Anda di halaman 1dari 10

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM PIDANA TERHADAP ANAK

DI BAWAH UMUR SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA


PEMBUNUHAN

Gabriel

Alamat : Jalan ladju mati labuan toposo


Email: erileril550@gmail.com

ABSTRAK
Teknologi merusak kehidupan anak jika tidak di pergunakan dengan baik. Mudahnya informasi
yang di akses membuat anak dapat melakukan tindak pidana pembunuhan. Banyaknya kasus
pembunuhan yang dilakukan anak, terjadi di Indonesia dikarenakan kurang nya pengawasan
orang tua sebgai pengawas anak dirumah. Penelitian menggunakan hukum normative dengan
pendekatan pendekatan perundang-undangan dan konseptual. Sumber data yang digunakan
adalah data hukum primer dan sekunder. yang dikumpulkan dengan cara pencatatan, Setelah
data terkumpulkan selanjutnya dianalisis secara kualitatif deskriptif. dimana ini bertujuan
mengkaji pengaturan hukum pidana terhadap tindak pidana pembunuhan anak di bawah umur
dan upaya kebijakan hukum terhadap anak sebagai tindak pidana pembunuhan.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengaturan hukum di Indonesia diatur dalam pasal 338-350 KUHP.
Dimana Bentuk kejahatan tindak pidana yang menghilangkan nyawa orang lain ini terbagi
menjadi 2 yaitu berupa sengaja (dolus) dan tidak sengaja (alpa). Pembunuhan terbagi menjadi
dua yaitu pembunuhan biasa dan pembunuhan berencana. Upaya perlindungan hukum terhadap
anak dibawah umur telah di atur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
menyatakan bahwa penyelanggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan berdasarkan
Undang-Undang RI Tahun 1945 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvenan Hak Anak yang
meliputi non diskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup dan
perkeembangan, dan penghargaan terhadap anak.Menyimak Pasal 20 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, meliputi negara, pemerintah, masyarakat, dan orang tua berkewajiban dan
bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak. Serta perbedaan hukuman
antara orang dewasa dan anak.
Kata kunci: Upaya Hukum, Pidana Anak, Tindak Pidana Dan Pembunuhan

1
ABSTRACT
Technology damages children's lives if not used properly. The ease of access to
information allows children to commit criminal acts of murder. The number of murder
cases committed by children occurs in Indonesia due to the lack of parental supervision
as a child supervisor at home. Research using normative law with a statutory and
conceptual approach. The data sources used are primary and secondary legal data.
which are collected by recording, After the data is collected, it is then analyzed
qualitatively descriptively. where it aims to examine the criminal law arrangements for
the criminal act of murder of minors and legal policy efforts against children as
criminal acts of murder.The results showed that legal arrangements in Indonesia are
regulated in articles 338-350 of the Criminal Code. Where the form of crime that takes
the life of another person is divided into 2, namely in the form of intentional (dolus) and
unintentional (alpa). Murder is divided into two, namely ordinary murder and
premeditated murder. Legal protection efforts against minors have been regulated in
Article 2 of Law Number 35 of 2014 on the Amendment to Law No. 23 of 2002 on Child
Protection, including the state, government, community, and parents are obliged and
responsible for the implementation of child protection. As well as differences in
punishment between adults and children.
Keywords: Legal Efforts, Child Criminal, Crime and Murde

2
I. PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menunjang kemajuan bidang


sektor baik Pendidikan, ekonomi, politik dan sektor lainnya. Seiring perkembangan ini
juga menghasilkan dampak positif serta dampak negatif (Ngafifi, 2014). Ditengah
revolusi industri 4.0 terjangan kriminalitas dan kejahatan tindak pidana juga ikut
berevolusi. Tindak pidana atau perbuatan kriminal banyak yang melibatkan teknologi
sebagai alat mempermudah tindakan kejahatan (Fadri, 2010). Kejahatan dengan
menggunakan teknologi digital bahkan dapat dikendalikan diluar negara. Justru hal ini
menjadi masalah yang tentunya berada dalam kategori yang sangat serius.

