Kadek Diva Hendrayana1, Ni Putu Rai Yuliartini2, Dewa Gede Sudika Mangku3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan perlindungan hukum
terhadap anak sebagai korban tindak pidana kekerasan seksual di Kota Singaraja
serta faktor-faktor yang menjadi kendala aparat penegak hukum dalam menangani
kasus kekerasan seksual terhadap anak di Kota Singaraja. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian yuridis empiris, dengan sifat penelitian deskriptif. Lokasi
penelitian ini dilaksanakan di Kepolisian Resort Buleleng, Dinas Sosial serta Dinas
P2KBP3A Kabupaten Buleleng. Bahan hukum yang digunakan berasal dari bahan
hukum primer, sekunder dan tersier dengan teknik pengumpulan data menggunakan
teknik studi dokumen, observasi, dan wawancara. Teknik penentuan sampel yang
digunakan adalah teknik non probability sampling dengan bentuk penerapan
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data dilakukan secara
deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh data secara sistematis
mengenai fakta-fakta suatu peristiwa yang timbul di dalam masyarakat. Hasil
penelitian menunjukan bahwa perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban
tindak pidana kekerasan seksual sudah berjalan baik sesuai dengan aturan yang
berlaku pada Undang-Undang Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014. Kemudian
dalam upaya memberikan perlindungan terhadap korban tindak pidana kekerasan
seksual, aparat penegak hukum serta instansi terkait menemui kendala-kendala
yakni sulitnya mencari bukti bahwa benar terjadinya tindakan kekerasan seksual
karena kurangnya informasi yang disampaikan oleh korban. Kemudian juga seperti
ditemuinya kendala adanya keterbatasan anggaran dan kurangnya fasilitas dalam
melindungi korban.
Abstract
This study aims to analyze the implementation of legal protection for children as
victims of criminal acts of sexual violence in Singaraja City and the factors that
become obstacles for law enforcement officers in handling cases of sexual violence
against children in Singaraja City. The type of research used is empirical juridical
research, with the nature of descriptive research. The location of this research was
carried out at the Buleleng Resort Police, the Social Service and the P2KBP3A Office
of Buleleng Regency. The legal materials used are primary, secondary and tertiary
legal materials with data collection techniques using document study, observation, and
interview techniques. The sampling technique used is a non -probability sampling
technique with a form of application using a purposive sampling technique. The data
analysis technique was carried out in a qualitative descriptive manner which aims to
obtain data systematically about the facts of an event that occurs in society. The
results of the study show that legal protection for children as victims of criminal acts of
sexual violence has been going well in accordance with the rules that apply to the
18
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
Child Protection Act no. 35 of 2014. Then in an effort to provide protection to victims of
criminal acts of sexual violence, law enforcement officers and related agencies
encountered obstacles, namely the difficulty of finding evidence that sexual violence
was true because of the lack of information submitted by the victim. Then there are
also constraints such as budget constraints and lack of facilities to protect victims.
19
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
penilaian terhadap suatu tingkah laku. belum memiliki kematangan seperti orang
Apakah perbuatan tersebut dianggap dewasa. Dengan demikian hubungan
lazim atau bahkan sebaliknya merupakan seksual antara orang dewasa dengan
suatu ancaman bagi ketertiban sosial. anak harus dilihat tanpa persetujuan atau
Masalah kekerasan yang terjadi pada tanpa consent dari anak. Bahkan jika anak
anak baik secara fisik maupun psikis, tampaknya tidak ada keberatan dengan
memang sangat memprihatinkan. Upaya adanya aktivitas seksual maka Hubungan
perlindungan anak perlu dilaksanakan ini tidak dapat dikatakan sebagai suka
sedini mungkin, yakni sejak dari janin sama suka (Kordi, 2015:154). Pendekatan
dalam kandungan sampai anak berumur seksual yang dilakukan orang dewasa
18 (delapan belas) tahun. Bertitik tolak kepada anak, meski anak tidak
dari konsepsi perlindungan anak yang menolaknya, harus dilihat dalam kaitannya
utuh, menyeluruh, dan komperehensif. dengan motivasi (alasan) yang ada dibalik
Berbicara mengenai kekerasan tindakan dan tanggungjawab moral dari
terhadap anak, maka dibutuhkan orang dewasa tersebut (Setiani &
perlindungan yang harus diberikan oleh Yustitianingtyas, 2021: 4).
