2. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
a. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone
dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone
turun.
b. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
2
5. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi
pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu menyusui
mentruasinya terlambat karena pengaruh hormon prolaktin.
6. Lochia
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas,
sifat lochia alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak. Jumlah
lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi, berbau anyir, tetapi
tidak busuk.
Lochia dibagi dalam beberapa jenis :
a. Lochia rubra
Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa chorion, liguor amni,
rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
b. Lochia sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3 – 7 warna merah kecoklatan bercampur lendir, banyak serum
selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati.
c. Lochia serosa
Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna agak kuning cair dan tidak
berdarah lagi.
d. Lochia alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir, mengandung leukosit,
sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit yang telah mati.
7. Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari
dan pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya dapat
dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang lambat laun mencapai
ukuran normal dan tonus otot kembali seperti biasa, pada minggu ke-3 post partum,
rugae mulai nampak kembali.
8. Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena diregang
begitu lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut akan kembali kuat, terdapat striae
melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot rectus/perut) akibat janin yang
terlalu besar atau bayi kembar.
9. Perubahan Sistem kardiovaskuler
Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus dan
eksresi cairan extra vasculer.
Curah jantung/cardiac output kembali normal setelah partus
10. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan
hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang oedema
4
trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urin. Pengaruh
laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi menurun.
11. Perubahan sistem Gastro Intestina;
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3 hari post
partum. Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan
perineum karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut jahitan lepas
12. Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari
ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang,
membengkak, lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler)
13. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum yang dapat
dikeluarkan dengan memijat areola mammae.
Colustrum yaitu cairan kuning dengan berat jenis 1.030 – 1,035 reaksi alkalis dan
mengandung protein dan garam, juga euglobin yang mengandung antibodi.
bayi yang terbaik dan harus dianjurkan kalau tidak ada kontra indikasi
14. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal kembali
dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui vagina
ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina.
15. Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal. Penurunan
ini akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada sirkulasi seiring lepasnya
placenta. Bertambahnya volume darah menaikkan tekanan darah sebagai mekanisme
kompensasi dari jantung dan akan normal pada akhir minggu pertama.
16.Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat kehamilan
ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan yang harus diperhatikan
secara serius.
17. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam 24
hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan prolaktin
meningkat untuk proses laktasi
4. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi
5
dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogen dari
kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah
yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks
ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang
terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis
ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-
5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai
waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan perut setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala.
5. Pathway
6
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah Lengkap (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit)
b. Urine Lengkap
7. Penatalaksanaan
a. Memberikan vitamin dan tablet zat besi untuk mengatasi anemia
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi
c. Oksitosin sesuai indikasi
d. Cairan IV (bila Diperlukan)
e. Obat nyeri, pelunak feses sesuai indikasi
e) Tanda-tanda edema/tromboflebitis.
f) Refleks.
g) Varises.
h) CVAT (Contical Vertebral Area Tenderness).
2) Pemeriksaan payudara
a) Putting susu : pecah, pendek, rata.
b) Nyeri tekan.
c) Abses.
d) Pembengkakan/ASI terhenti.
e) Pengeluaran ASI.
3) Pemeriksaan perut / uterus
a) Posisi uterus/tinggi fundus uteri.
b) Kontraksi uterus.
c) Ukuran kandung kemih.
4) Pemeriksaan vulva/perineum
a) Pengeluaran lokhia.
b) Penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
c) Pembengkakan.
d) Luka.
e) Hemoroid.
5) Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
6) Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
7) Integritas ego
Peka rangsang, takut / menangis (“post partum blues” sering terlihat kira-kira 3
hari setelah melahirkan).
8) Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima.
9) Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
10) Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ketiga sampai
kelima pasca partum.
11) Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira 1
lebar jari setiap harinya.
8
Lokhia rubra berlanjut sampai hari kedua sampai ketiga, berlanjut menjadi
lokhia serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal : rekumben versus
ambulasi berdiri) dan aktivitas (misal : menyusui).
Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada suhu matur,
biasanya pada hari ketiga; mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui
dimulai.
2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan perineum; luka
episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara
b. Resiko defisit volume cairan berubungan dengan pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
c. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) berhubungan dengan trauma perineum
dan saluran kemih
d. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya
mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
e. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan immobilisasi; kelemahan.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir.
g. Resiko gangguan proses parenting berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang cara merawat bayi.
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional
No
Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1. Gangguan rasa Pasien Kaji tingkat Menentukan
nyaman (nyeri) mendemonstrasi nyeri pasien. intervensi
b/d peregangan kan tidak adanya keperawatan
perineum; luka nyeri. sesuai skala
episiotomi; Kriteria hasil: nyeri.
involusi uteri; vital sign dalam Kaji kontraksi Mengidentifikasi
hemoroid; batas normal, uterus, proses penyimpangan
pembengkakan pasien involusi uteri. dan kemajuan
payudara. menunjukkan 3. berdasarkan
peningkatan involusi uteri.
aktifitas, Anjurkan Mengurangi
keluhan nyeri pasien untuk ketegangan pada
terkontrol, membasahi luka perineum.
payudara perineum
lembek, tidak dengan air
ada bendungan hangat
9
ASI. sebelum 4.
berkemih.
