Anda di halaman 1dari 12

UJIAN TENGAH SEMESTER

FILSAFAT SAINS DAN TEKNOLOGI

OLEH :
NAMA : NALDA HAVID
NIM : F1A220014
KELAS :B

PROGRAM STUDI STATISTIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
Soal:
1. Jelaskan pengertian filsafat beserta ciri-cirinya.
2. Jelaskan perbedaan antara Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.
3. Jelaskan keterkaitan filsafat dengan sains
4. Sebutkan beberapa Filsuf klasik dan kontemporer berserta pemikirannya
5. Ceritakan sejarah perkembangan filsafat yang anda ketahui.

Jawab:
1. Berikut beberapa pengertian filsafat:
 Secara etimologis
Filsafat (dalam bahasa Arab adalah falsafah, dan dalam bahasa
Inggris adalah philosophy) berasal dari bahasa Yunani. Kata ini terdiri
dari kata ‘philein’ yang berarti cinta (love) dan ‘sophia’ kebijaksanaan
(wisdom). Secara etimologis, filsafat berarti berarti cinta kebijaksanaan
(love of wisdom) dalam artinya sedalam-dalamnya. Seorang filosof
(philosopher) adalah pencinta, pendamba dan pencari kebijaksanaan.
 Menurut Kamus Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarminta
Merumuskan bahwa filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan
dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas hukum dan
sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta ataupun
mengenai kebenaran dan arti ‘adanya’ sesuatu.
 Menurut Plato (427-347 SM)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakekat.
 Menurut Aristoteles (384-322 SM)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang kebenaran yang meliputi
logika, fisika, metafisika dan pengetahuan praktis
 Menurut R. Beerling
Bahwa filsafat adalah pemikiran-pemikiran yang bebas, diilhami
oleh rasio, mengenai segala sesuatu yang timbul dari pengalaman. (Er
zijn eigenlijksheidvragen dalam Filosofic als sciencefiction, 1968: 44).
 Menurut Bertrand Russel
Filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan terakhir, tidak secara dangkal atau dogmatis
seperti yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan dalam
ilmu pengetahuan. Akan tetapi, secara kritis dalam arti kata: setelah
segala sesuatunya diselidiki problemaproblema apa yang dapat
ditimbulkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang demikian itu, dan setelah
kita menjadi sadar dari segala kekaburan dan kebingungan, yang menjadi
dasar bagi pengertian kita seharihari ….(problemen der Philosophic,
1967: 7).

Adapun ciri-ciri dari filsafat adalah sebagi berikut:


 Universal (menyeluruh), yaitu pemikiran yang luas dan tidak aspek
tertentu saja
 Radikal (mendasar), yaitu pemikiran yang dalam sampai kepada hasil
yang fundamental dan essensial.
 Sistematis, yaitu mengikuti pola dan metode berpikir yang runtut dan
logis meskipun spekulatif.
 Deskriptif, yaitu suatu uraian yang terperinci tentang sesuatu,
menjelaskan mengapa sesuatu berbuat begitu.
 Kritis, yaitu mempertanyakan segala sesuatu (termasuk hasil filsafat) dan
tidak menerima begitu saja apa yang terlihat sepintas, yang dikatakan dan
yang dilakukan masyarakat.
 Analisis, yaitu mengulas dan mengkaji secara rinci dan menyeluruh
sesuatu, termasuk konsep-konsep dasar yang dengannya kita memikirkan
dunia dan kehidupan manusia.
 Evaluatif, yaitu dikatakan juga normatif, maksudnya upaya
sungguhsungguh untuk menilai dan menyikapi segala persoalan yang
dihadapi manusia. Penilaian itu bisa bersifat pemastian kebenaran,
kelayakan dan kebaikan.
 Spekulatif, yaitu upaya akal budi manusia yang bersifat perekaan,
penjelajahan dan pengandaian dan tidak membatasi hanya pada rekaman
indera dan pengamatan lahiriah.
2. Berikut perbedaan pada Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi:
a. Ontologi (Metafisika)
Ontologi didefinisikan sebagai suatu penyelidikan tentang karakter
segala sesuatu yang ada sebagaimana adanya.
Contoh pertanyaan:
 ‘Apakah sesuatu itu ada, meskipun tidak tertangkap persepsi
manusia ? adalah pertanyaan ontologis.’
