimbulkan obstruksi dari
uretra sehingga terjadi retensio urin. Pengaruh laserasi/episiotomi
yang menyebabkan refleks miksi menurun.
j. Perubahan sistem gastro intestina
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2-3 hari post
partum. Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema,
kekakuan perineum karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan
takut jahitan lepas.
k. Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum.
Hari ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae
menjadi tegang, membengkak, lebut, hangat dipermukaan kulit
(vasokongesti vaskuler).
l. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan
colustrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae.
Colustrum yaitu cairan kuning dengan berat jenis 1.030-1,035 reaksi
alkalis dan mengandung protein dan garam, juga euglobin yang
mengandung antibodi bayi yang terbaik dan harus dianjurkan jika
tidak ada kontra indikasi.
m. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal
kembali dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena
hilangnya cairan melalui vagina ataupun keringat, dan infeksi yang
disebabkan terkontaminasinya vagina.
n. Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal.
Penurunan ini akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada
sirkulasi seiring lepasnya placenta. Bertambahnya volume darah
menaikkan tekanan darah sebagai mekanisme kompensasi dari
jantung dan akan normal pada akhir minggu pertama.
o. Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat
kehamilan ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu
keadaan yang harus diperhatikan secara serius.
p. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada
dalam 24 hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun
sedangkan prolaktin meningkat untuk proses laktasi.
2. Adaptasi psikologis ibu dalam menerima perannya sebagai orang tua.
Setelah melahirkan secara bertahap.
a. Fase Taking in
Terjadi pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ibu
membutuhkan perlindungan dan pelayanan, memfokuskan energy
pada bayi yang menyebabkan persepsi penyempitan dan
kemampuan menerima informasi kurang.
b. Fase Taking hold
Mulai dari hari ketiga setelah melahirkan. Pada minggu keempat
sampai kelima ibu siap menerima peran barunya dalam belajar
tentang hal-hal baru.
c. Fase Letting go
Dimulai sekitar minggu kelima setelah melahirkan. Anggota
keluarga telah menyesuaikan diri dengan lahirnya bayi (Linda,
2010).
E. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mamae.

Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-


pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses
ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-
perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks
agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri
terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada
endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-
5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan
selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis
yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma
pelvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin
lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala (Hafifah, 2011).
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum meliputi :
1. Pemerikasaan umum: tensi, nadi, keluhan dan sebagainya
2. Keadaan umum: TTV, selera makan, dll
3. Payudara: air susu, puting
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5. Sekret yang keluar atau lochea
6. Keadaan alat kandungan
7. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
8. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta
(Hafifah, 2011).

H. Komplikasi Post Partum


1. Perdarahan
Perdarahan yaitu darah yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam masa 24
jam setelah anak lahir. Perdarahan dibagi menjadi dua yaitu:
a. Perdarahan post partum primer yaitu pada 24 jam pertama akibat
antonia uteri, retensio plaseta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan
involusio uteri.
b. Perdarahan post partum sekunder yaitu terjadi setelah 24 jam.
Penyebab perdarahan sekunder adalah sub involusio uteri, retensio
sisa plasenta, infeksi postpartum.

Pada trauma atau laserasi jalan lahir bisa terjadi robekan perineum,
vagina serviks, forniks dan rahim. Keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak apabila tidak segera diatasi. Robekan jalan lahir
atau ruptur perineum sekitar klitoris dan uretra dapat menimbulkan
perdarahan hebat dan mungkin sangat sulit untuk diperbaiki. Episiotomi
dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenai arteri
atau vena yang besar, episitomi luas, ada penundaan antara episitomi dan
persalinan, atau ada penundaan antara persalinan dan perbaikan
episitomi.

