REVIEW BUKU:
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh
JUNARDIN DJAMALUDDIN
NIM.
B. Filsafat
Filsafat adalah ilmu yang mempelajari sesuatu secara mendalam, mendalam,
dan terus-menerus. Ciri-ciri pemikiran filsafat adalah keluasan, kedalaman, dan
spekulasi. Tujuan utama filsafat adalah membangun landasan yang kokoh. Apa
logikanya? Apa definisi benar? Apa yang dianggap sah? Apakah alam teratur atau
tidak teratur? Apakah ada tujuan hidup, atau tidak masuk akal? Adakah hukum yang
mengatur alam dan seluruh kehidupan hewan? Sesuai dengan landasan spekulatifnya,
filsafat menyelidiki segala permasalahan yang dapat dibayangkan manusia.
Ada tiga ciri pemikiran filosofis, yaitu komprehensif, hakikat alam, dan
murni spekulatif. Sesuai dengan sifatnya yang spekulatif, disiplin Ilmu Filsafat
menyelidiki segala persoalan yang mungkin ada dalam benak manusia. Sesuai
dengan peran perintisnya sebagai penjawab, ia mempertanyakan hal mendasar:
setelah menyelesaikan satu masalah, ia mulai menyelidiki masalah lainnya.
C. Cabang-cabang Filsafat
Berbagai cabang filsafat mencakup bidang penyelidikan berikut:
1. Epistemologi, yang menjamin studi pengetahuan dan perolehannya.
2. Etika, yang menyangkut filsafat moral dan pemeriksaan prinsip-prinsip yang
mengatur tingkah laku manusia.
3. Estetika, yang menitik beratkan pada filsafat seni dan hakikat keindahan.
4. Metafisika, yang menggali pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang realitas,
keberadaan, dan hakikat keberadaan.
5. Politik, yang melibatkan filosofi pemerintahan dan eksplorasi sistem politik serta
prinsip-prinsip yang mendasarinya.
6. Filsafat Agama, yang mengkaji keyakinan, praktik keagamaan, dan implikasi
filosofisnya.
7. Filsafat ilmu, yang menyelidiki hakikat pengetahuan ilmiah, metodologi, dan
landasan filosofis penyelidikan ilmiah.
8. Filsafat pendidikan berkaitan dengan landasan teoritis dan prinsip-prinsip yang
memandu praktik dan kebijakan pendidikan.
9. Filsafat hukum yaitu studi yang mengkaji asas-asas dan konsep-konsep dasar yang
mendasari sistem hukum.
10. Filsafat sejarah, yang mengkaji hakikat dan makna sejarah.
11. Filsafat Matematika, yaitu bidang filsafat yang berkaitan dengan studi
matematika.
Penyelidikan filosofis mencakup pemeriksaan terhadap tiga ciri mendasar:
1. Konsep logika, bertahan pada penentuan kebenaran dan kepalsuan.
2. Konsep Etika, menggambarkan standar moral dan mengevaluasi tindakan moral.
3. Konsep estetika, berkaitan dengan evaluasi subjektif terhadap keindahan dan
keburukan.
D. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan subbidang epistemologi (filsafat ilmu) yang
menyelidiki hakikat ilmu (ilmu pengetahuan). Sains merupakan suatu cabang ilmu
pengetahuan yang mempunyai sifat-sifat tertentu. Karena permasalahan teknis
tertentu, filsafat ilmu sering kali terbagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat
ilmu-ilmu sosial, padahal metodologi ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam
dan ilmu-ilmu sosial.
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang filsafat yang berupaya menjawab
sejumlah keprihatinan mengenai hakikat ilmu, antara lain:
1. Ontologis
Topik apa yang diselidiki oleh sains? Bagaimanakah bentuk dasar benda tersebut?
Apa hubungan antara suatu objek dan persepsi manusia (seperti pemikiran,
pengalaman, dan penginderaan) yang mengarah pada produksi pengetahuan?
2. Epistemologi
Bagaimana cara memperoleh ilmu dalam bentuk ilmu? Bagaimana cara kerjanya?
Faktor-faktor apa yang harus dipertimbangkan agar kita dapat memperoleh
pengetahuan yang tepat? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apa saja
persyaratannya? Teknik/metode/cara apa yang membantu kita dalam memperoleh
pengetahuan dalam bentuk pengetahuan?
