Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MPK TERINTEGRASI A

BAB II
DASAR-DASAR FILSAFAT


OLEH
FERDI FAJRIAN ADICANDRA
1306370695
TEKNIK KIMIA







FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
1. Pendahuluan
Penjelasan tentang hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan dapat kita temui dalam
literatur filsafat ilmu. Filsafat ilmu berkaitan dengan asumsi, fondasi, metode, dan implikasi dari ilmu
pengetahuan. Kajian ini juga berkaitan dengan penggunaan dan manfaat ilmu pengetahuan, serta
eksplorasi apakah hasil ilmiah sungguh-sungguh menghasilkan kebenaran. Filsafat ilmu juga
mempertimbangkan masalah yang berlaku untuk ilmu tertentu (misalnya filsafat biologi atau filsafat
fisika). Beberapa filsuf ilmu juga menggunakan hasil kontemporer ilmu pengetahuan untuk memperoleh
kesimpulan tentang filsafat. Di sisi lain, filsafat ilmu berurusan dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak
dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan. Setidaknya, ada tiga bidang kajian filsafat yang dibutuhkan ilmu
pengetahuan untuk menjadi dasar bagi aktivitas-aktivitasnya mencari pengetahuan.
1. Etika. Ilmuwan dituntut bertindak secara etis, baik dalam aktivitas mencari pengetahuan
maupun dalam penerapan pengetahuan. Sejarah menunjukkan bahwa tanpa dasar etis, ilmu
pengetahuan dapat menghasilkan kerugian dan kerusakan di dunia.
2. Epistemologi. Sebagai bidang filsafat yang mengkaji pengetahuan, epistemologi diperlukan
oleh ilmu pengetahuan untuk memberi dasar bagi perolehan pengetahuan. Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan epistemologi juga merupakan pertanyaan yang perlu diajukan ilmu
pengetahuan. Bagaimana kita mengetahui apa yang kita ketahui? Sejauh mana ilmu
pengetahuan dapat bekerja tanpa mengkaji pengetahuan? Apa itu pengetahuan? Apa yang
membuat pengetahuan benar dan bagaimana kita mengetahuinya? Pertanyaan-pertanyaan ini
perlu dijawab baik oleh filsafat maupun ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan membutuhkan
jawaban, setidaknya pendekatan kerja yang akan digunakan dalam penelitian, yang biasanya
tampil dalam bentuk paradigma ilmiah.
3. Logika. Bagaimana kita tahu bahwa pengetahuan yang kita peroleh dihasilkan dari metode
rasional? Apa itu metode rasional? Bagaimana kita memastikan pikiran yang digunakan dalam
usaha perolehan pengetahuan yang benar adalah pikiran yang tepat? Untuk dapat menjawab
ini semua dibutuhkan filsafat logika. Tanpa logika, filsafat dan ilmu pengetahuan tidak dapat
memastikan langkah-langkah perolehan pengetahuan yang benar.
Dari sini dapat dipahami bahwa berfilsafat membutuhkan kekuatan dan keutamaan karakter. Filsafat
yang berarti cinta kebenaran menuntut orang yang menekuninya memiliki keutamaan pengetahuan dan
kebijaksanaan beserta kekuatan-kekuatan yang tercakup di dalamnya. Tetapi, berfilsafat juga
merupakan sebuah cara untuk membangun karakter. Aktivitas dalam filsafat mencakup kegiatan
berpikir, mencari kemungkinan lain dari situasi, menjaga kesetiaan, berani mengambil risiko, dan
sebagainya merupakan aktivitas yang dapat menguatkan karakter. Dengan dasar itu, maka filsafat
dipelajari beriringan dengan pengembangan karakter.

