Nama
MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti dijelaskan di atas, bahwa pengetahuan itu banyak jenisnya dan salah
satunya adalah ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang objek kajiannya
adalah dunia empiris sebagai penentu kebenaran ilmu tersebut dan menggunakan
metode ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan. Sumber ilmu itu sendiri merupakan
penggabungan antara logika deduktif dan logika induktif. Ilmu pengetahuan
merupakan formulasi pengetahuan manusia tentang alam semesta yang disajikan
lewat rumusan yang sistematik dan rasional. Pengembangan ilmu pengetahuan
dilatarbelakangi oleh adanya tiga dorongan, yaitu: Pertama, dorongan untuk
mengetahui yang lahir dari keterpaksaan untuk mempertahankan hidup. Kedua,
dorongan manusia untuk memenuhi kebutuhan yang mendalam dan menemukan tata
susunan yang sesungguhnya. Ketiga, dorongan menyangkut penilaian mengenai
realitas eksistensi manusia itu sendiri.3
Pada dasarnya ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Ilmu bertugas untuk
menggambarkan dan filsafat bertugas untuk menjelaskan fenomena alam semesta dan
kebenarannya berasal dari hasil pemikiran sepanjang pengalaman yang dialami.
Dengan demikian, perkembangan ilmu juga memperkuat keberadaan filsafat dimana
tujuan dari berfilsafat itu sendiri adalah untuk menemukan kebenaran yang
sebenarnya.
Ontologi
A. Pengertian ontologi
Secara bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani yang asal katanya adalah
“Ontos” dan “Logos”. Ontos adalah “yang ada” sedangkan Logos adalah
“ilmu”. Sederhananya, ontologi merupakan ilmu yang berbicara tentang yang
ada. Secara istilah, ontologi adalah cabang dari ilmu filsafat yang berhubungan
dengan hakikat hidup tentang suatu keberadaan yang meliputi keberadaan
segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.8
Kata ilmu itu sendiri berasal dari Bahasa Arab yaitu dari asal kata Alima yang
artinya “pengetahuan”. Dalam Bahasa Indonesia, Ilmu dikenal dengan istilah
Science yang berarti “pengetahuan”. Jadi, ilmu adalah pengetahuan.9
Kajian ontologi dikaitkan dengan objek ilmu dalam pandangan Islam, terbagi
menjadi dua yaitu: Pertama, objek ilmu yang bersifat materi, maksudnya
adalah objek ilmu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan. Contohnya ilmu
sains, ilmu eksak, ilmu politik, sosial, budaya, psikologi, dan lain sebagainya.
Kedua, objek ilmu yang bersifat non-materi. Berlawanan dengan objek materi,
pada non-materi ini tidak bisa didengar, dilihat, dan dirasakan. Hasil akhir dari
objek non-materi ini lebih sebagai kepuasan spiritual. Contohnya objek yang
berbicara tentang ruh, sifat dan wujud Tuhan.10
saja tapi sebenarnya ilmu yang diajarkan di dalamnya itu sebetulnya tidak
berbeda dengan Manajemen Pendidikan pada umumnya. Jadi ontologis
mencoba membuktikan dan menelaah bahwa sebuah ilmu pengetahuan itu
benar-benar dapat dibuktikan keberadaannya.
Ontologi ilmu meliputi seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji melalui
pancaindra manusia. Ilmu mempelajari objek-objek empiris seperti halnya
bebatuan, binatang, tumbuhan, hewan, dan manusia. Ilmu juga mempelajari
berbagai gejala maupun peristiwa yang pada dasarnya memiliki manfaat bagi
kehidupan manusia. Jika dilihat dari objek yang telah dikajinya, ilmu dapat
disebut sebagai suatu pengetahuan empiris dimana objek-objek yang berada di
luar jangkauan manusia tidak termasuk ke dalam bidang kajian keilmuan
tersebut.
Awalnya, argumen tentang ontologi dicetuskan oleh Plato dengan teorinya yang
disebut teori idea. Menurutnya, apa saja yang ada di alam semesta ini pasti
memiliki idea. Yang dimaksud oleh Plato tentang idea adalah pengertian atau
konsep universal dari tiap sesuatu. Sehingga idea ini yang merupakan hakikat
sesuatu itu dan menjadi dasar dari wujud sesuatu itu. Idea- idea tersebut berada
di balik yang nyata dan idea itulah yang menurutnya abadi. Oleh karenanya, ini
yang menjelaskan kenapa benda-benda yang kita lihat atau yang ditangkap oleh
pancaindra senantiasa berubah. Dengan demikian, ia bukanlah hakikat, tetapi
hanyalah bayangan dari idea-ideanya. Dengan kata lain, benda yang dapat
ditangkap oleh pancaindra manusia ini hanyalah khayalan dan ilusi belaka.
