Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Ners Departemen
Keperawatan Gerontik
Di susun oleh :
210814901347
B. Etiologi
Schuknecht menerangkan bawah penyebab kurang pendengan akibat
denerasi ini dimulai terjadinya atrofi dibagian epitel dan saraf pada organ corti,
Lambat laub secara progesif terjadi generasi sel ganglion spiral pada daerabasal
hingga ke daerah apeks yang pada akhirnya terjadi degenerasi sel- sel pada
jaras pusat dengan manifestasi gangguan pemahaman bicara. Kejadian
presbiokusis diduga mempunyai hubungan dengan faktor-faktor
herediter,metabolisme, aterosklerosis, bising, gaya hidup atau bersifat
multifaktor.(Anggraini dkk., 2021)
D. Klasifikasi Presbikusis
Menurut (Rantung dkk., 2018) etiologinya presbikusis dibagi menjadi empat
bagian, yaitu :
1. Presbikusis sensorik
Tejadi dikarenakan adanya degenerasi dari organ corti yang
menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran pada frekuensi tinggi.
Pada presbikusis tipe sensorik ini didapatkan kerusakan permanen berupa
hilangnya sel-sel rambut yang melekat pada membran basilar di koklea,
diakibatkan karena sering terpapar akan kebisingan, karena sel rambut
bersifat tidak dapat regenerasi. Apabila sel rambut mengalami kerusakan,
maka hal tersebut menjadi kerusakan permanen. Dan gangguan
pendengaran tipe ini sering terjadi pada populasi usai menengah. Menurut
kalsifikasi Schuknecht, tipe presbikusis sensorik terjadi sekitar 5 % dari
kejadian presbikusis. Secara histologi, atrofi dapat terbatas hanya beberapa
millimeter awal dari basal koklea dan proses berjalan dengan lambat.
Beberapa teori mengatakan perubahan ini terjadi akibat akumulasi dari
granul pigmen lipofusin. Ciri khas dari tipe sensory presbyacusis ini adalah
terjadi penurunan pendengaran secara tiba-tiba pada frekuensi tinggi
(slooping).
2. Presbikusis Neural
Prebikusis neural terjadi karena adanya degenerasi atau penurunan
fungsi saraf pendengaran, berdasarkan histologinya sekitar 50% atau
35.500 neuron yang hilang pada koklea, dan sekitar 2.100 sel neuron akan
hilang setiap 10 tahunnya. Apabila sudah ada tanda terjadinya penurunan
diskriminasi bicara, disebabkan sel neuron yang hilang sekitar 50% dan
apabila hilangnya sudah mencapai 90%, maka akan terjadi perubahan pada
ambang pendengaran dan kemungkinan sebagian besar disebabkan
hubungan genetik. Keparahan tipe ini menyebabkan penurunan diskriminasi
kata-kata yang secara klinik berhubungan dengan presbikusis neural dan
dapat dijumpai sebelum terjadinya gangguan pendengaran. Efeknya tidak
disadari sampai seseorang berumur lanjut sebab gejala tidak akan timbul
sampai 90% neuron akhirnya hilang.
3. Presbikusis strial atau metabolik
Presbikusis strial atau metabolik terjadi akibat adanya penurunan
fungsi metabolik dari organ koklea. Sehingga pada gambaran audiogram
menunjukkan adanya gangguan pada semua frekuensi pendengaran.
Semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi atrofi pada stria vaskularis.
Apabila kehilangan sekitar 30%, maka akan terjadi penurunan ambang
pendengaran. Karena ketika hilangnya jaringan pada stria akan
menyebabkan gangguan transfusi kembali K+, sehingga terjadi penurunan
potensial endolimfatik. Tipe strial atau metabolik menjadi penyebab tersering
dengan kejadian presbikusis. Dengan terjadinya penurunan
potensialendolimfatik memiliki keterkaitan dengan gangguan pendengaran
pada frekuensi tinggi.
4. Presbikusis koklear konduktif
Presbikusis koklear konduktif yang disebut juga presbikusis mekanik,
merupakan proses perubahan degeneratif akibat perubahan pada daerah
basal koklea yang menjadi kaku. Gangguan pada tipe ini berupa, adanya
gangguan pada frekuensi yang rendah dan tidak ada masalah pada
pengenalan suara dan sering dengan bertambahnya usia terjadi proses
degeneratif yang akan menyebabkan hipoperfusi hingga iskemik pada
daerah koklea, sehingga terjadinya gangguan pendengaran. Histologi :
Tidak ada perubahan morpologi pada struktur koklea ini. Perubahan atas
respon fisik khusus dari membran basalis lebih besar di bagian basal karena
lebih tebal dan jauh lebih kurang di apikal, di mana di sini lebih lebar dan
lebih tipis. Kondisi ini disebabkan oleh penebalan dan kekakuan sekunder
membran basilaris koklea. Terjadi perubahan gerakan mekanik dari duktus
koklearis dan atrofi dari ligamentum spiralis. Berhubungan dengan tuli
sensorineural yang berkembang sangat lambat.