3. Aksiologi
Apa tujuan pengetahuan dalam bentuk pengetahuan? Apa hubungan antara
metode penggunaan dan prinsip moral? Bagaimana pilihan moral mempengaruhi
pemilihan subjek penelitian? Bagaimana teknik prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah berhubungan dengan standar moral/profesional?
BAB II
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
A. Penalaran
Dibandingkan dengan benda hidup lainnya (hewan dan tumbuhan), manusia
merupakan ciptaan Tuhan yang paling sempurna, sedangkan ilmu pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui manusia. Manusia membutuhkan pengetahuan
sepanjang hidupnya karena mereka secara alami memiliki rasa ingin tahu, dan rasa
ingin tahu ini berkembang seiring berjalannya waktu untuk memenuhi tuntutan
keberadaan manusia yang terus berubah dan berkembang.
Penalaran adalah proses mental untuk menarik kesimpulan berdasarkan pengetahuan
yang diperoleh. Namun, tidak semua aktivitas kognitif bergantung pada penalaran.
Oleh karena itu, penalaran merupakan suatu bentuk kognisi yang mempunyai ciri-ciri
khusus untuk menemukan kebenaran. Sebagai suatu bentuk pemikiran, penalaran
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terdapat pola berpikir yang disebut logika.
2. Proses kognitif bersifat analitik.
Rasionalitas adalah proses mental yang menghasilkan pengetahuan. Agar
pengetahuan yang dihasilkan oleh penalaran mempunyai landasan kenyataan, maka
proses perenungan harus dilakukan dengan cara tertentu. Perasaan adalah kesimpulan
yang tidak memiliki landasan rasional. Intuisi merupakan suatu bentuk pemikiran
non-analitis yang tidak didasarkan pada pola pikir tertentu.
B. Logika
Agar suatu kesimpulan dianggap asli, kesimpulan tersebut harus diambil
dengan cara tertentu. Metode menarik kesimpulan ini disebut logika. Logika
didefinisikan secara lebih luas sebagai “studi tentang penalaran yang valid”.
Penalaran ilmiah, khususnya logika induktif dan logika deduktif, digunakan untuk
menarik kesimpulan. Logika induktif melibatkan penarikan kesimpulan dari kasus-
kasus individual yang sebenarnya (spesifik) ke kesimpulan umum, sedangkan logika
deduktif melibatkan penarikan kesimpulan dari hal-hal umum ke kasus-kasus
individual (khusus). Menggunakan pola berpikir silogisme untuk mencapai
kesimpulan deduktif. Dua pertanyaan dan satu kesimpulan membentuk strukturnya.
C. Sumber Pengetahuan
Berikut ini sumber-sumber ilmu pengetahuan: (1) pengalaman, (2) wahyu, (3)
wewenang, (4) penalaran deduktif, (5) penalaran induktif, dan (6) metode ilmiah.
Pada dasarnya ada dua metode utama bagi manusia untuk memperoleh
pengetahuan sejati. Yang pertama ditentukan oleh rasio, dan yang kedua oleh
pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan paham yang kita sebut rasionalisme,
sedangkan kaum empiris mengembangkan paham yang kita sebut empirisme. Kaum
rasionalis percaya bahwa pengetahuan berasal dari penalaran rasional yang abstrak,
sedangkan kaum empiris percaya bahwa pengetahuan berasal dari bukti-bukti nyata.
Selain rasionalisme dan empirisme, ada metode perolehan pengetahuan lain yaitu
intuisi dan wahyu. Intuisi adalah perolehan pengetahuan tanpa menggunakan
prosedur penalaran tertentu. Sebuah solusi terhadap masalah yang sebelumnya tidak
terpecahkan tiba-tiba muncul di benak kita, dan kita yakin bahwa itulah solusinya,
namun kita tidak dapat menjelaskan bagaimana kita sampai pada solusi tersebut.
Intuisi bersifat pribadi dan tidak dapat diprediksi. Wahyu ilmu Allah kepada para
nabi dan rasulnya.
D. Kriteria Kebenaran
1. Teori Koherensi
Konsep teori koherensi mengacu pada kerangka filosofis yang berupaya
memahami hubungan antara keyakinan dan kebenaran. Berdasarkan teori
koherensi, kebenaran suatu pernyataan ditentukan oleh koherensi atau
konsistensinya dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Pengertian
koherensi dirumuskan oleh filsuf ternama Plato (427-347 SM) dan Aristoteles
(384-322 SM).
2. teori Korespondensi
Konsep Teori Korespondensi mengacu pada cara pandang filosofis yang
menegaskan kebenaran suatu pernyataan ditentukan oleh kesesuaiannya dengan
realitas objektif. Teori korespondensi berpendapat bahwa kebenaran suatu
pernyataan bergantung pada kesesuaian antara informasi faktual yang
disampaikan dalam pernyataan tersebut dan objek yang dirujuk oleh pernyataan
tersebut. Bertrand Russell (1872-1970) adalah filsuf yang terkait dengan institusi
akademis ini.
3. Teori Pragmatis
Teori pragmatis adalah kerangka filosofis yang berfokus pada konsekuensi praktis
dan kegunaan keyakinan, gagasan, dan tindakan. Hal ini menekankan perlunya
mengevaluasi efektivitas dan fungsionalitas. Menurut kerangka teoritis ini,
kebenaran suatu proposisi dievaluasi berdasarkan kriteria fungsionalitas
praktisnya. Ide yang dimaksud diperkenalkan oleh Charles S. Peirce (1839-1914).
BAB III
ONTOLOGI: HAKIKAT APA YANG DIKAJI
A. Metafisika
Salah satu cara untuk memandang metafisika adalah sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang mengkaji pertanyaan "apa hakikat di balik dunia nyata ini?"
Metafisika adalah nama yang diberikan kepada cabang penelitian filsafat yang
menjadi landasan bagi semua aliran pemikiran filsafat lainnya, termasuk filsafat
ilmiah.
B. Asumsi
Pertanyaan-pertanyaan filosofis seperti determinisme, probabilisme, dan
kehendak bebas terkenal sulit namun sangat menarik. Jika kita tidak mampu
memahami ketiga komponen tersebut, maka mustahil kita mempunyai pemahaman
yang akurat tentang hakikat ilmu pengetahuan.
William Hamilton (1788-1856) menurunkan konsep determinisme dari ajaran
Thomas Hobbes (1588-1679) yang sampai pada kesimpulan bahwa pengetahuan
bersifat empiris, yang dicerminkan oleh materi dan gerak, bersifat universal.
Hamilton kemudian menyempurnakan gagasan determinisme menjadi seperti
sekarang ini. Aliran ini merupakan antitesis dari pandangan filosofis yang dikenal
dengan fatalisme, yang berpendapat bahwa setiap peristiwa merupakan akibat dari
takdir yang telah ditentukan sebelumnya.
C. Peluang
Menurut teori ilmiah, tidak ada cara untuk mengetahui secara pasti tentang
suatu peristiwa yang akan datang. Keadaan saat ini adalah kesimpulan berdasarkan
probabilitas.
B. Pengetahuan
Pengetahuan mencakup keseluruhan informasi dan pemahaman yang berkaitan
dengan subjek tertentu, mencakup kesadaran faktual dan konseptual. Berbagai jenis
pengetahuan memiliki ciri-ciri berbeda dalam hal ontologi, epistemologi, dan
aksiologinya, yang masing-masing menentukan bagaimana pengetahuan tersebut
disusun, diperoleh, dan dimanfaatkan. Sains berkaitan dengan pemeriksaan dan
pemahaman alam dalam keadaannya saat ini, yang beroperasi dalam batas-batas
pengamatan dan pengalaman kolektif kita. Eksplorasi gejala alam telah menjadi
bahan penyelidikan sejak zaman kuno, sering kali diwujudkan melalui narasi
mitologis. Fase selanjutnya melibatkan penanaman pengetahuan praktis yang
didasarkan pada pembelajaran berdasarkan pengalaman, diinformasikan oleh
penalaran intuitif, dan diperkuat oleh eksperimen berulang. Kemajuan ini
mengakibatkan perluasan bidang ilmu yang dikenal dengan seni terapan.
Pemanfaatan akal sehat dan penerapan trial and error memainkan peran penting
dalam upaya manusia untuk memastikan jawaban atas beragam peristiwa alam.
Selanjutnya, kemajuan signifikan muncul dalam bentuk rasionalisme, yang
melakukan pemeriksaan kritis terhadap dasar-dasar mitos kognisi. Selanjutnya terjadi
pergeseran ke arah perspektif filosofis yang disebut empirisme, yang berpendapat
bahwa pengetahuan sejati diperoleh dari pengamatan langsung dan keterlibatan
dengan kenyataan.
C. Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah pendekatan sistematis yang digunakan untuk memperoleh
pengetahuan dalam bidang sains. Metodologi mengacu pada pendekatan sistematis
yang digunakan dalam pemeriksaan dan analisis prinsip-prinsip dan prosedur yang
melekat dalam proses ilmiah.
Metode ilmiah meliputi alur proses kognitif yang berurutan, yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Rumusan Masalah
2. Penyusunan kerangka berpikir
3. Perumusan hipotesis
4. Pengujian hipotesis
5. Menarik kesimpulan.
B. Bahasa
Bahasa dapat digolongkan sebagai susunan rangsangan pendengaran atau
simbol-simbol visual yang berurutan, dimana susunan rangsangan pendengaran
menimbulkan interpretasi semantik tertentu. Urutan pendengaran yang kita kenali
sebagai kata-kata berfungsi sebagai representasi simbolis dari entitas tertentu.
Evolusi bahasa terkait erat dengan kemajuan pengalaman manusia dan
perkembangan kognitif. Bahasa memungkinkan individu untuk terlibat dalam proses
kognitif dan memfasilitasi transmisi pemikiran dan ide kepada orang lain.
Kemampuan berpikir teratur bergantung pada kehadiran bahasa, sedangkan transmisi
nilai-nilai ke generasi berikutnya dapat dilakukan melalui pemanfaatan bahasa.
Komunikasi yang efektif memerlukan pengungkapan makna yang dimaksudkan
secara eksplisit untuk menghindari potensi ambiguitas atau salah tafsir. Konsep
berbicara dengan jelas mengacu pada tindakan mengartikulasikan keyakinan atau
pemikiran seseorang secara efektif. Upaya ilmiah sebagian besar terdiri dari
kompilasi pernyataan yang mengkomunikasikan pengetahuan dan proses kognitif
yang digunakan dalam perolehannya.
C. Matematika
Matematika dapat dipahami sebagai bahasa simbolik yang mewakili
serangkaian makna yang melekat dalam pernyataan yang ingin kita komunikasikan.
Simbol-simbol matematika adalah entitas yang dibangun dan memperoleh makna
hanya melalui atribusi makna pada simbol-simbol tersebut. Jika tidak ada,
matematika hanyalah kumpulan ekspresi matematika yang lembam. Matematika
memiliki keunggulan inheren dibandingkan dengan bahasa verbal karena
kemampuannya mengolah bahasa numerik, sehingga memungkinkan perumusan
pengukuran kuantitatif. Bahasa verbal hanya terbatas pada ekspresi pernyataan
kualitatif saja. Karakteristik matematika yang dapat diukur meningkatkan kapasitas
sains untuk membuat prediksi yang akurat dan melakukan kontrol terhadap
fenomena. Bidang sains menawarkan solusi yang lebih tepat dan teliti sehingga
memudahkan penyelesaian masalah dengan lebih akurat dan presisi. Matematika
berfungsi sebagai instrumen kognitif untuk penalaran dan pemecahan masalah.
matematika, sebagai suatu disiplin ilmu, dibedakan berdasarkan susunan
pengetahuannya yang metodis yang didasarkan pada konsep-konsep logis deduktif.
Filsafat Matematika mencakup berbagai aliran pemikiran, termasuk Aliran Logistik
yang dikaitkan dengan Immanuel Kant, Aliran Intuisionis yang dikaitkan dengan Jan
Brouwer, dan Aliran Formalis yang dikaitkan dengan David Hilbert.
D. Statistika
Probabilitas membentuk dasar teori statistik. Ide statistik sering kali dikaitkan
dengan distribusi variabel yang diteliti dalam suatu populasi. Statistika mempunyai
kemampuan untuk menentukan secara kuantitatif tingkat keakuratan temuan yang
diperoleh. Ide mendasar yang mendasari konsep ini adalah keakuratan kesimpulan
meningkat secara proporsional dengan ukuran sampel. Statistik memberi kita
kemampuan untuk menentukan apakah hubungan sebab akibat antara dua faktor
hanya kebetulan atau benar-benar terkait dalam suatu hubungan empiris. Statistik
memainkan peran penting dalam kerangka metode ilmiah, memungkinkan peneliti
membuat generalisasi dan kesimpulan yang lebih kuat dan dapat diandalkan tentang
karakteristik suatu kejadian, dibandingkan hanya mengandalkan kebetulan belaka.