Ontologi ketika melihat hakikat suatu kenyataan atau hakikat sesuatu yang ada
melalui dua macam sudut pandang yaitu: Pertama, kuantitatif yaitu dengan
mempertanyakan apakah kenyataan itu berbentuk tunggal atau jamak. Kedua,
kualitatif yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu mempunyai
kualitas tertentu. Sederhananya ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang
mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis. Aspek ontologi dari
ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan antara lain secara: (a)
Metodis; menggunakan cara ilmiah; (b) Sistematis; saling berkaitan satu sama
lain secara teratur dalam suatu keseluruhan; (c) Koheren; unsur- unsurnya
tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan; (d) Rasional; harus
berdasar pada kaidah berpikir yang benar (logis); (e) Komprehensif; melihat
objek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara
multidimensional atau secara keseluruhan (holistik); (f) Radikal; diuraikan
sampai akar persoalannya, atau esensinya; (g) Universal; muatan kebenarannya
sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.
B. Epistimologi
2. Mujamil Qomar.
Bagian ilmu filsafat yang secara khusus mempelajari dan menentukan arah dan
kodrat pengetahuan.
3. Anton Bakker.
Suatu ilmu yang secara khusus mempelajari dan mempersoalkan secara dalam
mengenai apa itu pengetahuan, dari mana pengetahuan itu diperoleh serta
bagaimana cara memperolehnya.
Sebagai sub sistem filsafat, epistemology atau teori pengetahuan yang untuk
pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu. Objek epistemology
ini menurut Jujun S. Suria suamantri berupa“ segenapprosesyangterlibatdalam
usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.” Proses untuk memperolehn
pengetahuan inilah yang mejadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus
berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan
suatu tahap perantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujan. Tanpa
suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan,
maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali..
c. Landasan Epistemologi.
Landasan epistemology ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yang dilakukan
ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan
prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu
pengetahuan merupakan pengetahuan yang di dapatkan lewat metode
ilmiah.Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan
pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat
tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa
disebut ilmu yakni tercantum dalam metode ilmiah.
2. Epistemologi Menurut Pandangan Beragam Aliran Filsafat Dunia
1. Epistemologi idealisme.
2. Epistemologi Realisme.
3. Epistemologi Pragmatisme.
masyarakat Indonesia saat ini. Sehingga menjadikan ini lebih bermakna bagi
subjek didik dan akan semakin mudah dikuasai ketika mereka dapat
memanfaatkannya sebagai alat yang dapat memuaskan kebutuhan dan
kepentingan mereka dalam menghadapi realitas.
Menurut kaum pragmatis, seorang anak selalu belajar secara alamiah karena
memang ia adalah makhluk yang secara natural selalu ingin tahu tentang
sesuatu. Ia senantiasa akan mempelajari apapun yang ia rasakan ataupun yang
ia pikirkan. Oleh karena itu guru harus menghidupkan spiritinquiryini agar
tampil dalam realitas pembelajaran. Mengajar subjek didik dari subjekmateri
telah jelas baginya merupakan suatu kebutuhan nyata bagi subjek didik dalam
melaksanakan kegiatan belajar. Tugas penting guru adalah menolong dan
membimbing subjek didiknya agar mampu mempelajari apa yang ia rasakan
dan yang merangsang jiwa ingin tahunya yang selalu tumbuh. Kaum
pragmatisme juga meyakini bahwa subjek didik harus belajar dari
keingintahuan, sementara guru mesti merangsang keingintahuan itu tampil
dalam proses inquiry.9
4. Epistemologi Eksistensialisme.
Orang lain tidak berhak untuk menentukan pilihan dalam mengambil suatu
keputusan atas apa yang dilakukan. Barang siapa yang tidak berani mengambil
keputusan, maka ia tidak bereksistensi dalam arti yang sebenarnya. Hanya
orang yang berani mengambil keputusan yang dapat bereksistensi dengan
mengambil keputusan atas pilihanya sendiri, maka dia akan menentukan
kemana arah.
C. Aksiologi
Secara umum, aksiologi bisa diartikan sebagai cabang ilmu filsafat yang
mempelajari tentang tujuan ilmu pengetahuan dan bagaimana manusia
menggunakan ilmu tersebut. Sehingga mendalami dulu dasar-dasar dari ilmu
pengetahuan.
