Kelompok 8 :
Saidah Cilmi Dewi (230401110247)
Dinda ismi latifah ( 230401110248)
Esya Dewi Clarissa Arisanti (230401110249)
Tazkiyah Amaliah (230401110250)
1. Pengertian Filsafat
Filsafat adalah dasar dari segala dasar ilmu yang membutuhkan
pemecahan dari pertanyaan dan persoalan hidup di dalam pola pikir
manusia, kemudian melahirkan berbagai cabang ilmu. Filsafat menyentuh
berbagai dimensi hidup manusia, realitas hidup, kejujuran hati dan refleksi
suasana jiwa. Filsafat diambil dari Bahasa Yunani of Philosophy yang
terdiri dari 2 kata yaitu, philos artinya cinta, sedangkan sophia artinya
kebijaksanaan. Menurut KBBI, fisalfat merupakan pengetahuan dengan
penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab,
asal, dan hukumnya.
2. Aliran-aliran Fisalfat
Filsafat memiliki aliran-aliran yang terbagi dalam beberapa aliran, yaitu
1.Aliran Idealisme, aliran ini beranggapan bahwa kerealitasan
sesungguhnya berasal ide yang memiliki arti jiwa, fikiran dan
spiritualisme.
2. Aliran Rasionalisme, pengetahuan bersasal hanya dari rasio atau hanya
dari akal saja, bukan dari materi luarnya.
3.Aliran Empirisme, beranggapan bahwa pengetahuan itu berasal dari
indera kita, karena melalui inderalah kita dapat mengetahui berbagai hal.
4. Aliran Dualisme, yang mendasari aliran ini bahwa pemikiran berasal
dari zat dan pikiran, yang dimana keduanya akan saling melengkapi untuk
membentuk suatu pengetahuan.
5. Aliran Positivisme, dasar pemikiran ini bersumber pada pengetahuan
yang berasal dari apa yang diketahui, pasti, dan hal yang nyata.
6. Aliran Rasionalisme yang memandang bahwa objek pengetahuan yang
diyakini oleh manusia berada di luar diri manusia itu sendiri.
1. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu ialah filsafat yang menelusuri dan mempelajari sedalam dan
seluas mungkin segala sesuatu tentang segala ilmu, termasuk hakikatnya,
tidak melupakan metode-metodenya. Filsafat ilmu ialah proses
menyatukan yang metafisik dengan yang fisik, menyatukan sesuatu yang
bersifat umum dengan yang khusus. Dalam arti sempit filsafat ilmu
menampung permasalahan yang bersangkutan menggunakan hubungan ke
dalam yang ada di dalam ilmu.
Fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan dasar filosofis bagi
pemahaman berbagai konsep dan teori dalam bidang disiplin ilmu serta
kesempatan untuk mengonstruksi teori-teori ilmiah.
A. Pengertian analisis
Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran teori ilmiah. Prinsip kritis
terhadap kegiatan ilmiah, dapat menjadikan seorang peneliti memiliki sikap
kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri
dari sikap solipistik, menganggap bahwa hanya pendapatnya yang benar.
B. Pengertian sintesis
Ontologi adalah bagian dari ilmu filsafat yang mengkaji tentang keberadaan
suatu objek berdasarkan fakta yang diperoleh. Ontologi membahas tentang realitas
atau suatu entitas, dapat dipahami bahwa ontologi membahas tentang fakta atau
peristiwa. Untuk mencapai kebenaran ini diperlukan pemikiran yang mendasar
dan didasarkan pada penggunaan ilmu pengetahuan sebagai dasar untuk
mendiskusikan realitas.
1. Aristoteles
Menurut aristoteles, pengertian ontologi merupakan rangkaian
pembahasan mengenai hal yang ada sebagai hal ada atau hal ada sebagai
demikian yang mengalami perubahan dalam, sehubungan dengan
objeknya.
2. Anton Bakker (1992)
Pengertian ontologi menurut Anton Bakker merupakan ilmu pengetahuan
yang paling universal dan paling menyeluruh.
3. Suriasumantri
Suriasumantri mengungkapkan pendapatnya bahwa ontologi merupakan
ilmu pengetahuan mengenai apa yang ingin kita ketahui dan seberapa jauh
kita ingin tahu, atau dengan kata lain suatu pengkajian terhadap teori yang
ada.
