Anda di halaman 1dari 12

e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha

Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN


TINDAK PIDANA KEKERASAN SEKSUAL DI KOTA SINGARAJA

Kadek Diva Hendrayana1, Ni Putu Rai Yuliartini2, Dewa Gede Sudika Mangku3

Program Studi Ilmu Hukum


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {diva.hendrayana489@gmail.com, raiyuliartini@gmail.com,


dewamangku.undiksha@gmail.com}

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan perlindungan hukum
terhadap anak sebagai korban tindak pidana kekerasan seksual di Kota Singaraja
serta faktor-faktor yang menjadi kendala aparat penegak hukum dalam menangani
kasus kekerasan seksual terhadap anak di Kota Singaraja. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian yuridis empiris, dengan sifat penelitian deskriptif. Lokasi
penelitian ini dilaksanakan di Kepolisian Resort Buleleng, Dinas Sosial serta Dinas
P2KBP3A Kabupaten Buleleng. Bahan hukum yang digunakan berasal dari bahan
hukum primer, sekunder dan tersier dengan teknik pengumpulan data menggunakan
teknik studi dokumen, observasi, dan wawancara. Teknik penentuan sampel yang
digunakan adalah teknik non probability sampling dengan bentuk penerapan
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data dilakukan secara
deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh data secara sistematis
mengenai fakta-fakta suatu peristiwa yang timbul di dalam masyarakat. Hasil
penelitian menunjukan bahwa perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban
tindak pidana kekerasan seksual sudah berjalan baik sesuai dengan aturan yang
berlaku pada Undang-Undang Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014. Kemudian
dalam upaya memberikan perlindungan terhadap korban tindak pidana kekerasan
seksual, aparat penegak hukum serta instansi terkait menemui kendala-kendala
yakni sulitnya mencari bukti bahwa benar terjadinya tindakan kekerasan seksual
karena kurangnya informasi yang disampaikan oleh korban. Kemudian juga seperti
ditemuinya kendala adanya keterbatasan anggaran dan kurangnya fasilitas dalam
melindungi korban.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Kekerasan Seksual, Anak

Abstract
This study aims to analyze the implementation of legal protection for children as
victims of criminal acts of sexual violence in Singaraja City and the factors that
become obstacles for law enforcement officers in handling cases of sexual violence
against children in Singaraja City. The type of research used is empirical juridical
research, with the nature of descriptive research. The location of this research was
carried out at the Buleleng Resort Police, the Social Service and the P2KBP3A Office
of Buleleng Regency. The legal materials used are primary, secondary and tertiary
legal materials with data collection techniques using document study, observation, and
interview techniques. The sampling technique used is a non -probability sampling
technique with a form of application using a purposive sampling technique. The data
analysis technique was carried out in a qualitative descriptive manner which aims to
obtain data systematically about the facts of an event that occurs in society. The
results of the study show that legal protection for children as victims of criminal acts of
sexual violence has been going well in accordance with the rules that apply to the

18
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

Child Protection Act no. 35 of 2014. Then in an effort to provide protection to victims of
criminal acts of sexual violence, law enforcement officers and related agencies
encountered obstacles, namely the difficulty of finding evidence that sexual violence
was true because of the lack of information submitted by the victim. Then there are
also constraints such as budget constraints and lack of facilities to protect victims.

Keywords: Legal Protection, Sexual Violence, Children

PENDAHULUAN Konvensi ini merupakan konvensi


Anak merupakan salah satu bagian Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
dari generasi muda yang berpotensi melindungi hak-hak anak dan salah satu
mewarisi cita-cita perjuangan bangsa, bagian dari instrument internasional yang
serta perlu dibina dan dilindungi untuk luas dan ditanda tangani oleh 192 negara.
menjamin pertumbuhan dan Indonesia merupakan salah satu dari 192
perkembangan fisik, mental dan sosial negara yang meratifikasi Konvensi Hak
secara komperehensif (Taufik, 2013:15). Anak (Convention on The Right of The
Oleh karena setiap negara di dunia harus Child). Dengan meratifikasi konvensi ini,
memperhatikan suatu masalah dan cara Indonesia memiliki kewajiban untuk
penyelesaiannya yang dapat diterima oleh memenuhi dan melindungi hak-hak anak
anak untuk memberikan rasa aman, dari suatu tindakan kekerasan atau
perlindungan dan keadilan. kejahatan, khususnya tentang kekerasan
Anak memiliki peran yang sangat seksual (Gultom, 2012:28).
penting di dalam kehidupan bilamana Kesadaran akan hak dan kewajiban
seorang anak menjadi korban kejahatan, setiap warga negara terutama pada
hal ini akan merusak masa depan mereka negara yang sedang berkembang seperti
dan memperburuk generasi mereka Indonesia harus secara terus menerus
karena begitu banyak anak-anak yang terpelihara demi terciptanya masyarakat
menjadi korban tindak pidana kekerasan yang tentram dan nyaman, hal ini sejalan
seksual. Salah satu penyebabnya adalah dengan pemikiran Bambang Waluyo yang
kurangnya pengawasan dari orang tua menegaskan, bahwa perilaku yang tidak
terhadap anaknya. Hak asasi anak yang sesuai norma atau dapat disebut sebagai
merupakan bagian dari hak asasi manusia penyelewengan terhadap norma yang
ini mendapat jaminan dan perlindungan telah disepakati ternyata menyebabkan
hukum baik itu hukum nasional maupun terganggunya ketertiban dan ketentraman
hukum internasional sebagaimana termuat kehidupan manusia. Penyelewengan yang
dalam Undang-Undang Dasar maupun demikian, biasanya diasumsikan oleh
dalam Konvensi Perserikatan Bangsa- masyarakat sebagai suatu pelanggaran
Bangsa 10 Desember 1948. Ketentuan dan bahkan sebagai suatu kejahatan
mengenai hak asasi manusia di Indonesia (Waluyo, 2008: 1).
ini selain tercantum pada Pasal 28 A Terkait kejahatan yang menganggu
sampai 28 J UUD Negara Kesatuan ketentraman dan kenyamanan masyarakat
Republik Indonesia tahun 1945 dan juga ini juga dipertegas oleh pemikiran
tercantum dalam Undang-Undang Nomor Sudarsono, yang menyatakan bahwa
39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia apabila masyarakat ingin damai, adil dan
(Ceswara & Wiyatno, 2018: 229). sejahtera, maka syarat utama adalah
Selain itu untuk masalah hak anak mematuhi kaidah-kaidah hukum
juga tercantum dalam Konvensi Hak Anak disamping sikap-sikap lain yang
(Convention on The Right of The Child) mendukung (Riskiyono, 2015: 160). Akan
yang maksudnya adalah perjanjian yang tetapi pematuhan terhadap hukum tadi
mengikat secara yuridis dan politis di tidak akan dapat terjadi dengan sendirinya
antara berbagai negara yang mengatur tanpa ada motivasi (Sudarsono, 2007: 3-
hal-hal yang berhubungan dengan hak- 4).
hak anak. Perkembangan zaman telah
mempengaruhi kesadaran hukum dan

