0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
16 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang perbedaan filsafat dan ilmu pengetahuan. Filsafat adalah pengetahuan yang bersifat menyeluruh dan mendasar tentang segala sesuatu, sedangkan ilmu pengetahuan memiliki ruang lingkup yang lebih terbatas dan spesifik. Filsafat juga berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan.
Dokumen tersebut membahas tentang perbedaan filsafat dan ilmu pengetahuan. Filsafat adalah pengetahuan yang bersifat menyeluruh dan mendasar tentang segala sesuatu, sedangkan ilmu pengetahuan memiliki ruang lingkup yang lebih terbatas dan spesifik. Filsafat juga berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan.
Dokumen tersebut membahas tentang perbedaan filsafat dan ilmu pengetahuan. Filsafat adalah pengetahuan yang bersifat menyeluruh dan mendasar tentang segala sesuatu, sedangkan ilmu pengetahuan memiliki ruang lingkup yang lebih terbatas dan spesifik. Filsafat juga berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan.
Definisi Manusia memiliki sifat ingin tahu terhadap segala
sesuatu, sesuatu yang diketahui manusia tersebut disebut pengetahuan.
Pengetahuan dibedakan menjadi 4 (empat) ,yaitu
1. pengetahuan indera,
2.pengetahuan ilmiah,
3.pengetahuan filsafat,
4.pengetahuan agama.
Istilah “pengetahuan” (knowledge) tidak sama dengan “ilmu
pengetahuan”(science).Pengetahuan seorang manusia dapat berasal dari pengalamannya atau dapat juga berasal dari orang lain sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang memiliki obyek, metode, dan sistematika tertentu serta ilmu juga bersifat universal.
Adanya perkembangan ilmu yang banyak dan maju tidak
berarti semua pertanyaan dapat dijawab oleh sebab itu pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab tersebut menjadi porsi pekerjaan filsafat.
Harry Hamersma (1990:13) menyatakan filsafat itu datang
sebelum dan sesudah ilmu mengenai pertanyaan-pertanyaan tersebut Harry Hamersma (1990:9) menyatakan pertanyaanpertanyaan yang diajukan oleh ilmu (yang khusus) itu mungkin juga tidak akan pernah terjawab oleh filsafat.
Pernyataan itu mendapat dukungan dari Magnis-Suseno
(1992:20) menegaskan jawaban –jawaban filsafat itu memang tidak pernah abadi.Kerena itu filsafat tidak pernah sampai pada akhir sebuah masalah, hal ini disebabkan masalah- masalah filsafat adalah masalah manusia sebagai manusia, dan karena manusia di satu pihak tetap manusia, tetapi di lain pihak berkembang dan berubah, masalah-masalah baru filsafat adalah masalah –masalah lama manusia (Magnis- Suseno,1992: 20).
Filasafat tidak menyelidiki salah satu segi dari kenyataan
saja, melainkan apa – apa yang menarik perhatian manusia, angapan ini diperkuat bahwa sejak abad ke 20 filsafat masih sibuk dengan masalah-masalah yang sama seperti yang sudah dipersoalkan 2.500 tahun yang lalu yang justru membuktikan bahwa filsafat tetap setia pada “metodenya sendiri”.
Perbedaan filsafat dengan ilmu-ilmu yang lain adalah ilmu
pengetahuan adalah pengetahuan yang metodis, sistematis, dan koheren tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan,
sedangkan filsafat adalah pengetahuan yang metodis,
sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan.
Kesimpulan dari perbedaan tersebut adalah filsafat tersebut
adalah ilmu tanpa batas karena memiliki syarat-syarat sesuai dengan ilmu.Filsafat juga bisa dipandang sebagai pandangan hidup manusia sehingga ada filsafat sebagai pandangan hidup atau disebut dengan istilah way of life, Weltanschauung, Wereldbeschouwing, Wereld-en levenbeschouwing yaitu sebagai petunjuk arah kegiatan (aktivitas) manusia dalam segala bidang kehidupanya .
filsafat juga sebagai ilmu dengan definisi seperti yang
dijelaskan diatas. Syarat-syarat filsafat sebagai ilmu adalah pengetahuan yang metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan yang menyeluruh dan universal, dan sebagai petunjuk arah kegiatan manusia dalam seluruh bidang kehidupannya.
Penelahaan secara mendalam pada filsafat akan membuat
filsafat memiliki tiga sifat yang pokok, yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif itu semua berarti bahwa filsafat melihat segala sesuatu persoalan dianalisis secara mendasar sampai keakar-akarnya.
