Anda di halaman 1dari 2

PELANGGARAN HAM PADA ANAK-ANAK

NAMA: DEAS OKTAVIARA H


KELAS : V/A
NIM : 18010000036

Dalam Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia sudah tegas
dinyatakan bahwa hak-hak seorang anak harus dilindungi. Hal ini juga berlaku bagi seorang
anak baik dalam kandungan maupun anak yang baru dilahirkan. Pengaturan tersebut ada
dalam Pasal 52 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 39 tahun 1999. Pada kenyataannya
masalah pelanggaran HAM terhadap nyawa anak terus terjadi mulai dari kasus-kasus aborsi
(pengguguran kandungan) baik abortus profokatus maupun abortus medis terus terjadi baik
dilakukan oleh ibu, paramedis, dan dokter. Pelanggaran-pelanggaran HAM terhadap nyawa
anak ini terus terjadi karena tidak adanya aturan yang tegas untuk menjerat para pelaku baik
ibu, dokter, dengan tuntutan hukuman berat. Lemahnya posisi si anak khususnya anak yang
baru dilahirkan menyebabkan rentan terhadap berbagai pelanggaran HAM baik
pembunuhan maupun penyiksaan.
Hasil penelitian menunjukkan anak masih rentan terhadap pelanggaran hak hidup karena
Undang-undang Perlindungan HAM Nomor 39 tahun 1999 belum mempertegas tentang
administrasi penindakan terhadap pelaku pelanggaran HAM anak dalam bentuk
pembunuhan seperti ibu dan dokter. Ketidaktegasan ini membawa dampak terus terjadinya
pelanggaran hak hidup anak baik oleh orangtua maupun dokter. Sebagai kesimpulan Pelaku
pelanggar HAM anak yang baru dilahirkan sesuai dengan hasil penelitian kebanyakan
adalah ibu dari anak tersebut yang tidak menerima kelahiran seorang anak. Untuk itu perlu
diterapkan aturan yang tegas terhadap para pelaku pelanggaran HAM anak supaya ada efek
jera.
Dalam Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia sudah tegas
dinyatakan bahwa hak-hak seorang anak harus dilindungi. Karena pada prinsipnya hak
asasi manusia adalah seperangkat hak
Pada kenyataannya masalah pelanggaran HAM terhadap nyawa anak terus terjadi mulai dari
kasus-kasus aborsi (pengguguran kandungan) baik abortus profokatus maupun abortus
medis terus terjadi baik dilakukan oleh ibu, paramedis, dan dokter. Pelanggaran-pelanggaran
HAM terhadap nyawa anak ini terus terjadi karena tidak adanya aturan yang tegas untuk
menjerat para pelaku baik ibu, dokter, dengan tuntutan hukuman berat. Lemahnya posisi si
anak khususnya anak yang baru dilahirkan menyebabkan rentan terhadap berbagai
pelanggaran HAM baik pembunuhan maupun penyiksaan. Untuk itu diperlukan ketegasan
baik dari instrumen hukum maupun ketegasan tentang sanksi bagi pelaku.
Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa, merupakan bentuk amanah Allah yang
harus dirawat, dididik, dibina sebab dalam diri mereka melekat harkat, martabat, dan hak-
hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Di sisi lain anak sebagai generasi penerus
keluarga, masyarakat yang sekaligus pemilik serta pengelola masa depan bangsa dan
Negara, harus sehat, cerdas, terdidik, berakhlak, berjiwa sosial terhadap sesama manusia.
Hak Asasi Anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa tentang Hak-hak Anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara anak adalah
bagian integral dari sebuah Negara yaitu generasi muda agen penerus perwujudan cita-cita
sebuah bangsa. Sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, berkembang,
dan berpartisipasi secara optimal serta berhak atas perlindungan dari segala macam bentuk
tindak kekerasan, ancaman dan diskriminasi.
Negara Indonesia telah mendedikasikan diri untuk menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia,
dengan memberikan perlindungan terhadap anak secara khusus melalui UU No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak yang secara substansial sudah cukup mengakomodir hak-
hak anak untuk dijadikan dasar yuridis dalam memberikan pemenuhan
perlindungan terhadap anak. Namun meningkatnya berbagai bentuk kekerasan dan
pelanggaran hak anak di Indonesia yang terjadi sepanjang tahun 2011, menunjukkan bahwa
Negara, Pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua telah gagal menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya dalam memberikan perlindungan, pemenuhan dan penghormatan hak
anak. Merujuk data layanan pengaduan masyarakat melalui Hotline Service dalam bentuk
pengaduan langsung, telephone, surat menyurat maupun elektronik, sepanjang tahun 2011
Komnas Perlindungan Anak (KPA) telah menerima 2.386 kasus, atau setiap bulannya rata-
rata 200 kasus diperoleh dari pengaduaan masyarakat atas pelanggaran terhadap hak anak.
Angka ini meningkat 98% jika dibanding dengan pengaduan masyarakat yang diterima pada
tahun 2010 yakni berjumlah 1.234.
Peningkatan angka kekerasan ini menyingkap wajah lain dari mereka yang seharusnya
menjadi penanggung jawab kemaslahatan anak. Data KPA menunjukkan bahwa kekerasan
terhadap anak acap kali terjadi di lingkungan terdekat, seperi di Rumah Tangga, sekolah,
lembaga pendidikan, dan lingkungan anak. Pelakunya pun tidak jauh- jauh yaitu orangtua,
paman, guru, bapak atau ibu angkat, maupun ayah dan ibu tiri. Inilah potret kusam masalah
anak di negeri ini. Mereka yang seharusnya berada di garda terdepan untuk melindungi
malaikat-malaikat kecil titipan Tuhan ini, malah sadar tidak sadar bersengkongkol untuk
merusak mereka. Negara, pemerintah, masyrakat, kerabat, dan orangtua, seharusnya
bertanggungjawab dalam menjamin hak anak.

Anda mungkin juga menyukai