Anda di halaman 1dari 8

TUGAS RESUME

PRESENTASI FILSAFAT, ILMU, ILMU PENGETAHUAN, ETIKA DAN

MORALITAS

DISUSUN OLEH :

NAMA : NAUFI NORITA


NIM : 1620102012

PROGRAM STUDI KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘ASYIYAH

YOGYAKARTA
Pengertian filsafat dan ilmu
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala
sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau
sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.
lmu Pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-
segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.

Hubungan ilmu dan filsafat


Hubungan ilmu dengan filsafat pada mulanya ilmu yang pertama kali muncul adalah filsafat
dan ilmu-ilmu khusus menjadi bagian dari filsafat. Dan filsafat merupakan induk dari segala
ilmu karena berbicara tentang abstraksi/sebuah yang ideal. Filsafat tidak terbatas, sedangkan
ilmu terbatas sehingga ilmu menarik bagian filsafat agar bisa dimengerti oleh manusia.
Filsafat berusaha untuk mengatur hasil-hasil dari berbagai ilmu-ilmu khusus ke dalam suatu
pandangan hidup dan pandangan dunia yang terstu padukan, komprehensip (tidak ada sesuatu
bidang yang berada di luar bidang filsafat) dan konsisten 9uraian kefilsafatan tidak menyusun
pendapat-pendapat yang saling berkontardiksi). Pada hakikatnya filsafat dan ilmu saling
terkait satu sama lain, keduanya tumbuh dari sikap refleksi, ingin tahu, dan dilandasi
kecintaan pada kebenaran. Filsafat dengan metodenya mampu mempertanyakan keabsahan
dan kebenaran ilmu, sedangkan ilmu tidak mampu mempertanyakan asumsi, kebenaran,
metode, dan keabsahannya sendiri.

Berfikir secara filsafat.


John Losee
1. Berfikir secara kritis
2. Berfikir dalam bentuknya yang sistematis
3. Menghasilkan sesuatu yang runtut
4. Berfikir secara rasional
5. Komprehensif
Ali Mundhofir
1. Berfikir secara radikal
2. Berfikir secara universal
3. Berfikir secara konseptual
4. Berfikir secara kohern dan konsistensi
5. Berfikir secara sistemik
6. Berfikir secara komprehensif
7. Berfikir secara bebas
8. Berfikir secara tanggung jawab

Kedudukan filsafat dalam pengetahuan


Filsafat adalah induk dari ilmu Pengetahuan (mater scientiarium) yangmelahirkan banyak
ilmu penngetahuan yang membahas sesuai dengan apa yang telahdi kaji dan diteliti
didalamnya. Dalam hal metode dan obyek studinya, filsafat berbedadengan ilmu
Pengetahuan, ilmu Pengetahuan menyelidiki masalah dari satu bidangkhusus saja, dengan
selalu menggunakan metode observasi dan eksperimen dari fakta-fakta yang dapat diamati.
Sementara filsafat berpikir sampai di belakang fakta-fakta yang nampak. Dalam ilmu
Pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal,
atau pokok. Karena filsafat lah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia
dibidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau Pengetahuan. Memang lambat laun
beberapa ilmu-ilmu Pengetahuan itu akan melepaskan diri dari filsafat akan tetapi tidaklah
berarti ilmu itu sama sekali tidak membutuhkan bantuan dari filsafat. Filsafatakan
memberikan alternatif mana yang paling baik untuk dijadikan pegangan manusia.