Ciri lain yang penting untuk ditambahkan adalah sifat
refleksif krisis dari filsafat Secara sederhana Filsafat dan Ilmu dapat didefiniskan sebagai berikut:
1). Filsafat adalah suatu kajian yang mendalam mengenai
pengertian, asas, metode dan kesimpulan dari suatu ilmu dengan maksud untuk mengkoordinasikannya dengan ilmu- ilmu lainnya. Berdasarkan fungsinya yaitu fungsi analitis: usaha filsafat untuk menjelaskan dan mengkaji metode, hokum, prosedur dan kaidah-kaidah semua kegiatan teoritis termasuk penelitian serta fungsi sintesis: usaha filsafat untuk membuat dugaan-dugaan yang rasional dengan melampui batas fakta-fakta ilmiah untuk menyatukan semua pengalaman manusia dalam suatu keseluruhan yang bersifat komprehensif dan bermakna.
2). Filsafat ilmu adalah Pengetahuan yang membahas dasar-
dasar ujud keilmuan atau telaah kefilsafatan yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti:
(a). Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud
hakiki obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan Pengetahuan?
(b). Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya
Pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan Pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita mendapatkan Pengetahuan yang berupa ilmu?
(c). Untuk apa Pengetahuan yang berupa ilmu itu
dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana hubungan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dan norma-norma moral/professional?
3). Ilmu Filsafat adalah Sebuah kajian yang mendalam
mengenai filsafat sebagai sebuah ilmu dari berbagai sudut pandang: obyek apa yang dipelajari, ruang lingkup Filsafat tersebut sebagai sebuah ilmu, masalahmasalah apa yang dibahas didalamnya dan bagaimanakah cara pemecahan masalah-masalah yang ada. - 74 - 4). Filsafat Ilmu tertentu maksudnya adalah bidang kajian filsafat yang lebih spesifik untuk ilmu-ilmu tertentu, misalnya: Filsafat Pengetahuan, Filsafat Moral, Filsafat Seni, Filsafat pemerintahan, filsafat agama, filsafat pendidikan, filsafat ilmu dan sebagainya. 8.2 Prinsif Logiko-Hipotetiko-Verikatif Prinsif Logiko-Hipotetiko- Verikatif mengandung makna bahwa: suatu penalaran ilmiah harus mempergunakan logika tertentu sehingga prinsif tersebut
(a) konsisten dengan teori sebelumnya sehingga tidak
memungkinkan terjadinya pertentangan dengan teori lain secara keseluruhan.
(b) harus cocok dengan fakta-fakta empiris, sebab teori
yang bagaimanapun konsistennya jika tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah. Dalam rangka pengujian empiris tersebutlah prinsif Hipotetiko diperlukan untuk membuat dugaan sementara terhadap permasalahan yang sedang dihadapi yang disebut Hipotesis. Prinsif Verifikatif adalah lanjutan dari prinsif Hipotetiko dimana analisis ilmiah harus dilanjutkan dengan melakukan verifikasi apakah hipotesis yang diajukan benar atau tidak. Kerangka berpikir ilmiah yang berintikan logico-hypotetico- verifikasi terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Perumusan masalah yang merupakan pernyataan obyek
empiris yang jelas batas-batasnya dan dapat diidentifikasikan factor-faktor terkait,
(2) Kerangka berpikir merupakan argumentasi yang
menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat dari berbagai factor yang ada yang saling terkait yang membentuk konstelasi permasalahan.
(3) Perumusan Hipotesis merupakan jawaban sementara
yang merupakan kesimpulan kerangka berpikir yang dikembangkan.
(4) Pengujian Hipotesis merupakan proses verikatif dengan
pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis, apakah mendukung hipotesis atau tidak.
(5) Penarikan Kesimpulan merupakan penilaian apakah
sebuah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima.
Prinsif Sistematis-Terkontrol-Empris merupakan prinsif
penalaran ilmiah dengan melibatkan berbagai disiplin keilmuan dalam melakukan penelaahan bersama dengan sarana yang ada seperti bahasa, logika matematika dan statistika. Terkontrol artinya penelaahan bersama diarahkan untuk menghilangkan lingkup analisis keilmuan yang sempit dan sektoral agar tidak terjadi kaburnya batas-batas disiplin keilmuan yang makin lama memang makin terspesialisasikan dengan jalan mengikatnya secara federatif dalam suatu pendekatan multi-sipliner yang terarah atau terkontrol. Penelaahan multisipliner harus sistemik, terkontrol dan selanjutnya dilakukan proses pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan faktafakta yang mendukung pernyataan tertentu mempergunakan teori kebenaran multidisipliner.