2. Infeksi
Infeksi masa postpartum (puerpuralis) adalah infeksi pada genitalia
setelah persalinan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 38ºC
atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan
mengecualikan 24 jam pertama. Infeksi postpartum mencakup semua
peradangan yang disebabkan oleh masuk kuman-kuman atau bakteri ke
dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan postpartum. Infeksi
postpartum dapat disebabkan oleh adanya alat yang tidak steril, luka
robekan jalan lahir, perdarahan, pre-eklamsia, dan kebersihan daerah
perineum yang kurang terjaga. Infeksi masa postpartum dapat terjadi
karena beberapa faktor pemungkin, antara lain pengetahuan yang kurang,
gizi, pendidikan, dan usia.
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan
pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Pengalaman yang
didapat dapat berasal dari pengalaman sendiri maupun pengalaman
yang didapat dari orang lain.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu yang rendah akan mempengaruhi
pengetahuan ibu karena ibu yang mempunyai latar
belakangpendidikan lebih rendah akan sulit untuk menerima
masukan dari pihak lain.
c. Usia
Usia berpengaruh terhadap imunitas. Penyembuhan luka yang terjadi
pada orang tua sering tidak sebaik pada orang yang muda. Hal ini
disebabkan suplai darah yang kurang baik, status nutrisi yang kurang
atau adanya penyakit penyerta seperti diabetes melitus. Sehingga
penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada usia
tua.
d. Gizi
Proses fisiologi penyembuhan luka perineum bergantung pada
tersedianya protein, vitamin (terutama vitamin A dan C), dan
mineral renik zink dan tembaga. Kolagen adalah protein yang
terbentuk dari asam amino yang diperoleh fibroblas dari protein
yang dimakan. Vitamin C dibutuhkan untuk mensintesis kolagen.
Vitamin A dapat mengurangi efek negatif steroid pada penyembuhan
luka (Siska S, 2019)

I. Penatalaksanaan
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama
8 jam pasca persalian. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri
untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboembloli. Pada hari ke 2
diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan dan hari ke 4 sampai sudah
diperbolehkan pulang.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan
buah-buahan
3. Miksi
Hendaknya kencing akan dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila
kandung kemih panuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan katerisasi.
Dengan melakukan mobilisasi secepatnya tak jarang kesulitan miksi
dapat diatasi.
4. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3 sampai 4 hari pasca persalinan. Bila
terjadi opstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di
rectum, mungkin terjadi febris. Lakukan klisma atau berikan laksan per
oral atatupun per rektal. Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin
tidak jarang kesulitan defekasi dapat diatasi.
5. Perawatan payudara
a. Dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras
dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi.
b. Jika puting rata sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu
harus tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.
6. Puting lecet
Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara
tidak benar dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tekhnik
menyusui yang benar, puting harus kering saat menyusui, puting diberi
lanolin. Monilia diterapi dengan menyusui pada payudara yang tidak
lecet. Bila lecetnya luas menyusuinya ditunda 24 jam sampai 48 jam air
susu ibu dikeluarkan dengan atau pompa.
7. Payudara bengkak
Payudara bengkak disebabkan pengeluaran air susu yang tidak lancar
karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.
Penatalaksanaan dengan menyusui lebih sering dan kompres hangat.
Susu dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesic.
8. Mastitis
Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi
beberapa minggu setelah melahirkan. Penatalaksanaan dengan kompres
hangat atau dingin, pemberian antibiotik dan analgesic, menyusui tidak
dihentikan.
9. Abses payudara
Pada payudara dengan abses air susu ibu dipompa, abses dinsisi,
diberikan antibiotik dan analgesic
10. Laktasi
Umumnya produksi air susu ibu berlansung betul pada hari kedua dan
ketiga pasca persalinan. Pada hari pertama air susu mengandung
kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental daripada susu,
mengandung banyak protein dan globulin (Hafifah, 2011).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Berisi nama pasien, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku, alamat, no. RM, tanggal masuk, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis.
b. Identitas penanggungjawab
Berisi nama penanggung jawab pasien dan hubungan dengan
pasien.
2. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama (saat masuk RS dan saat ini)
Keluhan yang paling dasar atau utama yang pasien
katakan
2) Alasan masuk RS dan perjalanan penyakit saat ini
Perjalanan penyakit dan alasan saat pasien masuk Rumah
Sakit yang dimulai dari pasien masuk IGD, kemudian
masuk bangsal sampai saat dilakukan pengkajian.
b. Riwayat Haid
Umur Menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah yang
keluar, konsistensi, siklus haid, perkiraan tanggal partus.
c. Riwayat Perkawinan
Kehamilan
d. Riwayat Obstetri
1) Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboratorium
: USG, darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk
situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan,
tindakan, dan pengobatan yang diperoleh.
2) Riwayat persalinan
a) Riwayat persalinan lalu : jumlah gravid, jumlah patal,
dan jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis
persalinan, penolong persalinan, BB bayi, kelainan fisik,
kondisi anak saat ini.
b) Riwayat nifas pada persalinan lalu : pernah mengalami
demam, keadaan lochea, kondisi perdarahan selama
nifas, tingkat aktivitas setelah melahirkan, keadaan
perineal, abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan
eliminasi, keberhasilan pemberian ASI, respon, dan
support keluarga.
c) Riwayat persalinan saat ini : kapan timbul his,
pembukaan, bloody show, kondisi ketuban, lama
pesalinan, dengan episiotomy atau tidak, kondisi
perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan anastesi
atau tidak, panjang tali pusat, lama pengeluaran plasenta,
kelengkapan plasenta, jumlah perdarahan.
d) Riwayat new born : apakah bayi lahir spontan atau
dengan induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir
(langsung menangis atau tidak), apakah membutuhkan
resusitasi, nilai APGAR, jenis kelamin bayi, BB,
panjang badan, kelainan konginetal, apakah dilakukan
bonding attachment secara dini dengan ibunya, apakah
langsung diberikan ASI atau susu formula.
e. Riwayat KB dan perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi,
jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi
yang akan datang atau rencana penambahan anggota keluarga di
masa mendatang.
f. Status kesehatan masa lalu
Berisikan riwayat kesehatan pasien, apakah sebelumnya pasien
pernah dirawat di rs atau tidak, dan riwayat alergi terhadap
makanan atau obat-obatan. Serta kebiasaan merokok, kopi,
alkohol dan lain sebagainya.
g. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang
diturunkan secara genetic, menular, konginetal, atau gangguan
kejiwaan yang pernah diderita oleh keluarga.
3. Pola kebutuhan dasar ( data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual)
a. Aktifitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri, dan melakukan eliminasi, serta pola
berpakaian.
b. Istirahat dan Tidur
Waktu (lama, kapan), nyaman atau tidak, penggunaan lampu atau
tidak.
c. Nutrisi
Menu makan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (kalori,
protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, nafsu makan, pola minum,
jumlah, frekuensi.
d. Eliminasi
Apakah terjadi dieresis, adakah inkontinensia atau retensi urine
karena takut luka episiotomy, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola
BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum.
e. Personal Hygiene
Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan
kebersihan genetalia, pola berpakaian.
f. Persepsi-sensori (nyeri atau ketidaknyamanan)
Ketidaknyamanan berkenaan dengan pembesaran payudara,
episiotomi, trauma perineal, hemoriod, kontraksi kuat (afterpain)
kuat dan teratur dalam periode 24 jam pertama dan akan berkurang
setiap hari.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan menurut SDKI 2016 :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik, luka episiotomy post partum spontan
2. Perubahan pola eliminasi BAK (disuria) b.d trauma perineum
3. Perubahan pola eliminasi BAB (konstipasi) b.d trauma persalinan
4. Resiko infeksi b.d luka episiotomy post partum spontan
5. Resiko gangguan parenting b.d kurangnya pengetahuan tentang cara
merawat bayi
DAFTAR PUSTAKA