E. Manifestasi Klinis
Gangguan pendengaran terkait usia lanjut secara umum terbagi atas 2
yaitu, penurunan sensitivitas ambang pendengaran dan penurunan dalam
mengenali suara. Pada awalnya kehilangan sensitivitas ambang dengar pada
frekuensi tinggi yaitu 8000 Hz, dan perlahan-lahan mengakibatkan frekuensi
frekuensi yang penting dalam memahami bicara yaitu pada frekuensi 1000-3000
Hz. Pada semua kasus presbikusis penderita selalu mengeluhkan bahwa
meraka tidak dapat mendengar atau tidak dapat memahami lawan bicara.
(Nugroho dkk., 2021)
Pada gangguan pendengaran frekuensi tinggi, menyebabkan huruf
konsonan tidak dapat dipahami seperti (t, p, k, f, s, dan ch). Dan pada lansia
juga mengeluh bahwa mereka sering bergumam dalam pembicaraan dan
terkadang tiap kata-katanya tidak jelas dan hilang, sehingga mereka tidak dapat
ikut berpartisipasi dalam pembicaraan. Seiring berjalannya waktu, pendengaran
pada penderita semakin memburuk dan mempengaruhi frekuensi yang lebih
rendah lagi. Sehingga apabila berkomunikasi harus menggunakan volume yang
lebih besar dan kalimat yang perlu pengulangan, untuk dideteksi oleh
pendengaran penderita. Pada saat berbicara terlalu cepat dan aksen yang asing
sulit untuk dipahami. Dan sering kali pada tempat makan yang bising dan ruang
besar yang bergema membuat para penderita mengalami kesulitan dalam
pendengaran, sehingga mencerminkan masalah pada jalur pendengaran pusat
berupa penurunan pendengaran secara progresi (Yudhanto dkk., 2020)
G. Patofisiologi presbiokusis
Penurunan pendengaran pada orang tua bergantung pada banyak faktor
dan karena konvergensi dari banyak faktor resiko itu sendiri. Pada orang tua
dengan presbikusis ditemukan lebih sulit untuk membedakan kata-kata
dibandingkan dengan orang yang lebih muda dengan pengujian rata-rata nada
murni, hal ini menunjukkan terlibatnya kerusakan saraf selain dari end organ
dysfunction (Widuri & Kurniawati, 2011)
Proses patologi sentral yang menyebabkan presbikusis adalah
memanjangnya synaptic time pada auditory pathway, memanjangnya waktu
pemrosesan informasi, dan berkurangnya jumlah sel saraf pada korteks
pendengaran. Penyebab pasti dari presbikusis masih bersifat dugaan karena
sulitnya memisahkan kontribusi bermacam-macam faktor penyebab seperti diet,
nutrisi, metabolisme, arteriosclerosis, pajanan ototoxic, dan trauma yang
disebabkan suara. Penyebab dari penurunan fungsi pendengaran termungkin
adalah pajanan suara sepanjang usia dan penuaan terkait genetik.(Sukaputra &
Japaries, 2020)
Multifaktor
Degenerasi, Lingkungan, Arteriosklerosis
Gangguan persepsi
sensori
Perubahan
Klien menarik diri Kehilangan pendengaran status
kesehatan
Selalu bertanya
Gangguan identitas diri
I. Penatalaksanaan
1. Terapi Medikamentosa
a) Vasodilator: Asam Nikotinat.
b) Vitamin B kompleks, vitamin A. Keduanya diberikan dalam sebulan
(dihentikan bila tidak ada perbaikan).
c) Dipasang alat bantu pendengaran (“Hearing Aid”)
J. Pencegahan
1. Pencegahan Primer
a) Hindari paparan dengan bising yang terlalu sering.
b) Membersihkan telinga secara teratur.
c) Membiasakan olahraga.
d) Makan makanan yang bergizi.
2. Pencegahan Sekunder
a) Gunakan alat bantu pendengaran.
b) Lakukan latihan untuk meningkatkan keterampilan membaca gerak bibir
dan latihan mendengar.
c) Berbicaralah kepada penderita presbiakusis dengan nada rendah dan
jelas
3. Pencegahan Tarsier
a) Lakukan pemekriksaan pendengaran secara rutin
K. Komplikasi
a) Trauma akustik (karena kebisingan)
b) Penyakit Meniere
c) Otosklerosis stadium lanjut
Keterangan : 20 mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
b) Aspek kognitif
MMSE (Mini Mental Status Exam)
No Aspek Kognitif Nilai Nilai Kriteria
MAksimal klien
1. Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :
Tahun, hari, bulan musim, tanggal.