19
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

penilaian terhadap suatu tingkah laku. belum memiliki kematangan seperti orang
Apakah perbuatan tersebut dianggap dewasa. Dengan demikian hubungan
lazim atau bahkan sebaliknya merupakan seksual antara orang dewasa dengan
suatu ancaman bagi ketertiban sosial. anak harus dilihat tanpa persetujuan atau
Masalah kekerasan yang terjadi pada tanpa consent dari anak. Bahkan jika anak
anak baik secara fisik maupun psikis, tampaknya tidak ada keberatan dengan
memang sangat memprihatinkan. Upaya adanya aktivitas seksual maka Hubungan
perlindungan anak perlu dilaksanakan ini tidak dapat dikatakan sebagai suka
sedini mungkin, yakni sejak dari janin sama suka (Kordi, 2015:154). Pendekatan
dalam kandungan sampai anak berumur seksual yang dilakukan orang dewasa
18 (delapan belas) tahun. Bertitik tolak kepada anak, meski anak tidak
dari konsepsi perlindungan anak yang menolaknya, harus dilihat dalam kaitannya
utuh, menyeluruh, dan komperehensif. dengan motivasi (alasan) yang ada dibalik
Berbicara mengenai kekerasan tindakan dan tanggungjawab moral dari
terhadap anak, maka dibutuhkan orang dewasa tersebut (Setiani &
perlindungan yang harus diberikan oleh Yustitianingtyas, 2021: 4).
lembaga yang berwenang terhadap anak Dalam hal ini, orang dewasa
yang posisinya sebagai korban kejahatan tersebut jelas memperlakukan anak
(Mokale, 2013:104). Masalah korban sebagai sasaran pelampiasan pemenuhan
kejahatan menimbulkan berbagai kebutuhannya yang artinya telah
problematika dalam masyarakat pada memperlakukannya sebagai objek,
umumnya dan pada korban atau pihak memanipulasi dan mengeksploitasinya
korban kejahatan pada khususnya. tanpa peduli anak belum memiliki
Kurangnya perhatian dan pelayanan kesiapan untuk memahami apa yang
terhadap korban kejahatan merupakan terjadi, serta belum mampu
tanda belum adanya keadilan dan bertanggungjawab atas apa yang nantinya
pengembangan kesejahteraan dalam terjadi. Pelaku juga tidak peduli pada
masyarakat. Dalam hal pelayanan dan berbagai implikasi yang mungkin terjadi
perlakuan terhadap korban kejahatan pada anak dengan menyusul manipulasi
secara formal sering dituntut karena yang dilakukannya (Kordi, 2015:155).
merupakan salah satu bentuk Dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-
perlindungan dan konsekuensi hukum Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
(Yulia, 2013:57). Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
Makna perlindungan menurut 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Undang – Undang Perlindungan Saksi dan Anak, dijelaskan bahwa perlindungan
Korban adalah segala upaya pemenuhan anak adalah segala kegiatan untuk
hak dan pemberian bantuan untuk menjamin dan melindungi anak dari hak-
memberikan rasa aman kepada korban haknya agar dapat hidup, tumbuh,
yang wajib dilaksanakan oleh Lembaga berkembang, dan berpartisipasi secara
Perlindungan Saksi dan Korban atau optimal sesuai dengan harkat dan
lembaga lainnya sesuai dengan martabat kemanusiaan, serta mendapat
ketentuan. Perlindungan sejatinya harus perlindungan dari kekerasan dan
dijadikan sebagai komponen utama dalam diskriminasi.
semua tahap proses peradilan (Yulia, Disamping itu di dalam Pasal 5 ayat
2013:58). Perlindungan hukum korban (1) huruf K Undang-Undang No. 31 tahun
kejahatan sebagai bagian dari 2014 tentang Perlindungan Saksi dan
perlindungan kepada masyarakat dapat Korban yang juga menyatakan bahwa
diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti saksi dan korban berhak mendapatkan
melalui pemberian pelayanan medis tempat kediaman sementara (Rumah
maupun bantuan hukum (Rosifany, 2017: Aman) yang didukung dengan Pasal 11
20). ayat (2) huruf C Peraturan Daerah (Perda)
Dalam perspektif perlindungan anak Kabupaten Buleleng Nomor 5 Tahun 2019
(dibawah 18 tahun) harus dilihat sebagai tentang Perlindungan Perempuan dan
manusia yang belum dewasa dalam arti Anak dari Tindak Pidana Kekerasan yang