Dina, S. 2012. Laporan Pendahuluan Post Partum Spontan. Diakses pada tanggal
10 Juni 2020 pukul 10.10 WIB.
Elly S. & Wita R., 2019. Efektivitas Kompres Hangat dan Kompres Dingin
terhadap Intensitas Nyeri Luka Perineum pada Ibu Post Partum di BPM Siti
Julaeha Pekanbaru. Journal Of Midwifery Science. 3(1):7-14.
Hafifah. 2011. Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal.
Diakses pada tanggal 10 Juni 2020 pukul 10.00 WIB.
Linda, R. 2010. “Asuhan Keperawatan pada Ny. D dengan Post Partum Nomal di
Wilayah Kerja Puskesmas Delanggu Klaten”. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas
Ilmu Kesehatan, Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.
Nitasari. 2015. Pathway Post Partum. Diakses pada tanggal 10 Juni 2020 pukul
10.10 WIB.
Siska, S. 2019. “Laporan Pendahuluan Post Partum”. Asuhan Keperawatan.
Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Yolanda B, dkk,. 2015. Hubungan Vulva Hygiene dengan Pencegahan Infeksi
Luka Perineum pada Ibu Post Partum di RS Pancaran Kasih GMIM
Manado. Jurnal Keperawatan. 3(2).

North American Nursing Diagnosis Association. 2015. Aplikasi Asuhan


keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc.
Jogjakarta: Media Action.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai