Anda di halaman 1dari 13

RESUME BUKU FILSAFAT ILMU SEBUAH PENGANTAR POPULER

BAB I
KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT
A. Ilmu dan Fisafat
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu
dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang
telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak
semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini.
Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri apakah
sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu? Apakah cirri-cirinya yang hakiki yang
membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu? Mengapa
kita mesti mempelajari ilmu?
Ada beberapa karakteristik filsafat. Pertama, menyeluruh yakni tidak puas mengenali
ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Kedua, mendasar yakni tidak percaya begitu
saja bahwa ilmu itu benar. Ketiga, spekulatif yakni mencurigai atau memilih buah pikir yang
dapat kita andalkan.
Filsafat menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Pokok
permasalahan yang dikaji filsafat mencakup beberapa cabang filsafat yakni Epistimologi
(Filsafat Pengetahuan), Etika (Filsafat Moral), Etestika (Filsafat Seni), Metafisika, Politik
(Filsafat Pemerintahan), Filsafat Agama, Filsafat Ilmu, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum,
Filsafat Sejarah Dan Filsafat Matematika.
Filsafat ilmu memiliki tiga aspek. Pertama, ontologi yang menelaah tentang apa yang
dikaji oleh pengetahuan itu. Kedua, epistemologi yang menelaah tentang bagaimana caranya
mendapatkan pengetahuan tersebut. Ketiga, aksiologi yang menelaah tentang untuk apa
pengetahuan termaksud dipergunakan.
BAB II
DASAR-DASAR PENGETAHUAN

1. Penalaran
Penalaran adalah berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Dengan
penalaran inilah manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan
mantap. Disamping itu manusia juga mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan
informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Penalaran mempunyai
ciri-ciri: proses berpikir logis atau dan analitis. Penalaran juga merupakan suatu proses
berfikir dalam menarik kesimpulan yang berupa ilmu pengetahuan.
2. Logika
Logika didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih (Valid). Logika
berguna dalam proses penenarikan kesimpulan. Logika dibagi menjadi logika induktif dan
logika deduktif.
3. Sumber Pengetahuan
Sumber Pengetahuan, pada dasarnya terdapat dua cara kita mendapatkan pengetahuan
yang benar yaitu mendasarkan diri pada rasio atau disebut rasionalisme dan mendasarkan diri
pada pengalaman atau disebut empirisme, namun masih terdapat cara lain yaitu intusi
(pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu) dan wahyu
merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada manusia lewat perantara nabi-
nabi yang diutusnya).
4. Kriteria Kebenaran:
a. Teori Koherensi yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat
koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
b. Teori Korespondensi yang ditemukan oleh Bertrand Russell (1872-1970). Suatu
pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu
berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
c. Teori Pragmatis dicetuskan oleh Charles S. Pierce (1839-1914). Suatu pernyataan adalah
benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan
praktis dalam kehidupan manusia.
BAB III
ONTOLOGI: HAKIKAT APA YANG DIKAJI
A. Metafisika
Metafisika adalah bidang telaah filsafati yang merupakan tempat berpijak dari setiap
pemikiran filsafati termasuk pemikiran ilmiah. Terdapat beberapa tafsiran metafisika.
Tafsiran pertama adalah supernaturalisasi yaitu paham yang menyatakan bahwa terdapat
ujud-ujud bersifat gaib (supernatural) dan ujud-ujud ini bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa
dibandingkan dengan alam yang nyata. Tafsiran kedua adalah naturalisme yaitu paham yang
menyatakan bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat
gaib, melainkan oleh kekuatan yang tedapat dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan
dengan demikian dapat kita ketahui.
B. Asumsi
Asumsi merupakan dugaan-dugaan sementara yang belum jelas kebenarannya, karena
belum ada fakta pendukung yang valid. Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu
dalam memecahkan masalah praktis sehari-hari, tidaklah perlu memiliki kemutlakan seperti
halnya agam. Walaupun demikian sampai tahap tertentu ilmu memiliki keabsahan dalam
melakukan generalisasi. Selain asumsi, terdapat juga peluang. Peluang adalah sesuatu yang
belum terjadi. Sesuatu yang kemungkinan bisa ada atau tidak.
Dalam mengembangkan asumsi perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama,sebuah asumsi
harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan. Kedua, asumsi harus
disimpulkan dari keadaan sebagaimana adanya bukan bagaimana keadaan seharusnya.
C. Batas-Batas Penjelajahan Ilmu
Ilmu membatasai lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga
disebabkan metode yang dipergunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya
secara empiris. Ilmu itu sendiri memiliki dua cabang utamanya yaitu: Filsafat alam yang
kemudian menjadi ilmu-ilmu alam (the natural science) dan Filsafat moral yang kmudian
menjadi ilmu-ilmu sosial (the social science). Dari cabang-cabang tersebut berkembanglah
cabang-cabang yang lain seperti ilmu kimia yang merupakan cabang dari ilmu alam, kini
memiliki 150 disiplin.