Perbedaan pengetahuan dan ilmu


Ilmu adalah pengetahuan,tetapi tidak semua pengetahuan adalah tergolong ilmu pengetahuan.
Kant membagi dua jenis pengetahuan, yakni pengetahuan “apriori” dan a-posteriori.
Pengetahuan “apriori” ialah pengetahuan yang tidak tergantung pada adanya pengalaman,
atau yang ada sebelum pengalaman. Adapun pengetahuan a-posterior adalah pengetahuan
yang terjadi akibat pengalaman (Aceng Rahmat, 2011:12).
Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan atau menjalin
sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang
berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas (sebab-akibat) yang hakiki dan
universal. Sedangkan ilmu (ilmu pengetahuan-pen) adalah akumulasi pengetahuan yang
menjelaskan kausalitas (hubungan sebab akibat) dari suatu objek menurut metode-metode
yang merupakan suatu kesatuan sistematis (Soetriono dan Rita Hanafie, 2007).
Menurut Kaplan (1963), seperti dikutip Dedi Supriadi ada semacam criteria of
demarcation antara pengetahuan yang telah bersatus ilmu (ilmu pengetahuan) dengan
pengetahuan yang semata-mata hanya akal lumrah (common sense). Kriteria tersebut adalah :
Ilmu pengetahuan memiliki objek (objek) formal dan material tertentu, sistematika isi dan
wilayah studi disebut disiplin, terbuka, dan memiliki metode-metode tertentu (Dedi
Supriadi). Objek formal adalah cara atau sudut pandang. Dari sudut mana objek materi
dipandang, dipikirkan , dan ditinjau atau diselidiki. Sudut pandang ini menggambarkan secara
umum ruang lingkup dan tujuan studi (Suhartono Suparlan). Sedang objek material objek
yang dijadikan sasaran pokok penyelidikan berupa materi atau materi yang dihadirkan dalam
suatu pemikiran dan penelitian (Suparlan Suhartono).
Ilmu pengetahuan merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Ilmu
pengetahuan merupakan salah satu dari sekian pengetahuan, dan kadang juga disebut
pengetahuan ilmiah (Scientific knowledge) karena metode ini untuk
memperolehnya dilakukan melalui metode ilmiah. Mengacu pada pemahaman dimaksud,
maka pengetahuan mencakup pengertian yang lebih luas dari ilmu pengetahuan. Namun
belum dapat disebut sebagai lmu pengetahuan. Dengan demikian, semua ilmu pengetahuan
pastilah terdiri dari pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan itu disebut ilmu
pengetahuan.
Sekian penjelasan singkat tentang perbedaan Pengetahuan dan Ilmu pengetahuan, untuk lebih
memahami baca juga pengertian ilmu pengetahuan menurut para ahli serta klasifikasi ilmu
pengetahuan

Sumber-sumber pengetahuan
Louis O. Kattsof mengatakan bahwa sumber pengetahuan manusia itu ada lima macam, yaitu:
(1) Empiris yang melahirkan aliran empirisme; (2) Rasio yang melahirkan aliran
Rasionalisme; (3) Fenomena yang melahirkan aliran fenomenologi; (4) Intuisi yang
melahirkan aliran intusionisme; dan (5). Metode ilmiah yang menggabungkan antara aliran
rasionalisme dan empirisme.
Metode ilmiah inilah yang kemudian mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di seluruh universitas dunia.
Empirisme
Seorang empirisis biasanya berpendapat bahwa orang dapat memperoleh pengetahuan
melalui pengalaman/ indera. "Bagaimana orang mengetahui es membeku?", jawaban tentu
berbunyi, "karena saya melihatnya demikian”, atau "karena seorang ilmuwan melihatnya
demikian." Dengan begitu/dapat dibedakan dua macam unsur: pertama, unsur yang
mengetahui dan kedua, unsur yang diketahui.
Rasionalisme
Tidaklah mudah membuat definisi rasionalisme sebagai suatu metode untuk memperoleh
pengetahuan. Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal.
Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman paling-
paling dipandang sebagai jenis perangsang bagi pikiran.
Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide dan
bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran mengandung makna dan mempunyai
ide yang sesuai dengan, atau menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada
di dalam pikiran kita dan hanya diperoleh dengan akal budi saja.
Fenomenalisme
Immanuel Kant, seorang filsuf Jerman abad ke-1 8 melakukan pendekatan kembali terhadap
masalah di atas setelah memperhatikan kritik-kritik yang dilancarkan oleh David Hume
terhadap sudut pandangan yang bersifat empiris dan yang bersifat rasional.
Intuisionisme
Orang mudah merasa tidak puas terhadap penyelesaian yang diajukan oleh Kant, karena
penyelesaian tersebut mengatakan bahwa pada babak terakhir manusia hanya mengetahui
modifikasi barang sesuatu dan bukannya barang sesuatu itu sendiri dalam keadaannya yang
senyatanya.
Hubungan filsafat dengan ilmu
Hubungan Filsafat dengan Ilmu Sosial
Hubungan ilmu filsafat dengan ilmu sosial sangat erat kaitannya karena ilmu sosial menelaah
atau mempelajari masalah-masalah sosial yang timbul dan berkembang dalam masyarakat.
Oleh karena itu, Dalam menelaah masalah-masalah tersebut kita harus mempunyai
pengetahuan tentang segala yang ada dan merupakan kebenaran yang asli (Plato).
Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan Alam
Hubungan ilmu filsafat dengan Ilmu Pengetahuan Alam yaitu saling melengkapi karena
sama-sama merupakan ilmu pengetahuan yaitu sama-sama melakukan penyelidikan dalam
rangka mencari penjelasan (realitas) tentang gejala-gejala alam melalui ilmu pengetahuan.
Ilmu Pengetahuan Alam mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi yang aktual (benar-
benar terjadi/ada) dan deskriptif yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Dalam
melakukan penyelidikan harus ada kebenaran yang didalamnya terkandung ilmu metafisika,
logika, retorika, etika dan estetika (Aristoteles). Dengan kata lain fungsi filsafat dalam Ilmu
Pengetahuan Alam adalah mengembangkan pengertian tentang strategi dan taktik Ilmu
Pengetahuan Alam