20
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

menyatakan bahwa pelayanan harus mengatasi kasus kekerasan seksual yang


didukung dengan fasilitas berupa pusat dilakukan baik oleh masyarakat dengan
pelayanan dan rumah aman. Namun adanya kerja sama dengan semua pihak
berdasarkan fakta yang terjadi di dalam yang terkait dengan permasalahan ini.
kehidupan masyarakat khususnya di Kota Dalam hal ini adalah Lembaga Kepolisian
Singaraja kasus kekerasan seksual Resor Buleleng, Dinas Sosial Kabupaten
terhadap anak masih terjadi setiap Buleleng dan Dinas Pengendalian
tahunnya dan tidak mengalami penurunan Penduduk, Keluarga Berencana,
secara signifikan. Kemudian kasus Pemberdayaan Perempuan, dan
kekerasan seksual ini merupakan Perlindungan Anak dalam memberikan
kejahatan yang serius karena anak sangat suatu perlindungan terhadap anak,
rentan menjadi korban tindak pidana khususnya mengenai anak yang menjadi
kekerasan seksual yang dimana anak dan korban kejahatan tindak pidana. Oleh
perempuan merupakan manusia yang karena itu, sangat penting untuk dikaji
sangat lemah dan masih membutuhkan atau ditelaah lebih lanjut terkait dengan
perlindungan. perlindungan hukum terhadap anak
Tingginya angka kasus kekerasan sebagai korban tindak pidana kekerasan
seksual terhadap anak tidak dibarengi seksual di Kabupaten Buleleng khususnya
dengan kesiapan pemerintah dalam Kota Singaraja, baik melalui sarana penal
menyediakan rumah aman bahkan hingga maupun non penaldalam bentuk penelitian
saat ini Kabupaten Buleleng belum dengan judul “Perlindungan Hukum
memiliki rumah aman. Hal itu tentu Terhadap Anak Sebagai Korban Tindak
menjadi kendala dalam memberikan Pidana Kekerasan Seksual di Kota
pengawasan dan pendampingan Singaraja”.
konseling untuk dapat memulihkan trauma
psikologinya. Oleh karena itu diperlukan METODE PENELITIAN
adanya suatu hukum positif yang Jenis penelitian hukum yang
mengatur secara tegas sanksi terhadap digunakan dalam penelitian ini yaitu
pelaku kekerasan seksual serta yuridis empiris dengan memandang
memberikan perlindungan yang memadai hukum sebagai kenyataan yang
kepada anak yang menjadi korban tindak mencakup kenyataan social, kenyataan
pidana kekerasan seksual seperti kultur dan lain-lain (mengkaji law in action)
perhatian terhadap psikis anak setelah (Yuliartini, 2014:398). Penelitian ini
terjadinya tindak pidana tersebut serta bersifat deskriptif kualitatif yang bertujuan
perlu juga diadakan sosialisasi oleh untuk mendeskripsikan perlindungan
Lembaga Swadaya Masyarakat dan hukum terhadap anak sebagai korban
Bapas untuk mengurangi resiko terjadinya tindak pidana kekerasan seksual di Kota
tindak pidana kekerasan seksual di Kota Singaraja.
Singaraja. Sumber data yang digunakan berupa
Tindak pidana kekerasan seksual data primer dan data sekunder. Data
terhadap anak merupakan suatu masalah primer merupakan data yang diperoleh
yang sangat meresahkan masyarakat secara langsung dari lapangan penelitian
sehingga harus segera ditangani tetapi yang bersumber dari sumber pertama
pada kenyatannya dalam penyelesaian yaitu baik responden maupun informan
masalah tindak pidana seringkali hukum yang berkaitan dengan penelitian
terlalu mengedepankan hak-hak tersangka khususnya data yang diperoleh.
sementara hak-hak korban sering kali sedangkan data sekunder merupakan
diabaikan. Dalam hal ini Pemerintah data yang diperoleh secara tidak langsung
Kabupaten Buleleng perlu menyikapi atau melalui sumber lain yang penulis
masalah tindak pidana yang melibatkan dapatkan yaitu data yang diperoleh dari
anak-anak, khususnya bagi aparat penelaahan studi kepustakaan berupa
penegak hukum yang sekiranya harus literatur-literatur, karya ilmiah, hasil
mampu memberikan suatu gambaran penelitian, peraturan perundang-
tentang bagaimana kinerja mereka dalam undangan, dokumentasi dari berbagai

21
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

instansi dan data-data yang sudah di d) Penghargaan terhadap pendapat anak.