BAB IV
EPISTIMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR
A. Jarum Sejarah Pengetahuan
Jarum Sejarah Pengetahuan pada paktu dulu kriteria kesamaan yang menjadi konsep
dasar. Semua meyatu dalam kesatuan yang batas-batasnya kabur dan mengambang. Tidk
terdapat jarak antara objek yang satu dengan objek yang lain, antara ujud yang satu dengan
ujud yang lain. Konsep dasar ini baru mengalami perubahan fundamental dengan
berkembangnya abad Penalaran pada pertengahan abad ke 17. Pohon pengetahuan mulai
dibeda-bedakan paling tidak berdasarkan apa yang diketahui, bagaimana cara mengetahuinya
dan untuk apa pengetahuan itu dipergunakan. Berdasarkan objek yang ditelaah mulai
dibedakan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social. Dari cabang ilmu yang satu sekarang ini
diperkirakan berkembang lebih dari 650 cabang disiplin ilmu.
B. Pengetahuan
Pengetahuan pada hakekatmya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu
obyek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari
pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai jenis pengetahuan lainya
seperti seni dan agama. Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara
langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita.
Setiap jenis pengetahuan mempunyai cirri-ciri spesifik mengenai apa (ontologi),
bagaimana (epistimologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Jika ilmu
mencoba mengembangkan sebuah model yang sederhana mengenai dunia empiris dengan
mengabstraksikan realitas menjadi beberapa variable yang terikat dalam sebuah hubungan
yang bersifat rasional, maka seni (paling tidak seni sastra), mencoba mengungkapkan obyek
penelaahan itu sehingga menjadi bermakna bagi pencipta dan mereka yang meresapinya,
lewat berbagai kemampuan manusia untuk menangkapnya, seperti pikiran emosi dan
pancaindra.
Seni menurut Moctar Lubis, merupakan produk dari daya inspirasi dan daya cipta
manusia yang bebas dari cengkraman dan belenggu berbagai ikatan. Karya seni bersifat
penuh dan rumit namun tidak bersifat sistematik.
Sebuah karaya seni yang baik biasanya mempunyai pesan yang ingin disampaikan
kepada manusia yang bias mempengaruhi sikap dan prilaku mereka. Itulah sebabnya seni
memegang peran penting dalam pendidikan moral dan budi pekerti suatu bangsa.
Satu jembatan yang menghubungkan antara seni terapan dengan ilmu dan teknologi
adalah pengembangan konsep teoritis yang besifat mendasar yang selanjutnya dijadikan
tumpuan untuk mengembangkan pengetahun ilmiah yang bersifat integral. Ilmu dan filsafat
dimulai dengan akal sehat sebab tak mempunyai landasan permulaan lain untuk berpijak.
C. Metode Ilmiah
Metode Ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.
Jadi ilmu didapat dari metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmu sebab ilmu
merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat tertentu.
Syarat yang harus dipenuhi agar pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa
yang dinamakan dengan metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara
bekerjanya pikiran, sehingga pengetahuan yang dihasilkan mempunyai karakteristik tertentu
yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan
tubuh pengetahuan yang disusun merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
Dalam hal ini metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan
induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya. Proses kegiatan ilmiah menurut Ritchie
Calder dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Sehingga, karena masalah ini berasal dari
dunia empiris, maka proses berpikir tersebut diarahkan pada pengamatan objek yang
bersangkutan yang bereksistensi dalam dunia empiris pula. Karena masalah yang
dihadapinya adalah nyata maka ilmu mencari jawaban pada dunia yang nyata pula. Ilmu
dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta pula, apapun juga teori yang
menjembataninya (Einstein).
Teori merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara secara rasional
digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan suatu penjelasan
rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Adapun tahapan dalam
kegiatan ilmiah, yaitu: perumusan masalah, penyusunan kerangka berpikir, perumusan
hipotesis, pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan.
D. Struktur Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang
memenuhi syarat-syarat keilmuan, dan dengan demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah
atau ilmu. Ada pun struktur pengetahuan ilmiah sebagai berikut :
1. Teori yang merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu
faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan.
2. Hukum yang merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau
lebih dalam suatu kaitan sebab akibat.
3. Prinsip yang dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi
sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi.
4. Postulat yang merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut
pembuktiannya.