Pengertian Epistemologi
Epistemologi berasal dari kata “Episteme” yaitu pengetahuan dan juga “logos yang bermakna
ilmu, uraian atau alasan sehingga secara etimologi, epistemologi dapat diartikan sebagai teori
tentang ilmu pengetahuan atau Theory of Knowledge. Epistemologi merupakan sebuah kajian
ilmu yang sangat populer dan menjadi hal yang paling menarik. Secara sederhana
Epistemologi merupakan pokok bahasan yang mengkaji tentang pengetahuan serta kaitannya
dengan kebenaran yang hakiki. Epistemologi menjadi pembahasan menarik ketika dikaitkan
dengan ketuhanan karena kebenaran yang hakiki hanya akan dimiliki oleh tuhan, oleh karena
itu hakikat dari kebenaran hakiki yang dijadikan subjek dalam Epistemologi menjadi hal yang
mustahil untuk didapatkan oleh pemikiran dan rasa dari manusia sebagai makhluk ciptaan
tuhan.

Hubungan antara etika dan ilmu


Persoalan mengenai nilai etika yang menimbulkan dilemma mana yang baik, benar di sinilah
etika memainkan peranan penting mengenai apa yang seharusnya atau terkait dengan apa
yang baik dan tidak baik serta apa yang salah dan apa yang benar. Sehingga etika menjadi
acuan atau panduan bagi ilmu pengetahuan dalam realisasi pengembangannya
Kenyataan bahwa ilmu pengetahuan tidak boleh terpengaruh oleh nilai-nilai yang letaknya di
luar ilmu pengetahuan, dapat diungkapkan juga rumusan singkat bahwa ilmu pengetahuan
seharusnya bebas. Namun demikian jelaslah kiranya kebebasan yang dituntut ilmu
pengetahuan sekali-kali tidak sama dengan ketidakterikatan mutlak. Patutlah kita menyelidiki
lebih lanjut mengenai kebebasan ini. Etika memang tidak dalam kawasan ilmu pengetahuan
yang bersifat otonom, tetapi tidak dapat disangkal peranannya dalam perbincangan ilmu
pengetahuan. Tanggung jawab etika, merupakan hal yang menyangkut kegiatan maupun
penggunaan ilmu pengetahuan. Dalam kaitan hal ini terjadi keharusan itu memperhatikan
kodrat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bertanggung jawab pada kepentingan
umum serta kepentingan generasi mendatang. Karena pada dasarnya ilmu pengetahuan
adalah untuk mengembangkan eksistensi manusia bukan menghancurkan eksistensi manusia.
Pada prinsipnya ilmu pengetahuan tidak dapat dan tidak perlu. Kemajuan ilmu pengetahuan
dengan demikian, memerlukan visi moral yang tepat. Manusia dengan ilmu pengetahuan
akan mampu untuk berbuat apa saja yang diinginkan namun pertimbangan tidak hanya
sampai pada apa yang dapat diperbuat dan apa yang seharusnya diperbuat. Pada dasarnya
mengupayakan rumusan konsep etika dan ilmu pengetahuan harus sampai kepada rumusan
yang normatif yang berupa pedoman pengarahan konkret, bagaimana keputusan tindakan