dokumentasikan. Teknik pengumpulan Perlindungan hukum terhadap
data yang digunakan yaitu teknik studi anak korban kekerasan seksual menurut
dokumen, observasi, dan wawancara perundang-undangan dalam sistem
kepada Polres Buleleng, Dinas Sosial pidana di Indonesia sebagai berikut
Kabupaten Buleleng serta Pusat (Kurniawati, 2014 :117) :
Pelayanan Terpadu Perlindungan Anak A. Undang-Undang No. 35 Tahun 2014
dan Pemberdayaan Perempuan atas perubahan Undang-Undang No.
Kabupaten Buleleng. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Penelitian ini menggunakan teknik Anak
non probability sampling dengan Efektivitas pengawasan
menggunakan konsep purposive sampling penyelenggaraan perlindungan hukum
yaitu penarikan sampel yang dilakukan terhadap anak diperlukan lembaga
dengan tujuan tertentu, yaitu sampel independen yang diharapkan dapat
dipilih atau ditentukan sendiri oleh penulis mendukung pemerintah dan pemerintah
(Diantha, 2016:198). Kemudian semua daerah dalam menyelenggarakan
data dianalisis dan diolah secara kualitatif. perlindungan anak. Undang-Undang ini
juga mempertegas tentang perlunya
HASIL DAN PEMBAHASAN pemberatan sanksi pidana dan denda bagi
Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap pelaku kejahatan terhadap anak yang
Anak Sebagai Korban Kekerasan digunakan untuk memberikan memberikan
Seksual Di Kota Singaraja efek jera serta mendorong adanya
Di dalam Pasal 1 Ayat 2 Undang- langkah konkret untuk memulihkan
Undang Nomor 35 Tahun 2014 atas kembali fisik, psikis dan sosial anak yang
perubahan Undang-Undang Nomor 23 menjadi korban serta anak pelaku
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak kejahatan.
menyatakan bahwa Perlindungan Anak Hal tersebut perlu dilakukan untuk
adalah segala kegiatan untuk menjamin mengantisipasi anak yang menjadi korban
dan melindungi anak dan hak-haknya agar dan anak pelaku kejahatan dikemudian
dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan hari agar tidak menjadi pelaku kejahatan
berpastisipasi secara optimal sesuai yang sama. Kemudian di dalam Pasal 59
dengan harkat dan martabat A mengenai perlindungan khusus bagi
kemanusiaan, serta mendapat anak dilakukan melalui upaya (Kurniawati,
perlindungan dari kekerasan dan 2014: 118) :
diskriminasi. Dalam perlindungan ini (a) Penanganan yang cepat termasuk
mengandung aspek penting yaitu (Waluyo, pengobatan dan rehabilitasi secara
2012: 70) : fisik, psikis dan sosial, serta
a) Terjamin dan terpenuhinya hak-hak pencegahan penyakit dan gangguan
anak kesehatan lainnya
b) Terpenuhinya harkat dan martabat (b) Pendampingan psikososial pada saat
kemanusiaan pengobatan sampai pemulihan
c) Perlindungan anak dari kekerasan (c) Pemberian bantuan sosial bagi anak
dan diskriminasi yang berasal dari keluarga tidak
d) Terwujudnya anak yang berkualitas, mampu, dan
berakhlak mulia dan sejahtera. (d) Pemberian perlindungan dan
Penyelenggaraan perlindungan pendampingan pada setiap proses
anak berdasarkan Pancasila dan peradilan.
berlandaskan Undang-Undang Dasar Kemudian di dalam Pasal 69 A
Negara RI Tahun 1945 serta prinsip- mengenai perlindungan khusus bagi anak
prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak yang menjadi korban kekerasan seksual
yang meliputi (Waluyo, 2012 :71) : dilakukan melalui upaya :
a) Non diskriminasi a) Edukasi tentang kesehatan
b) Kepentingan yang terbaik bagi anak reproduksi, nilai agama, dan
c) Hak untuk hidup dan berkembang nilai kesusilaan

22
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

b) Rehabilitasi sosial f. Mendapat informasi mengenai


c) Pendampingan psikososial pada perkembangan kasus
saat pengobatan sampai g. Mendapat informasi mengenai
pemulihan putusan pengadilan
d) Pemberian perlindungan dan h. Mendapat informasi dalam hal
pendampingan pada setiap terpidana dibebaskan
tingkat pemeriksaan mulai dari i. Dirahasiakan identitasnya
penyidikan, penuntutan, sampai j. Mendapat identitas baru
dengan pemeriksaan di sidang k. Mendapat tempat kediaman
pengadilan. sementara
B. Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 l. Mendapat tempat kediaman baru
perubahan atas Undang-Undang 13 m. Memperoleh penggantian biaya
tahun 20006 tentang Perlindungan transportasi sesuai dengan kebutuhan
Saksi dan Korban n. Mendapat nasihat hukum
Berdasarkan asas kesamaan di o. Memperoleh bantuan biaya hidup
depan hukum yang menjadi salah satu ciri sementara sampai batas waktu
negara hukum, saksi dan korban dalam perlindungan berakhir
proses peradilan pidana harus diberi p. Mendapat pendampingan.
jaminan hukum. Adapun muatan yang Kemudian di dalam Pasal 6
diatur dalam Undang-Undang mengenai korban pelanggaran hak asasi
Perlindungan Saksi dan Korban meliputi : manusia yang berat, korban tindak pidana
a) Perlindungan dan hak saksi dan terorisme, korban tindak pidana
korban perdagangan orang, korban tindak pidana
b) Lembaga perlindungan saksi dan penyiksaan, korban tindak pidana
korban kekerasan seksual, dan korban
c) Syarat dan tata cara pemberian penganiayaan berat selain mendapatkan
perlindungan dan bantuan hak yang sudah diatur di dalam pasal 5
d) Ketentuan pidana. juga berhak mendapatkan bantuan medis
Kemudian di dalam Pasal 5 dan bantuan rehabilitasi psikososial dan
mengenai hak saksi dan korban termasuk psikologi. Kemudian di dalam Pasal 10
saksi pelaku, pelapor, dan ahli, termasuk mengenai saksi, korban, saksi pelaku, dan
orang yang dapat memberikan keterangan pelapor tidak dapat dituntut secara hukum
yang berhubungan dengan suatu perkara kecuali laporan atau kesaksian yang
pidana meskipun tidak di dengar sendiri, diberikan tidak dengan itikad baik. Apabila
tidak dilihat sendiri dan tidak dialami terdapat penuntutan terhadap saksi,
sendiri sepanjang keterangan orang itu korban, saksi pelaku, dan pelapor tuntutan
berhubungan dengan tindak pidana dalam tersebut wajib ditunda hingga kasus yang
kasus tertentu sesuai dengan keputusan diberi kesaksian diputus oleh pengadilan
lembaga perlindungan saksi dan korban dan memperoleh kekuatan hukum tetap
(LPSK) meliputi : (Kurniawati, 2014 :119).
a. Memperoleh perlindungan atas Secara konseptual, upaya
keamanan pribadi, keluarga, dan memberikan perlindungan hak asasi
harta bendanya serta bebas dari manusia khususnya hak anak setidaknya
ancaman yang berkenaan dengan perlu memperhatikan empat prinsip
kesaksian yang akan sedang dana perlindungan anak, yaitu (Aryani, 2016:
tau telah diberikannya 24) :
b. Ikut serta dalam proses memilih dan a. Anak tidak dapat berjuang sendiri,
menentukan bentuk perlindungan dan anak tidak dapat melindungi sendiri
dukungan keamanan hak-haknya, banyak pihak yang
c. Memberikan keterangan tanpa mempengaruhi kehiupannya. Negara
tekanan dan masyarakat berkepentingan untuk
d. Mendapat penerjemah mengusahakan perlindungan anak
e. Bebas dari pertanyaan yang menjerat b. Kepentingan terbaik anak (the best
interest of the child), anak harus