Aliran-Aliran Ontologi
a. Monisme
Aliran ini berpendapat tidak ada. Hanya boleh ada satu, tidak boleh ada
dua. Harus ada satu hakikat sebagai asal usulnya, baik asal usulnya
bersifat material maupun spiritual.
b. Materialisme
Aliran ini berpendapat bahwa asal usulnya adalah materi, bukan roh. Tren
ini sering disebut naturalisme.
c. Idealisme
Idealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.
Aliran ini menganggap bahwa dibalik realitas fisik pasti ada sesuatu yang
tidak tampak.
d. Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda tersusun dari dua jenis hakikat
sebagai asal usulnya, yaitu hakikat material dan hakikat mental, materi dan
ruh, badan dan ruh. Kedua jenis alam itu sama-sama bebas dan mandiri,
kekal dan kekal. Hubungan antara dua orang menciptakan kehidupan di
alam ini.
e. Pluralisme
Garis ini mendukung gagasan bahwa segala bentuk adalah realitas.
Pluralisme dimulai dari keseluruhan dan mengakui bahwa segala macam
bentuk adalah nyata.
f. Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada.
Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif.
Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev pada tahun 1862 di
Rusia. Doktrin tentang nihilisme sebenarnya sudah ada semenjak zaman
Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias (485-360 SM) yang
memberikan tiga proposisi tentang realitas. Pertama, tidak ada yang ada.
Kedua, jika sesuatu itu ada, kita tidak dapat mengetahuinya. Ketiga,
meskipun kita mengetahui fakta ini, kita tidak dapat menceritakannya
kepada orang lain.
g. Agnostisisme
Pemahaman ini mengingkari kemampuan manusia untuk memahami
hakikat segala sesuatu. Alam material dan alam rohani.
Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari sifat, tujuan, dan
metode ilmiPengetahuan. Hubungan antara epistemologi (teori pengetahuan) dan
filsafat ilma sangat erat, karena epistemologi merupakan kajian dalam filsafat
ilmu. Berikut ini beberapa poin yang menjelaskan hubungan antara epistemologi
dan Filsafat ilmu:
Pengertian aksiologi
"Aksiologi" berasal dari kata Yunani "axios", yang berarti "nilai" dan
"logos", yang berarti "ilmu". Menurut John Sinclair dalam studi filosofis, "nilai"
berarti gagasan atau sistem seperti politik, sosial dan agama. Secara historis,
perdebatan antara Alexius Meinong dan Christian von Ahrenfels adalah awal dari
aksiologi atau teori nilai universal. Meinong mengatakan bahwa sumber nilai
adalah perasaan, ditaksir, atau mungkin kesenangan terhadap sesuatu. Ehrenfels
berpendapat bahwa hasrat dan keinginan adalah sumber nilai.
Aspek aksiologi
1. ETIKA (MORALITAS)
Seseorang dapat mengartikan etika dan moralitas sebagai konsep
yang menguraikan apa yang baik dan jahat bagi manusia dalam perilaku.
Perilaku orang (baik dan buruk) dalam situasi tertentu membentuk
moralitas. Tujuan etika adalah untuk menemukan dimensi dalam menilai
perilaku manusia (baik dan buruk), tetapi ada banyak kesulitan dalam
kehidupan nyata.
Objek material etika adalah tindakan atau tingkah laku manusia.
Sebaliknya, objek resmi etika adalah baik atau buruk, bermoral atau tidak
bermoral. Moralitas manusia adalah subjek penelitian etika. Problem ini
telah dibahas sejak lama. Sejak awal, masalah sikap dan moralitas telah
dibahas komunitas orang. Etika telah menjadi subjek diskusi dalam filsafat
Barat sejak zaman Plato.
2. ESTETIKA (KEINDAHAN)
Seni dan estetika berhubungan karena alasan di balik persepsi
manusia tentang keelokan. Menurut Kattsof, estetika adalah tentang
perasaan, dan keelokan adalah cara untuk menggambarkannya. Nilai
keelokan tidak tergantung pada wujud atau kualitas objek; itu tergantung
pada isi atau maknanya. Menurut definisi, estetika tidak selalu terkait
dengan penampilan fisik; itu dapat lebih berkaitan dengan nilai suatu hal
atau aspek batinnya. Keindahan, menurut Santayana, berarti membuat
seseorang senang ketika mereka melihat sesuatu. Keindahan, menurutnya,
adalah perasaan bahagia yang terpancar pada objek yang dilihat secara
objektif. Sebagai contoh, anggapan bahwa wanita yang menawan belum
pasti cantik berarti bahwa mereka belum pasti dapat memberikan rasa
aman pada perasaan orang lain. Keelokan dan estetika dapat dibagi
menjadi dua bagian. Estetika deskriptif mempersoalkan pengalaman
keelokan, sedangkan estetika normatif mempersoalkan dasar dan tolak
ukur keelokan.