Anjurkan dan Melatih ibu
latih pasien mengurangi
cara merawat bendungan ASI
payudara dan
secara teratur. memperlancar
pengeluaran ASI.
Jelaskan pada Mencegah
ibu tetang infeksi dan
teknik kontrol nyeri
merawat luka pada luka
perineum dan perineum.
mengganti
PAD secara
teratur setiap 3
kali sehari
atau setiap kali
6.
lochea keluar
banyak.
Kolaborasi Mengurangi
dokter tentang intensitas nyeri
pemberian denagn menekan
analgesik bial rangsnag nyeri
nyeri skala 7 pada nosiseptor.
ke atas.
2. Resiko defisit Pasien dapat
1. Pantau: Mengidentifikas
volume cairan mendemostrasik Tanda- i penyimpangan
b/d an status cairan tanda vital setiap indikasi
pengeluaran membaik. 4 jam. kemajuan atau
yang Kriteria Warna penyimpangan
berlebihan; evaluasi: tak ada urine. dari hasil yang
perdarahan; manifestasi diharapkan.
Berat
diuresis; dehidrasi, Mengidentifikasi
badan setiap hari.
keringat resolusi oedema, keseimbangan
Status
berlebihan. haluaran urine di cairan pasien
umum setiap 8
atas 30 ml/jam, secara adekuat
jam.
kulit dan teratur.
Pantau: cairan
kenyal/turgor
masuk dan cairan
kulit baik.
10
keluar setiap 8
jam.
3.
Beritahu Temuan-temuan
dokter bila: ini menandakan
haluaran urine hipovolemia dan
< 30 ml/jam, perlunya
haus, peningkatan
takikardia, cairan.
gelisah, TD di
bawah rentang
normal, urine
gelap atau
encer gelap.
Konsultasi Mencegah
dokter bila pasien jatuh ke
manifestasi dalam kondisi
kelebihan kelebihan
cairan terjadi. cairan yang
beresiko
terjadinya
oedem paru.
3. Perubahan Pola eleminasi Kaji haluaran Mengidentifikas
pola eleminasi (BAK) pasien urine, keluhan i penyimpangan
BAK (disuria) teratur. serta dalam pola
b/d trauma Kriteria hasil: keteraturan berkemih
perineum dan eleminasi BAK pola pasien.
saluran kemih. lancar, disuria berkemih.
tidak ada, Anjurkan Ambulasi dini
bladder kosong, pasien memberikan
keluhan kencing melakukan rangsangan
tidak ada. ambulasi dini. untuk
pengeluaran
urine dan
pengosongan
bladder.
Anjurkan Membasahi
pasien untuk bladder dengan
11
hari. penurunan BB
secara dini.
Anjurkan
Meningkatkan
pasien makan
pengosongan
banyak serat
feses dalam
seperti buah-
rektum.
buahan dan
sayur-sayuran
hijau.
5. Gangguan ADL dan Kaji toleransi Parameter
pemenuhan kebutuhan pasien menunjukkan
ADL b/d beraktifitas terhadap respon fisiologis
immobilisasi; pasien terpenuhi aktifitas pasien terhadap
kelemahan. secara adekuat. menggunakan stres aktifitas dan
Kriteria hasil: parameter indikator derajat
- Menunjukkan berikut: nadi penagruh
peningkatan 20/mnt di atas kelebihan kerja
dalam frek nadi jantung.
beraktifitas. istirahat, catat
- Kelemahan dan peningaktan
kelelahan TD, dispnea,
13
Dorong Kemajuan
memajukan aktifitas
aktifitas/tolera bertahap
nsi perawatan mencegah
diri. peningkatan
tiba-tiba pada
kerja jantung.
14
Anjurkan Teknik
keluarga untuk penghematan
membantu energi
pemenuhan menurunkan
kebutuhan penggunaan
ADL pasien. energi dan
membantu
keseimbangan
suplai dan
kebutuhan
oksigen.
Jelaskan pola Aktifitas yang
peningkatan maju
bertahap dari memberikan
aktifitas, kontrol jantung,
contoh: posisi meningaktkan
duduk regangan dan
ditempat tidur mencegah
bila tidak aktifitas
pusing dan berlebihan.
tidak ada
nyeri, bangun
dari tempat
tidur, belajar
berdiri dst.
keadaan berdekatan
jahitan. dengan daerah
basah
mengakibatkan
kecenderunagn
luka untuk
selalu kotor dan
mudah terkena
infeksi.
Anjurkan
Mencegah
pasien
infeksi secara
membasuh
dini.
vulva setiap
habis
berkemih
dengan cara
yang benar
dan
mengganti
PAD setiap 3
kali perhari
atau setiap
kali
pengeluaran
lochea
banyak.
Pertahankan
Mencegah
teknik septik
kontaminasi
aseptik dalam
silang terhadap
merawat
infeksi.
pasien
(merawat luka
perineum,
merawat
payudara,
merawat
bayi).
7. Resiko Gangguan Beri Meningkatkan
16
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri Patologi, Bagian Obstetri
dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.
Hacker Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, Jakarta.
http://www.slideshare.net/septianraha/asuhan-keperawatan-pada-ny-d-dengan-post-
partum-normal-di-wilayah-kerja-puskesmas-delanggu-klaten diakses pada tanggal
14-11-2017
http://dwitasari37.blogspot.com/2013/09/post-partum.html diakses pada tanggal 15-
11-2017
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta