MAKALAH
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Sains
yang dibina oleh Prof. Dr. Subandi, M.Si
Disusun Oleh :
Dyah Wijayanti
Hanie Vidya Christie
Ika Budi Yuliastini
(140331808571)
(140331808584)
(140331808586)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu
episteme(pengetahuan) dan logos(teori). Epistemologi dalam The New Lexicon
Websters Ensyclopedic Dictionary didefinisikan sebagai cabang ilmu filsafat yang
mempelajari sifat ilmu pengetahuan, asal mula terjadinya, dasar-dasarnya, batas
dan validitasnya. Menurut Kattsoff (1986:76) epistemologi adalah cabang filsafat
yang membahas asal-usul, susunan, metode-metode, dan sahnya pengetahuan.
Sementara itu Lubis (1994:17) berpendapat bahwa epistemologi adalah cabang
filsafat yang menjelaskan bagaimana cara menyusun pengetahuan yang benar.
Landasan bagi epistemologi ilmu adalah metode ilmiah. Buttler dan Salam (1997)
berpendapat epistemologi meliputi hakekat pengetahuan, sumber pengetahuan, dan
metode pengetahuan. Sejalan dengan pemikiran tersebut di atas Notohadiningrat
(1991:5) menyatakan epistemologi adalah suatu teori tentang pengetahuan yang
berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan dan metode keilmuan. Dari uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa epistemologi pada intinya adalah pemanfaatan
suatu prosedur kerja atau cara kerja untuk memperoleh pengetahuan yang benar
dengan menggunakan metode ilmiah.
Epistemologi juga disebut logika yaitu ilmu tentang pikiran. Akan tetapi,
logika dibagi menjadi dua logika minor dan logika mayor. Logika minor
mempelajari struktur berfikir dan dalil-dalilnya seperti silogisme. Sedangkan logika
mayor mempelajari hal pengetahuan, kebenaran dan kepastian yang sama dengan
ruang lingkup epistemologi.
Epistemologi juga dikaitkan bahkan disamakan dengan suatu disiplin yang
disebut Critica, yaitu pengetahuan sistematik mengenai kriteria dan patokan untuk
menentukan pengetahuan yang benar dan yang tidak benar. Batasan-batasan diatas
nampak jelas hal yang ingin diselesaikan epistemologi adalah bagaimana cara
mendapatkan pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, validitas
pengetahuan dan kebenaran pengetahuan.
Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang
pengetahuan. Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan, perlu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jarum sejarah pengetahuan
struktur kemasyarakatan
Pengetahuan mulai dibedakan berdasarkan apa yang diketahui, bagaimana
disiplin ilmu yang sudah pada route nya, tapi menciptakan paradigma baru.
Paradigma yang dimaksud disini adalah bukan ilmu, tetapi sarana berfikir
ilmiah seperti logika, matematika, statistika, dan bahasa.
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge.Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).Sedangkan secara
terminologi definisi pengetahuan ada beberapa definisi, antara lain:
1.
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan
tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai.
Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian
pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
2.
3.
suatu objek
harus dikandung dulu oleh filsafat , lalu dilahirkan, dibesarkan dan diasuh oleh
matematika, logika, bahasa, statistika dan metode ilmiah. Maka seseorang yang ingin
berilmu perlu memiliki pengetahuan yang banyak dan memiliki pengetahuan tentang
logika, matematika, statistika dan bahasa.Kemudian pengetahuan yang banyak itu
diolah oleh suatu metode tertentu.Metode itu ialah metode ilmiah. Pengetahuan
tentang metode ilmiah diperlukan juga untuk menyusun pengetahuan-pengetahuan
tersebut untuk menjadi ilmu dan menarik pengetahuan lain yang dibutuhkan untuk
melengkapinya.
Cara memperoleh pengetahuan/terjadinya pengetahuan
Menurut John Hospers yang dikutip oleh Surajino, mengatakan bahwa ada enam
hal penting sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan. Enam hal itu antara
lain :
1. Pengalaman Inderawi ( Sense experience ) : sarana paling vital dalam memperoleh
pengetahuan. Melalui indera-indera kita dapat berhubungan dengan berbagai macam
obyek di luar diri kita. Kesalahan bisa terjadi kalau tidak ada ketidakharmonisan
dalam semua peralatan indera itu.
2. Penalaran ( reasoning ). Penalaran merupakan karya akal yang menggabungkan dua
pemikiran atau lebih untuk memperoleh pengetahuan baru.
3. Otoritas ( authority) : kewibawaan atau kekuasaan yang sah yang dimiliki seseorang
dan diakui oleh kelompoknya. Ia dilihat sebagai salah satu sumber pengetahuan
karena kelompoknya memiliki pengetahuan melalui
kepercayaan akan sesuatu yang disampaikan oleh sumber wahyu itu sendiri. Dari
kepercayaan ini muncul keyakinan.
