Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN PRESBIOKUSIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Ners Departemen

Keperawatan Gerontik

Di susun oleh :

Ferdinandus Milla Ate

210814901347

PROGRAM STUDI FROFESI NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2022
A. Definsi presbiokusis
Presbikusis adalah kurang pendengaran sensorineural pada usia lanjut akibat
proses degenerasi organ pendengaran, terjadi pada kedua teilinga secara
berangsur-angsur dan simetris, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tunggi
serta tidak kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum.
(Anggraini dkk., 2021)

B. Etiologi
Schuknecht menerangkan bawah penyebab kurang pendengan akibat
denerasi ini dimulai terjadinya atrofi dibagian epitel dan saraf pada organ corti,
Lambat laub secara progesif terjadi generasi sel ganglion spiral pada daerabasal
hingga ke daerah apeks yang pada akhirnya terjadi degenerasi sel- sel pada
jaras pusat dengan manifestasi gangguan pemahaman bicara. Kejadian
presbiokusis diduga mempunyai hubungan dengan faktor-faktor
herediter,metabolisme, aterosklerosis, bising, gaya hidup atau bersifat
multifaktor.(Anggraini dkk., 2021)

C. Tanda dan gejalah


Menurut (Yudhanto dkk., 2020) Tanda dan gejalah adalah sebagai berikut :
1. Berkurangnya pendengaran secara perlahan dan progresif perlahan pada
kedua telinga dan tidak disadari oleh penderita
2. Suara-suara terdengar seperti bergumam, sehingga mereka sulit untuk
mengerti pembicaraan
3. Sulit mendengar pembicaraan di sekitarnya, terutama jika berada di tempat
dengan latar belakang suara yang ramai
4. Suara berfrekuensi rendah, seperti suara laki-laki, lebih mudah didengar
daripada suara berfrekuensi tinggi
5. Bila intensitas suara ditingikan akan timbul rasa nyeri di telinga