lembaga yang berwenang terhadap anak Dalam hal ini, orang dewasa
yang posisinya sebagai korban kejahatan tersebut jelas memperlakukan anak
(Mokale, 2013:104). Masalah korban sebagai sasaran pelampiasan pemenuhan
kejahatan menimbulkan berbagai kebutuhannya yang artinya telah
problematika dalam masyarakat pada memperlakukannya sebagai objek,
umumnya dan pada korban atau pihak memanipulasi dan mengeksploitasinya
korban kejahatan pada khususnya. tanpa peduli anak belum memiliki
Kurangnya perhatian dan pelayanan kesiapan untuk memahami apa yang
terhadap korban kejahatan merupakan terjadi, serta belum mampu
tanda belum adanya keadilan dan bertanggungjawab atas apa yang nantinya
pengembangan kesejahteraan dalam terjadi. Pelaku juga tidak peduli pada
masyarakat. Dalam hal pelayanan dan berbagai implikasi yang mungkin terjadi
perlakuan terhadap korban kejahatan pada anak dengan menyusul manipulasi
secara formal sering dituntut karena yang dilakukannya (Kordi, 2015:155).
merupakan salah satu bentuk Dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-
perlindungan dan konsekuensi hukum Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
(Yulia, 2013:57). Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
Makna perlindungan menurut 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Undang – Undang Perlindungan Saksi dan Anak, dijelaskan bahwa perlindungan
Korban adalah segala upaya pemenuhan anak adalah segala kegiatan untuk
hak dan pemberian bantuan untuk menjamin dan melindungi anak dari hak-
memberikan rasa aman kepada korban haknya agar dapat hidup, tumbuh,
yang wajib dilaksanakan oleh Lembaga berkembang, dan berpartisipasi secara
Perlindungan Saksi dan Korban atau optimal sesuai dengan harkat dan
lembaga lainnya sesuai dengan martabat kemanusiaan, serta mendapat
ketentuan. Perlindungan sejatinya harus perlindungan dari kekerasan dan
dijadikan sebagai komponen utama dalam diskriminasi.
semua tahap proses peradilan (Yulia, Disamping itu di dalam Pasal 5 ayat
2013:58). Perlindungan hukum korban (1) huruf K Undang-Undang No. 31 tahun
kejahatan sebagai bagian dari 2014 tentang Perlindungan Saksi dan
perlindungan kepada masyarakat dapat Korban yang juga menyatakan bahwa
diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti saksi dan korban berhak mendapatkan
melalui pemberian pelayanan medis tempat kediaman sementara (Rumah
maupun bantuan hukum (Rosifany, 2017: Aman) yang didukung dengan Pasal 11
20). ayat (2) huruf C Peraturan Daerah (Perda)
Dalam perspektif perlindungan anak Kabupaten Buleleng Nomor 5 Tahun 2019
(dibawah 18 tahun) harus dilihat sebagai tentang Perlindungan Perempuan dan
manusia yang belum dewasa dalam arti Anak dari Tindak Pidana Kekerasan yang
20
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
21
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
22
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
23
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
24
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
25
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
pihak luar baik psikologis maupun pelayanan yang belum terpenuhi. Kendala
psikisnya. Kemudian ketika korban itu yang dihadapi dalam pelaksanaan Perda
berangkat ke pengadilan, apabila ada Kabupaten Buleleng yaitu belum
upaya melakukan intimidasi terhadap tersedianya fasilitas rumah aman yang
pihak korban maupun keluarga korban, disediakan dan dikelola oleh pemerintah
korban ditempatkan di ruangan tersendiri Kabupaten Buleleng dikarenakan
yang nantinya tidak boleh ada pihak-pihak kurangnya anggaran untuk menyiapkan
yang menakuti atau melakukan intimidasi rumah aman dan juga termasuk biaya
terhadap korban, bilamana perlu adanya operasionalnya. Belum tersedianya rumah
pengawasan dari petugas pengadilan, aman bagi anak korban kekerasan
kejaksaan serta kepolisian (Suryandi, seksual menjadi kendala dalam
Hutabarat & Pamungkas, 2020:88). memberikan pengawasan dan
pendampingan konseling untuk
Faktor-Faktor Yang Menjadi Kendala memulihkan trauma psikologis korban
Aparat Penegak Hukum Dalam sehingga untuk sementara waktu peran
Menangani Kasus Kekerasan Seksual serta dari keluarga korban untuk
Terhadap Anak Di Kota Singaraja mendampingi dan menjadi garda terdepan
Perlindungan hukum bagi anak dalam pemulihan psikis terhadap anak
korban kekerasan seksual bertujuan untuk yang menjadi korban kekerasan seksual
mewujudkan hak asasi anak. kemudian pihak Dinas P2KBP3A juga ikut
Perlindungan hukum terhadap anak rutin untuk melakukan pendampingan
merupakan upaya memberikan kebebasan terhadap korban agar kondisi psikis dari
hak asasi anak (fundamental rights and korban cepat membaik agar dapat
freedom of children), serta kepentingan menatap masa depannya lagi.