Kurangnya pengawasan orang tua saat ini menjadi faktor problemmatika dalam
mmasyarakat. Khususnya akan menjadi masalah terhadap anak yang serius apabila
orang tua tidak dapat menempatkan diri sebagai pengawas keluarga (Rahman 2015).
Edukasi melalui media anak saat ini mengurangi kekurangan tayangan yang
berdasarkan kisaran umur anak, Hal ini dapat memicu tersebarnya anak dengan pelaku
anak, serta Tindakan-tindakan anak yang jauh dari kata wajar. Hal inilah yang menjadi
perhatian penting saat ini, maka daari itu orang tua harus mampu menjadi pengawasan
dalam lingkungan anak. Kemajuan zaman begitu cepat, saat ini di tandai dengan
teknologi serta informasi yang mudah diakses melalui telepon genggam saja
(Parsaorantua dkk., 2017). Pola kemajuan arus pada era pada era industri 4.0 pada abad
ke-21 telah membawa banyak dampak bagi kehidupan bagi gaya hidup manusia. Di
negara Indonesia khususnya sudah tidak asing lagi, bahwa di negara ini masyarakat
mulai terpapar akan kemajuan teknologi dan informasi internet, meluasnya bagian pasar
akan teknologi gadged yang memanjakan penggunanya dengan fitur-fitur yang menarik
konsumen tidak hanya menyasar kepada orang-orang dewasa namun juga anak-anak,
dengan internet sangat rentan mempengaruhi psikologi anak. Apalagi sekarang orang
dewasa banyak terlibat dalam tindak kejahatan, maka anak bisa menjadi korban
kejahatan dan bahkan anak dapat menjadi pelaku kejahatan tersebut ( Wahid & Labib,
2005).

3
Fenomena kejahatan yang dilakukan oleh anak sering terjadi di kalangan
masyarakat Indonesia terutama kejahatan pembunuhan, yang dimana pada lingkungan
sosial ada beberapa faktor yang menyebabkan anak berkonflik dengan hukum seperti
lingkungan sosial, kontrol orang tua, kemiskinan, putus sekolah, kondisi keluarga, dan
menjadi korban kejahatan. Banyak sekarang ini kasus-kasus kejahatan yang terjadi
akibat pesatnya teknologi. Dapat dilihat bahwa dengan berkembangnya kecanggihan
teknologi seseorang sekarang dapat dengan mudah melakukan tindak pidana. Tingkah
laku kejahatan yang dilakukan oleh anak adalah kegagalan sistem kontrol diri terhadap
berbagai golongan, apalagi saat ini anak hidup dan tumbuh di tengah-tengah masyarakat
modern (Andi Arham Maulana Hasmadianto.2023. Hlm2).

Kasus nyata di Indonesia sebagai contoh tepatnya di daerah Jakarta Barat seorang
remaja jenis kelamin perempuan yang berumur lima belas tahun telah membunuh bocah
yang baru berusia enam tahun dengan posisi terikat di lemari. Bedasarkan pengakuan
tersangka sendiri mendapat ispirasi membunuh dari tontonan film horror (Andi
Briantika, 2020). Ketentuan dalam Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak kemudian diubah kedua kalinya dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Perppu 1/2016)
sebagaimana telah ditetapkan menjadi undang-undang melalui Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang
Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, ditentukan bahwa anak yang lahir memiliki hak untuk
hidup dan berkembang. Dampak negatif lebih banyak daripada dampak positif terhadap
penjatuhan tindak pidana terhadap anak. suatu lembaga pemasyarakatan menjadi upaya
terakhir untuk penempatan anak dalam jangka waktu yang sesingkat mungkin. Tetapi
tetap mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak ( Zeni Riana Febyanti, 2023. Hlm5).

4
Dari uraian di atas, mencerminkan bahwa kasus pidana anak di Indonesia masih
marak terjadi dan masih menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk
memberikan hukuman karena juga ada kaitannya dengan perlindungan anak.

II METODE PENELITIAN

Tipe metode penelitian yang dipakai adalah hukum normative (legal research)
penelitian normatif sering juga di sebut penelitian kepustakaan (Liberary research ),
yaitu mencari jawaban dan menganalis permasalahan yang di angkat dengan meneliti
aspek hukum melalui persfektif terhadap internet objek penelitian salah satunya konflik
norma. Dengan pemecahan masalah metode yang di pakai adalah perundang-undangan
atau disebut dengan statute approach serta konseptual pendekatan. Sedangkan sumber
bahan hukum yang dipergunakan dapat diklasifikasikan kembali antaranya sumber
hukum primer diantaranya terdiri dari peraturan perundang-undangan yang tentunya
relefan dengan peraturan yang terkait dengan topik yang dibahas. Setelah data penelitian
terkumpul, tahap terakhir adalah analsis data. Karena data dalam penelitian ini berupa
data sosial sehingga dianalisis dengan cara deskriptif kualitatif.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengaturan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan

Bentuk kejahatan yang lahir dari akibat kesenjangan strata social salah satunya
adalah kejahatan terhadap nyawa, yang diatur dalam pasal 338 KUHP yang berbunyi “
barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain ,diancam karena pembunuhan
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”(Saragih Dkk, 2019 ). Tindak
pidana pembunuhan dianggap sebagai delik material jika delik tersebut selesai
dilakukan oleh pelaku dan menimbulkan akibat yang dilarang yang tidak
mengkehendaku undang-undang. Didalam KUHP dan ketentuan-ketentuan pidana
tentang kejahatan dan ditujukan terhadap nyawa orang lain sudah diatur dalam dalam
buku II bab XIX, yang terdiri dari 13 Pasal, yakni Pasal 338 sampai dengan Pasal 350.
Bentuk kejahatan tindak pidana yang menghilangkan nyawa orang lain ini terbagi

5
menjadi 2 yaitu berupa sengaja (dolus) dan tidak sengaja (alpa). Kesengajaan berarti
suatu perbuatan yang terjadi dan direncanakan terlebih dahulu atau tidak direncanakan.
Tetapi suatu peristiwa yang penting adalah niat yang diwujudkan melalui perbuatan
yang dilakukan sampai selesai. Berdasarkan unsur tindak pidana pembunuhan dapat
dibedakan menjadi :

1. Pembunuhan Biasa
Pembunuhan biasa pada pasal ini yaitu pasal 338 KUHP memberikan sanksi atau
hukuman pidananya adalah pidana penjara paling lama lima belas tahun. Di sebut paling
lama karena tidak menutup kemungkinan hakim akan memberikan sanksi pidana kurang
dari lima belas tahun penjara. Dari ketentuan yang ada dalam pasal tersebut, maka
unsur-unsur dalam pembunuhan biasa adalah sebagai berikut :

a. Unsur subjektif : perbuatan dengan sengaja.

(Doodslag) atau dengan sengaja artinya bahwa perbuatan itu harus disengaja dan
kesengajaan itu harus timbul seketika itu juga, karena sengaja (opzet/dolus) yang
dimaksud dalam Pasal 338 adalah perbuatan yang sengaja telah terbentuk tanpa adanya
rencana terlebih dahulu. Sedangkan sengaja yang dimaksud dalam pasal 340 KUHP
adalah perbuatan yang sengaja dilakukan dan untuk menghilangkan nyawa orang lain
yang direncanakan terlebih dahulu (Met voorbedachte rade).

b. Unsur obyektif : perbuatan menghilangkan, nyawa, dan orang lain.

Unsur obyektif yang pertama dari tindak pembunuhan, yaitu menghilangkan, , unsur ini
juga diliputi oleh kesengajaan; artinya harus menghendaki, dengan sengaja,
dilakukannya tindakan menghilangkan tersebut, serta iapun harus mengetahui bahwa
tujuan tindakan nya untuk menghilangkan nyawa orang lain.

2. Pembunuhan Berencana

Tindak pidana ini diatur dalam Pasal 340 KUHP, unsur-unsur pembunuhan
berencana adalah; unsur subyektif, yaitu dengan sengaja dan rencana terlebih dahulu

6
merampas nyawa orang lain, diancam dengan hukuman seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.

Adapun sanksi tindak pidana pembunuhan sesuai dengan KUHP bab XIX buku II
adalah sebagai berikut : a). Pembunuhan biasa, diancam dengan hukuman penjara
selama-lamanya lima belas tahun; b). Pembunuhan berencana, diancam dengan
hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua
puluh tahun.

2. Upaya kebijakan hukum terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana

Ham adalah perlindungan hukum yang diberikan kepada masyarakat agar dapat
menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. Hukum dapat difungsikan untuk
mewujudkan sifat yang tidak sekedar adaptif dan fleksibel, tetapi juga prediktif dan
antisipatif. Mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial dan ekonomi serta politik
membutuhkan hukum untuk memperoleh keadilan.sosial. .hukum terhadap
perlindungan anak merupakan salah satu cara untuk melindungi tunas bangsa di masa
depan. Hukum terhadap perlindungan anak menyangkut semua aturan hukum yang
berlaku. Perlindungan hukum ini dianggap perlu karena anak merupakan bagian
masyarakat yang mempunyai keterbatasan secara fisik maupun mentalnya. Oleh karena
itu, anak memerlukan perlindungan khusus.

Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi
agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan
pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental, dan sosial. perlindungan anak
merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat, dengan demikian
perlindungan anak diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan
bermasyarakat. Kegiatan perlindungan anak membawa akibat hukum, baik dalam
kaitannya dengan hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Perlindungan anak tidak
boleh dilakukan secara berlebihan dan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan
maupun diri anak itu sendiri, sehingga usaha perlindungan yang dilakukan tidak
berakibat negatif. Perlindungan anak dilaksanakan secara rasional, bertanggung jawab,

7
dan bermanfaat
Hukum harus menjamin perlindungan anak sebagai hukum ( tertulis dan tidak
tertulis) agar anak benar-benar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya.
perlindungan anak harus lebih dipusatkan kepada hak-hak anak yang diatur hukum dan
bukan mengenai kewajiban karena mengingat secara hukum (yuridis) anak belum
dibebani kewajiban.