D. Klasifikasi Presbikusis
Menurut (Rantung dkk., 2018) etiologinya presbikusis dibagi menjadi empat
bagian, yaitu :
1. Presbikusis sensorik
Tejadi dikarenakan adanya degenerasi dari organ corti yang
menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran pada frekuensi tinggi.
Pada presbikusis tipe sensorik ini didapatkan kerusakan permanen berupa
hilangnya sel-sel rambut yang melekat pada membran basilar di koklea,
diakibatkan karena sering terpapar akan kebisingan, karena sel rambut
bersifat tidak dapat regenerasi. Apabila sel rambut mengalami kerusakan,
maka hal tersebut menjadi kerusakan permanen. Dan gangguan
pendengaran tipe ini sering terjadi pada populasi usai menengah. Menurut
kalsifikasi Schuknecht, tipe presbikusis sensorik terjadi sekitar 5 % dari
kejadian presbikusis. Secara histologi, atrofi dapat terbatas hanya beberapa
millimeter awal dari basal koklea dan proses berjalan dengan lambat.
Beberapa teori mengatakan perubahan ini terjadi akibat akumulasi dari
granul pigmen lipofusin. Ciri khas dari tipe sensory presbyacusis ini adalah
terjadi penurunan pendengaran secara tiba-tiba pada frekuensi tinggi
(slooping).
2. Presbikusis Neural
Prebikusis neural terjadi karena adanya degenerasi atau penurunan
fungsi saraf pendengaran, berdasarkan histologinya sekitar 50% atau
35.500 neuron yang hilang pada koklea, dan sekitar 2.100 sel neuron akan
hilang setiap 10 tahunnya. Apabila sudah ada tanda terjadinya penurunan
diskriminasi bicara, disebabkan sel neuron yang hilang sekitar 50% dan
apabila hilangnya sudah mencapai 90%, maka akan terjadi perubahan pada
ambang pendengaran dan kemungkinan sebagian besar disebabkan
hubungan genetik. Keparahan tipe ini menyebabkan penurunan diskriminasi
kata-kata yang secara klinik berhubungan dengan presbikusis neural dan
dapat dijumpai sebelum terjadinya gangguan pendengaran. Efeknya tidak
disadari sampai seseorang berumur lanjut sebab gejala tidak akan timbul
sampai 90% neuron akhirnya hilang.
3. Presbikusis strial atau metabolik
Presbikusis strial atau metabolik terjadi akibat adanya penurunan
fungsi metabolik dari organ koklea. Sehingga pada gambaran audiogram
menunjukkan adanya gangguan pada semua frekuensi pendengaran.
Semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi atrofi pada stria vaskularis.
Apabila kehilangan sekitar 30%, maka akan terjadi penurunan ambang
pendengaran. Karena ketika hilangnya jaringan pada stria akan
menyebabkan gangguan transfusi kembali K+, sehingga terjadi penurunan
potensial endolimfatik. Tipe strial atau metabolik menjadi penyebab tersering
dengan kejadian presbikusis. Dengan terjadinya penurunan
potensialendolimfatik memiliki keterkaitan dengan gangguan pendengaran
pada frekuensi tinggi.
4. Presbikusis koklear konduktif
Presbikusis koklear konduktif yang disebut juga presbikusis mekanik,
merupakan proses perubahan degeneratif akibat perubahan pada daerah
basal koklea yang menjadi kaku. Gangguan pada tipe ini berupa, adanya
gangguan pada frekuensi yang rendah dan tidak ada masalah pada
pengenalan suara dan sering dengan bertambahnya usia terjadi proses
degeneratif yang akan menyebabkan hipoperfusi hingga iskemik pada
daerah koklea, sehingga terjadinya gangguan pendengaran. Histologi :
Tidak ada perubahan morpologi pada struktur koklea ini. Perubahan atas
respon fisik khusus dari membran basalis lebih besar di bagian basal karena
lebih tebal dan jauh lebih kurang di apikal, di mana di sini lebih lebar dan
lebih tipis. Kondisi ini disebabkan oleh penebalan dan kekakuan sekunder
membran basilaris koklea. Terjadi perubahan gerakan mekanik dari duktus
koklearis dan atrofi dari ligamentum spiralis. Berhubungan dengan tuli
sensorineural yang berkembang sangat lambat.

E. Manifestasi Klinis
Gangguan pendengaran terkait usia lanjut secara umum terbagi atas 2
yaitu, penurunan sensitivitas ambang pendengaran dan penurunan dalam
mengenali suara. Pada awalnya kehilangan sensitivitas ambang dengar pada
frekuensi tinggi yaitu 8000 Hz, dan perlahan-lahan mengakibatkan frekuensi
frekuensi yang penting dalam memahami bicara yaitu pada frekuensi 1000-3000
Hz. Pada semua kasus presbikusis penderita selalu mengeluhkan bahwa
meraka tidak dapat mendengar atau tidak dapat memahami lawan bicara.
(Nugroho dkk., 2021)
Pada gangguan pendengaran frekuensi tinggi, menyebabkan huruf
konsonan tidak dapat dipahami seperti (t, p, k, f, s, dan ch). Dan pada lansia
juga mengeluh bahwa mereka sering bergumam dalam pembicaraan dan
terkadang tiap kata-katanya tidak jelas dan hilang, sehingga mereka tidak dapat
ikut berpartisipasi dalam pembicaraan. Seiring berjalannya waktu, pendengaran
pada penderita semakin memburuk dan mempengaruhi frekuensi yang lebih
rendah lagi. Sehingga apabila berkomunikasi harus menggunakan volume yang
lebih besar dan kalimat yang perlu pengulangan, untuk dideteksi oleh
pendengaran penderita. Pada saat berbicara terlalu cepat dan aksen yang asing
sulit untuk dipahami. Dan sering kali pada tempat makan yang bising dan ruang
besar yang bergema membuat para penderita mengalami kesulitan dalam
pendengaran, sehingga mencerminkan masalah pada jalur pendengaran pusat
berupa penurunan pendengaran secara progresi (Yudhanto dkk., 2020)