23
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

dipandang memperoleh prioritas kekerasan seksual. Faktor penyebab


tertinggi (of paramount importance) terjadinya tindak pidana kekerasan
dalam setiap keputusan menyangkut seksual pada anak khususnya di Kota
anak. Prinsip the best interest of the Singaraja yaitu kurangnya pengawasan
child digunakan karena dalam banyak orang tua terhadap anaknya serta
hal anak “korban”, disebabkan perkembangan teknologi yang semakin
ketidaktahuan anak, karena usia canggih. Oleh karena itu, Polres Buleleng
perkembangannya melakukan pencegahan peredaran konten
c. Ancangan daur kehidupan (life circle pornografi dengan mengajak masyarakat,
approach) perlindungan anak anak-anak, dan orang tua untuk bersama-
mengacu pada pemahaman bahwa sama melaporkan jika ditemukan hal-hal
perlindungan anak harus dimulai berbau pornografi.
sejak dini secara terus menerus Kemudian upaya represif yang
d. Lintas sektoral, nasib anak tergantung dilakukan oleh Polres Buleleng yaitu
dari berbagai faktor, baik yang makro menindak pelaku sesuai hukum yang
maupun mikro, yang langsung berlaku. Upaya represif adalah upaya
maupun tidak langsung. yang dilakukan setelah terjadinya tindak
Kemiskinan, perencanaan kota dan pidana berupa penegakan hukum (law
segala penggusuran, sistem pendidikan enforcement) dengan menjatuhkan
yang menekankan hafalan dan bahan – hukuman kepada pelaku. Upaya represif
bahan yang tidak relevan, komunitas yang bertujuan untuk merubah perbuatan
penuh dengan ketidakadilan dan pelaku serta memperbaikinya agar tidak
sebagainya tidak dapat ditangani oleh mengulanginya lagi. Upaya represif
sektor, terlebih keluarga anak itu sendiri. disebut juga upaya penal atau upaya
Perlindungan terhadap anak adalah terakhir (ultimum remedium) dengan
perjuangan yang membutuhkan memberikan sanksi yang telah diatur
sumbangan semua orang disemua dalam hukum pidana. Dinas Sosial
tingkatan. Pihak Kepolisian Resort Kabupaten Buleleng juga melakukan
Buleleng dan Dinas Sosial Kabupaten beberapa upaya untuk menanggulangi
Buleleng melakukan berbagai upaya kekerasan seksual terhadap anak. Upaya
penanggulangan untuk mengantisipasi Dinas Sosial yang pertama adalah
dan menekan angka kekerasan seksual memberikan bantuan berupa
terhadap anak yang terjadi khususnya di pendampingan.
Kota Singaraja. Pendampingan merupakan salah
Adapun upaya-upaya yang satu bentuk pelayanan yang diberikan
dilakukan meliputi upaya preemtif, terhadap anak korban kekerasan seksual
preventif, dan represif. Upaya preemtif di Kota Singaraja. Tujuan pendampingan
dilakukan dengan melaksanakan yang dilakukan oleh Dinas Sosial yaitu
sosialisasi mengenai pentingnya untuk menguatkan mental anak agar
pendidikan seks sejak dini, pergaulan mampu menjalani prosedur dan proses
bebas serta dampak dari kekerasan pemulihan psikis terhadap tindak
seksual. Sosialisasi yang dilakukan kekerasan yang sedang dialaminya. Dinas
bertujuan agar segala bentuk kekerasan Sosial Kabupaten Buleleng selanjutnya
seksual tdak dapat terjadi. Upaya preventif berupaya untuk memulihkan trauma
yang dilakukan oleh Polres Buleleng terhadap anak yang menjadi korban
sebagai upaya lanjutan sosialisasi dan kekerasan seksual. Setiap anak yang
penyuluhan kepada anak-anak serta mengalami tindak kekerasan seksual
orang tua mengenai pendidikan untuk merasakan trauma secara fisik maupun
menghilangkan kesempatan dilakukannya psikisnya. Pemulihan trauma merupakan
suatu kejahatan. upaya yang dilakukan untuk menjauhkan
Upaya preventif adalah anak dari pikiran dan perasaan yang terus
penanggulangan kejahatan yang membayanginya. Upaya yang dilakukan
dilakukan dengan cara menghilangkan oleh Dinas Sosial yaitu mengajak anak
faktor-faktor penyebab terjadinya untuk bernyanyi bersama, bermain