2. Pengertian Filsafat
Pengertian dari kata filsafat adalah usaha. Sebuah usaha adalah sebuah proses, bukan semata
produk. Dengan demikian, yang pertama-tama memiliki sifat sistematis, kritis dan radikal adalah proses
memperoleh pengetahuan. Filsafat sebagai sebuah upaya adalah sebuah proses yang terus menerus
berlangsung, tak ada kata putus, berlangsung terus hingga kini. Proses itu berisi aktivitas-aktivitas untuk
memahami segala perwujudan kenyataan atau apa yang ada (being). Hasrat filsafat adalah memahami
apa yang ada dan mungkin ada. Apa yang hendak diketahui filsafat tak terbatas, oleh karena itu proses
pemahaman itu berlangsung terus menerus.
Hasrat filosofis ialah berpikir secara ketat. Kegiatan filosofis sesungguhnya merupakan
perenungan atau pemikiran yang sifatnya kritis, tidak begitu saja menerima sesuatu, mengajukan
pertanyaan, menghubungkan gagasan yang satu dengan yang lainnya, menanyakan mengapa, dan
mencari jawaban yang lebih baik dari jawaban pertama (pandangan awal). Suatu perenungan filosofis
harus bersifat koheren atau runtut (tidak boleh mengandung pernyataan-pernyataan yang saling
bertentangan alias tidak runtut (inconsistent)). Dua pernyataan yang saling bertentangan
(contradictory), tidak mungkin kedua-duanya benar.

3. Cabang dan Aliran Filsafat
Ada berbagai cara untuk membagi filsafat menjadi cabang-cabang yang memiliki obyek kajian
khusus. Kita dapat menemukan pembagian filsafat berdasarkan sistematika permasalahan (Gazalba,
1979) atau area kajian filsafat yang secara garis besar terdiri dari ontologi, epistemologi dan axiologi.
Kita juga bisa menemukan pembagian filsafat berdasarkan obyek kajian dengan cabang-cabang di
antaranya filsafat alam, filsafat matematika, filsafat ilmu, filsafat sejarah, filsafat ketuhanan, filsafat
bahasa, filsafat agama dan filsafat politik. Di sini kita akan fokus pada pembagian filsafat berdasarkan
sistematika permasalahannya. Seperti yang sudah disebut, filsafat secara sistematis terbagi menjadi 3
bagian besar yaitu :
1) Ontologi yaitu bagian filsafat yang mengkaji tentang ada (being) atau tentang apa yang
nyata;
2) Epistemologi yaitu bagian filsafat yang mengkaji hakikat dan ruang lingkup pengetahuan; dan
3) Axiologi yaitu bidang filsafat yang mengkaji nilai-nilai yang menentukan apa yang seharusnya
dilakukan manusia.














Aliran filsafat
Dalam perkembangan filsafat, berbagai aliran, berbagai isme bermunculan. Berikut adalah
beberapa aliran yang cukup berpengaruh dalam sejarah perkembangan filsafat:
a. Rasionalisme: aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa semua pengetahuan bersumber dari
akal (rasio), ditegaskan di sini bahwa akal yang mampu mendapatkan pengetahuan secara jernih (clear)
dan lugas/terpilah (distinct) tentang realitas.
b. Empirisme: aliran dalam filsafat yang menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan.
c. Kritisisme: aliran filsafat yang dibangun oleh filsuf besar: Imanuel Kant. Aliran ini pada dasarnya
adalah kritik terhadap rasionalisme dan empirisme yang dianggap terlalu ekstrem dalam mengkaji
pengetahuan manusia. Akal menerima bahan-bahan yang belum tertata dari pengalaman empirik, lalu
mengatur dan menertibkannya dalam kategori-kategori.
d. Idealisme: aliran filsafat yang berpendirian bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental ataupun
proses-proses psikologis yang sifatnya subyektif. Materi tidak memiki kedudukan yang independen
melainkan hanya merupakan materialisasi dari pikiran manusia.
e. Vitalisme: aliran filsafat yang memandang hidup tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara mekanis
karena pada hakikatnya manusia berbeda dengan benda mati. Manusia memiliki kehendak yang
mampu mengubah keadaannya yang statis menjadi lebih dinamis.
f. Fenomenologi: aliran filsafat yang mengkaji penampakan (gejala-gejala) dan memandang gejala dan
kesadaran selalu saling terkait.