Kajian mengenai ruang lingkup anak secara garis besar dapat dibedakan dalam dua
pengertian pokok bersifat :

a Yurudis (ruang lingkupnya baik dalam hukum public maupun hukum perdata)

b Non Yurudis (Pendidikan, Kesehatan, dan bidang sosial)

Berdasarkan hasil Seminar Perlindungan Anak/ Remaja yang diadakan oleh Pra
Yuwana pada tahun 1977, terdapat dua perumusan tentang perlindungan anak, yaitu :

a Segala daya upaya yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga
pemeritah dan swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan, penguasaan, dan
pemenuhan kesejahteraan fisik, mental dan sosial anak dan remaja yang sesuai dengan
kepentingan dan hak asasinya. perlindungan anak sebagaimana dimaksud Pasal 2
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa
penyelanggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan berdasarkan Undang-
Undang RI Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvenan Hak Anak yang meliputi:

a Non diskriminasi

b Kepentingan yang terbaik bagi ana

c Hak untuk hidup, keberlangsungan hidup dan perkembangan

d Penghargaan terhadap pendapat anak.

8
Menyimak Pasal 20 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, meliputi
negara, pemerintah, masyarakat, dan orang tua berkewajiban dan bertanggungjawab
terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Berdasarkan Analisa data, diketahui pengaturan hukum pidana terhadap


pembunuhan di Indonesia bisa berupa ketidaksengajaan ( alpa ) dan kesengajaan
( dobus). Pembunuhan sengaja dan tidak sengaja telah dimuat dalam pasal 338-350
KUHP. Hukuman anak dan orang dewasa berbeda. Dikarenakan anak masih masih
dibawah umur serta fisik dan metal anak yang masih belia.

Upaya hukum terhadap anak dibawah umur sudah di atur dalam pasal 20 Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014, dan negara dan pemerintah harus turut serta dalam
upaya perlindungan hukuman anak dibawah umur, tidak luput masyarakat juga ambil
serta dalam penanganan kasus ini..

2. SARAN

Saran yang diberikan adalah agar orang tua selalu mengawasi dan mengontrol anak
pada saat tumbuh kembangnya. Serta masyarakat pun harus membuat lingkungan yang
nyaman bagi anak untuk mengekspresikan tingkah lakunnya. Dan masyarakat pun harus
ambil alih dalam upaya penegakan hukum pidana anak dibawah umur dikarenakan
pembunuhan yang dilakukan tidak lepas dari lingkungan yang tidak baik bagi sang anak
tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA

Andi Arham Maulana Hasmadianto,( 2023). Tinjauan Kriminologis Terhadap Tindak


Pidana Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Anak Di Kabupaten Bone. Program
S1 Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Bosawa, Hlm2).

Hendra Setyo Wahyudi. M.P.S ( 2014). Teknologi dalam kehidupan masyarakat. Jurnal
Analisa sosiologi, 3(1), 13-24.

Ngafifi, M.(2014) Kemajuan Teknologi Dan Pola Hidup Manusia Dalam Perspektif
Sosial Budaya. Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi Dan Aplikasi ,2(1),
33-47.

Parsaurantau, P.H., Pasoreh, Y., & Rondonuwu, S.A.(2017).Implementasi Teknologi


Informasi Dan Komunikasi. Jurnal Acta Diurna.6(3), 1-14.

Rahman, muzdalifah M. (2015) Upaya Orang Tua Dalam Membimbing Remaja. Jurnal
bimbingan konseling islam,6(1), 41-62.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan


Anak, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5606

Saragih, D.H.P. Zulyadi, R. & Harahap, D.A. (2019). Akibat Hukum Terhadap Anak
Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pencurian Yang Menyebabkan Kematian (Studi
Putusan Nomor : 45/Pid.Sus-Anak.2018/PN. Lbp). JUNCTO: Jurnal Ilmiah
Hukum, 1(1) 2019: 78-88,

Wahid, A., & Labib, M.(2005) kejahatan mayantara (cyber crime)., PT. Rafika
Aditama.

Zeni Riana Febyanti,(2023) Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Tindak


Pidana Perundungan Dengan Pelaku Anak Terhadap Anak, Hlm5)

10

Anda mungkin juga menyukai