BAB V
SARANA BERPIKIR ILMIAH
A. Sarana Berpikir Ilmiah
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana
yang berupa bahasa, logika, matematika dam statistika.
1. Bahasa
Keunikan manusia sebenarnya bukan terletak pada kemampuan berpikirnya
melainkan terletak pada kemampuan berbahasanya. Tanpa bahasa maka kegiatan berpikir
secara sistematis dan teratur tidak mungkin dilakukan, tanpa kemampuan berbahasa
manusia tidak menungkin mengembangkan kebudayaannya, selanjutnya tidak dapat
mengkomunikasikan pengetahuan kepada orang lain. Jika kita berbicara maka hakikat
informasi yang kita sampaikan mengandung unsur emotif, demikian jika kita
menyampaikan perasaan maka ekspresi itu mengandung unsur informatif. Bahasa
mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan dan sikap
2. Matematika
Matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang kita sampaikan, lambang dari matematika bersifat artifisialis,
mempunyai arti jika diberikan sebuah makna kepadanya. Matematika bersifat kuantitatif
dan sebagai sarana berpikir deduktif.
3. Statistika
Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru yang
tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno,Romawi dan bahkan Eropa dalam abad
pertengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang
dikembangkan sarjana Muslim namun bukan dalam lingkup teori peluang.
Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam
suatu populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menaruk kesimpulan
yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang
bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari
kesimpulan yang ditarik tersebut.
Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah
suatu hubungan kausalita antara dua faktor atau lebih bersifat kebetuln atau memang
benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris.

BAB VI
AKSIOLOGI : NILAI KEGUNAAN ILMU
A. Ilmu dan Moral
Semakin cerdas, maka semakin pandai kita menemukan kebenaran, semakin benar maka
semakin baik pula perbuatan. Apakah manusia mempunyai penalaran tinggi, lalu makin
berbudi, sebab moral mereka dilandasi oleh anlisis yang hakiki, atau sebaliknya makin cerdas
maka makin pandai pula kita berdusta?. Masalah moral berkaitan dengan metafisika
keilmuan, maka dalam tahap manipulasi ini masalah moral berkaitan dengan cara
penggunaan pengetahuan ilmiah.
Ontologi diartikan sebagai pengkajian mengenai hakikat realitas dari objek yang di telaah
dalam membuahkan pengetahuan, aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Sokrates minum racun, John Huss
dibakar sebagai contoh betapa ilmuan memiliki landasan moral, jika tidak ilmuan sangat
mudah tergelincir dalam prostitusi intelektual.
B. Tanggung Jawab Sosial Ilmuan
Seorang ilmuan mempunyai tanggung jawab sosial di bahunya. Bukan saja karena ia
adalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung dengan di
masyarakat yang yang lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam
keberlangsungan hidup manusia.
Sampai ikut bertanggung jawab agar produk keilmuannya sampai dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. Sikap sosial seorang ilmuan adalah konsisten dengan proses
penelaahan keilmuan yang dilakukan. Sering dikatakan bahwa ilmu itu bebas dari sistem
nilai. Ilmu itu sendiri netraldan para ilmuanlah yang memberikannya nilai.
C. Nuklir dan Pilihan Moral
Seorang ilmuan secara moral tidak akam membiarkan hasil penemuannya dipergunakan
untuk menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu adalah bangsanya sendiri.
Seorang ilmuan tidak boleh berpangku tangan, dia harus memilih sikap, berpihak pada
kemanusiaan. Pilihan moral memang terkadang getir sebab tidak bersifat hitam di atas putih.
Seperti halnya yang terjadi pada Albert Einstein diperintahkan untuk membuat bom atom
oleh pemerintah negaranya.
Seorang ilmuan tidak boleh menyembunyikan hasil penemuannya, apapun juga
bentuknya dari masyarakat luas serta apapun juga konsekuensi yang akan terjadi dari
penemuannya itu. Seorang ilmuan tidak boleh memutar balikkan temuannya jika hipotesis
yang dijunjung tinggi tersusun atas kerangkan pemikiran yang terpengaruh preferensi moral
ternyata hancur berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian

BAB VII
ILMU DAN KEBUDAYAAN
A. Revolusi Genetik
Revolusi Genetik merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuwan manusia sebab
sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai objek penelaah itu sendiri. Hal ini
buka berarti bahwa sebelumnya tidak pernah ada penelaahan ilmiah yang berkaitan dengan
jasad manusia, tentu saja banyak sekali, namun penelaahan-penelaahan itu dimaksudkan
untuk mengembangkan ilmu dan teknologi.
Dengan penelitian genetika maka masalahnya menjadi sangat lain, kita tidak lagi
menelaah organ-organ manusia dalam upaya untuk menciptakan teknologi yang memberikan
kemudahan bagi kita, melainkan manusia itu sendiri sekarang menjadi objek penelaah yang
akan menghasilkan bukan lagi teknologi yang memberikan kemudahan, melainkan teknologi
untuk mengubah manusia itu sendiri. Pembahasan ini berdasarkan kepada asumsi bahwa
penemuan dalam riset genetika akan dipergunakan dengan itikad baik untuk keluhuruan
manusia.
Allport, Venon dan lindzey (1951) mengidentifikasikan enam nilai dasar dalam
kebudayaan yakni nilai teori, ekonomi, estetika, sosial, politik, dan agama .Yang dimaksud
dengan nilai teori adalah hakikat penemuan kebenaran lewat berbagai metode seperti
rasionalisme, empirisme dan metoda ilmiah. Setiap kebudayaan mempunyai skala hirarki
mengenai mana yang lebih penting dan mana yang kurang penting dari nilai-nilai tersebut di
atas serta mempunyai penilaian sendiri dari tiap-tiap katagori.
B. Ilmu dan Perkembangan Kebudayaan Nasional
Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang memenuhi persyaratan-persyaratan
tertentu, yang memiliki dua kriteria utama, yaitu pernyataan harus logis dan didukung fakta
empiris (Empiris : berdasarkan pengalaman dan pengetahuan). Kedua kriteria tersebut saling
mengikat, yang pertama setiap pernyataan yang disampaikan harus logis dan diperolah dari
fakta-fakta empiris, merupakan hakikat berpikir ilmiah. Dari hakikat ini, kita dapat
menyimpulakan beberapa karakteristik ilmu :
1.Ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar
2.Akar berpikir yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang ada.
3.Pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran objektif.
4.Mekanisme yang terbuka terhadap koreksi
Maka disimpulkan manfaat yang dapat diperoleh dari karakteristik ilmu ialah
rasional,logis,objektif dan terbuka dan kritis sebagai landasannya
Ilmu Sebagai Asas Moral artinya dalam menetapkan suatu pernyataan apakah itu benar
atau tidak maka seorang ilmuwan akan menarik kesimpulannya kepada argumentasi yang
terkandung dalam pernyataan itu dan bukan kepada pengaruh yang berbentuk kekuasaan dari
kelembagaan yang mengeluarkan pernyataan itu. Hal ini sering menempatkan ilmuwan pada
tempat yang bertentangan dengan pihak yang berkuasa yang mungkin mempunyai kriteria
kebenaran yang lain.Kriteria ilmuwan dan politikus dalam membuat pernyataan adalah
berbeda menurut Szilard : jika seorang ilmuwan mengatakan sesuatu, rekan rekannya
pertamakali akan bertanya apakah yang dinyatakan itu mengandung kebenaran.Sebaliknya
jika seorang politikus mengatakan sesuatu maka rekan reknnya pertama kali akan bertanya, "
mengapa ia menyatakan hal itu " baru kemudian atau mungkin juga tidak, mereka
mempertanyakan apakah pernyataan itu mengandung kebenaran.
Disamping itu kebenaran bagi ilmuwan mempunyai kegunaan yang universal bagi umat
manusia dalam meningkatkan martabat ke manusiaanya. Secara nasional kaum ilmuwan
tidak mengabdi kepada golongan, klik politik atau kelompok lain, secara internasional kaum
ilmu wan tidak mengabdi kepada ras,ideology, dan factor – factor pembatasolainnya. Dua
karakteristik ini merupkan asas moral bagi ilmuwan yakni me ninggikan kebenaran dan
pengabdian secara universal.
Berbicara tentang Nilai-Nilai Ilmiah dan Pengembangan Kebudayaan Nasional. Ada 7
nilai yang terkandung dalam dari hakikat keilmuan yaitu kritis, rasional, logis, objektif ,
terbuka, menjunjung kebenaran dan pengabdian universal.Ketujuh sifat ini sangat akan
sangat konsisten untuk membentuk bangsa yang modern. Karena bangsa yang modern akan
menghadapi banyak tantangan di segala bidang kehidupan. Pengembangan kebudayaan
nasional pada hakikatnya adalah perubahan kebudayaan konvensional kearah yang lebih
aspirasi.
Beberapa langkah yang dapat kita gunakan yang pada pokoknya mengandung beberapa
pemikiran sebagai berikut:
1. Ilmu merupakan bagian kebudayaan,sehingga setiap langkah dalam kegiatan peningkatan
ilmu harus memperhatikan kebudayaan kita.
2. Ilmu merupakan salah satu cara menemukan kebenaran.
3. Asumsi dasar dari setiap kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah percaya dengan
metode yang digunakan.
4. Kegiatan keilmuan harus dikaitkan dengan moral.
5. Pengembangan keilmuan harus seiring dengan pengembangan filsafat
6. Kegiatan ilmah harus otonom dan bebas dari kekangan struktur kekuasaan.
C. Dua Pola Kebudayaan
Dua pola kebudayaan dan ilmu yang begulir di Indonesia, adalah ilmu-ilmu alam dan
ilmu-ilmu social. Kenapa hal ini terjadi,ini terjadi karena besarnya perbedaan antara ilmu
social dan ilmu alam. Namun kedua hal itu bukan merupakan masalah, kedua hal itu tidak
mengubah apa yang menjadai tujuan penelitian ilmiah. Ilmu bukan bermaksud
mengumpulkan fakta tapi untuk mencari penjelasan dari gejala-gejala yang ada, yang
memungkinkan kita mengetahui kebenaran hakikat objek yang kita hadapi.
Ada dua factor yang menjadi landasan suatu analisis kuantitatif ilmu social yaitu: sulitnya
melakukan pengukuran, karena emosi dan aspirasi merupakan unsur yang sulit dan yang
kedua banyaknya variable yang mempengaruhi tingkah laku manusia. Hal seperti inilah yang
menyebabkan ilmu alam lebih maju dari pada ilmu social. Itu dikarenakan ilmu social lebih
terpaku pada tahap kualitatif,dan untuk mengubah ini ilmu social harus lebih masuk ketahap
kuantitatif.
Di Indonesia hal seperti ini masih berlaku, tebukti adanya dua penjurusan dalam bidang
kajian ilmu, yaitu ilmu social dan ilmu alam, dan dalam pelaksanaannya ilmu alam selalu
dianggap lebih bergengsi di banding ilmu social. Itu membuat sebagian masyarakat kita
terobsesi untuk masuk jurusan ilmu alam meski mungkin lebih berbakat dalam bidang social,
sehingga secara tidak langsung menghambat perkembangan ilmu social.
Pada akhirnya harus kita sadari bahwa adanya dua jurusan dalam bidang ilmu ini
memerlukan suatu usaha yang fundamental dan sistematis dalam menghadapinya. Perlu
dicari titik temu diantara kedua bidang ini sehingga satu sama lain akan saling melengkapi,
bukan saling terpisah. Karena bagaimanapun ilmu social tidak dapat terpisah dan berdiri
sendiri dan begitupun ilmu alam tetap terikat secara social.