 Kalimat “setiap benda adalah suatu substansi yang memiliki
setidaknya satu sifat adalah pertanyaan ontologis.”
b. Epistemologi
Epistemologi adalah bidang filsafat yang berupaya memastikan
hakikat dan batasan pengetahuan manusia.
Contoh pertanyaan:
 Dalam kondisi bagaimanakah kita dapat dengan tepat dikatakan
mengetahui ini dan itu? Apakah seluruh pengetahuan tentang dunia
nyata timbul dari pengalaman atau apakah kita memiliki
pengetahuan yang pada tingkat tertentu bebas dari pengalaman ?
 Jika seluruh pengetahuan memang benar timbul dari pengalaman,
dan jika pengalaman hanya dapat menghasilkan tingkat probabilitas
(kemungkinan besar) yang beraneka ragam, bagaimana mungkin
mencapai kepastian absolut dari apa yang kelihatannya telah dicapai
dalam logika dan matematika ?
c. Aksiologi (axiology)
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Jadi yang ingin dicapai oleh
aksiologi adalah hakikat dan manfaat yang terdapat dalam suatu
pengetahuan.
Contoh pertanyaan:
 Apakah keindahan dan kebaikan itu kualitas yang secara obyektif
hadir atau absen dalam benda ?
 Jika demikian, bagaimana kehadiran atau keabsenan mereka
dipastikan ?
 Jika tidak, apakah itu semua hanya sekedar sentimen dalam pikiran
manusia yang menilai bahwa sesuatu itu baik atau buruk, indah atau
jelek ?
 Dan jika bukan begitu, apakah status keindahan dan kebaikan ?
3. Sains atau ilmu pengetahuan merupakan ilmu yang sangat penting bagi
kehidupan manusia yang berasal dari filsafat ilmu. Pengertian sains menurut
Wahyana yaitu kumpulan ilmu pengetahuan tersusun secara sistematis dan
dalam penggunaan secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Tidak
hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, namun sains juga menggunakan
cara ilmiah dan sikap ilmiah. Colle dan Chiapetta juga mengatakan bahwa
"Sains harus dipikir sebagai suatu cara berpikir dalam upaya memahami
alam, sebagai suatu cara penyelidikan tentang gejala, dan sebagai suatu
kumpulan pengetahuan yang didapatkan dari proses penyelidikan". ilmu
pengetahuan alam atau sains merupakan sekumpulan pengetahuan yang
saling berkaitan dengan cara mencari tahu dan mendiskusikan alam. Dari
berbagai kegiatan atau penelitian yang dilakukan, manusia berusaha untuk
dapat menjawab fenomena alam, mendapatkan kepuasan memenuhi
kebutuhan hidup dan sekaligus menjaga alam semesta.
Definisi filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, philosophia
yang terdiri dari kata philos dan sophia. Philos yang memiliki arti cinta, dan
sophia kebijaksanaan. Cinta bisa diartikan sebagai tekad yang besar atau
bersemangat dan sungguh-sungguh. Kebijaksanaan adalah suatu kebenaran
tertinggi atau kebenaran yang sejati. Filsafat secara harfiah berarti mencintai
kebijaksanaan. Filsafat adalah keinginan atau kemauan yang sungguh-
sungguh terhadap kebenaran sesungguhnya.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat kita dapat menyimpulkan bahwasanya
kedua hal tersebut yakni sains atau ilmu pengetahuan dengan filsafat
memiliki keterkaitan satu sama lain, keduanya merupakan kegiatan manusia.
Hal tersebut dapat diartikan dalam sebuah proses dan juga hasilnya.
Keduanya merupakan hasil dari berpikir manusia secara sadar, dan apabila
dilihat dari prosesnya membuktikan bahwa keduanya sama-sama berusaha
untuk memecahkan masalah dalam kehidupan manusia dengan cara
memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan cara menggunakan metode-metode tertentu secara sistematis dan
kritis.