F. Faktor Risiko Presbikusis


Menurut (Marlina Dkk., 2016) faktor- faktor resiko adalah
1. Genetik
Riwayat dalam keluarga sangat berperan dengan terjadinya presbikusis.
Dampak keadaan genetik lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan
dengan laki laki, dan yang sering terjadi ialah presbikusis strial atau
metabolik, Sekitar 55% kasus presbikusis didapatkan banyak terjadi karena
faktor genetik.
2. Faktor Lingkungan
Memiliki peranan besar sebagai penyebab keparahan pada gangguan
pendengaran. Terutama karena paparan-paparan luar berupa kebisingan
yang berlebihan, obat obat yang bersifat ototoksik terutama antibiotik
golongan aminoglikosid dan obat anti-kanker dan pelarut industri. Faktor
lingkungan yang seperti ini sangat menyebabkan trauma oksidatif dan
memperparah gangguan pendengaran seiring bertambahnya usia.
3. Perbedaan jenis kelamin dan faktor hormonal
Gangguan pendengaran yang terkait dengan gender atau jenis kelamin lebih
awal terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Pada koklea memiliki
reseptor hormon steroid. Oleh karena itu, seiring dengan bertambahnya usia
dengan adanya perbedaan hormon antara laki-laki dan perempuan. Pada
perempuan diamati saat siklus menstruasi dan saat terapi esterogen pasca
menopause terjadi perlambatan untuk kejadian presbikusis.
4. Gaya Hidup
Gaya hidup atau kebiasaan yang dapat memperburuk kesehatan seperti
berhubungan dengan olahraga, merokok dan juga makanan dianggap
sebagai faktor risiko yang juga dapa memperparah gangguan pendengaran.
Karena dari kebiasaan tersebut akan mempengaruhi beberapa fungsi organ
salah satunya fungsi kardiovaskular
5. Psikologi
Stigma atau pandangan dimasyarakat bahwa orang yang tua atau lansia pasti
mengalami penurunan fungsi pada semua organ. Pandangan masyarakat
tersebut menjadikan faktor risiko yang independen terhadap hilangnya atau
berkurangnya fungsi pendengaran seiring bertambahnya usia, hal tersebut
memiliki dampak yang lebih kuat dari pada faktor jenis kelamin maupun ras.

G. Patofisiologi presbiokusis
Penurunan pendengaran pada orang tua bergantung pada banyak faktor
dan karena konvergensi dari banyak faktor resiko itu sendiri. Pada orang tua
dengan presbikusis ditemukan lebih sulit untuk membedakan kata-kata
dibandingkan dengan orang yang lebih muda dengan pengujian rata-rata nada
murni, hal ini menunjukkan terlibatnya kerusakan saraf selain dari end organ
dysfunction (Widuri & Kurniawati, 2011)
Proses patologi sentral yang menyebabkan presbikusis adalah
memanjangnya synaptic time pada auditory pathway, memanjangnya waktu
pemrosesan informasi, dan berkurangnya jumlah sel saraf pada korteks
pendengaran. Penyebab pasti dari presbikusis masih bersifat dugaan karena
sulitnya memisahkan kontribusi bermacam-macam faktor penyebab seperti diet,
nutrisi, metabolisme, arteriosclerosis, pajanan ototoxic, dan trauma yang
disebabkan suara. Penyebab dari penurunan fungsi pendengaran termungkin
adalah pajanan suara sepanjang usia dan penuaan terkait genetik.(Sukaputra &
Japaries, 2020)

H. Pathway gangguan persepsi sensori pada presbikusis

Multifaktor
Degenerasi, Lingkungan, Arteriosklerosis

proses degenerastif (presbikusis)

Penurunan fungsi jaringan

Fungsi nervus koklearis menurun

Fungsi nervus koklearis menurun

Gangguan persepsi
sensori
Perubahan
Klien menarik diri Kehilangan pendengaran status
kesehatan