BAB VI
AKSIOLOGI: NILAI KEGUNAAN ILMU
D. Revolusi Genetika
Revolusi genetika merupakan sebuah tonggak penting dalam bidang penelitian pada
manusia, karena revolusi ini menandai contoh pertama di mana individu dijadikan
subjek penelitian ilmiah. Dari sudut pandang etis, mengadopsi pola pikir yang
menganggap manusia hanya sebagai objek godaan, seperti halnya kelinci, dianggap
sebagai sikap tidak bermoral yang pada dasarnya bertentangan dengan prinsip
penyelidikan ilmiah.
BAB VII
ILMU DAN KEBUDAYAAN
B. Quo Vadis
Dalam ranah wacana ilmiah, penggunaan terminologi ilmiah merupakan hal yang
lumrah, sebagai sarana untuk menyampaikan konsep dan prinsip ilmiah. Praktek ini
sangat lazim dalam proses ilmiah, serta dalam bidang ilmu-ilmu sosial dan alam.
Salah satu batasan potensial dari keputusan ini adalah keharusan untuk melupakan
istilah "sains" dan secara eksklusif menggunakan padanan sinonimnya dalam bahasa
Inggris. Alternatif awal mengutamakan pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah demi
kemajuan ilmu pengetahuan dan pencarian ilmu pengetahuan untuk nilai intrinsiknya
sendiri.
A. Hakikat Ilmu
Secara etimologis, istilah "hakikat" berasal dari akar bahasa yang berarti
kualitas seperti kecerahan, kepastian, dan kebenaran. Dalam bidang filsafat, konsep
hakikat mengacu pada sifat dasar atau identitas inti suatu entitas. Hal ini ditandai
dengan kualitasnya yang bertahan lama, karena hakikat dari segala sesuatu tetap
konstan meskipun atribut terkaitnya dapat mengalami perubahan. Salah satu tokoh
penting dalam filsafat Yunani adalah Thales, yang mengemukakan konsep bahwa
substansi fundamental yang mendasari semua fenomena adalah air. Air cair dianggap
sebagai komponen fundamental, utama, dan hakikat al dari semua materi. Terlepas
dari beragamnya ciri dan bentuk yang ditunjukkan oleh segala sesuatu, terdapat unsur
mendasar yang menyatukan semuanya, yang dapat diidentifikasi sebagai air. Konsep
ini menyatakan bahwa semua entitas berasal dari air dan pada akhirnya kembali
menjadi air.
Konsep hakikat mencakup sifat inherennya dan kualitas fundamental yang
mendefinisikan entitas tertentu. Hal ini umumnya diakui sebagai diri subjektif
individu atau kekhasan suatu entitas. Dalam bahasa Inggris, istilah “substansi”
dan/atau “hakikat ” digunakan untuk merujuk pada sifat dasar atau hakikat suatu
benda atau entitas. Dapat juga dipahami sebagai hakikat fundamental atau inti hakiki
dari sesuatu.
Konsep hakikat mengacu pada keterkaitan beberapa aspek yang digabungkan
untuk menciptakan satu kesatuan yang utuh dan utuh. Terlebih lagi, ketika
mempertimbangkan ambang batas tertentu, kehadiran kolektif dari faktor-faktor
penyusun ini pada akhirnya menetapkan identitas suatu entitas atau objek sebagai
individu yang bersangkutan, dan bukan sebagai sesuatu yang berbeda.
Konsep "hakikat " dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori berbeda:
1. Sifat hakikat (abstrak), mendalami sifat dasar dan sifat-sifat tipe.
2. Karakter Subjektif (potensial), yaitu sifat dan sifat yang melekat pada diri
seseorang yang membedakannya dengan orang lain.
3. Hakikat individu (konkret), mempertahankan kombinasi unik atribut fisik,
psikologis, dan sosial yang membentuk identitas dan perilaku individu.
Dimensi epistemologis sains tetap menghadapi tantangan untuk memastikan
kebenaran suatu entitas fisik dengan menggunakan banyak perspektif (objek formal),
metodologi, dan kerangka kerja. Banyak sekali pandangan mengenai hakikat
kebenaran yang muncul. Sejauh mana kesenjangan tersebut terjadi? Menjaga
konektivitas melalui entitas tunggal dan terintegrasi yang mencakup format,
metodologi, dan sistem standar.