Fungsi aksiologi
Salah satu hubungan antara aksiologi dan filsafat adalah bahwa aksiologi
merupakan bagian penting dari filsafat yang berfokus pada masalah nilai,
moralitas, dan etika. Dalam hal ini, ilmu aksiologi berusaha menemukan jawaban
atas masalah ini.
Hubungan antara ilmu dan filsafat selalu terkait satu sama lain secara
historis. Namun, sebagai akibat dari faktor-faktor penentu yang berkembang
seiring perkembangan zaman, ilmu dan filsafat berkembang secara terpisah.
Tujuan memposisikan keduanya sesuai dengan bidang masing-masing bukan
untuk memisahkan keduanya, tetapi untuk memperjelas hubungan antara
keduanya.
Filsafat adalah cara berpikir secara sistematis dan memiliki cara unik
untuk memahami kebenaran. Dalam konteks keagamaan, pemikiran filsafat
mencakup berbagai hal dan masalah. Oleh karena itu, filsafat juga membahas
tentang keberadaan Tuhan, masalah kenabian, dan bagaimana akal dan wahyu.
LOGIKA
Istilah logika dapat diartikan sebagai suatu metode atau teknik yang
diciptakan untuk meneliti penalaran. Secara etimologis logika adalah istilah yang
dibentuk dari kata logoikos yang berasal dari kata logos. Kata logos berarti
sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (pikiran), kata, percakapan, atau
ungkapan lewat bahasa. Kata logikos berarti mengenai sesuatu yang diutarakan,
mengenai pertimbangan akal, mengenai kata, percakapan, atau ungkapan lewat
bahasa.
a. Menemukan solusi
Manfaat utama dari logika adalah seseorang dapat berfikir secara kaidah
nalar yang baikdan benar dengan membantu manusia dalam mendapatkan
jalan keluar atau solusi dari setiap permasalahan. Disaat permasalahan
datang maka dengan brfikir logis maka setiap masalah dapat ditemukan
jalan keluarnya yang terbaik.
b. Meningkatkan kemampuan dalam berfikir secara objektif dan cermat
Membantu seseorang untuk berfikir secara cermat, teliti dan objektif serta
komprehensif. Hal tersebut dapat membuat manusia untuk melihat suatu
hal bedasarkan sudut pandang yang berbeda dari sudut pandang yang lain.
c. Meningkatkan kemampuan berfikir secara tersusun rapi, sistematis, efektif
dan efisien
d. Pikiran lebih teratur.
Macam-macam logika :
ETIKA
Secara etimologi kata “etika” berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari
dua kata yaitu Ethos dan Ethikos. Ethos berarti sifat, watak, kebiasaan, tempat
yang biasa. Ethikos berarti asusila, keadaban, kelakuan, dan perbuatan yang
baik. Istilah moral berasal dari kata latin yaitu mores, yang merupakan bentuk
jama` dari mos, yang berarti adat istiadat atau kebiasaan watak, kelakuan,
tabiat, dn cara hidup. Sedangkan dalam bahasa Arab kata etika dikenal
dengan istilah Akhlak, artinya budi pekerti. Sedangkan dalam bahasa
indonesia disebut dengan tata susila.
Etika sering diidentikkan dengan moral (atau moralitas). Namun,
meskipun sama-sama terkait tentang baik dan buruk tindakan seseorang.
Etika dan moral memiliki perbedaan pengertian. Moralitas lebih condong
pada pengertian nilai baik dan buruk dari setiap perbuatan manusia itu
sendiri. Sedangkan etika berarti ilmu yang mempelajari tentang baik dan
buruk. Jadi bisa dikatakan, etika berfungsi sebagai teori tentang perbuatan
baik dan buruk. Dalam filsafat terkadang etika disamakan dengan filsafat
moral.