2. Orientasi 5 Dimana sekarang kita berada?
Negara, Provinsi, Wisma, Kota.
3. Registrasi 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,
meja, kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab :
1. 2. 3.
4. Perhatian dan 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100
kalkulasi kemudian dikurangi 7 sampai 5
tingkat jawaban.
5. Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi 3 obyrk
pada poin ke-2 (setiap poin nilai 1)
6. Bahasa 9 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukkan benda tersebut).
- Minta klien untuk mengulangi kata
berikut : “tidak ada, dan, jika, atau
tetapi”
Total nilai 30
Interprestasi Hasil :
20-30 : Tidak ada gangguan kognitif
18-23 : Gangguan kognitif sedang
0-17 : Gangguan kognitif berat
c) Tes keseimbangan
Time Up Teks
No Tanggal pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1.
2.
3.
Rata-rata Waktu TUG
Interprestasi
Interprestasi hasil :
Apabilah hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut :
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirahkan jatuh dalam kurun waktu 6
bulan
>39 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam
mobilisasi dan melakukan ADL
d) Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
No Pertayaan Jawaban
ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan saat ini 0 1
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan 1 0
kesenangan
3. Anda merasa bawah hidup anda hampa/kosong 1 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0
5. Anda memiliki motifasi yang baik sepanjang waktu 0 1
6. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1
8. Anda sering merasa butuh bsntuan 1 0
9. Anda lebih senang tinggal di rumah dari pada keluar 1 0
sesuatu hal
10. Anda meras memiliki banyak masalah dengan ingatan 1 0
anda
11. Anda menumukan bawah hidup ini sangat laur biasa 0 1
12 Anda tidak tertarik dengan hidup anda 1 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik/ bersemangat 0 1
14. Anda meras tidak punya harapan 1 0
15 Anda berfikir bawah orang lain lebih baik dari anda 1 0
Jumlah
Interprestasi :
Jika diperoleh skor 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
e) Status nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia
No Indikator Score Pemeriksa
1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan 2
perubahan jumlah dan jenis makanan yang di komsumsi
2. Makanan kurang dari 2 kali dalam sehari 3
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2
Mempunyai 3 atau lebih kebiasaan minum minuman 2
berokohol setiap harinya
Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga 2
tidak dapat makan makanan keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli 4
makanan/selalu kehabisan jatah makanan.
7. Lebih sering makan sendirian 1
8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 1
kali atau lebih setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 kg dalam enam bulan 2
terakir
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup 2
untuk belanja, memasak/ mengambil makanan atau makan
sendiri
Interprestasi :
0-2 : Good
3-5 : Moderate nutritional riks
6> : High nutritional riks
f) Fungsi sosial lansia
Apgar keluarga dengan lansia
Alat skrining yang dapat di gunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
No Uraian Fungsi Score
1. Saya puas bawah saya dapat kembali ke keluarga Adaption
(teman-teman saya untuk membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) Partnership
saya membicarakan sesuatu dengan saya
mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puans dengan cara keluarga (teman-teman) Growth
saya menerimah dan mendukung keiginan saya
untuk melakukan aktivitas/ arah baru
4. Saya puans dengan cara keluarga (teman-teman) Affection
saya mengekspresikan efek dan berespon
terhadap emosi saya seperti maeah, sedih /
mencintai
5. Saya puang dengan cara teman- teman saya dan Resollve
saya menyediakan waktu bersama - sama
Kategori skor : Total
Pertanyaan- pertayaan yang di jawab :
- Selalu : skor 2
- Kadang-kadang ; 1
- Hampir tidak perna : skor 0
Interprestasi :
<3 = disfungsi berat
4-6 = Disfungsi sedang
>6 = Fung baik
Anggraini, F. A., Putra, K. W. R., Cahyono, B. D., & Sulistyowati, A. (2021). ASUHAN
Ario, M. M., Anggraeni, R., & Aroeman, N. A. (2022). The Characteristics of Patients with
Marlina, S., Suwondo, A., & Jayanti, S. (2016). Analisis Faktor Risiko Gangguan
Nugroho, P. S., Falerina, R., Purnami, N., Perdana, R. F., & Nurfaizi, A. (2021).
Rantung, P. S., Palandeng, O. I., & Mengko, S. K. (2018). Gambaran Audiometri Pada
Lansia Di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Senja Cerah Manado Tahun
Sukaputra, W. A., & Japaries, W. (2020). Telinga berdenging ditinjau dari ilmu medis dan
Widuri, A., & Kurniawati, D. K. (2011). Bising Lingkungan Tempat Tinggal Kota Sebagai
11(1), 62–66.
Yudhanto, D., Kadriyan, H., Wardoyo, E. H. W. H., Cahyawati, T. D., & Affarah, W. S.