manusia di bidang ilmu pengetahuan harus dilakukan Etika membuktikan kemampuan
menyelesaikan masalah konkret tidak sekedar memberikan isyarat dan pedoman umum
melainkan langsung melibatkan diri dalam peristiwa aktual dan faktual manusia, sehingga
terjadinya hubungan timbal balik dengan apa yang seharusnya terjadi. Etika berdasarkan
interaksi antara keadaan etika sendiri dengan masalah-masalah yang membumi
Pengembangan ilmu harus berpijak pada proyeksi tentang kemungkinan yang secara etis
diterima oleh masyarakat atau individu manusia selaku pengguna atau penerima ilmu harus
dapat dipertanggungjawabkan pihak yang mengembangkan ilmu, sehingga dalam proses
pengambilan keputusan karena berpijak pada penentu pertimbangan moral dari
pengembangan ilmu tersebut.

Moralitas ilmu pengetahuan


Ilmu pengetahuan pada dasarnya lahir dan berkembang sebagai konsekuensi dari usaha-usaha
manusia baik untuk memahami realitas kehidupan dan alam semesta maupun untuk
menyelesaikan permasalahan hidup yang dihadapi, serta mengembangkan dan melestarikan
hasil-hasil yang dicapai manusia sebelumnya.
Bila berbicara mengenai moral, maka tidak akan terlepas dari tingkah laku manusia, dan bila
berbicara tentang tingkah laku, maka erat hubungannya dengan bagaimana pendidikan yang
telah didapatkan oleh seorang anak di rumah atau di sekolah. Oleh karena itu usaha yang
harus ditempuh untuk menjadikan anak sebagai manusia yang baik dalam lingkungan
pendidikan adalah penyampaian pendidikan moral (akhlak), karena akhlak merupakan
pencerminan tingkah laku manusia dalam kehidupannya. Norma moral dijadikan sebagai
tolak ukur untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia, baik buruknya
sebagai manusia.
Moral manusia memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk tujuan praktis, mereka dapat saja
hanya memfungsikan “id”-nya, sehingga dapat dipastikanbahwa manfaat pengetahuan
mungkin diarahkan untuk hal-hal yang destruktif. Misalnya dakam pertrungan antara in dan
ego, dimana ego kalah sementara super-eg0 idak berfungsi optimal, maka tentu-atau juga
nafsu angkara murka yang mengendalikan tindak manusia menjatuhkan pilihan dalam
memanfaatkan ilmu pengetahuan- amatlah tidak mungkin kebaikan diperoleh manusia,atau
malah mungkin kehancuran. Kisah dua perang dunia, kerusakan lingkungan, penipisan
lapisan ozon, adalh pilihan id dari kepribadian manusia yang mengalahkan “ego” maupun
“supr-ego”-nya.
Dalam pengembang ilmu, para ilmuwan senantiasa memandang bahwa ilmu dikembangkan
sebagai objek yang terikat oleh nilai-nilai moral, sehingga dalam pengembangan ilmu
tersebut tidak merendahkan martabat manusia

Anda mungkin juga menyukai