DISUSUN OLEH :
20216110
MALANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A.Pengertian
Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan
pada pencernaan dan gangguan keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi
salmonella typhi. (Lestari Titik, 2016).
Thypoid fever atau demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus
dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan
dan dengan gangguan kesadaran. (Wijayaningsih kartika sari, 2013).
B. Etiologi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella typhi. Bakteri
salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar,
tidakberspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri
atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI. Dalam serum
penderita, terdapatzat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh
pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41 derajat celsius (optimum 37
derajat 7 celsius) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan,
sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang terkontaminasi, formalitas
dan lain sebagainya. (Lestari Titik, 2016).
C. Manifestasi klinis
Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas
10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika
melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala
prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya di temukan, yaitu: (Lestari
Titik, 2016)
1) Demam Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat
febris remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat
lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur
turun dan normal kembali.
2) Gangguan pada saluran pencernaan Pada mulut terdapat nafas berbau
tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup
selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat di
temukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri
dan peradangan.
3) Gangguan kesadaran Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis
sampai samnolen. Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali
penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Gejala yang juga
dapat ditemukan pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan
reseol, yaitu bintikbintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler
kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang
ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.
4) Relaps Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam
thypoid, akan tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadinya pada
minggu kedua setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar
diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam
organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh
zat anti.
D.Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan dan
minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya ˃10.000 basil kuman). Sebagian
kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil
salmonella akan menembus selsel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia
dan berkembang 9 biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelenjar getah
bening mesenterika. (Lestari Titik, 2016).
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami
hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui duktus thoracicus
dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang,
dan limfa melalui sirkulasi portal dari usus. (Lestari Titik, 2016).
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat plasma, dan sel
mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di
organ ini, kuman salmonella thhypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi,
sehingga mengakibatkan bakterimia ke dua yang disertai tanda dan gejala infeksi
sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler dan
gangguan mental koagulasi). (Lestari Titik, 2016).
Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak
peyeriyang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat
berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi.
Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan
komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernafasan, dan gangguan
organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi hiperplasia plak peyeri,
di susul kembali, terjadi nekrosis pada minggu ke dua dan ulserasi plak peyeri 10 pada
mingu ke tiga. selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan
ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut). Sedangkan penularan salmonella
thypi dapat di tularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food
(makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan melalui Feses.
(Lestari Titik, 2016)
Pathway
E. Komplkasi
1. Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perporasi usus dan ilius paralitik.
Komplikasi extra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi
(renjatan sepsis), miokarditis, trombosis,
tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia
dan syndroma uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu :
hepatitis,
dan kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis
dan perinepritis.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis,
osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meninggiusmus,
meningitis, polineuritis perifer, sindroma guillain bare
dan sindroma katatonia. (Lestari Titik, 2016).
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam
typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi
kenyataannya 13 leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan
darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang
terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi
sekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit tidak
berguna untuk diagnosa demam typhoid.
Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid,
tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan
terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan
darahtergantung dai beberapa faktor :
1) Tehnik pemeriksaan laboratorium Hasil pemeriksaan
satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang
lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan tehnik dan
media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan
darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu
pada saat bakteremia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit Biakan
darah terhadap salmonella typhi terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu
berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat
positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau Vaksinasi terhadap demam
typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi
dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan
bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba Bila klien
sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan
terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
5) Uji widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara
antigen dan antibodi. Aglutinin yang spesifik terhadap
salmonella typhi terdapat dalam serum klien dengan
demam typhoid juga terdapat pada orang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan
diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah
untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien
yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh
salmonella typhi, klien membuat antibodi atau aglutinin
yaitu:
Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan anti-
gen O (berasal dari tubuh kuman).
Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan
anti-gen H (berasal dari flagel kuman).
Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan
anti-gen VI (berasal dari simpai kuman). Dari
ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin 15 O
dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa,
makin tinggi titernya makin besar klien
menderita typhoid.
Kultur
Kultur urin bisa positif pada minggu pertama, kultur urin bisa
positif pada akhir minggu kedua, dan kultur feses bisa positif pada
minggu kedua hingga minggu ketiga.
1. Perawatan
2. Diet
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim. 16
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari.
3. Obat-obatan
1. Pengkajian
Menurut sodikin 2012 pengkajian pada anak demam typhoid antara lain:
2.Pemeriksaan laboratorium
3.Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan
objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosa
keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang
data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medis, dan pemberi pelayanan
kesehatan yang lain. (Hutahaean Serri, 2010) Berdasarkan Nanda NIC NOC 2016
diagnosa keperawatan yang muncul yaitu :
4.Intervensi
IMPLEMENTASI
No Diagnosa Implementasi
1 Hipertermia Memonitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam.
Memonitor TD, N dan RR.
Mengidentifikasi adanya penurunan tingkat kesadaran.
Meningkatkan intake cairan dan nutrisi.
Memberi kompres hangat pada sekitar axilla dan
lipatan paha.
Memberi pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
Media.
Salemba Medika.
Volume 3. Nomor 2.