Persoalan tentang sifat ilmu pengetahuan yang individualistis. Istilah "etika"
berasal dari kata Yunani "Ethikos" atau "ethos", yang berarti konsep adat atau
kebiasaan. Berkembang untuk mencapai keadaan setara dengan moralitas. Etika
secara umum dipahami sebagai cabang filsafat yang berhubungan dengan filsafat
moral atau filsafat perilaku. Dalam bidang filsafat, etika umumnya dikategorikan
menjadi dua cabang berbeda: etika normatif dan meta-etika, yang kadang-kadang
disebut sebagai etika kreatif. Etika normatif berkaitan dengan pemeriksaan kriteria
yang digunakan untuk menilai nilai moral suatu kegiatan, khususnya dalam kaitannya
dengan norma-norma masyarakat yang berlaku yang berfungsi sebagai kerangka
untuk memandu perilaku. Kreativitas sering kali memiliki kecenderungan filosofis,
karena kreativitas mengevaluasi manfaat dan kelayakan etika suatu aktivitas melalui
pemeriksaan rasional dan kritis. Kedua kriteria ini dapat menjadi prinsip panduan
perilaku manusia. Suatu perilaku yang dianggap baik dan patut ditentukan semata-
mata oleh ditaatinya hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang mendasar.
Bagian ilmiah mempertahankan karakteristik nyata dari pengetahuan pribadi.
Mirip dengan bagaimana manusia hanya dapat beroperasi secara efektif ketika
mereka bermanifestasi sebagai pribadi yang berbeda, sains juga bergantung pada
integrasi teori-teori ilmiah ke dalam kerangka teknis agar dapat berfungsi secara
optimal.
Mengingat besarnya potensi ilmu pengetahuan dan teknologi, maka sangatlah
penting bagi setiap individu untuk melakukannya
1. Menunjukkan kemampuan dan kemauan untuk mengedepankan perilaku adil dan
hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya alamnya.
2. Memiliki kemampuan dan kecenderungan untuk berperilaku adil terhadap sesama
individu.
3. Menunjukkan kemampuan dan kecenderungan untuk bersikap adil terhadap diri
sendiri.
B. Kegunaan Ilmu
Sains adalah suatu sistem penjelasan yang membantu manusia memahami
masa lalu, masa kini, dan masa depan. Berisi teori ilmiah, yang bisa bersifat logis,
filosofis, atau empiris. Berbagai ilmu telah ada untuk menjelaskan realitas,
menjadikannya sistem yang paling andal dalam memahami masa lalu, masa kini, dan
perubahan masa depan.
Contoh ilmu pengetahuan antara lain gejolak moneter di Indonesia pada tahun
1997, nilai tukar rupiah yang anjlok karena utang luar negeri, dan perilaku anak-anak
yang berada dalam rumah tangga yang berantakan. Teori ilmu pendidikan
mengemukakan bahwa anak yang orang tuanya bercerai berkembang menjadi anak
nakal akibat pendidikan yang kurang memadai.
Aksiologi mempelajari nilai-nilai, sedangkan etika ilmiah merupakan etika
normatif yang merumuskan prinsip-prinsip etika yang dapat diterapkan secara
rasional dalam ilmu pengetahuan. Tujuan dari etika ilmiah adalah agar para ilmuwan
menerapkan prinsip-prinsip moral ke dalam perilaku ilmiah mereka, sehingga mereka
dapat bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Ilmu pengetahuan telah membantu manusia mencapai tujuan hidupnya,
menghasilkan teknologi yang memungkinkan manusia dapat bergerak atau bertindak
secara hati-hati dan tepat. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia dapat
mengubah wajah dunia, berkarya, dan berpikir. Mereka dituntut untuk terus
melakukan perubahan, perbaikan, dan penemuan baru. Perkembangan industri,
perkembangan sosial budaya, dan perkembangan industri persenjataan menjadi tanda
bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi akan terus berkembang.
Beberapa contoh pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi
kehidupan manusia antara lain biologi, fisika, matematika, kimia, sosiologi,
antropologi, dan psikologi. Ilmu-ilmu ini menyumbangkan berbagai teori dan hukum
pada ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu sosial dasar seperti sosiologi, antropologi, dan
psikologi.
DAFTAR PUSTAKA