Malu sesama teman Gangguan komunikasi Tampak gelisah


sejawat verbal

Selalu bertanya
Gangguan identitas diri

Gambar 2.1 pathway gangguan sensori pada presbikusi


Sumber : Dewi, Sofia Rosma.2012

I. Penatalaksanaan
1. Terapi Medikamentosa
a) Vasodilator: Asam Nikotinat.
b) Vitamin B kompleks, vitamin A. Keduanya diberikan dalam sebulan
(dihentikan bila tidak ada perbaikan).
c) Dipasang alat bantu pendengaran (“Hearing Aid”)

J. Pencegahan
1. Pencegahan Primer
a) Hindari paparan dengan bising yang terlalu sering.
b) Membersihkan telinga secara teratur.
c) Membiasakan olahraga.
d) Makan makanan yang bergizi.
2. Pencegahan Sekunder
a) Gunakan alat bantu pendengaran.
b) Lakukan latihan untuk meningkatkan keterampilan membaca gerak bibir
dan latihan mendengar.
c) Berbicaralah kepada penderita presbiakusis dengan nada rendah dan
jelas
3. Pencegahan Tarsier
a) Lakukan pemekriksaan pendengaran secara rutin

K. Komplikasi
a) Trauma akustik (karena kebisingan)
b) Penyakit Meniere
c) Otosklerosis stadium lanjut

L. Gangguan Pendengaran pada Lanjut Usia (Presbikusis)


Presbiskusis merupakan gangguan pendengaran yang diakibatkan oleh
proses degenerasi, diduga menurunnya fungsi pendengaran secara berangsur
merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktor herediter, metabolisme,
arteriosklerosis, infeksi, bising, atau bersifat multifaktor (Suwento, 2012).
Presbiskusis umumnya terjadi pada frekuensi tinggi dengan pemeriksaan
audiometri nada murni terlihat penurunan pendengaran tipe sensorineural
bilateral yang simetris. Proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur dari
koklea dan N.VIII. Adanya atrofi dan degenerasi dari sel-sel rambut penunjang
pada organ corti merupakan perubahan yang terjadi pada koklea. Stria
vaskularis juga mengalami atrofi disertai dengan perubahan vaskular. Selain itu
sel ganglion, sel saraf, dan myelin akson saraf mengalami penurunan jumlah
dan ukuran dari sel –selnya. (Anggraini dkk., 2021)
Keluhan utama dari presbiskusis adalah penurunan pendengaran secara
perlahan, progresif dan simetris pada kedua telinga. Selain itu, terdapat telinga
berdenging nada tinggi, mendengar suatu percakapan namun sulit untuk
memahaminya, terutama bila diucapkan dengan cepat disertai tempat dengan
latar belakang suara yang bising. Usia lanjut dengan keluhan presbiskusis akan
mengalami berbagai permasalahan seperti penurunan interaksi dengan
masyarakat, perasaan terisolasi, depresi, menarik diri, dan membatasi
kemampuan dalam mengerjakan aktivitas sehari-hari akibat terganggunya
proses komunikasi.(Ario dkk., 2022)