24
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

bersama, membuat kerajinan tangan dan kekerasan atau ancaman kekerasan,


menulis puisi. Kemudian upaya terakhir memaksa, melakukan, tipu muslihat,
yang dilakukan oleh Dinas Sosial serangkaian kebohongan, atau
Kabupaten Buleleng yaitu memberikan membujuk anak untuk melakukan
pelayanan konseling. Pelayanan konseling atau membiarkan dilakukan perbuatan
bertujuan untuk memberikan bantuan cabul, dipidana dengan pidana
kepada anak korban kekerasan seksual penjara paling lama 15 (lima belas)
yang mengalami stress dan trauma. tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun
Pelayanan konseling dilakukan dalam dan denda paling banyak Rp.
waktu 30 menit sampai 1 jam tergantung 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
dari kondisi psikologis anak korban dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00
kekerasan seksual. Metode yang (enam puluh juta rupiah) (Suryandi,
dilakukan untuk melakukan konseling Hutabarat & Pamungkas, 2020:87).
kepada anak korban kekerasan seksual Sistem peradilan pidana adalah
yaitu dengan cara melakukan pendekatan sistem yang dibuat untuk menanggulangi
emosional (Yuliartini & Mangku, 2021: masalah-masalah kejahatan yang dapat
346- 347). menganggu ketertiban dan mengancam
Kemudian penegakan hukum rasa aman dalam suatu masyarakat.
terhadap tindak pidana kekerasan seksual Bahwa kata system menunjukan adanya
terhadap anak dalam Kitab Undang- suatu kesan dari objek yang kompleksnya
Undang Hukum Pidana (KUHP) dan berjalan dari awal sampai akhir, oleh
Undang-Undang Perlindungan Anak karena itu dalam mewujudkan tujuan
Nomor 23 Tahun 2002 telah dijelaskan system tersebut ada empatinstansi yang
bahwa tindak pidana kekerasan seksual terkait yaitu Kepolisian, Kejaksaan,
terhadap anak merupakan sebuah Pengadilan dan Lembaga
kejahatan kesusilaan yang bagi pelakunya Permasyarakatan. Keempat komponen
harus diberikan hukuman yang setimpal. tersebut harus bekerjasama secara
Maksud dan tujuannya agar dengan terpadu artinya keempat sub sistem ini
dijatuhkannya hukuman kepada pelaku bekerjasama berhubungan walaupun
dapat mengurangi dan mencegah masing – masing berdiri sendiri. Polisi
terjadinya pelanggaran hukum dari selaku penyidik melakukan penyidikan
kekerasan seksual pada anak. termasuk penyelidikan, penangkapan,
Di dalam Pasal 81 berbunyi : penahanan, penggeledahan dan
Setiap orang yang dengan sengaja penyitaan.
melakukan kekerasan atau ancaman Kemudian Jaksa selaku penuntut
kekerasan memaksa anak melakukan umum melakukan penuntutan
persetubuhan dengannya atau dengan berdasarkan hasil penyidikan yang
orang lain, dipidana dengan pidana disampaikan oleh penyidik. Hakim atas
penjara paling lama 15 (lima belas tahun) dasar dakwaan penuntut umum mengadili
dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan dalam persidangan. Setiap anak yang
denda paling banyak RP. 300.000.000,00 menjadi korban dalam tindak pidana
(tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit kekerasan seksual atau perkosaan, pada
Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta tahap persidangan anak yang menjadi
rupiah). korban tersebut harus menjadi saksi. Si
(1) Ketentuan pidana sebagaimana korban harus mengulangi cerita atau
dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula kejadian yang telah dialaminya dihadapan
bagi setiap orang yang dengan majelis hakim, jaksa, kemudian dari
sengaja melakukan tipu muslihat, pengacara terdakwa serta terdakwa itu
serangkaian kebohongan, atau sendiri. Si korban tidak boleh diposisikan
membujuk anak melakukan dalam keadaan tertekan, baik fisik
persetubuhan dengannya atau maupun psikisnya. Pada saat korban
dengan orang lain. menjadi saksi, korban tersebut
(2) Pasal 82 berbunyi : Setiap orang yang diperlakukan dengan sebaik mungkin,
dengan sengaja melakukan dalam arti dia tidak boleh ditakuti oleh

