PROBLEMATIKANYA DI INDONESIA
I. PENDAHULUAN
1
Fh Unpatti, 2013, “Problematika Penegakan Hukum dan Ham di Indonesia”, diakses dari:
https://fh.unpatti.ac.id/problematika-penegakan-hukum-dan-ham-di-indonesia/, diakses pada 22
September 2022, pukul 22:25 WIB.
tersebut justru para pelakunya merupakan keluarga dekat korban dan tidak
sedikit pula terjadi di institusi Pendidikan. Sementara disisi lainnya praktik
penegakan hukum di Indonesia masih menjadi masalah yang serius. Hal ini
tergambar dari banyaknya persoalan yang ditujukkan kepada aparat penegak
hukum seperti polisi, kejaksaan, dan hakim. Sebagai contoh aparat penegak
hukum dalam menangani korban selama proses peradilan masih
memperlakukan korban kekerasan seksual sebagai obyek, bukan sebagai
subyek yang harus didengarkan dan dihormati hak-hak hukumnya, justru
mereka kebanyakan masih menjadikan korban menjadi korban kedua kalinya
(revictimisasi) atas kasus yang dialaminya.2 Para korban masih sering kali
disalahkan bahkan tidak diberikan bentuk-bentuk perlindungan hukum
sesuai apa yang dibutuhkan.
II. PEMBAHASAN
2
Temmangnganro Machmud, Tanpa Tahun, “Perlindungan Hukum terhadap Anak Korban Kekerasan
Seksual dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu di Wilayah Kota Pontianak”, diakses dari:
https://media.neliti.com/media/publications/10681-ID-perlindungan-hukum-terhadap-anak-korban-
kekerasan-seksual-dalam-sistem-peradilan.pdf, diakses pada 22 September 2022, pada pukul 23:54 WIB.
Hak Asasi Manusia atau HAM merupakan hak dasar yang dimiliki dan
melekat pada setiap manusia. Pengertian Hak Asasi Manusia tersirat di
dalam Pasal I Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Hak Asasi Manusia
yaitu seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan
Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia, setiap anak sejak kelahirannya, berhak atas suatu nama
dan status kewarganegaraannya.3 Selain itu, untuk melindungi hak-hak anak,
negara juga mengeluarkan kebijakan dengan membuat Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan anak, negara juga membentuk Komisi
Perlindungan Anak (KPAI) dan bahkan pengadilan anak-anak untuk
melindungi hak-hak mereka.
4
Pelecehan atau kekerasan seksual disebut sebagai pelanggaran HAM
yang berat, dikarenakan selain melukai fisik korbannya juga otomatis
melukai jiwanya, di mana kebanyakan korbannya merasa sudah tidak suci
3
Arifah Yahya, Nicy Anggraini Putri, 2019, “Perspektif HAM terhadap Pelecehan Seksual pada Anak”,
diakses dari: https://bimawa.uad.ac.id/wp-content/uploads/Paper-Seminar-Nasional-16.pdf, diakses pada
23 September 2022, pada pukul 17:25 WIB.
4
Desi Sommaliagustina, Dian Citra Sari, 2018, Kekerasan Seksual pada Anak dalam Perspektif Hak
Asasi Manusia, Jurnal Psikologi, Vol. 1, No. 2, Hal. 76.
lagi dan kotor. 5 Oleh karena itu, sebagian besar korban kekerasan seksual
rentan mengalami gangguan kejiwaan akibat trauma yang dialaminya.
Seperti yang kita ketahui bahwa perkosaan dan pelecehan seksual
merupakan pelanggaran HAM berat, namun masih banyak orang yang
melakukan tindakan tercela tersebut. Perspektif HAM tentang Pelaku
Pelecehan Seksual terhadap anak yang berkewajiban untuk melindungi
warga negaranya yaitu negara memiliki kewajiban untuk melindungi hak-
hak anak, karena anak merupakan aset masa depan bangsa. Di dalam
instrument HAM kekerasan seksual terhadap anak banyak dibahas di dalam
Pasal 53-66 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999. Undang-Undang
Perlindungan Anak, HAM secara tersirat dalam Pasal I ketentuan umum
angka 12 menyebutkan bahwa “Hak Anak adalah bagian dari hak asasi
manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua,
keluarga, masyarakat, negara, pemerintah, dan pemerintah daerah”.