Konsep Asuhan Keperawatan Carol A Miler


A. Pengkajian
1. Identitas Klien.
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa,alamat, tanggal masuk, nomor register, dan sudah berapa lama
tinggal di Panti.
2. Data Keluarga.
Meliputi identitas keluarga yang tinggal bersama klien, hubungan,
pekerjaan, serta alamat keluarga.
3. Status Kesehatan.
Perlu dikaji terkait penyakit yang pernah diderita untuk memprediksi apakah
lansia tersebut dapat terserang penyakit yang sama lagi dikemudian hari
atau justru menderita komplikasi akibat penyakit primernya terdahulu. Hal
tersebut berkaitan dengan pembiayaan yang mungkin akan dibebankan
pada lansia apalagi jika lansia tersebut tidak memiliki keanggotaan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN).
4. Age Related Changes (Perubahan Terkait Proses Menua)
Keadaan yang pasti terjadi, maju, perubahan yang tidak dapat diubah, yang
terjadi selama masa dewasa atau dalam kondisi patologis. Dalam kondisi
psikologis, perubahan ini biasanya bersifat kemunduran.
Fungsi Fisiologis.
a) Kondisi Umum.
Kondisi umum klien apakah mengalami kelelahan, perubahan berat
badan, perubahan pola makan, masalah pola tidur, dan kemampuan
ADL.
b) Integumen.
Apakah klien mengalami lesi, perubahan pigmen, memar, dan
bagaimana terkait pola penyembuhan lesi.
c) Hematopoetic.
Apakah terdapat perdarahan abnormal, pembengkakan kelenjar limfe,
dan anemia.
d) Kepala.
Mengkaji apakah klien mengalami pusing, atau gatal pada kulit kepala.
e) Mata.
Mengkaji terkait kesehatan mata klien, baik dari segi penglihatan,
adanya kekeringan pada mata, atau riwayat infeksi.
f) Telinga.
Apakah klien mengalami penurunan pendengaran, tinitus, dll.
g) Hidung.
h) Mulut, tenggorokan.
Apakah klien mengalami kesulitan menelan, nyeri telan atau
permasalahan lainnya.
i) Leher.
Apakah klien mengalami nyeri tekan atau kekakuan pada leher.
j) Pernafasan.
Mengkaji terkait pola, frekuensi, dan irama nafas klien.
k) Kardiovaskuler.
Mengkaji apakah ada kelainan pada jantung.
l) Gatrointestinal.
Apakah terdapat masalah pencernaan pada klien dan mengkaji
terkait pola BAB nya.
m) Perkemihan.
Mengkaji frekuensi berkemih, adanya kesulitan atau nyeri saat
berkemih.
n) Reproduksi.
Mengkaji terkait fungsi reproduksi klien.
o) Muskuloskletal.
Apakah klien mengalami nyeri sendi, kaku sendi, kelemahan otot, dll.
p) Persyarafan.
Mengkaji terkait memori klien.
5. Potensi pertumbuhan psikososial dan spiritual.
a) Psikososial klien biasanya mengalami cemas, depresi, ketakutan, dan
ketidakefektifan mekanisme koping.
b) Spiritual, mengkaji terkait aktivitas ibadah dan hambatan saat
beribadah.
c) Lingkungan, mengkaji terkait kebersihan lingkungan tempat tinggal
klien.
6. Negative functional consequences
a) Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No Fungsi Skor Keterangan Nilai
skor
1. Mengendalikan 0 Tak terkendali teratur (perlu pencahar)
rangsang 1 Kadang-kadang tak terkendali (1x
pembuangan tinja 2 seminggu)
Terkendalih teratur
2. Mengendalikan 0 Tak terkendali atau pakai kateter
rangsang berkemih 1 Kadang-kadang tak terkendali (1x /24 jam)
2 Mandiri

3. Membersihkan diri 0 Buntu pertolongan orang lain


(seka,muka,sisir 1 Mandiri
rambut,sikat gigi)
4. Pengunaan jamban, 0 Tergantung pertolangan orang lain
masuk dan kelua 1 Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan
(melepaskan, tetapi dapat mengerjakan senderi beberapa
memakai, kegiatan yang lain.
celana,membersihkan, 2 Mandiri
menyiram)
5. Makan 0 Tidak mampu
1 Perluh di tolong memotong makanan
6. Berubah sikap dan 0 Tidak mampu
berbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 Bantuan minimal 1 orang
3 Mandiri
7. Berpindah atau 0 Tidak mampu
berjalan 1 Bisa (pindah) dengan kursih roda
2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 Mandiri
8. Memakai baju 0 Tergantung orang lain
1 Sebagai di bantu (misalnya mengancing
baju)
2 Mandiri
9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolangan
2 Mandiri