yang berhubungan dengan kesejahteraan Fungsi rumah aman adalah
anak (Yuliartini & Mangku, 2021: 345). sebagai wadah pemulihan anak-anak
Dalam upaya memberikan yang mengalami trauma pasca kekerasan
perlindungan terhadap korban tindak dengan tidak meninggalkan kebutuhan
pidana kekerasan seksual, pihak dasar anak, baik kebutuhan pokok dan
Kepolisian Resort Buleleng menemui kebutuhan pendidikan dan rekreasi.
kendala-kendala salah satu Kendala yang Rumah aman iini memiliki fungsi sebagai
ditemui yakni sulitnya mencari bukti bahwa pusat rehabilitasi yang dimana berfungsi
benar terjadinya tindakan kekerasan untuk merehabilitasi atau melakukan
seksual karena kurangnya informasi yang proses pemulihan anak baik secara medis
disampaikan korban. Korban atau yaitu perawatan kesehatan oleh dokter
keluarga korban beranggapan kejadian dan psikiater maupun non medis yaitu
yang menimpa korban adalah aib yang terapi dari para ahli dan psikolog. Selain
dapat membuat nama baik keluarga itu rumah aman juga berfungsi sebagai
mereka tercemar apabila diketahui oleh rumah singgah yang merupakan tempat
masyarakat. Selain itu anak-anak yang untuk konsultasi dengan psikolog tentang
menjadi korban merasa tidak berdaya, kasus awal korban kekerasan seksual
sehingga memilih bersikap pasrah, diam pada anak sebelum ditangani lebih lanjut.
atau takut menceritakan apa yang sudah Kemudian juga berfungsi sebagai tempat
dialaminya hingga menjauhkan diri dari tinggal bagi anak-anak sebagai korban
pergaulan dan merasa berdosa dan yang (Dewi, Saraswati, dan Wiryawan, 2017:
terakhir adanya ancaman dari pelaku yang 96).
membuat korban tidak berani
melaporkannya (Putra & Ariawan, 2019: SIMPULAN DAN SARAN
9). Berdasarkan hasil penelitian dan
Pelaksanaan Perda Kabupaten pembahasan yang telah diuraikan, maka
Buleleng Nomor 5 Tahun 2019 tentang penulis dapat mengambil kesimpulan
Perlindungan Perempuan dan Anak dari sebagai berikut :
Tindak Kekerasan belum berjalan optimal 1. Bentuk perlindungan hukum
karena ada beberapa fasilitas dan berdasarkan Undang-Undang
26
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
27
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
Children In Buleleng
District). Veteran Law
Review, 2(2), 30-41.
Yuliartini, N. P. R. (2021). Legal
Protection of Women And
Children From Violence In The
Perspective Of Regional
Regulation of Buleleng
Regency Number 5 Year
2019. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan
Undiksha, 9(1), 89-96.
Yuliartini, Ni Putu Rai dan Dewa Gede
Sudika Mangku. (2021).
Perlindungan Hukum Terhadap
Anak Korban Kekerasan Seksual.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila
Dan Kewaraganegaraan. Vol 6 No
2.
29