25
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

pihak luar baik psikologis maupun pelayanan yang belum terpenuhi. Kendala
psikisnya. Kemudian ketika korban itu yang dihadapi dalam pelaksanaan Perda
berangkat ke pengadilan, apabila ada Kabupaten Buleleng yaitu belum
upaya melakukan intimidasi terhadap tersedianya fasilitas rumah aman yang
pihak korban maupun keluarga korban, disediakan dan dikelola oleh pemerintah
korban ditempatkan di ruangan tersendiri Kabupaten Buleleng dikarenakan
yang nantinya tidak boleh ada pihak-pihak kurangnya anggaran untuk menyiapkan
yang menakuti atau melakukan intimidasi rumah aman dan juga termasuk biaya
terhadap korban, bilamana perlu adanya operasionalnya. Belum tersedianya rumah
pengawasan dari petugas pengadilan, aman bagi anak korban kekerasan
kejaksaan serta kepolisian (Suryandi, seksual menjadi kendala dalam
Hutabarat & Pamungkas, 2020:88). memberikan pengawasan dan
pendampingan konseling untuk
Faktor-Faktor Yang Menjadi Kendala memulihkan trauma psikologis korban
Aparat Penegak Hukum Dalam sehingga untuk sementara waktu peran
Menangani Kasus Kekerasan Seksual serta dari keluarga korban untuk
Terhadap Anak Di Kota Singaraja mendampingi dan menjadi garda terdepan
Perlindungan hukum bagi anak dalam pemulihan psikis terhadap anak
korban kekerasan seksual bertujuan untuk yang menjadi korban kekerasan seksual
mewujudkan hak asasi anak. kemudian pihak Dinas P2KBP3A juga ikut
Perlindungan hukum terhadap anak rutin untuk melakukan pendampingan
merupakan upaya memberikan kebebasan terhadap korban agar kondisi psikis dari
hak asasi anak (fundamental rights and korban cepat membaik agar dapat
freedom of children), serta kepentingan menatap masa depannya lagi.
yang berhubungan dengan kesejahteraan Fungsi rumah aman adalah
anak (Yuliartini & Mangku, 2021: 345). sebagai wadah pemulihan anak-anak
Dalam upaya memberikan yang mengalami trauma pasca kekerasan
perlindungan terhadap korban tindak dengan tidak meninggalkan kebutuhan
pidana kekerasan seksual, pihak dasar anak, baik kebutuhan pokok dan
Kepolisian Resort Buleleng menemui kebutuhan pendidikan dan rekreasi.
kendala-kendala salah satu Kendala yang Rumah aman iini memiliki fungsi sebagai
ditemui yakni sulitnya mencari bukti bahwa pusat rehabilitasi yang dimana berfungsi
benar terjadinya tindakan kekerasan untuk merehabilitasi atau melakukan
seksual karena kurangnya informasi yang proses pemulihan anak baik secara medis
disampaikan korban. Korban atau yaitu perawatan kesehatan oleh dokter
keluarga korban beranggapan kejadian dan psikiater maupun non medis yaitu
yang menimpa korban adalah aib yang terapi dari para ahli dan psikolog. Selain
dapat membuat nama baik keluarga itu rumah aman juga berfungsi sebagai
mereka tercemar apabila diketahui oleh rumah singgah yang merupakan tempat
masyarakat. Selain itu anak-anak yang untuk konsultasi dengan psikolog tentang
menjadi korban merasa tidak berdaya, kasus awal korban kekerasan seksual
sehingga memilih bersikap pasrah, diam pada anak sebelum ditangani lebih lanjut.
atau takut menceritakan apa yang sudah Kemudian juga berfungsi sebagai tempat
dialaminya hingga menjauhkan diri dari tinggal bagi anak-anak sebagai korban
pergaulan dan merasa berdosa dan yang (Dewi, Saraswati, dan Wiryawan, 2017:
terakhir adanya ancaman dari pelaku yang 96).
membuat korban tidak berani
melaporkannya (Putra & Ariawan, 2019: SIMPULAN DAN SARAN
9). Berdasarkan hasil penelitian dan
Pelaksanaan Perda Kabupaten pembahasan yang telah diuraikan, maka
Buleleng Nomor 5 Tahun 2019 tentang penulis dapat mengambil kesimpulan
Perlindungan Perempuan dan Anak dari sebagai berikut :
Tindak Kekerasan belum berjalan optimal 1. Bentuk perlindungan hukum
karena ada beberapa fasilitas dan berdasarkan Undang-Undang

26
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

Nomor 35 Tahun 2014 tentang Kota Singaraja. Selain itu kerjasama


perubahan Undang-Undang Nomor pihak Kepolisian Resort Buleleng
23 Tahun 2002 tentang perlindungan dengan Dinas Sosial Kabupaten
anak sudah berjalan optimal di Kota Buleleng kemudian Dinas
Singaraja. Kemudian upaya-upaya Pengendalia Penduduk, Keluarga
yang dilakukan oleh aparat penegak Berencana, Pemberdayaan
hukum dan instansi-instansi terkait Perempuan dan Perlindungan Anak
meliputi upaya preemtif, preventif, diharapkan terus dapat ditingkatkan.
dan represif. Upaya preemtif 3) Kepada Pemerintah Kabupaten
dilakukan dengan melaksanakan Buleleng diharapkan untuk segera
sosialisasi mengenai pentingnya mungkin menyiapkan rumah aman
pendidikan seks sejak dini, karena rumah aman sangat penting
pergaulan bebas serta dampak dari perannya dalam memulihkan kondisi
kekerasan seksual selanjutnya anak yang menjadi korban kekerasan
upaya preventif adalah seksual.
penanggulangan kejahatan yang
dilakukan dengan cara DAFTAR PUSTAKA
menghilangkan faktor-faktor Aryani, Nyoman Mas. (2016).
penyebab terjadinya kekerasan Perlindungan Hukum Terhadap
seksual serta upaya represif Anak Sebagai Korban Kekerasan
dilakukan setelah terjadinya tindak Seksual Di Provinsi Bali. Kertha
pidana berupa penegakan hukum Patrika. Volume 38 No 1.
(law enforcement) dengan Ceswara, Dicky Febrian dan Wiyatno, Puji.
menjatuhkan hukuman kepada (2018). Implementasi Nilai Hak
pelaku. Asasi Manusia dalam Sila
2. Kendala-kendala yang ditemui oleh Pancasila. Lex Scientia Law
aparat penegak hukum dalam Review. Vol 2 No 2.
menangani kasus kekerasan seksual Dewi, Anak Agung Ayu Agung Candra,
terhadap anak yakni sulitnya Anak Agung Ayu Oka Saraswati
mencari bukti bahwa benar dan I Wayan Wiryawan. (2017).
terjadinya tindakan kekerasan Program Fungsional Rumah Aman
seksual karena kurangnya informasi Anak. eJurnal Arsitektur Universitas
yang disampaikan korban serta Udayana. Vol 5 No 2.
belum tersedianya rumah aman Diantha, I Made Pasek. 2016. Metodologi
tentu menjadi kendala dalam Hukum Normatif Dalam Justifikasi
memberikan pengawasan dan Teori Hukum. Jakarta: Prenada
pendampingan konseling untuk Media Group.
memulihkan trauma psikologinya. Gultom, Maidin. 2012. Perlindungan
Adapun saran yang dapat Hukum Terhadap Anak dan
diberikan yakni sebagai berikut Perempuan. Bandung:
1) Dalam melaksanakan perlindungan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
hukum terhadap anak sebagai korban (KUHP). Undang-Undang No. 11
tindak pidana kekerasan seksual Tahun 2012 tentang Sistem
hendaknya dapat dilakukan dengan Peradilan Anak.Diundangkan di
lebih maksimal lagi untuk menekan Jakarta Pada Tanggal 30 Juli 2012,
perkembangan kasus kekerasan Lembaran Negara Republik
seksual yang terjadi terhadap anak Indonesia Tahun 2012 Nomor 153.
khususnya di Kota Singaraja. Tambahan Lembaran Negara
2) Bagi aparat penegak hukum dan Republik Indonesia Nomor 5332.
instansi-instansi terkait agar bisa Kurniawati, Anggar. (2014). Perlindungan
meminimalisir kendala-kendala yang Hukum Terhadap Anak Korban
ditemui dalam memberikan Kekerasan Seksual Di Kota
perlindungan hukum terhadap anak Surakarta Studi Kasus Pelayanan
sebagai korban kekerasan seksual di