Filsafat etika adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari tingkah laku
manusia yang baik dan buruk. Dasar filsafat etika yaitu etika individual
sendiri. Etika juga dapat diartikan dengan cabang ilmu filsafat yang
membicarakan nilai dan moral yang menentukan perilaku seseorang atau
manusia dalam hidupnya. Etika merupakan sebuah reflrksi kritis dan rasional
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap
serta pola perilaku hidup manusia baik sebagai peribadi maupun sebagai
kelompok.
Menurut hukum etika, suatu perbuatan itu dinilai dari 3 tingkat, yaitu :
a. Tingkat pertama : semasa belum lahir menjadi perbuatan, yakni berupa
rencana dalam hati atau niat.
b. Tingkat kedua : perbuatan nyata atau pekerti.
c. Tingkatan ketiga : akibat atau hasil dari perbuatanya, baik atau
burunya.
Dengan demikian, pandangan baik dan buruk, dan hakikat nilai dalam kehidupan
manusia sangat tergantung pada tiga hal mendasar yaitu :
1. Hedonisme
hedonisme berasal dari gagasan bahwa manusia secara naluriah
menginginkan kenikmatan, yang disebut dalam bahasa Yunani sebagai
"hedone", dan dari kata ini berasal istilah "hedonisme". Usaha ini
menghasilkan sikap negatif yang berusaha menghindari rasa sakit dan
sikap positif yang mengejar apa saja yang dapat memberikan rasa nikmat.
Hedonisme, bagaimanapun, tidak hanya mengakui kenyataan kejiwaan
ini, tetapi juga berpendapat bahwa kenikmatan adalah kebaikan yang
paling berharga atau yang tertinggi bagi manusia, dan karena itu adalah
baik bagi mereka untuk mengejar kenikmatan. Seseorang dianggap baik
jika perilakunya ditentukan oleh pertanyaan tentang bagaimana
memperoleh kenikmatan yang sebesar-besarnya. Dengan berbuat
demikian, ia bukan hanya hidup sesuai dengan kodratnya, tetapi juga
mencapai tujuan hidupnya.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, hedonisme meletakkan
tujuan hidup pada keadaan lahiriah, sedangkan kesusilaan berarti
penentuan diri sendiri, sehingga tidak mungkin untuk menghindari
kecenderungan ini. Dengan kata lain, sifat susila suatu perbuatan tidak
didasarkan pada jumlah kenikmatan yang dihasilkannya, sebaliknya, itu
didasarkan pada kecenderungan batin yang merupakan dasar dari
perbuatan tersebut.
2. Utilisme
Aliran berasal dari kata Latin "utilis", yang berarti bermanfaat. Menurut
utilitarianisme, keuntungan dari suatu tindakan merupakan ciri pengenal
kesusilaan. Jika suatu tindakan menyebabkan manfaat, itu disebut baik;
jika menyebabkan bahaya, itu disebut buruk. Utilisme digambarkan
sebagai sistem moral yang telah berkembang, dan bahkan dianggap
sebagai pendekatan yang agak sederhana untuk kehidupan. Menurut
paham ini, orang yang baik adalah mereka yang membawa manfaat, dan
tujuannya adalah agar semua orang menjadikan diri mereka yang terbaik.
Namun, dalam kenyataannya, keuntungan tidak pernah berdiri sendiri;
sesuatu selalu menguntungkan hal lain. Sebagai contoh, suatu obat
membantu memperbaiki kesehatan seseorang, sebuah buku bagus untuk
dibaca, sejumlah produk pertanian membantu, dan sebagainya.Selain itu,
kebalikannya, hal-hal yang merugikan.
3. Deontologi
Teori yang dimaksudkan ini biasanya disebut "deontologi", yang berasal
dari kata Yunani "deon", yang berarti "apa yang harus dilakukan" atau
"tugas". Kant, filsuf terkenal dari Jerman yang hidup dari 1724 hingga
1804, adalah orang yang membangun sistem moral ini. Ia dianggap
sebagai salah seorang tokoh terbesar dalam filsafat moral karena ide-
idenya, meskipun sulit dipahami, memiliki dampak yang signifikan. Kant
berpendapat bahwa hanya kehendak yang baik yang benar-benar baik, dan
semua hal lain dianggap baik secara terbatas atau dengan syarat.
Misalnya, kekayaan, kesehatan, atau inteligensi adalah baik jika
digunakan dengan baik oleh kehendak manusia; namun, jika digunakan
dengan cara yang jahat, semua hal itu bisa menjadi sangat buruk.Bahkan
kebaikan dapat disalahgunakan oleh niat jahat.