6. Keyakinan ( faith) : Keyakinan mendasarkan diri pada dogma-dogma atau ajaranajaran agama yang diungkapkan lewat norma-norma dan aturan-aturan agama.
Adapun menurut Yuyun S. Suryasumantri (2001:50) pada dasarnya ada dua cara
yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu
mendasarkan diri pada rasio dan mendasarkan diri pada pengalaman. Sehingga muncul
beberapa paham tentang cara memperoleh pengetahuan, antara lain:
1. Rasionalisme
Rasionalisme adalah aliran berpikir yang berpendapat bahwa pengetahuan yang
benar mengandalkan akal yang menjadi dasar pengetahuan ilmiah.Pengetahuan
rasional adalah suatu pengetahuan yang dihasilkan dari proses belajar dan mengajar,
diskusi ilmiah, pengkajian buku, pengajaran seorang guru dan sekolah. Tokoh-tokoh
paham rasionalisme yaitu: Agustinus, Johanes Scotus, Avicena, Plato, Galileo,
Leonardo da Vinci, Leibniz.
2. Empirisme.
Sumber pengetahuan satu-satunya adalah pengalaman dan pengamatan inderawi.
Data dan fakta yang ditangkap oleh panca indera kita adalah sumber pengetahuan.
Salah satu tokohnya adalah John Locke.
3. Kritisme
Untuk bisa menangkap sesuatu sudah diandaikan bahwa kita memiliki konsep atau
pemahaman tertentu,juga tidak benar bahwa sejak kelahiran seorang manusia sudah
memiliki pengetahuandalam benaknya.Pengetahuan hanya bisa terjadi oleh
kerjasama antara pengalaman indra dan akal budi, dan tidak mungkin yang satu
bekerja tanpa yang lain.Salah satu tokohnya adalah Immanuel Kant
4. Postivisme
Positivisme selalu berpangkal pada apa yang telah diketahui, yang faktual dan
positif. Semua yang diketahui secara positif adalah semua gejala atau sesuatu yang
tampak, karena itu mereka menolak metafisika.
2. The semantic theory of truth (teori kebenaran berdasarkan arti). Berdasarkan teori
kebenaran sematiknya Bertrand Russell, bahwa kebenaran itu ditinjau dari arti segi
atau maknanya.
3. The consistence theory of truth (teori kebenaran berdasarkan konsisten). Menurut
teori ini, suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat konsisten
dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar
4. The pragmatic theory of truth (teori kebenaran berdasarkan pragmatik). Yang
dimaksud dengan teori ini ialah benar tidaknya sesuatu ucapan, dalil atau teori
semata-mata bergantung kepada berfaedahnya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi
manusia untuk bertindak dalam kehidupannya.
5. The coherence theory of truth (teori kebenaran berdasarkan koheren). Berdasarkan
teori koherennya kattsoff (1986) dalam bukunya element of philosopy, bahwa suatu
prosisis itu benar, apabila berhubungan dengan ide-ide dari proposisi terdahulu yang
telah dan benar.
6. The logical superfluity of truth (teori kebenaran logis yang berlebihan). Berdasarkan
teori yang dikembangkan oleh Ayer, bahwa problema kebenaran hanya merupakan
kekacauan bahasa saja dan bersifat pemborosan, karena pada dasarnya apa yang
hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat yang sama yang sama-sama saling
melingkupi.
7. Teori skeptivisme, suatu kebenaran dicari ilmiah dan tidak ada kebenaran yang
lengkap
8. Teori kebenaran nondeskripsi. Teori yang dikembangkan oleh penganut filsafat
fungsionalisme, yang menyatakan bahwa suatu stetment atau pernyataan mempunyai
nilai benar amat tergantung peran dan fungsi daripada pernyataan itu.
Sedangkan nilai kebenaran itu bertingkat-tingkat, sebagaimana yang diuraikan oleh
Anshari ada empat tingkatan kebenaran: 1. Kebenaran wahyu 2. Kebenaran spekulatif
filsafat 3. Kebenaran positif ilmu pengetahuan 4. Kebenaran pengetahuan biasa.
Jenis-jenis Pengetahuan
Berdasarkan cara kerja yang dipakai dalam memperoleh dan mempertanggungjawabkan
kebenarannya serta berdasarkan perbedaan objek yang yang menjadi bahan kajiannya,
pengetahuan dibedakan menjadi :
a. Pengetahuan ilmiah/ilmu
Merupakan pengetahuan yang diperoleh dan dipertanggungjawabkan kebenarannya
secara ilmiah atau dengan menerapkan cara kerja ilmiah atau metode ilmiah.
b. Pengetahuan Moral
Dalam pengetahuan ini, tidak ada klaim kebenaran yang absah. Penilaian dan
putusan moral pada dasarnya berakar pada latar belakang budaya seseorang.