Sains dan filsafat memiliki hubungan yang diibaratkan sebagai induk dan
anak, filsafat yang diibaratkan sebagai iduknya ilmu dan sains sebagai anak
dari filsafat. Mengapa dikatakan begitu, karena sains objeknya terbatas dan
hanya dalam bidang tertentu sedangkan filsafat objeknya universal. Filsafat
dan sains bisa saling bertemu karena keduanya memakai metode pemikiran
reflektif pada suatu usaha untuk menghadapi informasi-informasi global dan
kehidupan. Keduanya memperlihatkan perilaku kritik, menggunakan pikiran
terbuka dan kemauan yang tidak memihak, agar mengetahui hakikat
kebenaran. Mereka berkepentingan untuk menerima pengetahuan yang
teratur. Ilmu itu sangat terbatas sedangkan filsafat tidak sehingga ilmu
menarik bagian filsafat supaya mampu dimengerti manusia. Ilmu dan filsafat
saling terkait satu sama lain, keduanya tumbuh menurut sikap refleksi, ingin
tahu, dan dilandasi kecintaan dalam kebenaran. Filsafat menggunakan
metodenya sanggup mempertanyakan keaslian dan kebenaran ilmu,
sedangkan ilmu tidak sanggup mempertanyakan asumsi, validitas, cara dan
kebenarannya sendiri. Ilmu adalah perkara hidup bagi filsafat dan membekali
filsafat menggunakan bahan-bahan naratif dan faktual yang sangat perlu agar
terciptanya filsafat. Filsafat bisa memperlancar integrasi antara ilmu-ilmu
yang diperlukan.
4. Berikut beberapa Filsuf klasik dan kontemporer berserta pemikirannya
a. Thales (620-546 SM)
Thales dinobatkan oleh para sejarawan sebagai bapak filsafat
Yunani kuno. Mayoritas ideologi Thales berasal dari Aristoteles, yang
menunjuk Thales sebagai orang pertama yang menyelidiki prinsip-prinsip
dasar seperti asal usul materi.
Sebagai seorang filsuf, Thales jarang membatasi penelitiannya pada
bidang terbatas pengetahuan kontemporer dan secara aktif terlibat dalam
memahami berbagai aspek pengetahuan seperti filsafat, matematika,
sains, dan geografi. Thales sangat dihargai di kalangan orang Yunani
kuno. Itulah beberapa filsuf Yunani kuno yang paling berpengaruh sejak
dulu hingga saat ini. Tokoh-tokoh kritis seperti mereka harus terus ada di
dunia.
b. Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles menjadi filsuf paling berpengaruh di antara seluruh
murid Plato. Interpretasinya pada hal-hal lebih didasarkan pada fakta
yang dipelajari dari pengalaman yang akan diperoleh orang dalam
kehidupan mereka, suatu pendekatan yang berbeda dari Plato yang lebih
suka perspektif metafisika.
Pada saat pengetahuan manusia masih terlalu umum, ia membagi
pengetahuan ini ke dalam kategori yang berbeda seperti etika, biologi,
matematika, dan fisika. Aristoteles benar-benar menjadi tokoh kunci
dalam filsafat Yunani kuno yang pengaruhnya masih berlanjut hingga
saat ini.
c. Plato (427-347 SM)
Plato merupakan murid dari Socrates dan memiliki pandangan
filosofis yang sama seperti gurunya. Meski demikian, Plato memilih
untuk menggabungkan dua pendekatan utama metafisika alih-alih
menafsirkan filsafat berdasarkan penalaran manusia. Dalam bidang
fisika, Plato setuju dengan pandangan Pythagoras.
d. Socrates (469-399 SM)
Socrates memulai perspektif baru untuk mencapai hasil praktis
melalui penerapan filsafat dalam kehidupan kita sehari-hari. Socrates
secara terbuka menjauh dari spekulasi fisik yang tiada henti bahwa para
filsuf sebelumnya telah begitu sibuk menafsirkan dan berusaha untuk
membangun sistem etika berdasarkan penalaran manusia alih-alih
berbagai doktrin teologis.
e. Zeno (490-430 SM)
Pada saat sebagian besar filsuf Yunani kuno menggunakan akal dan
pengetahuan untuk menafsirkan alam, Zeno dari Elea menghabiskan
waktunya untuk menjelaskan banyak teka-teki dan paradoks gerak dan
pluralitas. Zeno juga berusaha menjelaskan kesimpulan kontradiktif yang
ada di dunia fisik bertahun-tahun sebelum perkembangan logika.