4. Alternatif Langkah Belajar Filsafat
Secara umum, filsuf berusaha memperoleh makna istilah-istilah dengan cara melakukan analisis
terhadap istilah-istilah itu berdasarkan pengenalan obyeknya dalam kenyataan. Setelah analisis istilah,
filsuf berusaha untuk memadukan hasil-hasil penyelidikannya melalui aktivitas sintesis. Tujuannya
adalah:
(1) memperoleh makna baru yang terkandung dalam istilah-istilah yang bersangkutan.
(2) menguji istilah-istilah itu melalui penggunaannya, atau dengan melakukan pengamatan terhadap
contoh-contohnya.
Secara ringkas, Kattsoff (2004:34-38) mengemukakan langkah-langkah umum yang
disarankan dalam menganalisis dan sintesis.
1. Memastikan adanya masalah yang diragukan kesempurnaan atau kelengkapannya.
2. Masalah umumnya terpecahkan dengan mengikuti dua langkah, yakni menguji prinsip-prinsip
kesahihannya dan menentukan sesuatu yang tak dapat diragukan kebenarannya (untuk
menyimpulkan kebenaran yang lain).
3. Meragukan dan menguji secara rasional segala hal yang ada sangkut pautnya dengan kebenaran.
4. Mengenali apa yang dikatakan orang lain mengenai masalah yang bersangkutan dan menguji
penyelesaian-penyelesaian mereka.
5. Menyarankan suatu hipotesis yang kiranya memberikan jawaban atas masalah yang diajukan.
6. Menguji konsekuensi-konsekuensi dengan melakukan verifikasi terhadap hasil-hasil penjabaran yang
telah dilakukan.
7. Menarik simpulan mengenai masalah yang mengawali penyelidikan.
Metode belajar filsafat sebenarnya bukan hanya dapat digunakan untuk belajar filsafat,
melainkan juga dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran di bidang ilmu pengetahuan lain. Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan filsuf untuk menemukan pengetahuan diperlukan juga oleh bidang ilmu lain.
Selain sifat filsafat, kritis, radikal dan sistematis, cara filsuf menemukan pengetahuan juga dimanfaatkan
oleh ilmuwan untuk menemukan pengetahuan. Hanya saja, para ilmuwan sangat mementingkan juga
bukti empirik dari penjelasan tentang gejala. Bagi ilmuwan, cara berpikir filosofis, yaitu kritis, radikal dan
sistematis ditambah dengan bukti empirik harus muncul bersama untuk menghasilkan solusi
permasalahan yang dianggap paling tepat atau paling benar. Secara umum, disadari atau tidak, filsafat
digunakan manusia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Jika orang menyadarinya, maka
lebih banyak lagi manfaat berpikir filosofis yang dapat diperoleh. Dengan berpikir filosofis orang dapat
berpikir mendalam dan mendasar. Orang juga dapat memperoleh kemampuan analisis, berpikir kritis
dan logis sehingga ia mampu juga berpikir secara luas dan menyeluruh. Berpikir filosofis juga membuat
orang dapat berpikir sistematis dalam mengumpulkan pengetahuan sebanyak mungkin secara tertata.
Berpikir filosofis juga membantu orang untuk menjajaki kemungkinan baru sehingga dapat memperoleh
pengetahuan baru. Orang dapat terus menerus menambah pengetahuannya dengan berpikir filosofis. Di
sisi lain, berpikir filosofis juga memberikan kesadaran kepada orang mengenai keterbatasan
pengetahuannya. Kesadaran akan masih banyaknya hal yang tidak diketahui.

Anda mungkin juga menyukai