10. Mandi 0 Tergantung orang lain


1 Mandiri
Total skor

Keterangan : 20 mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
b) Aspek kognitif
MMSE (Mini Mental Status Exam)
No Aspek Kognitif Nilai Nilai Kriteria
MAksimal klien
1. Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :
Tahun, hari, bulan musim, tanggal.
2. Orientasi 5 Dimana sekarang kita berada?
Negara, Provinsi, Wisma, Kota.
3. Registrasi 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,
meja, kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab :
1. 2. 3.
4. Perhatian dan 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100
kalkulasi kemudian dikurangi 7 sampai 5
tingkat jawaban.
5. Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi 3 obyrk
pada poin ke-2 (setiap poin nilai 1)
6. Bahasa 9 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukkan benda tersebut).
- Minta klien untuk mengulangi kata
berikut : “tidak ada, dan, jika, atau
tetapi”

Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri dari 3 langkah
- Ambil kertas ditangan anda
- Lipat dua
- Taruh dilantai
Perintahkan klien untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah nilai 1 poin)
“Tutup mata anda”
- Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat
Menyalin gambar 2 segi lima yang saling
bertumpuk

Total nilai 30

Interprestasi Hasil :
20-30 : Tidak ada gangguan kognitif
18-23 : Gangguan kognitif sedang
0-17 : Gangguan kognitif berat
c) Tes keseimbangan
Time Up Teks
No Tanggal pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1.
2.
3.
Rata-rata Waktu TUG
Interprestasi

Interprestasi hasil :
Apabilah hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut :
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirahkan jatuh dalam kurun waktu 6
bulan
>39 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam
mobilisasi dan melakukan ADL

d) Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
No Pertayaan Jawaban
ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan saat ini 0 1
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan 1 0
kesenangan
3. Anda merasa bawah hidup anda hampa/kosong 1 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0
5. Anda memiliki motifasi yang baik sepanjang waktu 0 1
6. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1
8. Anda sering merasa butuh bsntuan 1 0
9. Anda lebih senang tinggal di rumah dari pada keluar 1 0
sesuatu hal
10. Anda meras memiliki banyak masalah dengan ingatan 1 0
anda
11. Anda menumukan bawah hidup ini sangat laur biasa 0 1
12 Anda tidak tertarik dengan hidup anda 1 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik/ bersemangat 0 1
14. Anda meras tidak punya harapan 1 0
15 Anda berfikir bawah orang lain lebih baik dari anda 1 0
Jumlah
Interprestasi :
Jika diperoleh skor 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
e) Status nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia
No Indikator Score Pemeriksa
1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan 2
perubahan jumlah dan jenis makanan yang di komsumsi
2. Makanan kurang dari 2 kali dalam sehari 3
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2
Mempunyai 3 atau lebih kebiasaan minum minuman 2
berokohol setiap harinya
Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga 2
tidak dapat makan makanan keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli 4
makanan/selalu kehabisan jatah makanan.
7. Lebih sering makan sendirian 1
8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 1
kali atau lebih setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 kg dalam enam bulan 2
terakir
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup 2
untuk belanja, memasak/ mengambil makanan atau makan
sendiri

Interprestasi :
0-2 : Good
3-5 : Moderate nutritional riks
6> : High nutritional riks
f) Fungsi sosial lansia
Apgar keluarga dengan lansia
Alat skrining yang dapat di gunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
No Uraian Fungsi Score
1. Saya puas bawah saya dapat kembali ke keluarga Adaption
(teman-teman saya untuk membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) Partnership
saya membicarakan sesuatu dengan saya
mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puans dengan cara keluarga (teman-teman) Growth
saya menerimah dan mendukung keiginan saya
untuk melakukan aktivitas/ arah baru
4. Saya puans dengan cara keluarga (teman-teman) Affection
saya mengekspresikan efek dan berespon
terhadap emosi saya seperti maeah, sedih /
mencintai
5. Saya puang dengan cara teman- teman saya dan Resollve
saya menyediakan waktu bersama - sama
Kategori skor : Total
Pertanyaan- pertayaan yang di jawab :
- Selalu : skor 2
- Kadang-kadang ; 1
- Hampir tidak perna : skor 0
Interprestasi :
<3 = disfungsi berat
4-6 = Disfungsi sedang
>6 = Fung baik

B. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul.


