Anda di halaman 1dari 5

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Perilaku kekerasan

TUJUAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Tujuan Umum :

Klien dapat mengontrol perilakunya dan dapat mengungkapkan kemarahannya secara asertif.

Tujuan Khusus :

 Klien dapat mengidentifikasi penyebab dan tanda-tanda perilaku kekerasan.

 Klien mampu memilih cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.

 Klien mampu mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol.

 Klien memperoleh dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku dan menggunakan obat dengan
benar.

SP 1 PASIEN

Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang
dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik.

Prolog : Pagi hari pukul 09:30 AM di suatu Rumah sakit Jiwa Sambang Lihum, tepatnya di dalam ruang
perawatan pasien, sebelum masuk ke dalam ruangan, perawat yang bertugas (dinas) di ruangan
tersebut mempersiapkan diri untuk berhadapan langsung dengan pasien, yaitu kesiapan fisik, mental,
pengetahuan serta teknis.

ORIENTASI

Perawat : “Selamat pagi Bu, perkenalkan nama saya Nelly Yulianty, Ibu bisa memanggil saya
Nelly. Saya adalah mahasiswi praktik di rumah sakit ini, jadi jika Ibu memerlukan bantuan,
saya akan siap membantu.... Nama Ibu siapa, senangnya dipanggil apa?”

Pasien : “Diah”

Perawat : “Iya Bu Diah, Bagaimana perasaan Ibu saat ini? Apakah masih ada perasaan kesal atau
marah?”

Pasien : (Diam)

Perawat : “Baiklah, sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah Ibu. Berapa
lama Ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?”
Pasien : “Jangan lama-lama, bosan saya di sini,”

Perawat : “Baik Bu, Ibu maunya kita bincang-bincang di mana? Bagaimana kalau di sana saja?”
(berpindah duduk dari dalam kamar pasien menuju tempat duduk di luar kamar sambil
menggiring pasien)

Pasien : “Iya,”

KERJA

Perawat : “Apa yang menyebabkan Ibu marah?”

Pasien : “Mereka itu tidak pernah menghargai perasaan orang.Saya tahu, saya hanya anak angkat (yatim
piatu) dan saya tidak tamat SD, tapi saya juga manusia,, Bahkan saya tidak bisa sekolah karena uang
orangtua kami dipakai buat sekolahnya mereka. Harusnya mereka berterima kasih, saya sudah mau
berkorban untuk mereka, mereka malah menganggap saya beban dalam keluarga, selalu menatap saya
dengan tatapan sinis, seolah-olah saya memang sudah tidak bisa apa-apa lagi.. yang jelas saya merasa
tidak dihargailah... Betul-betul kurang ajar mereka,”

Perawat : “Mereka itu Kakak tiri-nya Ibu ya?”

Pasien : “Dan istrinya,, sama saja tidak ada bedanya...”

Perawat : “Apakah sebelumnya Ibu pernah marah? Apakah penyebabnya sama dengan sekarang?”

Pasien : “Iya”

Perawat : “Oh... Jadi Ibu marah karena tidak dihargai dalam keluarga. Pada saat Ibu marah, apa yang Ibu
rasakan? Apakah Ibu merasakan kesal kemudian dada Ibu berdebar-debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat, dan tangan mengepal?”

Pasien : “Ya iya lah, namanya juga lagi marah,gimana sih kamu ini”(muka meremehkan)

Perawat : “Setelah itu apa yang Ibu lakukan”

Pasien : “apa yang ada disekitar saya,saya lempar dan saya pecahkan,”

Perawat : “ Oh..iya, jadi Ibu memecahkan barang-barang yang ada disekitar Ibu, apakah dengan cara ini
mereka akan lebih menghargai Ibu?”

Pasien : “Tidak, tapi rasanya puas,”

Perawat : “ Iya, tentu tidak. Apa kerugian dari cara yang Ibu lakukan?”

Pasien : “Mereka ketakutan. Mereka pikir saya pasti akan membunuh mereka semua,”
Perawat : “Betul, keluarga jadi takut kepada Ibu, barang-barang pecah, harus mengeluarkan uang untuk
membeli barang baru lagi. Menurut Ibu adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Ibu belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”

Pasien : “Bagaimana?”

Perawat : ”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Bu. Bagaimana kalau kita belajar satu cara
dulu?”