BAB VIII
ILMU DAN BAHASA
A. Tentang Terminologi : Ilmu, Ilmu Pengetahuan dan sains ?
Manusia dengan segenap kemampun kemanusiannya seperti perasaan, pikiran,
pengalaman, pancaindra dan intuisi mampu menangkap alam hidupnya dan
mengabstraksikan tangkapan tersebut dalam dirinya dalam berbagai bentuk "ketahuan
umpamanya kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah, filsafat.
Terminologi ketahuan ini adalah termonologi artifisial yang bersifat sementara sebagai
analisis yang pokoknya diartikan sebagai keseluruhan bentuk dari produk kegiatan manusia
dalam usaha untuk mengetahui sesuatu . Apa yang kita peroleh dalam proses mengetahui
tersebut tanpa memperhatikan obyek, cara dan kegunaannya kita masukan kedalam kategori
yang disebut ketahuan ini. Dalam bahasa inggris sinonim dari ketahuan ini adalah
knowledge. Ketahuan atau knowledge ini merupakan terminologi generik yang mencakup
segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, beladiri, cara menyulam dan
biologi itu sendiri.
Pada tanggal 28 oktober 1928 bangsa Indonesia telah memilih Bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasioal. Alasan utama pada waktu itu lebih ditekankan pada fungsi kohesif bahasa
Indonesia sebagai sarana untuk mengintegritaskan berbagai suku kedalam satu bangsa yakni
Indonesia. Tentu saja terdapat juga evalusai yang berkonotasi dengan ketentuan Bahasa
Indonesia selaku fungsi komunikatif yakni fakta bahwa Bahasa Indonesia merupakan lingua
franca dari sebaian besar penduduk, namun kalau dikaji lebih dalam , maka kriteria bahasa
sebagai fungsi kohesif itulah yang merupakan kriteria yang menentukan.
Selaku alat komuniksi pada pokonya bahsa mencakup tiga unsur yakni, pertama, bahasa
selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif),
kedua, berkonotasi sikap (afektif) dan, ketiga, berkonotasi pikiran (penalaran). Atau secara
umum dapat dikatakan bahwa fungsi komunikasi bahasa dapat diperinci lebih lanjut menjadi
fungsi emotif, afektif dan penalaran. Perkembangan bahasa tentu saja tidak dapat dilepaskan
dari sektor-sektor lain yang juga tumbuh dan berkembang. Sekiranya bahasa berkembang
terisolasi dari perkembangan sektor-sektor lain maka bahasa mungkin bersifat tidak berfungsi
dan atau bahkan kontra produktif (counter-productive).

BAB IX
PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH

A. Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah


Dalam struktur penelitian, langkah awal yakni pengajuan masalah. Setelah itu
Penyusunan Kerangka Teoritis Dan Pengajuan Hipotesis. Kemudian menentukan metode
penelitian. Dengan menggunakan metode penelitian yang tepat maka akan mendapatkan hasil
yang valid juga. Hasil penelitian disini meliputi variabel-variabel yang diteliti, menyatakan
teknik analisis, mendeskripsikan hasil analisis data serta memberikan penafsiran terhadap
kesimpulan analisis data. Jika sudah mendapatkan hasil penelitian maka peneliti harus
membuat deskripsi singkat atau bisa disebut dengan ringkasan, serta membuat kesimpulan
dan saran secara keseluruhan.
Disamping itu, ada beberapa item yang lain. Pertama, abstrak yakni cuplikan isi yang
terletak di awal yang mengandung kisi-kisi yang terdapat dalam isi. Kedua, daftar pustaka
yakni sumber-sumber yang mendukung penelitian. Ketiga, riwayat hidup penulis. Ke empat,
usulan penelitian dan lain-lain. Kemudian penelitian diakhiri dengan penutup serta catatan
akhir.
B. Teknik Penulisan Ilmiah
Teknik Penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan dalam membuat
pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber dari pengetahuan ilmiah
yang dipergunakan dalam penulisan. Komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan tepat yang
memungkinkan proses penyampaian pesan yag bersifat reproduktif dan impersonal.
Bahasa yang dipergunakan harus jelas di mana pesan mengenai obyek yang ingin
dikomunikasikan mengandung informasi yang disampaikan sedemikian rupa sehingga si
penerima betul-betul mengerti tentang isi pesan yang disampaikan kepadanya.
C. Teknik Notasi Ilmiah
Tanda catatan kaki diletakan di ujung kalimat yang kita kutip dengan mempergunakan
angka arab yang diketik naik setengah spasi. Catatan kaki pada tiap bab diberi nomor urut
mulai dari anka 1 sampai habis dan diganti dengan nomor 1 kembali pada bab yang baru.
Satu kalimat mungkin terdiri dari beberapa catatan kaki sekiranya kalimat itu terdiri dari
beberapa kutipan. Semua kutipan, baik yang dikutup secara langsung maupun secara tidak
langsung, Sumbernya kemudian kita sertakan dalam daftar pustaka.

BAB X
PENUTUP
Hakikat dan Kegunaan Ilmu
Ilmu memiliki fungsi yang bersifat estetik, yang kalau kita konsumsikan dengan baik,
memberikan kenikmatan batiniah atau kepuasan jiwa. Jiwa kita tergetar, terharu, tersenyum oleh
komunikasi aristik, menyebabkan dunia makna yang tak terjangkau kasat mata. Jiwa kita
bertambah kaya, persepsi kita bertambah dewasa, yang selanjutnya akan mengubah sikap dan
kelakuan kita.

Anda mungkin juga menyukai