Gangguan Komunikasi verbal berhubungan dengan ganguan
pendengararan.SDKI,(0018)
C. Intervensi
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan komunikasi verval SLKI : Komunikasi verbal, SIKI : Promosi kesahatan :
berhubungan dengan gangguan (L.13117) Defisit pendengaran, (1.13493)
pendengaran Setelah di lakukan tindakan Observasi :
SDKI, (0118) keperawatan selama 1x24 jam di
1. Periksaa kemampuan
harapkan komunikasi verbal pendengaran
meningkat dengan kriteria hasil : 2. Monitor serumen berlebihan
1. Kemampuan berbicara 3. Identifikasi metode komunkasi
(meningkat) yang disukai pasien( mis.tulisan
gerakan bibir,bahasa syarat
2. Kemampuan mendengar
Terapeutik :
(meningkat)
1. Gunakan bahasa sederhana
3. Pemahaman komunikasi
2. Fasilitasi pengunaan alat bantu
(membaik) dengar
3. Pertahankan kontak mata
selama berkomunikasi
4. Berhadapan dengan pasien
secara lansung selama
berkomunikasi
Edukasi:
1. Anjurkan menyampaikan pesan
dengan isyarat
2. Ajarkan cara membersikan
serumen dengan tepat
Kolaborasi :
1. Rujuk pasien ke terapi
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, F. A., Putra, K. W. R., Cahyono, B. D., & Sulistyowati, A. (2021). ASUHAN

Keperawatan Pada Tn. S Dengan Gangguan Persepsi Sensori Pada Diagnosa

Medis Presbikusis Di Desa Muneng Kabupaten PROBOLINGGO [PhD Thesis].

Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia.

Ario, M. M., Anggraeni, R., & Aroeman, N. A. (2022). The Characteristics of Patients with

Presbycusis in Bandung in 2019. Journal of Medicine and Health, 4(1), 7–7.

Marlina, S., Suwondo, A., & Jayanti, S. (2016). Analisis Faktor Risiko Gangguan

Pendengaran Sensorineural pada Pekerja PT. X Semarang. Jurnal Kesehatan

Masyarakat (Undip), 4(1), 359–366.

Nugroho, P. S., Falerina, R., Purnami, N., Perdana, R. F., & Nurfaizi, A. (2021).

Meningkatkan Kemampuan Deteksi Dini Dan Penatalaksanaan Gangguan

Pendengaran Di Kalibaru Kulon Banyuwangi. Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of

Public Services), 5(1), 95–102.

Rantung, P. S., Palandeng, O. I., & Mengko, S. K. (2018). Gambaran Audiometri Pada

Lansia Di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Senja Cerah Manado Tahun

2018. Jurnal Medik Dan Rehabilitasi, 1(2).

Sukaputra, W. A., & Japaries, W. (2020). Telinga berdenging ditinjau dari ilmu medis dan

traditional chinese medicine. Jurnal Usada Nusantara, 1(1), 17–20.

Widuri, A., & Kurniawati, D. K. (2011). Bising Lingkungan Tempat Tinggal Kota Sebagai

Faktor Risiko Presbiakusis. Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan,

11(1), 62–66.
Yudhanto, D., Kadriyan, H., Wardoyo, E. H. W. H., Cahyawati, T. D., & Affarah, W. S.

(2020). Skrining Pendengaran Bagi Peserta Program Pengelolaan Penyakit Kronis

(Prolanis) Di Rs Universitas Mataram. Prosiding Pepadu, 2, 124–128.

Anda mungkin juga menyukai