Terdapat dua penilaian kebenaran dalam pengetahuan moral;
-
relatif terhadap kebudayaan tempat penilaian dan putusan moral itu dibuat
Nonkognitivisme, penilian dan putusan moral tidak termasuk wacana yang mau
menegaskan benar-salah , tetapi bermaksud mengungkapkan perasaan atau
sikap penilai maupun pendengar terhadap kebudayaan tempat orang lahir dan
dibesarkan
c. Pengetahuan Religius
Pengetahuan yang kebenarannya tidak dapat ditentukan benar-salahnya baik secara
apriori (pengetahuan pra pengalaman) berdasarkan penalaran logis maupun secara
aposteriori (pengetahuan purna pengalaman) berdasarakan pengalaman.Kebenaran
pengetahuan ini di luar lingkup pengetahuan manusia.
Ruang Lingkup pengetahuan secara ontologi, epistomologi dan aksiologi ada tiga
yaitu Ilmu, Agama dan Seni pada skema berikut :
Pengetahuan
(Ontologi, epistemologi, Aksiologi)
Agama
Seni
Ilmu
Transedental
Subjektif
Lingkup pengalaman, objektif.
Pesan Etika Moral Beri makna pada objek (emosi dan pikiran)
Memahami apa adanya
(Pendidikan moral pikiran dan pekerti)
Komunikatif
Umum dan Impersonal
Deskripsi, ruang lingkup terbatas
Konsisten
C. METODE ILMIAH
Secara etimologis kata metode berasal dari bahasa Inggris method yang
artinya cara. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia kata metode artinya cara
yang diatur dan dipikir baik-baik. Metode yang dimaksud dalam pembahasan
makalah ini adalah suatu cara yang sistematis yang dapat digunakan dalam mencari
ilmu pengetahuan yang logis dan rasional (metode ilmiah). Ada beberapa pendapat
tentang definisi metode ilmiah. Pertama, Metode Ilmiah adalah mekanisme atau cara
mendapatkan pengetahuan yang benar melalui prosedur yang didasarkan pada suatu
struktur logis yang terdiri atas suatu tahapan kerja tertentu. Pendapat kedua, Metode
Ilmiah adalah proses berfikir untuk mendapatkan cara penyelesaian suatu masalah
yang mungkin berdasarkan bukti-bukti. Pendapat ketiga, Metode ilmiah adalah cara
kerja dari ilmu pengetahuan, bersifat ilmiah serta merupakan langkah-langkah
sistematis yang digunakan dalam ilmu-ilmu tertentu baik direfleksikan atau diterima
begitu saja.
Metode Ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang
disebut dengan ilmu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar disebut sebagai ilmu
adalah rasional dan teruji. Dengan cara menggabungkan cara deduktif dan induktif.
Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional dan bersifat konsisten.Esensi dalam
penemuan ilmiah yaitu kita mengetahui sesuatu yang belum pernah kita ketahui
sebagai kesimpulan dalam penalaran deduktif. Secara garis besar tujuan metode
ilmiah dimaksudkan untuk;
1. Mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga
merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
2. Merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbanganpertimbangan logis.
3. Untuk mencari ilmu pengetahuan yang dimulai dari penentuan masalah,
pengumpulan data yang relevan, analisis data dan interpretasi temuan, diakhiri
dengan penarikan kesimpulan.
Proses kegiatan ilmiah menurut Ritchi Calder berawal dari ketika manusia
mengamati sesuatu. Perhatian itu merupakan suatu masalah bila dalam pengalaman
kita menimbulkan pertanyaan (Jhon Dewey), dengan adanya masalah ini maka proses
kegiatan berpikir dimulai
Dalam menghadapi masalah maka Van Peursen membagi perkembangan
kebudayaan menjadi 3 tahapyaitu :
1. Mistis, yaitu sikap manusia yang merasakan dirinya dikepung dalam kekuatankekuatan gaib disekitarnya
2. Ontologis, yaitu sikap yang tidak lagi dipengaruhi oleh kekuatan gaib dan
bersikap mengambil jarak dari obyek disekitarnya serta memulai melakukan
penelaahan-penalaahan terhadap obyek tersebut
3. Fungsional, yaitu manusia memfungsionalkan pengetahuan bagi kepentingan
dirinya.
Ilmu berbeda dengan Agama, yaitu perbedaan lingkup permasalahan yang
dihadapi yang menyebabkan perbedaan metode dalam memecahkan masalah yang
dihadapi.Perbedaan ini harus diketahui dengan benar untuk dapat menempatkan ilmu
dan agama dalam perspektif yang sesungguhnya.