5
Durota Nurul Aini, 2022, “Pelecehan Seksual, Pelanggaran HAM dalam Pandangan Hukum dan Islam”,
diakses dari: https://www.idntimes.com/opinion/social/durota-nurul-aini/pelecehan-seksual-pelanggaran-
ham-dalam-pandangan-hukum-dan-islam-c1c2#:~:text=Dilansir%20dari%20Amnesty%20International
%20yang,pelanggaran%20hak%20asasi%20manusia%20berat.%22, diakses pada 23 September 2022,
pada pukul 19:54 WIB.
6
Mutia Yuantisya, 2022, “KPAI Ungkap ada 12 Kasus Kekerasan Seksual Anak Sepanjang Januari-Juli
2022”, diakses dari: https://nasional.tempo.co/read/1615052/kpai-ungkap-ada-12-kasus-kekerasan-
seksual-anak-sepanjang-januari-juli-2022, diakses pada 23 September 2022, pada pukul 21:30 WIB.
kelas musik untuk siswa TK dan SD dan rata-rata usia para korban berkisar
antara 5-17 tahun.
Kemudian kendala yang sering muncul yaitu saat ada laporan mengenai
kasus kekerasan seksual yang terjadi di masyarakat tetapi korban enggan
untuk melaporkannya kepada pihak berwajib. Dalam kasus kekerasan
seksual yang sudah terlalu lama terjadi terdapat beberapa hal yang dapat
menyulitkan pihak berwajib salah satunya yaitu kurangnya bukti yang kuat
untuk memberika perlindungan bagi korban kekerasan seksual secara utuh.
Banyak alasan yang menyebabkan tidak dilaporkannya kasus kekerasan
seksual kepada pihak yang berwenang untuk diproses lebih lanjut yaitu: (1)
Keluarga yang merasa malu dan beranggapan bahwa hal tersebut adalah aib;
(2) Korban yang merasa malu dan tidak ingin apa yang terjadi pada dirinya
diketahui oleh orang lain; dan (3) Korban yang takut karena telah
mendapatkan ancaman oleh pelaku.8 Intimidasi yang dilakukan oleh pelaku
kepada anak-anak akan memberikan dampak psikologis dan di dalam kasus
7
Ivo Noviana, 2015, Kekerasan Seksual terhadap Anak: Dampak dan Penanganannya, Jurnal Sosio
Informa, Vol. 1, No. 1, Hal. 14.
8
Hisbah, Nyimas Enny, 2022, Penegakan Hukum bagi Pelaku Tindak Pidana Pelaku Kekerasan Seksual
terhadap Anak, Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, Vol. 22, No. 1, Hal. 372.
kekerasan seksual pun turut terdapat kasus kekerasan secara fisik. Hal ini
tentu saja dapat menyebabkan trauma yang dalam bagi anak-anak. Adanya
tekanan maupun ancaman yang dilakukan oleh pelaku akan mempengaruhi
perkembangan kejiwaan korban sehingga korban merasa enggan untuk
melaporkan kasus yang dialaminya tersebut dan akhirnya mereka kesulitan
untuk diberikan bantuan, pendampingan, serta perlindungan hukum.
III. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Hisbah dan Nyimas Enny, 2022, Penegakan Hukum bagi Pelaku Tindak Pidana
Kekerasan
Seksual terhadap Anak, Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, Vol. 22,
No. 1.
Noviana, Ivo, 2015, Kekerasan Seksual terhadap Anak: Dampak dan Penanganannya,
Jurnal
Sommaliagustina, Desi dan Dian Citra Sari, 2018, Kekerasan Seksual pada Anak dalam
Internet
Aini, Durota Nurul, 2022, “Pelecehan Seksual Pelanggaran HAM dalam Pandangan
Hukum
Unpatti, Fh, 2013, “Problematika Penegakan Hukum dan HAM di Indonesia”, dikutip
dari:
https://fh.unpatti.ac.id/problematika-penegakan-hukum-dan-ham-di-indonesia/,
diakses pada 22 September 2022, pada pukul 22:25 WIB.
Yahya, Arifah dan Nicy Anggraini Putri, 2019, “Perspektif HAM terhadap Pelecehan
Seksual