27
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

Terpadu Perempuan dan Anak Sudarsono. 2007. Pengantar Ilmu Hukum.


Surakarta. Recidive Vol 3 No 2. Jakarta: Rineka Cipta.
Makarao, Mohammad Taufik, dkk. 2013. Suryandi, Dody, Nike Hutabarat, Hartono
Hukum Perlindungan Anak Dan Pamungkas. (2020). Penerapan
Penghapusan Kekerasan Dalam Sanksi Pidana Terhadap Pelaku
Rumah Tangga. Jakarta: Rineka Tindak Pidana Kekerasan Seksual
Cipta. Terhadap Anak. Jurnal Darma
Mokale, Junita B. “Pedofilia Sebagai Salah Agung. Vol. 28, No. 1.
Satu Bentuk Kejahatan Kekerasan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006
Seksual Terhadap Anak”. Lex Tentang Perlindungan Saksi dan
Crimen. Vol. 8 No. 5. Korban. Diundangkan di Jakarta
Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Pada Tanggal 11 Agustus 2006,
Nomor 5 Tahun 2019 tentang Lembaran Negara Republik
Perlindungan Perempuan Dan Anak Indonesia Tahun 2006 Nomor 64.
Dari Tindak Kekerasan. Tambahan Lembaran Negara
Putra, Agung Satriadi dan I Gusti Ketut Republik Indonesia Nomor 4635.
Ariawan. 2019. Perlindungan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
Hukum Terhadap Anak Sebagai tentang perubahan atas Undang-
Korban Tindak Pidana Kekerasan Undang 23 Tahun 2002 tentang
Seksual Studi Kasus Di Polda Bali. Perlindungan Anak. Diundangkan di
(Skripsi). Fakultas Hukum, Jakarta Pada Tanggal 17 Oktober
Universitas Udayana, Denpasar. 2014, Lembaran Negara Republik
Refika Aditama. Kordi, Gufran H. 2015. Indonesia Tahun 2014 Nomor 297.
Durhaka Kepada Anak: Refleksi Tambahan Lembaran Negara
Terhadap Hak Dan Perlindungan Republik Indonesia Nomor 5606.
Anak. Yogyakarta: Pustaka Baru Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Press. tentang Hak Asasi Manusia.
Riskiyono, Joko. (2015). Partisipasi Diundangkan di Jakarta Pada
Masyarakat Dalam Pembentukan Tanggal 23 September 1999,
Perundang-Undangan Untuk Lembaran Negara Republik
Mewujudkan Kesejahteraan. Indonesia Tahun 1999 Nomor 165,
Aspirasi. Vol 6 No 2. Tambahan Lembaran Negara
Rosifany, Ony. (2017). Perlindungan Republik Indonesia Nomor 3886.
Hukum Terhadap Korban Waluyo, Bambang. 2008. Pidana dan
Kejahatan. Jurnal LEGALITAS. Vol Pemidanaan. Jakarta: Sinar
2 No 2. Grafika.
Santosa, I. K. D., Yuliartini, N. P. R., & Waluyo, Bambang. 2012. Viktimologi
Mangku, D. G. S. (2021). Perlindungan Korban Dan Saksi,
Pengaturan Asas Oportunitas Jakarta: Sinar Grafika.
Dalam Sistem Peradilan Yulia, N. P. R. Kajian Kriminologis
Pidana Di Indonesia. Jurnal Kenakalan Anak dalam
Pendidikan Kewarganegaraan Fenomena Balapan Liar di
Undiksha, 9(1), 70-80. Wilayah Hukum Polres
Setiani, Lukis dan Levina Yustitianingtyas. Buleleng. Jurnal Magister
(2021). Analisis Yuridis Putusan Hukum Udayana (Udayana
Bebas Dalam Tindak Pidana Master Law Journal), 3(3).
Perkosaan Anak (Studi Putusan PN Yulia, Rena. 2013. Perlindungan Hukum
Simalungun Terhadap Korban Kejahatan,
No.475/Pid.Sus/2014/PN-SIM). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jurnal Pendidikan Yuliartini, N. P. R. (2019). Legal
Kewarganegaraan Undiksha. Vol 9 Protection For Victims Of
No 3. Criminal Violations (Case
Study Of Violence Against
28
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

Children In Buleleng
District). Veteran Law
Review, 2(2), 30-41.
Yuliartini, N. P. R. (2021). Legal
Protection of Women And
Children From Violence In The
Perspective Of Regional
Regulation of Buleleng
Regency Number 5 Year
2019. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan
Undiksha, 9(1), 89-96.
Yuliartini, Ni Putu Rai dan Dewa Gede
Sudika Mangku. (2021).
Perlindungan Hukum Terhadap
Anak Korban Kekerasan Seksual.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila
Dan Kewaraganegaraan. Vol 6 No
2.

29

Anda mungkin juga menyukai