Metode Ilmiah merupakan pendekatan rasional digabungkan dengan
pendekatan empiris, secara rasional ilmu menyusun pengetahuan secara konsisten
dan komulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang
sesuai dengan fakta dan yang tidak sesuai.
Teori ilmiah harus memenuhi syarat:
1. Harus konsisten dengan dengan teori sebelumnya
2. Harus cocok dengan fakta-fakta empiris
Metode ilmiah harus memiliki sifat-sifat:
1. Efisien dalam penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, waktu)
2. Terbuka (dapat dipakai oleh siapa saja)
3. Teruji (prosedurnya logis dalam memperoleh keputusan)
Oleh sebab itu sebelum teruji secara empiris harus didahului dengan hipotetis
atau penjelasan sementara yang juga merupakan jawaban sementara bagi
permasalahan yang dihadapi, dalam hal ini hipotesis merupakan penunjuk jalan yang
memungkinkan kita mendapatkan jawaban permasalahan, hipotesis ini harus
diverifikasi kebenarannya.Metode ilmiah sering dikenal dengan Logico -hypotheticoVerifikasi yang menurut Tyndall sebagai perkawinan antara induksi dan deduksi,
pada proses induksi dilakukan pengumpulan fakta-fakta empiris untuk menilai
apakah suatu hipotetis didukung oleh fakta atau tidak.
Langkah
berikutnya
adalah
menguji
hipotesis
tersebut
dalam
mengkonfrontasikannya dengan dunia fisik yang nyata. Atau dapat dinyatakan faktafakta apa yang dapat kita amati dari hipotesis yang kita buat yang memungkinkan
kita dapat menarik kesimpulan apakah pernyataan kita itu didukung oleh fakta atau
tidak. Suatu contoh pernyataan pasang dan surut air laut disebabkan oleh daya tarik
bulan yang berpindah pindah sambil dia mengelilingi bumi, gejala ini dapat kita
amati dengan panca indera melakukan hal ini berarti kita sedang memverifikasi
apakah pernyataan tersebut benar atau tidak.
Seorang ilmuwan biasanya bersifat skeptis dia selalu meragukan segala
sesuatu, mereka memerlukan penjelasan yang masuk akal dan tidak bersifat
kontradiktif dengan dengan pengetahuan ilmiah yang dimilikinya setelah itu minta
pembuktiannya. Atau dapat dikatakan proses berpikir seorang ilmuwan adalah
dimulai dengan ragu-ragu dan diakhiri dengan percaya atau tidak percaya, berbeda
dengan agama, jika agama dimulai
percaya atau mungkin jadi ragu. Pengetahuan agama harus diterima dulu sebagai
hipotesis yang kebenarannya kemudian diuji oleh kita sendiri melalui seluruh aspek
kemanusiaan kita seperti penalaran, perasaan, intuisi, imajinasi, dan juga
pengalaman.Tidak semua pernyataan keagamaan dapat kita verifikasi misalnya
keberadaan Malaikat karena semua itu diluar jangkauan manusia.Karenanya
pengetahuan agama itu bersifat personal dan subyektif sedangkan ilmu bersifat
impersonal dan obyektif.
Ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui tahap ilmiah (metode ilmia) harus memliki
kriteria, antara lain:
1. Berdasarkan fakta.
2. Bebas dari prasangka
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa.
4. Menggunakan hipotesa
5. Menggunakah ukuran objektif.
6. Menggunakan teknik kuantifikasi.
Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah adalah:
1. Perumusan Masalah, merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris yang jelas
batas-batasnya serta dapat diidentifikasi faktor-faktor yang ada.
2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis, merupakan
argumentasi ynng menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara faktorfaktor terkait.
3. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap
pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka
berpikir yang dikembangkan.
suatu
pandangan
yang
sistematis
dari
fenomena
dengan
mengungkapkan adanya hubungan yang spesifik antar variabel dengan tujuan untuk
menjelaskan dan meramalkan fenomena tersebut.Pengetahuan ilmiah yang
mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan,
terdiri dari hukum-hukum
a. Fungsi:
- Menjelaskan
- Memahamkan
- Meramalkan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Jarum sejarah pengetahuan sebagai penunjuk cara dan arah kegiatan manusia
sudah berlaku sejak nabi Adam a.s. kemudian muncul paham rasional, empirical,
fenomenal sampai akhirnya berkembang pesat dengan menggunakan metode
ilmiah yang kita gunakan hingga saat ini.
2. Pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense,
tanpa memiliki
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal. 2006. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mudyahardjo, R. 2008. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.