Zeno pernah mengajukan banyak paradoks sendiri, yang kemudian
diperdebatkan di antara para filsuf generasi selanjutnya. Konsep infinity
atau tak terhingga juga merupakan konsep yang dicetus oleh Zeno.
f. Pythagoras (570-495 SM)
Pythagoras adalah seorang ahli matematika terkenal yang dikenal
karena menciptakan Teorema Pythagoras, salah satu perhitungan kunci
dalam geometri. Meskipun karya matematika-nya sangat melegenda, tapi
Pythagoras juga berpengaruh pada filsafat modern.
Pythagoras menganggap dunia sebagai harmoni yang sempurna dan
mengarahkan pengajarannya tentang bagaimana menjalani kehidupan
yang harmonis. Tidak hanya itu, dia juga menjadi orang pertama yang
mengajarkan kalau Bumi itu bulat, demikian dilaporkan oleh Athens
Insiders.
g. Anaxagoras (500-428 SM)
Mengutip Ancient History Lists, Anaxagoras adalah seorang filsuf
dan ilmuwan berpengaruh yang tinggal dan mengajar di Athena selama
hampir 30 tahun. Kebanyakan pandangan filosofis dari Anaxagoras
selalu berkaitan dengan realitas alam semesta. Ide-idenya yang kontras
dan bertabrakan dengan ideologi dan kepercayaan kontemporer
membuatnya harus menghadapi konsekuensi dan pengasingan yang
mengancam jiwa.
Anaxagoras percaya bahwa di dunia fisik, semuanya mengandung
bagian dari segalanya. Tidak ada yang murni sendiri, dan semuanya
bercampur aduk dalam kekacauan. Anaxagoras juga dinobatkan sebagai
orang pertama yang membangun filsafat secara keseluruhan di Athena.
5. Kebudayaan manusia dewasa ini ditandai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang teramat cepat. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi ini tidak bisa dilepaskan dari peran dan pengaruh
filsafat. Kelahiran filsafat mempunyai peran penting dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi pada saat ini. Sejarah kelahiran filsafat sangatlah perlu untuk
dikaji, agar semua orang bisa tahu bagaimana pengaruh filsafat terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini.
 Zaman Yunani Kuno (6 SM- 6 M)
Kelahiran pemikiran filsafat diawali pada abad ke-6 SM yang
ditandai oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama
ini menjadi pembenaran setiap gejala alam. Filsafat Yunani yang telah
berhasil mematahkan berbagai mitos tentang kejadian dan asal usul alam
semesta, dan itu berarti dimulainya tahap rasionalisasi pemikiran manusia
tentang alam semesta. Cara berpikir ini berlangsung sampai abad ke-6
SM. Sedangkan sejak abad ke-6 SM orang mulai mencari jawaban
rasional tentang asal usul dan kejadian alam semesta.
Periode Yunani Kuno ini lazim disebut periode filsafat alam.
Dikatakan demikian karena pada periode ini ditandai dengan munculnya
para ahli pikir alam, di mana arah dan perhatian pemikirannya kepada
apa yang diamati di sekitarnya. Mereka membuat pertanyaan-pertanyaan
tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan
tidak berdasarkan mitos belaka. Mereka mencari asas yang pertama dari
alam semesta yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala
sesuatu yang serba berubah.
Filosof yang mengembangkan filasfat pada zaman Yunani yang
begitu ramai dipersoalkan sepanjang sejarah yaitu Socrates. Setelah itu,
Plato meneruskan keaktifan Socrates dengan mengarang dialog-dialog
seperti gurunya. Plato berpendapat bahwa berfilsafat artinya mencari
kebijaksanaan atau kebenaran, dan oleh karena itu dapat dimengerti
bahwa mencari kebenaran itu dilakukan secara bersama-sama dalam
suatu dialog.
Pemikiran filsafat Yunani Kuno mencapai puncaknya pada masa
Aristoteles (384 SM-322 SM). Ia mengatakan bahwa tugas utama ilmu
pengetahuan ialah mencari penyebab objek yang diselidiki. Kekurangan
utama para filosof sebelumnya adalah mereka tidak memeriksa semua
penyebabnya.