Setiap orang yang mempelajari cabang ilmu ini kemudian bisa memahami apa
itu ilmu pengetahuan, kenapa bisa ada di dunia ini, bagaimana sejarah
kemunculannya, jenis dan bentuknya, dan kemudian sampai ke pembahasan
bagaimana manusia memanfaatkan ilmu pengetahuan tersebut.
Aksiologi kemudian juga disebut dengan istilah hakikat nilai. Dimana nilai-nilai
dalam kehidupan ini beragam dan kemudian melibatkan perasaan dan pola
pikir manusia. Misalnya nilai keindahan, kesetiaan, kecurangan, keadilan, dan
lain sebagainya.
Orang yang ahli atau menjadi pakar di ilmu aksiologi kemudian disebut sebagai
aksiolog. Sehingga mereka adalah orang-orang yang sudah paham hakikat nilai
secara mendalam dan kemudian menyampaikan pemahaman mereka pada
orang banyak. Misalnya dari seorang dosen ke puluhan mahasiswa di dalam
kelas.
Sumantri
Kattsoff
Wibisono
Seseorang memiliki ilmu dan keterampilan untuk membuat kursi, saat kursi
selesai dibuat maka pengrajin ini bisa tahu kegunaan kursi ini untuk apa saja.
Misalnya bisa digunakan untuk duduk, digunakan untuk memberi kenyamanan
saat bekerja, menaruh barang seperti lipatan baju, dan lain sebagainya.
A. Norma Hukum
Dalam sebuah negara tentunya akan berlaku norma hukum, sifatnya tertulis
dan dilengkapi dengan undang-undang yang terdiri dari banyak pasal sebagai
landasannya.Lewat norma hukum inilah masyarakat bisa tahu tindakan apa
saja yang salah dan melanggar hukum dan tidak, sekaligus tahu nilai-nilai
keadilan.
Aksiologi juga bicara mengenai etika atau moral yang mengarah pada sopan
santun. Seseorang yang memiliki etika yang baik tentunya akan menghormati
siapa saja dan berlaku sopan kepada siapa saja.Misalnya saat melewati orang
tua, maka mereka akan tersenyum, menyapa, dan sedikit membungkukan
badan sebagai bentuk rasa hormat. Aksiologi menjadi pembahasan penting
untuk diketahui dan dikuasai, agar bisa mengetahui hakikat dari ilmu dan
kegunaannya. Lewat pemahaman ini maka setiap ilmu yang dimiliki kemudian
akan lebih mudah untuk dimanfaatkan dalam keseharian.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada dasarnya pada ahli filsafat membagi studi filsafat ilmu pengetahuan
menjadi 3 (tiga) aspek yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Dalam
pembahasannya ontologi fokus pada hakikat dari suatu ilmu pengetahuan. Ontologi
mencoba membuktikan dan menelaah bahwa suatu ilmu pengetahuan tersebut benar
dapat dibuktikan kebenarannya. Selanjutnya epistemologi dalam pembahasannya
fokus pada pentingnya cara atau metodologi ilmu pengetahuan tersebut. Jadi ketika
ilmu pengetahuan disoroti melalui epistemologi maka pembahasannya terarah pada
bagaimana sumber yang dipakai oleh para ilmuwan di dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan metodenya seperti apa. Kemudian aksiologi, dimana pembahasan
aksiologi fokus pada manfaat atau nilai guna dari ilmu pengetahuan tersebut. Pada
intinya kajian aksiologi itu membahas tentang layak atau tidaknya sebuah ilmu
pengetahuan dikembangkan. Dari paparan tersebut, sederhananya bahwa ontologi
berbicara tentang eksistensinya, epistemologi berbicara tentang perkembangannya,
dan aksiologi berbicara tentang nilainya
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Harsono, B. (2003). Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-
Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan.
Parlindungan, A. P. (1993). Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria.
Bandung: Mandar Maju.
Sumardjono, M. S. (2001). Kebijakan Petanahan Antara Regulasi dan Implementasi.
Yogyakarta: PT. Kompats Media Nusantara.
Sumardjono, M. S. (2007). Pengaturan Hak Atas Tanah Beserta Bangunan Bagi
Warga Asing dan Badan Hukum Asing. Yogyakarta: PT. Kompas Media
Nusantara.
Undang-Undang:
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peratutran Pokok Agraria.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan Dan Hak Atas Tanah.
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Hak Pengelolaam, Hak Atas
Tanah, Satuan Rumah Susun dan Pendaftaran Tanah.
Skripsi:
Murniasih, E. (1987). Pemberian Hak Pakai Yang Berasal Dari Tanah Hak
Pengelolaan Kota Madya Surabaya.