Pasien : ”Iya,”

Perawat : ”Begini Bu, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Ibu rasakan maka Ibu berdiri, lalu tarik napas
dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali.
Bagus sekali, Ibu sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”

Pasien : “Agak lebih tenang,”

Perawat : “Nah, sebaiknya latihan ini Ibu lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah
itu muncul Ibu sudah terbiasa melakukannya”

TERMINASI

Perawat : “Bagaimana perasaan Ibu setelah berbincang-bincang tentang kemarahan Ibu?”

Pasien : ”Lumayan lebih tenang,”

Perawat : ”Iya, jadi penyebab dari kemarahan Ibu adalah karena tidak dihargai, dan yang Ibu rasakan
adalah kesal kemudian dada Ibu berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan
mengepal. Yang Ibu lakukan adalah membanting dan memecahkan barang-barang yang ada disekitar Ibu
dan mereka semua ketakutan, semua barang juga pecah dan berhamburan,”

Perawat : ”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah Ibu yang lalu, apa yang Ibu
lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya Bu? Sekarang
kita buat jadwal latihannya ya Ibu, berapa kali sehari Ibu mau latihan napas dalam?”

Pasien : “3 kali,”

Perawat : “Jam berapa saja Bu?”

Pasien : ”jam 9 pagi,Jam 12,dan jam 4 sore,”

Perawat : ”Baik Bu, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk
mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya Bu, Selamat pagi,”
Sp 2 mengontrol rasa marah

Perawat mengevaluasi latihan napas dalam, dan melatih pasien memukul kasur dan bantal untuk
mengontrol marah dan menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua
Ners ENY : “Selamat pagi, Pak. Saya Ners ENY dan di samping saya Ners ISTI, menggantikan
Ners WIWIT dan Ners NURUL untuk melakukan kegiatan yang kedua sesuai jadwal."
Ners ISTI : “Bagaimana perasaan Bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan Bapak marah?.
Apakah latihan napas dalamnya sudah dilakukan?"
Px : "Iya sudah."
Ners ISTI : "Coba saya lihat jadwal kegiatannya. Bagus sekali, Bapak telah melakukan dengan
baik.”
Ners ENY : “Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan
fisik untuk cara yang kedua.”
Ners ENY : “Dimana kita bicara?. Bagaimana kalau di kamar bapak ?"
Px : "Iya."
Ners ENY : " Baik mari kita ke kamar bapak, kamar bapak nomor berapa ?. Mau berapa lama?
Bagaimana kalau 20 menit?”
Px : "Nomor 4. Iya"
Pasien dan Ners ENY, serta Ners ISTI pergi ke kamar pasien.
Ners ISTI : “Kalau ada yang menyebabkan Bapak marah dan muncul perasaan kesal, dada
berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam Bapak dapat melakukan pukul kasur dan
bantal. O...iya pertama coba bapak lakukan napas dalam.
Px langsung melakukan napas dalam.
Ners ENY : "Bagus sekali bapak sudah melakukannya. Sekarang mari kita latihan memukul
kasur dan bantal. Jadi kalau nanti Bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan
lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba Bapak lakukan,
pukul kasur dan bantal.
Px melakukan puku kasur dan bantal.
Ners ISTI : "Ya, bagus sekali Bapak melakukannya.”
Setelah melakukan kegiatan tersebut, tiba-tiba pasien mengamuk dan membuang bantal ke wajah
perawat. Sedangkan perawat ENY mencoba mengatasi kemarahan pasien, dan perawat ISTI
memanggil Ners E dan Ners F yang berjaga pada waktu itu ke ruangannya.
Ners ISTI : "Ners, pasien yang berada di kamar nomor 4 mengamuk, ayo cepat kita kesana, dan
bawa alat yang diperlukan."
Ners ISTI, WAHYU WULAN, RENITA segera bergegas ke kamar pasien, setelah sampai
perawat melakukan pengikatan fisik pada pasien dengan disertai memberikan obat psikotropika,
agar pasien tenang.
Ners ENY : "Ners ISTI bagaimana kalau kita akhiri saja kegiatan hari ini, dan kita lanjutkan
besok saja ?"
Ners ISTI : "Baiklah."
Ners ENY : "Terima kasih Ners WAHYU WULAN dan Ners F telah membantu. Sekarang kita
biarkan pasien tenang, dan selamat pagi."
Ners WAHYU WULAN dan Ners RENITA : "selamat pagi."

Anda mungkin juga menyukai