 Zaman Pertengahan (6 M- 16 M)
Pada masa pertengahan ini, terdapat periode yang membuat
perkembangan filsafat tidak berlanjut, yaitu pada masa skolastik
Kristen.Hal ini dikarenakan pihak gereja membatasi para filosof dalam
berfikir, sehingga ilmu pengetahuan terhambat dan tidak bisa
berkembang, karena semuanya diatur oleh doktirn-doktrin gereja yang
berdasarkan kenyakinan. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang
bertentangan dari keyakinan para gerejawan, maka filosof tersebut
dianggap murtad dan akan dihukum berat samapai pada hukuman mati
Secara garis besar filsafat abad pertengahan dapat dibagi menjadi
dua periode yaitu: periode Scholastik Islam dan periode Scholastik
Kristen.
Pada periode Scholastik Islam, para filosof Islamlah yang pertama
mengenalkan filsafatnya Aristoteles. Diantaranya adalah Ibnu Rusyd, ia
mengenalkan kepada orang-orang barat yang belum mengenal filsafat
Aristoteles. Para ahli pikir Islam yang lain (Scholastik Islam) yaitu Al-
Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, dan lain-lain.
Mereka itulah yang memberi sumbagan sangat besar bagi para
filosof Eropa yang menganggap bahwa filsafat Aristoteles, Plato, dan Al-
Quran adalah benar. Namun dalam kenyataannya bangsa Eropa tidak
mengakui atas peranan ahli pikir Islam yang mengantarkam
kemoderenan bangsa Barat.
Pada masa ini Scholastik Kristen, kekuasaan agama masih begitu
berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan filasafat, khususnya di
kawasan Eropa. Adanya tren perbudakan membuat para pemikir ahli
terbatas hanya dari kaum agamis yang berada di gereja saja, karena
mereka yang diluar gereja terlalu disibukkan dengan urusan melayani
orang lain, daripada memikirkan hal- hal yang tidak mengenyangkan
seperti filsafat. Pada masa inilah perkembangan filsafat dan ilmu
pengetahuan sangat buruk.Karena pihak gereja membatasi dan melarang
para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan dan filsafat tidak
berkembang.
 Zaman Renaisans (14 M-16 M)
Renaisans adalah suatu zaman yang sangat menaruh perhatian
dalam bidang seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra, filsafat, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Zaman renaisans terkenal dengan era
kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berpikir.
Pada zaman ini, manusia mulai berpikir secara baru, dan secara
berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja yang
selama ini telah membatasi manusia dalam mengemukakan kebenaran
filsafat dan ilmu pengetahuan. Proses melahirkan kembali ini terjadi
pada abad ke-15 dan 16. Dan, yang melahirkan kembali kebudayaan
Yunani dan Romawi kuno ini adalah orang-orang yang biasa disebut
kaum humanis.
Renainssans dianggap sebagai masa peralihan dari Abad
Pertengahan ke zaman Modern. Dengan demikian, ia memiliki unsur-
unsur abad pertengahan dan modern, unsur-unsur keagamaan dan
profance, otoriter dan individualistis. Tetapi ini semua tak berarti
pengingkaran bahwa Renaisans umumnya dianggap sebagai suatu titik
peralihan di dalam sejaeah kebudayaan barat.
 Zaman Modern (17 M- 20 M)
Setelah zaman renaisans yaitu zaman pencerahan atau zaman
modern. Zaman Pencerahan (Inggris: Enlightenment) berlangsung dari
abad ke-17 hingga ke-20 M. Di zaman ini terdapat peristiwa penting,
yaitu revolusi di Inggris dan Perancis. Orang-orang yang hidup di zaman
ini memiliki keyakinan bahwa mereka mempunyai masa depan yang
cerah dan bercahaya berkat rasio mereka sendiri.
Sebelumnya, orang lebih suka berpaut pada otoritas lain di luar
dirinya, seperti otoritas gereja, kitab suci, para ahli, dan negara. Oleh
karena itu, semboyan zaman pencerahan adalah Sapere aude (beranilah
berpikir sendiri).
Dengan semboyan itu, manusia di zaman pencerahan semakin
bersemangat untuk menemukan hal-hal baru. Mereka memanfaatkan akal
mereka semaksimal mungkin untuk menggapai perubahan, kemajuan,
pertumbuhan, pembangunan, peradaban, reformasi, bahkan revolusi.

Anda mungkin juga menyukai